Quote:
Sasongko mendekati mobil itu dengan sikap waspada. Sebelah tangannya memegang erat – erat gagang pisau komando di balik jaket. Hati –hati ia memutari mobil. Sesekali membungkukkan badan dan mengintip lewat kaca –kaca jendela kendaraan itu. Seketika matanya tercekat. Jantungnya menyentak – nyentak dengan cepat. Di samping kaca belakang sebelah kanan terlihat sesosok tubuh lelaki yang kepalanya menembus kaca sampai pertengahan leher.
Kepala itu pecah. Leher yang tersangkut di kaca jendela menampakkan luka menganga lebar. Darah masih terlihat menetes – netes membasahi rumput dan badan mobil berwarna putih itu. Sebagian muncrat menyebar di dalam mobil. Aroma anyir darah santer tercium memenuhi rongga penciuman.
Sasongko menelan ludah yang tiba –tiba terasa pahit. Tubuhnya seperti terpaku di atas tanah tempatnya berdiri. Bulu kuduknya meremang. Seumur –umur baru kali ini dia melihat hal mengerikan di depan matanya. Ditekan kuat – kuat rasa takut yang datang menyergap. Rasa penasaran tiba –tiba menyeruak keluar dari dalam hatinya. Maka tanpa pikir panjang lagi ia berusaha membuka pintu mobil sedan putih itu. Dari empat pintunya hanya pintu di samping kemudi yang tidak terkunci. Diraihnya handel pintu depan untuk mencari tahu keadaan di dalam mobil.
Tiba –tiba kilatan cahaya yang samar menerangi udara di sekeliling. Hanya sekejap saja. Tetapi sempat mebuat Sasongko tersentak kaget. Cahaya tadi muncul lagi di pucuk pepohonan. Lebih lama dari yang pertama, kemudian lenyap. Sasongko secara spontan membatalkan niat untuk membuka pintu mobil sedan putih itu. Ia kemudian bergerak mundur. Setelah lamat –lamat terdengar bunyi mesin yang halus tengah mendatangi tempat itu.
Sebuah mobil di tengah hutan terpencil dan di malam hari yang begitu menakutkan, tentu cukup mengherankan. Dari arah jalanan membelok di bawah sana, muncul mobil yang melaju dengan cepat membelah kegelapan malam diantara pepohonan. Kabut telah semakin menipis. Sasongko mempercepat langkahnya dan sebelum mobil pendatang itu menerangi mobil pertama dengan sorot lampunya yang tajam menyilaukan. Sasongko telah berada di balik pepohonan besar. Rebah merapat ke tanah di balik rerimbunan semak belukar.
Mobil yang baru muncul menurunkan kecepatannya lalu berhenti beberapa meter di belakang mobil sedan putih itu. Pintu belakang terbuka. Disusul sesosok lelaki meluncur turun. Setelah pintu ditutupkan kembali. Mobil melewati kendaraan di depannya. Setelah berjalan beberapa belas meter mobil itu menemukan bagian jalan yang lebih lapang lalu dengan hati –hati melakukan gerakan memutar untuk kembali ke arah semula.
Sementara, si pendatang yang baru turun dari mobil rupanya tidak ingin membuang waktu berlama –lama. Ia langsung berjalan mendekati kendaraan di depannya. Memutarinya satu kali, lantas menyeringai melihat sesosok mayat berdarah yang kepalanya keluar dari kaca mobil.
Sasongko menahan nafas dari tempat persembunyiannya. Matanya tidak lepas mengawasi seseorang yang seperti sedang memeriksa mobil itu. Apakah polisi?! Batinnya bertanya –tanya.
Lelaki yang baru datang tadi segera memutar pegangan pintu pertama dan kedua diputarnya dengan sia –sia. Ia berputar lagi, dan berhasil membuka pintu di samping kemudi. Orang itu pun lalu menyurukkan setengah badannya ke dalam mobil.
“ Koleksi ku masih ada rupanya “.
Lalu orang itu tertawa terkekeh – kekeh.
Suara itu lamat –lamat terdengar di telinga Sasongko.
