- Beranda
- Stories from the Heart
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
...
TS
juraganpengki
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)

Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..
Prolog
Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..
Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)
SIDE STORIES
Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...

Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..
Prolog
Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..
Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)
SIDE STORIES
Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...
Diubah oleh juraganpengki 15-07-2018 20:23
iskrim dan 132 lainnya memberi reputasi
127
2.1M
8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#4826
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)
Gw segera berjalan menyongsong kedatangan Raja Jin yang merentangkan kedua tangan bersiap memeluk.. Namun, mendadak langkah kaki gw terhenti dengan sendirinya, seperti ada tenaga yang menahan.. Gw menoleh kebelakang dan mengerutkan dahi begitu melihat Ki Purwagalih sudah membuka telapak tangannya yang diarahkan tepat ke gw.. Tiba-tiba, tubuh gw tertarik mundur kebelakang dengan sangat cepat dan terhenti tepat disebelah sosok Sang Penjaga Kitab Langit itu..
“Jangan bodoh, Ngger.. Apakah kau lupa bahwa Penguasa Gaib Tanah Pasundan saat ini sedang menjadi tawanan Braja Krama?” Ucap Ki Purwagalih dengan sorot mata tajam
DEG
Perkataan Ki Purwagalih sontak mengembalikan ingatan gw akan keberadaan Penguasa Gaib Tanah Pasundan yang sebenarnya.. Hampir saja gw menyerahkan diri ke dalam pelukan Braja Krama yang saat ini sedang menjelma menjadi Raja Jin.. Beruntung Ki Purwagalih segera menarik kembali tubuh gw ke belakang.. Langsung saja emosi gw tesulut karena hampir menjadi korban dari tipu muslihat Braja Krama untuk kesekian kalinya.. Sambil mengepalkan kedua tangan dan menggemeratakkan gigi, gw berniat maju ke depan.. Tapi, gerakan gw tertahan oleh pegangan seseorang pada bahu kanan.. Dengan mengulum senyuman bijak dan menganggukkan kepalanya sekali, Ki Purwagalih seolah meminta gw untuk mengurungkan niat.. Lalu melayang dua tombak ke hadapan..
“Selamat datang, Braja Krama.. Dimana gerangan para tawanan yang akan kau tukar dengan Kitab Langit?” Sapa Ki Purwagalih yang disusul sebuah pertanyaan inti..
“Hahaha.. Purwagalih Penjaga Kitab Langit.. Tidak perlu terlalu sopan kepada diriku.. Tidak perlu juga terburu-buru menanyakan tawanan ku.. Aku masih ingin memandangi wajah kalian, sebelum ku lenyapkan satu persatu”
Mendengar ucapan Braja Krama yang masih menyamar sebagai Raja Jin barusan, sontak membuat seluruh pasukan gaib dari Gunung Merapi dan Gunung Gede berteriak-teriak karena terpancing emosi.. Gw juga sama, sorot mata gw menatap tajam ke arah sosok yang merupakan dalang dari semua yang telah terjadi selama ini.. Ki Purwagalih sempat menoleh kearah Suluh dan Bimo seperti meminta kedua saudara gw itu menenangkan pasukannya.. Suluh dan Bimo menganggukkan kepala mereka dan membalikkan tubuh menghadap pasukannya masing-masing sambil mengangkat tangan kanan ke atas.. Seketika, suara-suara yang menandakan amarah itu terhenti..
“Jadi dugaan ku tepat.. Kau tetap akan melenyapkan kami meski Kitab Langit akan aku serah kan untuk menebus para tawanan.. Beruntung aku telah mengundang sahabat-sahabat Penguasa Gaib Tanah Pasundan untuk menghadapi mu” Ucap Ki Purwagalih dengan penuh wibawa..
“Bagus! Kau semakin memudahkan rencana ku, Purwagalih.. Sekarang, lekas kau serahkan Kitab Langit kepada ku”
“Tidak! Tunjukkan pada kami semua sosok asli mu dan para tawanan terlebih dahulu” Bantah Ki Purwagalih dengan tegas..
