Kaskus

Story

anak86comeAvatar border
TS
anak86come
INTERVIEW WITH "TERAPIS"
[img]Downloads[/img]

Akhirnya Gue buat lagi nih cerita-cerita pendek yang sudah lama tidak terungkap dan ter-post, mudah-mudahan banyak yang minat membaca.

emoticon-Sundul

PROLOG


Karena diajak seorang sahabat membuat Gue pun terjerumus rasa "penasaran", apa sih enaknya, apa sih nikmatnya, apa sih faedah-nya, harus berapa duit yang harus Gue habiskan. Namun karena si Anis... ya si Anis yang merubah suasana di batin Gue, entah mungkin karena Gue sudah "bosan" sama cewek Gue atau emang Gue mulai "doyan" hal ini. Aneh.

Mendengar cerita, curhat, dan keluh kesahnya Anis gue cuma manggut-manggut tanda setuju dan kekaguman gue atas jerih payahnya Anis menjadi terapis. Gue sangat bersyukur terlahir dari keluarga yang meski tidak kaya raya namun cukup, tidak kurang dan tidak lebih meski semua hal harus di irit-irit. Berbanding terbalik dengan kondisi Anis yang terlahir dari keluarga yang bisa dibilang masih dibawah kondisi keluarga gue. Miris teramat miris.


Apakah hubungan Gue dengan Nisa cewek Gue akan berjalan mulus atau banyak hambatan ke depannya, siapakah Anis ini, orang yang bisa membuat perubahan "pemikiran" buat Gue.

emoticon-Shakehand2

INDEX
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7 Jilid I
PART 7 Jilid II
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
Diubah oleh anak86come 29-07-2019 13:31
lsenseyelAvatar border
redricesAvatar border
j4k4pnturaAvatar border
j4k4pntura dan 14 lainnya memberi reputasi
15
107K
302
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
anak86comeAvatar border
TS
anak86come
#77
PART 10


“bang udah dirumah aja” tegur Lelis adik Gue persis di depan muka

“apaan sih lo… ah…, orang lagi ngelamun sama bengong malah digangguin” sewot Gue

“bengong sama ngelamun bedanya apaan bang? Ngayal jorok lo ya bang…?” Tanya Lelis

“berisik ah… mau tau aja lo kayak tamu” balas Gue lebih sewot

“yeee… digituin aja marah… huuuuuu….” Ucap lelis sambil berlalu dari hadapan Gue

Gue pun melihat jam tangan Gue, dan ternyata sudah petang hampir malam. Ternyata Gue sudah terlalu lama ngelamun di teras rumah. Gue pun mulai celingak-celinguk ke setiap sudut rumah, nyari suara TOA masjid yang sebentar berbunyi sembari menghabiskan beberapa isapan rokok yang mulai habis. Gue bingung apa yang bakal Gue kerjain malam ini, kalau harus menginap di kos-kosan si Anis malah gak mungkin secara Gue masih mengingat-ingat kejadian konyol waktu itu. Tanpa sengaja Gue pun membakar sebatang rokok lagi untuk menghilangkan jenuh namun tiba-tiba ada pesan masuk ke Handphone Gue.

“bro, lagi dimana?” tulis Alex di pesan masuk handphone Gue

“lagi bingung Gue malam ini mau ngapain Lex” balas Gue

“emang kagak ngapelin cewek lo?” Tanya balik Alex

“gak ah… hawa-nya masih penuh emosi bro…” jawab Gue

“ya udah elo ke kos-kosan aja… hahahahaha” saran Alex yang kemudian Gue gak mau bales pesan-nya di handphone karena terlanjur kesal

Enyak Gue, Lelis Adik gue pun sudah memanggil-manggil Gue buat masuk ke dalam rumah, ngajak makan bareng, makan singkong goreng bareng. tapi Gue cuma nyaut saja. Namun tanpa sengaja entah darimana datangnya pemikiran ini, ya memang hanya sekejap, pikiran Gue tertuju ke tempat kerjanya Anis. Mungkin disana Gue dapat ketenangan. Mungkin.

….


Setelah pamitan sama enyak, Gue pun segera meluncur ke tempat kerjanya Anis, sepanjang perjalanan Gue pun hanya terbayang wajahnya yang sedang tersenyum. Entah sejak kapan Gue tertawa sendiri sampai-sampai Gue tertawa di tengah-tengah kendaraan yang berhenti di depan traffic light seluruh pengguna jalan yang ada di samping kanan, kiri, depan dan belakang menoleh ke hadapan Gue dan itu tanpa Gue sadari. Tiba-tiba tersadar saat ada salah satu pengendara motor yang menepuk pundak Gue.

