- Beranda
- Stories from the Heart
Burung Kertas Merah Muda
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
chrishana
#88
Chapter 23
Bel tanda istirahat siang berbunyi. Semua murid berhamburan keluar dari kantin menuju kelasnya masing-masing. Tapi, Anna berjalan dengan santai. Baru saja dia keluar dari ruang UKS menuju kelasnya. Mengantongi surat izin untuk pulang lebih awal karena merasa ada yang salah dengan tubuhnya. Sesampainya di kelas, dia langsung merapihkan peralatan sekolahnya.
Matahari tepat berada di atas kepala. Panasnya begitu terik menusuk ujung kepala. Anna berjalan dengan perlahan menuju gerbang sekolah dan akhirnya hilang dari pandangan. Saat itu juga, guru mata pelajaran yang akan berlangsung sudah datang. Danu yang duduk sendiri di belakang pun pindah ke samping Fara.
Matahari sudah menggeser posisinya ke arah barat. Tanda waktu menjelang sore sudah tiba. Tapi, hantaran panasnya tak kunjung berkurang. Angin pun tak bertiup, membuat dahan dan ranting tak bergoyang. Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Fara dan Danu berjalan menuju gerbang sekolah.
Belum selesai Danu berucap, tiba-tiba datang seorang perempuan dengan tubuh langsing dan cantik. Dia berlari kecil menuju Danu dan Fara, membuat rambut panjangnya tergerai indah.
Fara dan Danu saling bertatapan. Se akan mereka bingung keputusan apa yang akan mereka buat. Tak enak hati untuk ditolak, tapi Fara se akan tak senang jika diterima. Tapi, mau tidak mau mereka harus menerima keberadaan Rheva karena Rheva juga salah satu orang yang kenal baik dengan Rendy. Fara terlihat menahan kesal karena dia berpikir bahwa Rheva adalah penyebab dari semuanya.
Mereka pun menyudahi pertempuran mulut dan memilih menahan ego masing-masing karena tujuan mereka adalah untuk menjenguk Rendy yang sedang terbaring lemah di kamar rumah sakit.
Sepanjang perjalanan, mereka semua diam tanpa suara. Perjalanan menuju rumah sakit hanya dihiasi dengan suara kendaraan yang berlalu serta nyanyian yang dilantunkan oleh pengamen jalanan. Fara dan Rheva saling membuang muka tanpa ingin bertatapan satu sama lain. Situasi seperti ini membuat Danu sakit kepala karena memikirkan masalah wanita.
Beberapa menit kemudian, sampailah mereka di rumah sakit. Tapi, sebelum masuk ke dalam ruangan di mana Rendy dirawat, mereka pergi mencari makan terlebih dahulu. Karena Danu sudah sakit kepala diserang dua arah oleh Fara dan Rheva yang menahan rasa lapar di perut mereka.
“Mau kemana, Na?” tanya Fara.
“Gue balik duluan, Far.” jawab Anna sambil menutup tas sekolahnya.
“Oh.” ucap Fara seraya memainkan telepon genggamnya.
“Telpon aja atau SMS orangnya kalau perlu. Gak usah di pandangin terus namanya.” ujar Anna yang melihat Fara yang kebingungan ingin menghubungi Rendy.
“Gue takut ganggu. Tapi gue kangen.”
“Kalau emang lo suka sama Rendy, lo bilang lah ke dia.”
“Masa cewek duluan yang nyatain perasaan.” Fara protes.
“Siapapun berhak menyatakan perasaannya, Far. Mau itu cewek, atau cowok sekalipun. Gue duluan ya.” Anna meninggalkan bangku sekolahnya.
“Get well soon, Na.” Fara melambaikan tangannya.
“Gue balik duluan, Far.” jawab Anna sambil menutup tas sekolahnya.
“Oh.” ucap Fara seraya memainkan telepon genggamnya.
“Telpon aja atau SMS orangnya kalau perlu. Gak usah di pandangin terus namanya.” ujar Anna yang melihat Fara yang kebingungan ingin menghubungi Rendy.
“Gue takut ganggu. Tapi gue kangen.”