Braja Krama nampak mengepalkan kedua tangannya, lalu menyunggingkan senyuman dingin.. Secara perlahan sosok yang masih menjelma menjadi Raja Jin itu menyentuh titik tengah diantara kedua alis matanya dengan ujung jempol terbalik.. Gw memandangi wajah Braja Krama tanpa berkedip, bersiap untuk melihat seperti apa penampilan sebenarnya dari sesosok musuh besar itu.. Tapi aneh, mengapa tidak ada yang terjadi? Padahal Braja Krama sudah tidak lagi menyentuh keningnya dengan ujung jempol yang terbalik.. Seharusnya, ia tidak lagi menjelma menjadi sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundan karena Ajian Malih Sukma Raga telah tercabut..
Pandangan semua tokoh dipenuhi tanda tanya.. Tanpa terkecuali Ki Purwagalih dan Ki Suta.. Gw yang juga merasa heran, melirik ke arah kedua tokoh tersebut yang saling memandang untuk beberapa saat.. Dari arah depan, Braja Krama tertawa kembali terbahak-bahak dengan suara yang mengguncangkan tanah pegunungan.. Letupan lahar sempat terlihat dari lubang besar yang ada jauh di belakang pasukan musuh, seperti bereaksi dengan tawa menggelegar mengandung tenaga dalam sangat tinggi milik Braja Krama..
“Tidak ku sangka, kalian semua ternyata mahluk-mahluk yang sangat bodoh.. Mana mungkin aku menggunakan Ajian Malih Sukma Raga untuk meniru tubuhku sendiri” Ucap Braja Krama di selingi tawanya yang sesekali masih terdengar..
Gw menoleh ke arah Ki Purwagalih yang nampak semakin tidak mengerti dengan ucapan Braja Krama..
“Aku lah Braja Krama, Penguasa Gaib Tanah Pasundan”
Gw tersentak mendengar pengakuan Braja Krama.. Begitu pula dengan semua sosok yang berkumpul di atas gunung ini.. Wajah-wajah mereka menunjukkan raut ketidakpercayaan akan ucapan sosok sakti yang masih melayang sepuluh tombak di depan..
“Apa maksud mu?” Tanya gw dengan suara lantang yang membuat semua mata menatap..
Braja Krama nampak menyunggingkan senyuman dingin mendengar pertanyaan gw.. Lalu mengibaskan jubahnya yang sempat tersibak angin..
“Aku lah musuh utama mu, Ngger.. Aku yang telah menyelamatkan mu dari Bayu Ambar cucuku.. Aku Braja Krama yang selama ini kau cari.. Akulah kakek moyang mu.. Ayah dari Nyi Mas Galuh Pandita, isteri Suta Dewa” Jawab Braja Krama, yang membuat gw tertegun masih tak percaya..
Pandangan gw nanar menatap Ki Suta dan Ki Purwagalih yang juga nampak sangat terkejut.. Bahkan wajah Ki Suta terlihat pucat dengan kedua bibir bergetar..
“Jadi, sosok pemberontak Kerajaan Gaib Tanah Pasundan adalah Baginda sendiri?” Tanya Ki Purwagalih dengan suara tersendat..
Braja Krama tertawa kembali beberapa kali, lalu merapihkan letak mahkotanya yang sedikit miring akibat gelak tawa barusan..
“Purwagalih, Purwagalih.. Kau dan Ki ****** termasuk Jin tertua di Tanah Pasundan.. Mengapa kau sampai tidak mengetahui nama kecil Junjungan mu sendiri? Pemberontak itu memang ada, namun bukan aku.. Dia adalah saudara kembar ku yang bernama Krama Raja yang saat ini telah ku tawan kembali dalam penjara gaib bersama puteri ku Nyi Mas Galuh Pandita.. Jika kau bertanya mengapa aku menahan puteri ku sendiri, jawabannya adalah karena dia dan Krama Raja tahu akan niat dan siasat ku untuk menguasai Kitab Langit”
Semua sosok membungkam mulut dengan penjelasan Braja Krama.. Namun gw malah melangkah maju kembali satu langkah ke depan/..