“mas… kenapa mas… sakit kah?” Tanya pengendara motor

“ehh.. ada apa ya?” jawab gue heran

“iya mas-nya kok ketawa keras sendiri, liat tuh pada meratiin semua” jelas si pengendara motor

“haahh… saya….” jawab gue sembari celingak-celinguk

Wah… gawat semua orang benar-benar memperhatikan Gue sejak tadi A.K.A sejak Gue tertawa sendiri, jujur Gue pun sebenarnya sadar tertawa sendiri tapi merasa tidak terlalu keras, apa ini gejala karena memikirkan Anis. Malu banget yang pasti Gue rasakan, Gue pun langsung memakai masker lagi jaga-jaga kalau ada yang video-in Gue terus di upload ke media social, malu beud dah Gue.

Gue pun langsung memarkirkan motor Gue diparkiran motor di lokasi tempat kerjanya Anis, sengaja Gue memilih tempat yang beda dari tempat yang biasa Gue parkir. Celingak celinguk pun tetap Gue jalanin buat jaga-jaga kalau-kalau ada yang nguntit-in Gue, entah itu Enyak Gue, Adik Gue, Sodara Gue, almarhum bokap Gue, wah… udah mulai ngelantur. Gue pun membakar sebatang rokok dulu sambil memikirkan apa yang harus Gue lakukan beberapa menit ke depan secara Gue tidak punya sama sekali tujuan di mala mini.

Sudah banyak beberapa orang yang hilir mudik di parkiran ini, lebih banyak para pekerja-pekerja kantoran dan beberapa pemuda pemudi dikarenakan ada ruko yang disewakan untuk kursus tambahan bagi pelajar sekolah. Sedikit menyentil rokok yang sudah mulai membakar bagian filter Gue pun beranjak pergi dari lokasi parkir dan secara Gue merasa sudah “aman” untuk menuju tempat kerja Anis. Saat mendorong pintu masuk, Gue teramat sangat kaget bukan kepalang, dikarenakan banyak sekali pengunjung malam itu sampai-sampai sofa yang biasa untuk menunggu konsumen pun penuh. Gue pun agak ragu untuk melanjutkan rencana yang tidak rencanakan itu atau tidak sama sekali.

“malam mas… silahkan pilih paketnya, sudah booking belum?” sapa petugas loket yang membuyarkan keraguan Gue

Serba salah yang Gue rasakan, soalnya pas mbak petugas loket menyapa Gue, semua konsumen yang sedang menunggu di sofa langsung melihat, melirik, menoleh kearah Gue. SIAL.

“hhmmm… saya belum booking sih tapi si Anis ada?” Tanya Gue pelan ke petugas loket

“oh… Anis…. Ada kok mas, tapi masih kerja” jawab mbak petugas loket dengan lugasnya sampai-sampai konsumen yang masih duduk di sofa kembali melirik, menoleh, melihat Gue.

“anjrit… gak usah keras-keras kali cuy…” batin Gue sembari menutup muka, Gue pun hanya manggut-manggut gak jelas

“gimana mas? Yang lain banyak kok, ini ada beberapa yang masih free” timpal mbak petugas loket

“eehhh… ohhh… saya sama Anis aja deh, tinggal berapa lama lagi?” ucap Gue pelan

“tinggal 30 menit lagi mas… mau nunggu?” jawab mbak petugas loket dengan lugasnya yang membuat Gue ingin segera mengakhiri pembicaraan ini

“oke gak masalah kok” balas Gue

Setelah semua itu terlewati Gue pun memutuskan keluar kembali dari tempat itu dikarenakan sudah tidak nyaman dan agak sedikit aneh dengan kondisi yang cenderung ramai itu. Baru kali ini Gue merasakan harus menunggu giliran, padahal biasanya Gue langsung dapat “tindakan”, mungkin sudah mulai banyak yang tahu tempat ini dan fasilitas yang bakal di dapat. Gue pun kembali membakar sebatang rokok sembari melihat kondisi tempat kerja Anis dari seberang jalan. Gue kaget bukan kepalang saat menit ke-20 ada seorang pria yang ditarik dengan paksa oleh petugas-petugas yang ada di tempat itu, ada beberapa tarikan-tarikan, dorongan-dorongan, bentakan-bentakan yang mengundang orang-orang yang sedang nongkrong disekitar ruko menghampiri dan Gue hanya menunggu dan melihat dari kejauhan sembari menghisap panjang nikotin yang masuk ke paru-paru Gue.