“ Koleksi? Apa maksudnya? Apakah ada barang berharga lagi di dalam mobil itu?! “
Si lelaki berpindah tempat dan membuka pintu belakang. Seenaknya tubuh pemuda yang telah menjadi mayat itu di tariknya hingga tergeletak di jok belakang menindih perempuan tadi yang masih juga jatuh pingsan. Dada pemuda yang tengah bersembunyi di balik semak itu berdegup kencang saat melihat tubuh bersimbah darah yang nyangkut di kaca belakang itu di tarik sedemikian rupa. Tak ubahnya menarik bangkai binatang!
Quote:
Pada saat bersamaan. Mobil yang tadi mencari tempat putaran telah kembali. Cahaya lampunya yang menyilaukan menerangi tempat di sekitarnya. Bahkan, sampai di tempat persembunyian Sasongko. Tubuh pemuda itu semakin rebah sejajar dengan tanah. Semak yang tadi sempat terkuat sedikit terpaksa ia lepaskan sebagian. Khawatir jika wajahnya terlihat oleh si pengemudi. Samar –samar ia lihat, bahwa selain si pengemudi tidak ada orang lain lagi di dalam mobil. Mobil itu berhenti lagi. Dan lampunya menerangi gerakan tubuh si lelaki yang menyeruak masuk lewat pintu belakang mobil seraya menggumamkan sesuatu. Waktu ia tegak kembali, Sasongko sempat terperanjat.
Sekejap dilihatnya sesosok tubuh seorang perempuan tengah terbaring terpejam. Entah mati atau masih hidup. Darah tampak hampir membasahi hampir sekujur tubuhnya. Si pengemudi turun, lalu mendekat ke arah lelaki yang memakai sepatu mengkilat, setelan jas yang setengah terbuka dan dasi motif polkadot yang melilit di lehernya.
“ Kau bawa mobil itu. Aku akan mengikutimu dari belakang”.
“ Baik Tuan “, sahut si pengemudi sopan. Seraya membuka pintu untuk lelaki berjas yang jelas sudah adalah majikannya.
Pada saat itulah Sasongko dapat melihat dengan jelas postur tubuh serta wajah si lelaki yang berada di dalam mobil sedan berwarna putih itu. Posturnya biasa saja. Karena agak gemuk sehingga terlihat agak pendek. Wajahnya bulat, beralis tebal melengkung menyerupai celurit, pipi tebal berlemak serta mulut yang tebal dengan rahang yang terlihat kukuh. Wajah itu seketika mengingatkan Sasongko pada seseorang.
“ Siapa orang itu? Aku sepertinya pernah ketemu. Wajah itu seperti tidak asing lagi “
Sasongko berpikir keras.
Setelah majikannya duduk dengan nyaman di belakang kemudi, si supir menutupkan pintu dengan cara yang sama sopannya. Mengangguk hormat kemudian berlalu ke mobil yang berisi mayat dan sesosok tubuh perempuan itu.
“ Manto ?”
Orang itu membalikkan tubuh seketika.
“ Saya, Tuan?”
Majikannya menjulurkan kepalanya dari jendela mobil. Tampak senyum samar –samar di bibir tebalnya, sebelum ia berkata.
“ Lekas kita pergi dari tempat ini “
Ia mengangguk, memutar tubuh dan masuk ke dalam mobil yang tuannya telah mati. Dan kini punya tuan baru. Setelah pintu –pintunya di tutup, mesin mobil dihidupkan. Ia menjalankannya melewati mobil majikannya, memutar agak jauh di depan sana lalu kembali lagi. Meluncur ke arah semula saat ia dan majikannya datang. Kemudian kedua mobil itu berlalu.
Setelah kedua mobil misterius itu berlalu, barulah Sasongko bangkit. Ia keluar dari persembunyiannya. Ia memperhatikan mobil lelaki yang berpakaian rapi tadi itu tengah membelok di sebuah tikungan tajam. Lampu belakangnya menyala merah lebih terang karena injakan pedal rem dan plat nomornya...
Sasongko memaki kebodohannya sendiri. Saking tegangnya oleh peristiwa yang seumur –umur baru dilihatnya. Ia sampai lupa memperhatikan nomor plat masing –masing mobil itu. Yang ia ingat jelas hanya jenis dan warnanya.