“Kalau emang lo suka sama Rendy, lo bilang lah ke dia.”
“Masa cewek duluan yang nyatain perasaan.” Fara protes.
“Siapapun berhak menyatakan perasaannya, Far. Mau itu cewek, atau cowok sekalipun. Gue duluan ya.” Anna meninggalkan bangku sekolahnya.
“Get well soon, Na.” Fara melambaikan tangannya.
Matahari tepat berada di atas kepala. Panasnya begitu terik menusuk ujung kepala. Anna berjalan dengan perlahan menuju gerbang sekolah dan akhirnya hilang dari pandangan. Saat itu juga, guru mata pelajaran yang akan berlangsung sudah datang. Danu yang duduk sendiri di belakang pun pindah ke samping Fara.
“Anna kenapa, Far?” tanya Danu.
“Sakit katanya.” jawab Fara.
“Oh, gue boleh duduk di sini kan? Bete gue sendirian di belakang.”
“Boleh banget. Gue juga sendirian.”
“Nanti mau balik dulu apa langsung ke rumah sakit?” tanya Danu.
“Langsung aja, Nu.”
“Ya udah, nanti baliknya gue anterin ya.”
****
“Sakit katanya.” jawab Fara.
“Oh, gue boleh duduk di sini kan? Bete gue sendirian di belakang.”
“Boleh banget. Gue juga sendirian.”
“Nanti mau balik dulu apa langsung ke rumah sakit?” tanya Danu.
“Langsung aja, Nu.”
“Ya udah, nanti baliknya gue anterin ya.”
****
Matahari sudah menggeser posisinya ke arah barat. Tanda waktu menjelang sore sudah tiba. Tapi, hantaran panasnya tak kunjung berkurang. Angin pun tak bertiup, membuat dahan dan ranting tak bergoyang. Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Fara dan Danu berjalan menuju gerbang sekolah.
“Nu.”
“Iya, Far.”
“Gue... Suka sama Rendy.” ujar Fara dengan sedikit terbata-bata.
“Hah?” Danu sedikit terkejut dan heran.
“Gak tau, Nu. Sikap dia manis banget ke gue waktu itu. Dari kita telat bareng. Sampe dia anter gue balik. Gue suka sama, Rendy.” lanjut Fara.
“Lo tau gak sih, Far? Rendy juga suka sama...”
“Iya, Far.”
“Gue... Suka sama Rendy.” ujar Fara dengan sedikit terbata-bata.
“Hah?” Danu sedikit terkejut dan heran.
“Gak tau, Nu. Sikap dia manis banget ke gue waktu itu. Dari kita telat bareng. Sampe dia anter gue balik. Gue suka sama, Rendy.” lanjut Fara.
“Lo tau gak sih, Far? Rendy juga suka sama...”
Belum selesai Danu berucap, tiba-tiba datang seorang perempuan dengan tubuh langsing dan cantik. Dia berlari kecil menuju Danu dan Fara, membuat rambut panjangnya tergerai indah.
“Tunggu!” Rheva menepuk bahu Danu.
“Kalian mau jenguk Rendy kan? Gue ikut ya.” lanjut Rheva.
“Kalian mau jenguk Rendy kan? Gue ikut ya.” lanjut Rheva.
Fara dan Danu saling bertatapan. Se akan mereka bingung keputusan apa yang akan mereka buat. Tak enak hati untuk ditolak, tapi Fara se akan tak senang jika diterima. Tapi, mau tidak mau mereka harus menerima keberadaan Rheva karena Rheva juga salah satu orang yang kenal baik dengan Rendy. Fara terlihat menahan kesal karena dia berpikir bahwa Rheva adalah penyebab dari semuanya.
“Mau ngapain?” tanya Fara.
“Jenguk Rendy.”
“Gak puas lihat Rendy masuk rumah sakit?”
“Kok lo ngeselin sih?” Rheva mulai terpancing emosi.
“Eh eh. Udah udah. Jangan berantem di sini.” Danu mencoba menengahi.
“Lo juga kan tau, Nu. Gara-gara dia deket-deket Rendy, jadi Rendy masuk rumah sakit.” ujar Fara sedikit meninggikan nada bicaranya.