“Aku tidak percaya! Kau bukan lah sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundan yang asli.. Kakek Moyang ku itu sangat baik kepada ku.. Beliau menyelamatkan ku beberapa kali.. Beliau juga mengembalikan Pedang Jagat Samudera milikku.. Jika kau memang benar Kakek Moyangku yang berniat menguasai Kitab Langit, mengapa harus bersusah payah membantu ku? Padahal darahmu sendiri bisa kau gunakan untuk membuka dan membaca isinya?” Tanya gw yang sudah tidak bisa lagi menahan segala beban tanya yang terasa penuh sesak memenuhi benak..
Braja Krama tersenyum dingin mendengar beberapa pertanyaan gw.. Lalu melayang mundur satu tombak ke belakang dan menoleh ke arah Bayu Ambar..
“Kau tahu, Ngger.. Untuk mencapai tujuan, terkadang kita harus memasang topeng dan menjilat guna melumpuhkan sasaran.. Aku tahu kau lah satu-satunya keturunan ku yang menjadi Sang Juru Kunci Kitab Langit.. Hanya darahmu yang bisa memunculkan, menggunakan sekaligus memusnahkan Kitab Langit.. Beruntung masih ada satu keturunan ku yang berpihak padaku, yaitu Bayu Ambar.. Dengan bantuannya, aku akan jauh lebih mudah menguasai Kitab Langit dan menjadi sosok paling digjaya di tatar Tanah Pasundan”
Seluruh tubuh gw terasa bergetar mengetahui bahwa dalang selama ini adalah Penguasa Gaib Tanah Pasundan sendiri.. Sosok yang sangat gw hormati.. Sosok kakek moyang yang selalu membantu gw disaat sedang terancam.. Mengapa semua terasa sangat sulit sekali diterima dengan akal sehat? Mangapa dia bisa melakukan sesuatu yang sama sekali tidak pernah di duga? Apakah karena hal ini, Nyi Mas Galuh Pandita tidak pernah mau menemui ayahnya?
“Apakah kau juga yang menyuruh Rambe Lantak untuk membunuh Dewi Arum Kesuma dan menculik kekasih ku, Eyang?” Tanya gw dengan suara bergetar dan bahu mulai menghangat pertanda emosi sudah benar-benar terpancing..
Penguasa Gaib Tanah Pasundan menganggukkan kepala satu kali sambil mengulum senyuman sinis sebagai jawaban awal dari pertanyaan gw barusan..
“Bukan hanya itu, Ngger.. Aku pula yang menanamkan santet kepada Ibumu dan mencabutnya kembali hanya untuk mangambil setetes darahmu dari jantung” Ucap Penguasa Gaib Tanah Pasundan, seraya mengeluarkan sebuah kantung kecil berwarna merah berikat tali emas dari balik jubah kebesarannya..
Gw kembali tercekat dengan hawa bahu yang sudah benar-benar memanas, menyaksikan kantung tersebut yang pernah gw lihat sebelumnya saat Raja Jin busuk itu mengambil darah gw dari jantung sebagai penawar dari pelet yang menjerat Ibu..
Tanpa pikir panjang, gw mengeluarkan Pedang Jagat Samudera dari bahu kanan dan..
“KU BUNUH KAU!!!” Teriak gw, sambil melompat ke arah Penguasa Gaib Tanah Pasundan dengan Pedang Jagat Samudera yang telah terhunus siap menebas kepalanya..
Raja Jin alias Braja Krama nampak mengulum senyuman meremehkan.. Lalu meniupkan nafas dari mulutnya ke arah gw..
WUSSSH...
Segelombang angin laksana topan tercipta dari hembusan nafas Raja Jin.. Kemudian menerjang tubuh dan membuat gw terpelanting ke belakang.. Gerakan tubuh gw yang terhempas jauh, mendadak berhenti saat seseorang terasa menahan punggung dari belakang dan menurunkan gw kembali ke atas tanah berbatu.. Semua gigi gw bergemeratak menatap nanar ke arah Raja Jin..