“aneh hari gini masih aja norak ditempat begituan” batin Gue sembari kecewa

30 menit sudah berlalu, Gue pun mulai beranjak menuju tempat kerja Anis. Di luar massih banyak orang yang ngumpul-ngumpul karena kejadian tadi, Gue pun melengos masuk saja tanpa memperdulikan mereka. Alangkah kagetnya Gue di dalam ternyata masih juga ramai.

“huufftt… alamat dah ini mah… mending di tutup aja deh…” keluh Gue dalam hati sembari merebahkan badan ke sofa yang masih kosong

“siapa sih orang tadi bikin suasana jadi gak kondusif” Tanya Gue dalam hati

Beberapa menit kemudian…

“eh… mas yang tadi ya yang udah booking” tanya mbak petugas loket

“iya…” jawab Gue malas-malasan

“aduh… maaf ya mas, tadi ada sedikit gangguan jadi kami perlu membereskannya terlebih dahulu, tadi mas-nya nge-book siapa ya?” ucap mbak petugas loket

“Anis…” jawab Gue sembari menatap langit-langit ruko

“baik mas… maaf bila kurang nyaman, apa mas-nya mau kopi, teh, es jeruk, air mineral dingin atau yang lain mas, ini free kok sebagai ucapan maaf kami yang membuat mas-nya sedikit gak nyaman” ucap mbak petugas loket sembari mengharap permohonan maafnya ke gue

“hhmmm… kopi deh” jawab Gue sembari tersenyum

Kurang lebih 30 menit Gue menunggu di sofa lobby tanpa ada kejelasan tanda Gue “difasilitasi”, kopi yang sedari tadi Gue pesen pun belum juga datang. Gue pun berjanji dalam hati jikalau sampai 10 menit ke depan Gue belum dilayani mending Gue angkat kaki dari tempat ini.

“silahkan mas, ini kopinya, maaf kalau menunggu lama” ucap mbak petugas loket

“waduh… nyaris aja saya cabut dari sini” jawab Gue kecut

“maaf mas… ini terakhir kok, nanti gak akan mengecewakan mas-nya lagi” ucap mbak petugas loket

Gue pun langsung menerima kopi yang telah disajikan olehnya, seruputan pertama amat nikmat terasa, langsung membasahi tenggorakan Gue yang sedari tadi tercekat kekesalan yang teramat dalam. Dan baru saja seruput-an yang kedua…

“mas… silahkan ke atas semua sudah siap” ucap mbak loket sembari membusungkan muka dan dadanya ke depan muka Gue yang mau nyeruput kopi

“Loh… kopinya belum habis nih…. Gimana donk” jawab Gue

“gak apa apa mas, sini saya bawa-in kopinya, silahkan mas, saya antar ke atas” ucap mbak petugas loket

Seperti yang sudah-sudah, Gue berjalan di belakang mbak petugas loket ini, dari belakang body-nya memang yahud, wewangian lilin beraroma terapi merasuk kuat ke hidung Gue. Aroma yang tidak begitu asing di hidung Gue membuat buku kuduk Gue berdiri dan jantung mulai bergetar kuat.

“silahkan mas, di ruang 201 ya” ucap mbak petugas loket sembari membukakan tirai dan meletakkan secangkir kopi Gue di salah satu sudut ruangan

Gue pun mengangukkan kepala dan segera masuk ke ruang tersebut. Dalam beberapa kunjungan, ternyata Gue sudah banyak berpindah ruangan, dan diruangan ini lah Gue merasa lebih nyaman karena hanya di lantai 2 jadi tidak terlalu capek-capek naik tangga yang cukup curam itu. Gue pun merebahkan dan menyenderkan badan di salah satu tembok pembatas antar ruangan sembari menyeruput kopi hangat. Untung tadi disediakan kopi kalau tidak Gue udah kedinginan secara Air Conditioner di ruangan ini cukup dingin

Sreegg…

“malam mas…” ucap Anis sembari menutup tirai ruangan

“malam…” jawab Gue agak gelagapan karena Gue kaget tiba-tiba ada yang masuk, ada sedikit tumpahan kopi disamping bibir gue karena kaget barusan

“hihihi… lanjutin aja dulu mas ngopi-nya” jawab Anis

“udah ah, kan mau di pijat, ntar kemaleman” jawab Gue

Gue pun langsung melakukan ritual-ritual sebelum “kegiatan” ini dilakukan yang tentu saja membuka seluruh helai kain yang menempel di badan Gue. Dan seperti yang sudah-sudah si Anis pun hanya melihat Gue mencopot semua lapisan-lapisan kain di badan Gue.