“Kenapa? Lo cemburu gue bisa deket sama Rendy?” Rheva sedikit mendorong tubuh Fara.
“Udah, Stop! Mau berangkat sekarang apa mau ribut? Gue berangkat sendiri nih!” Danu mulai kesal.
“Jenguk Rendy.”
“Gak puas lihat Rendy masuk rumah sakit?”
“Kok lo ngeselin sih?” Rheva mulai terpancing emosi.
“Eh eh. Udah udah. Jangan berantem di sini.” Danu mencoba menengahi.
“Lo juga kan tau, Nu. Gara-gara dia deket-deket Rendy, jadi Rendy masuk rumah sakit.” ujar Fara sedikit meninggikan nada bicaranya.
“Kenapa? Lo cemburu gue bisa deket sama Rendy?” Rheva sedikit mendorong tubuh Fara.
“Udah, Stop! Mau berangkat sekarang apa mau ribut? Gue berangkat sendiri nih!” Danu mulai kesal.
Mereka pun menyudahi pertempuran mulut dan memilih menahan ego masing-masing karena tujuan mereka adalah untuk menjenguk Rendy yang sedang terbaring lemah di kamar rumah sakit.
Sepanjang perjalanan, mereka semua diam tanpa suara. Perjalanan menuju rumah sakit hanya dihiasi dengan suara kendaraan yang berlalu serta nyanyian yang dilantunkan oleh pengamen jalanan. Fara dan Rheva saling membuang muka tanpa ingin bertatapan satu sama lain. Situasi seperti ini membuat Danu sakit kepala karena memikirkan masalah wanita.
“Far, kok diem?” tanya Danu.
“Males ngomong.” jawab Fara dengan ketus.
“Hehehe... Kakak Rheva.” Danu mencoba menggoda Rheva.
“Diem lo!” Rheva langsung membentak Danu.
“Dasar cewek! Bikin gue pusing aja. Awas aja kalian begini di depan Rendy. Gue tinggal pulang kalian berdua!” Danu mulai terpancing emosi.
“Gue gak mau banyak ngomong kalo gak ada makanan.” ujar Fara.
“Kalau aja dibolehin makan orang, udah gue makan tuh cewek.” ujar Rheva.
“Kalau kalian berantem terus, kalian yang gue makan! Kebetulan gue laper nih!” ucap Danu dengan kesal.
“Ya kalau laper ajak kita makan kek! Gak peka banget lo jadi cowok!” Rheva membentak Danu.
“Lo juga kan yang ngajak gue, Nu! Harusnya lo peka! Cowok bukan sih!” Fara ikut memarahi Danu.
“Yassalaaaammm... Salah aja gue. Dasar cewek!”
“Males ngomong.” jawab Fara dengan ketus.
“Hehehe... Kakak Rheva.” Danu mencoba menggoda Rheva.
“Diem lo!” Rheva langsung membentak Danu.
“Dasar cewek! Bikin gue pusing aja. Awas aja kalian begini di depan Rendy. Gue tinggal pulang kalian berdua!” Danu mulai terpancing emosi.
“Gue gak mau banyak ngomong kalo gak ada makanan.” ujar Fara.
“Kalau aja dibolehin makan orang, udah gue makan tuh cewek.” ujar Rheva.
“Kalau kalian berantem terus, kalian yang gue makan! Kebetulan gue laper nih!” ucap Danu dengan kesal.
“Ya kalau laper ajak kita makan kek! Gak peka banget lo jadi cowok!” Rheva membentak Danu.
“Lo juga kan yang ngajak gue, Nu! Harusnya lo peka! Cowok bukan sih!” Fara ikut memarahi Danu.
“Yassalaaaammm... Salah aja gue. Dasar cewek!”
Beberapa menit kemudian, sampailah mereka di rumah sakit. Tapi, sebelum masuk ke dalam ruangan di mana Rendy dirawat, mereka pergi mencari makan terlebih dahulu. Karena Danu sudah sakit kepala diserang dua arah oleh Fara dan Rheva yang menahan rasa lapar di perut mereka.
jenggalasunyi dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Tutup