Tanpa memperdulikan apapun, gw hendak menyerang kembali dengan mengerahkan seluruh tenaga dalam.. Tapi, lagi-lagi bahu gw dipegang seseorang yang membuat gw seketika menghentikan langkah.. Gw menoleh dan melihat Ki Suta lah yang sedang mencengkram bahu kiri.. Beliau pula ternyata yang menangkap tubuh gw barusan saat terlempar diterjang angin buatan Braja Krama..
“Tahan amarah mu, Ngger.. Semua yang ada disini juga merasakan hal sama seperti mu.. Kita telah tertipu Raja Jin yang sangat licik.. Tapi, kita tetap tidak boleh gegabah dalam bertindak.. Lawan yang kita hadapi bukan lah Jin lemah.. Dia adalah Junjungan ku yang memiliki kesaktian diatas kita” Ucap Ki Suta setengah berbisik sambil menatap ke arah Raja Jin..
Gw menggelengkan kepala pertanda tidak menerima saran Ki Suta.. Yang terpenting, saat ini gw harus membalaskan dendam kesumat karena telah ditipu mentah-mentah oleh Junjungan semua Jin di Tatar Tanah Pasundan..
“Sebaiknya, kau turuti saran menantu kesayangan ku, Ngger.. Suta Dewa juga Kakek Moyang mu.. Ucapannya benar.. Jika aku mau, aku bisa langsung melenyapkan mu tadi seperti menjentikkan jari.. Ya! Sangat mudah bagi mu untuk melenyapkan kalian semua yang ada disini..”
Gw mencoba melepaskan diri dari cengkraman Ki Suta di bahu kiri, saat mendengar ejekan Raja Jin yang sangat memandang kami semua dengah sebelah mata.. Namun, sekuat apapun gw mencoba melepaskan diri, cengkraman itu terasa semakin kuat.. Seolah tertanam ke dalam daging di bahu..
“Seperti biasa.. Emosi mu sangat mudah sekali tersulut, Ngger.. Itu yang aku suka dari mu.. Tapi, semua yang kau lakukan akan sia-sia belaka.. Lebih baik, kau bujuk Ki Purwagalih sahabat mu itu untuk menyerahkan Kitab Langit.. Aku berjanji tidak akan membunuh kalian, jika Kitab Langit telah berada dalam tanganku”
CIHHH!!
Gw meludah kesamping sebagai jawaban atas bujukan Raja Jin.. Sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundad yang telah menipu kami semua selama ini, nampak menatap tajam ke arah gw.. Namun, pandangannya terlempar ke arah Ki Purwagalih yang tiba-tiba melayang maju satu tombak lagi ke depan..
“Aku akan menyerahkan Kitab Langit kepada mu.. Tapi, aku mau kau melepaskan dulu semua tawanan.. Termasuk anak gadis manusia yang kau culik, Braja Krama” Ucap Ki Purwagalih ke arah Raja Jin..
Sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundan sontak kembali tertawa keras.. Lalu, menatap tajam ke arah kami semua.. Tiba-tiba, laki-laki berjubah kebesaran berwarna merah itu berpijak ke atas tanah berbatu dan mengangkat sebelah kaki kirinya sejengkal dari tanah.. Kemudian..
DEMMMM!!!
Seluruh tempat tempat kami berpijak terguncang hebat laksana terkena gempa hebat, begitu kaki kiri Raja Jin menginjak tanah.. Dari arah lubang kawah, asap tebal berwarna kelabu kembali membumbung tinggi menerbangkan abu-abu vulkanik.. Letupan lahar juga nampak menyembur keluar bersamaan dengan terbelahnya tanah di beberapa bagian gunung.. Suara-suara kepanikan dari pasukan gaib yang berbaris di pihak kami, terdengar bersahutan..