Setelah semua ritual ini selesai, gue pun digandeng masuk ke kamar mandi oleh Anis, genggaman tangan halusnya ini langsung membuat syaraf-syaraf di tubuh Gue mengeras secara tba-tiba, entah kenapa bisa begitu. Tangan dan kaki Gue pun dibantu dicucikan oleh si Anis, dengan senyum-senyum kecil dan tatapan-tatapan genit menggoda Gue. Setelah selesai Gue pun dibantu Anis berdiri dan kembali digandeng untuk diarahkan ke kasur.

“eh alah… cepet amat mas berdirinya” ucap Anis menggoda Gue

“eehhmm… anu….@#&^!)(*&@%!$” jawab Gue gak jelas karena malu bercampur nafsu

Dan terapi pun dilakukan…

Anis pun mulai membuka pembicaraan, dan ternyata benar kejadian yang barusan terjadi adalah saat Anis melayani konsumen tersebut. Menurutnya konsumen tersebut kurang ajar, karena memaksa Anis untuk berbuat ena-ena di tempat, padahal prosedur ditempat ini adalah maksimal H*n* J**, otomatis si Anis teriak supaya rekan-rekan kerjanya ke lokasi suara kemudian timbullah kegaduhan sampai terakhir yang gue lihat pas di luar.

Gue pun ngalor ngidul bicara dengan si Anis sampai dengan semua session habis. Gue pun pamit ke Anis

“oke, makasih ya Nis…” ucap Gue

“iya sama-sama mas… makasih juga udah mau dengerin curhatan aku” jawab Anis

Gue pun berlalu dari room dan turun tangga menuju keluar namun tetap didampingi, karena Gue merasa ini adalah momen yang tepat ya saat turun tangga, akhirnya Gue mencoba memberanikan diri untuk menawarkan Anis sesuatu.

“loh… ada apa mas? Kok berhenti?” Tanya Anis, Gue pun menarik napas dalam-dalam….

“kamu pulang jam berapa Nis? Pulang aku anter mau gak?” tanya Gue sambil deg-deg-an menunggu jawabannya
“boleh mas… tunggu di depan ya…” sambut Anis cepat, Gue pun kaget dengan sambutannya yang sangat antusias, Gue pun langsung berlalu dari tempat ini dengan membayar jasa dulu sebelumnya di meja kasir.

Singkat cerita akhirnya Gue pun bisa mengantar Anis pulang, intinya yah… apa yang Gue harapkan berhasil juga. Di jalan sempet Gue mampir sebentar ke restoran cepat saji, Gue senang bukan kepalang karena si Anis sangat antusias. Yah… mungkin memang jarang juga dia ke tempat seperti ini karena jarang ada kesempatan, sudah bukan rahasia umum bila para pekerja terapis hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, kalau pun butuh make up paling mereka berhutang ke bos-nya.

“aku jarang loh kesini, malah setahun paling cuma sekali, itu pun kalau bener-bener ada uang lebih” ucap Anis yang membuat Gue sedikit tidak percaya

“ya udah… gak usah dipikirin, kamu pesen aja, trus makan deh, kalau perlu nambah” jawab Gue sambil tersenyum

Sembari dia makan kentang goreng yang dicocol sambal, semburat-semburat cahaya yang membuat wajahnya samar-samar temaram membuat ada sesuatu yang “cantik” terlihat diwajahnya, entah apa itu. Sambil ngobrol ngalor-ngidul sengaja Gue memilih tempat direstoran cepat saji yang 24 jam, jadi Gue bisa bebas nongkrong disitu di lantai 2 smoking area.

“mas-nya ngerokok mulu ya…?” Tanya Anis sambil terus melahap sesuap demi sesuap nasi dan ayam goreng crispy-nya

“enggal sering kok, lagian kamu makan aja ngapain komen mulu” jawab Gue iseng

“iihh… diperhatiin kok malah gitu” ucap Anis bete

“mau nambah gak? ntar aku yang ke bawah buat pesen lagi” Tanya Gue

“gak ah ini juga udah kebanyakan, makasih mas” ucap Anis

Gue pun melanjutkan menatap “kecantikan” si Anis dari ke remang-remangan ini.

Diubah oleh anak86come 03-04-2018 16:57
mmuji1575
sormin180
joyanwoto
joyanwoto dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.