Gw yang merasakan tanah terguncang, segera merunduk setengah berlutut untuk menjaga keseimbangan diri.. Pandangan gw sempat terlempar ke arah Ridho, Suluh dan Bimo yang juga melakukan hal sama.. Anehnya, semua sosok gaib yang seyogyanya tidak merasakan apapun karena melayang tidak berpijak diatas tanah, ikut menyeimbangkan tubuhnya.. Ini menandakan bahwa kesaktian Raja Jin benar-benar berada diatas kami semua..
“Berani nya kau melakukan penawaran terhadap ku, Purwagalih! Yang aku butuhkan saat ini hanya lah Kitab Langit di tangan mu.. Aku sama sekali tidak membutuhkan satu pun dari kalian.. Termasuk Pemuda keras kepala keturunan ku itu” Bentak Penguasa Gaib Tanah Pasundan sembari menunjukan jari telunjuk nya ke arah gw..
Ki Purwagalih yang sudah menguasai keseimbangan dirinya, mengulum senyuman penuh percaya diri.. Kemudian sempat melempar pandangan ke arah gw untuk sesaat, dan kembali menatap Braja Krama..
“Jangan remehkan diriku, Braja Krama.. Seiring berkhianatnya kau atas amanah Sang Maharadja Padjadjaran untuk menjaga wilayah Gaib Tanah Pasundan, kau bukan lagi Junjungan ku saat ini.. Kau bukan lagi Junjungan semua sosok Jin yang tinggal di wilayah kekuasaan Sang Prabu.. Dan kau lupa, aku adalah Penjaga Kitab Langit.. Aku tahu semua tentang Kitab yang kau incar.. Darah pemuda keturunan mu yang saat ini kau miliki, tidak akan berkhasiat apapun ke Kitab Langit, jika bukan dia sendiri yang mengeluarkannya.. Lebih baik, kau turuti saja permintaan ku Braja Krama.. Tunjukkan dan lepaskan semua tawanan.. Baru aku akan memberikan Kitab Langit kepada mu ”
Jawaban Ki Purwagalih sontak membuat wajah Penguasa Gaib Tanah Pasundan terkejut untuk beberapa saat.. Sambil mengulum senyuman dingin, ia melirik ke arah gw yang sudah kembali berdiri dengan tegap diatas tanah berbatu..
“Ternyata kau cukup pintar Purwagalih.. Aku memang masih membutuhkan pemuda itu.. Gertakan ku tidak berhasil.. Baiklah! Aku akan melepaskan semua tawanan, kecuali Krama Raja dan kekasih pemuda keturunanku itu.. Krama Raja merupakan ancaman bagi ku karena kesaktiannya setara dengan kesaktianku.. Sedangkan anak gadis manusia yang aku tawan, akan aku lepaskan setelah Imam memberikan ku darah yang akan dikeluarkannya sendiri.. Apakah semua terdengar adil bagimu, Purwagalih?”
“Bangsa*! Aku benar-benar menyesal menjadi salah satu dari keturunan mu.. Jika kau berani melukai kekasihku.. Aku bersumpah akan membunuh mu Raja Jin sialan!” Bentak gw yang sempat berhasil melepaskan diri dari cengkraman Ki Suta, namun kembali ditahan beliau saat gw hendak mencoba melompat..
“Jaga mulut mu, bocah tengik! Aku pasti akan membunuhmu setelah menguasai Kitab Langit.. Kau memang keturunan ku, tapi aku sangat tidak berkenan mempunyai keturunan manusia lemah sepertimu” Kata Raja Jin yang balas membentak dan membuat gw mengepalkan telapak tangan kiri, sementara telapak tangan kanan masih menghunus Pedang Jagat Samudera..
“Sudahlah, Braja Krama.. Jangan kau timpali pemuda itu.. Aku menyetujui syarat mu.. Lebih baik kau segera lepaskan tawanan yang kau kehendaki.. Setelah itu, aku akan memberikan mu Kitab Langit” Sela Ki Purwagalih dengan lengan kanan menahan dada gw..
Penguasa Gaib Tanah Pasundan terlihat meludah ke samping kiri dan membuat sebuah lubang seukuran mulut sumur tercipta di tanah yang terkena ludahnya.. Nyali gw sempat ciut melihat apa yang baru saja terjadi.. Kemudian, sosok bermahkotakan emas dengan ukuran besar itu merentangkan kedua telapak tangan nya ke depan.. Lalu menengadahkannya ke atas dengan kedua mata terpejam dan mulut berkomat kamit.. Sedetik berlalu, sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundan melompat satu tombak ke atas dan menghujamkan kedua telapak tangan nya ke atas tanah berbatu..
DEMMMM!!!!
Suara dentuman keras diiringi gelombang tenaga terdengar dan menyapu kami semua.. Suara hiruk pikuk dari barisan pasukan gaib di pihak kami, kembali terdengar pertanda rasa cemas menyelimuti mereka.. Namun semua suara itu seketika menghilang, saat tanah berbatu lima tombak dihadapan kami terbelah cukup besar.. Ukurannya kira-kira tiga tombak atau dalam ukuran manusia sekitar 4,5 meter lebar dengan ukuran panjang mencapai lima tombak.. Ki Suta sempat menarik tubuh gw untuk mundur empat tombak ke belakang.. Dengan sikap waspada, gw menghunus Pedang Jagat Samudera..
Dihadapan gw, persisnya dari dalam rengkahan tanah yang terbelah, tersembul keluar sebuah pilar cukup besar berwarna hitam.. Benda itu nampak semakin tinggi tersembul dari dalam rengkahan tanah.. Kedua mata gw menatap nanar ke arah sosok-sosok yang juga perlahan muncul keluar dari dalam retakan tanah.. Nyi Mas Galuh Pandita, Bayu Barata dan seorang laki-laki dengan wajah tertutupi rambut panjang acak-acakan, nampak mulai terlihat.. Darah gw berdesir melihat wajah Nyi Mas Galuh Pandita yang nampak sembab.. Sementara, jejak luka memar membiru terlihat dari wajah dan tubuh Bayu Barata.. Sosok laki-laki bergamis putih disebelah Bayu Barata masih belum jelas nampak wajahnya yang tertutupi rambut panjang tak beraturan..
Gw segera berjalan menyongsong kedatangan Raja Jin yang merentangkan kedua tangan bersiap memeluk.. Namun, mendadak langkah kaki gw terhenti dengan sendirinya, seperti ada tenaga yang menahan.. Gw menoleh kebelakang dan mengerutkan dahi begitu melihat Ki Purwagalih sudah membuka telapak tangannya yang diarahkan tepat ke gw.. Tiba-tiba, tubuh gw tertarik mundur kebelakang dengan sangat cepat dan terhenti tepat disebelah sosok Sang Penjaga Kitab Langit itu..
“Jangan bodoh, Ngger.. Apakah kau lupa bahwa Penguasa Gaib Tanah Pasundan saat ini sedang menjadi tawanan Braja Krama?” Ucap Ki Purwagalih dengan sorot mata tajam
DEG
Perkataan Ki Purwagalih sontak mengembalikan ingatan gw akan keberadaan Penguasa Gaib Tanah Pasundan yang sebenarnya.. Hampir saja gw menyerahkan diri ke dalam pelukan Braja Krama yang saat ini sedang menjelma menjadi Raja Jin.. Beruntung Ki Purwagalih segera menarik kembali tubuh gw ke belakang.. Langsung saja emosi gw tesulut karena hampir menjadi korban dari tipu muslihat Braja Krama untuk kesekian kalinya.. Sambil mengepalkan kedua tangan dan menggemeratakkan gigi, gw berniat maju ke depan.. Tapi, gerakan gw tertahan oleh pegangan seseorang pada bahu kanan.. Dengan mengulum senyuman bijak dan menganggukkan kepalanya sekali, Ki Purwagalih seolah meminta gw untuk mengurungkan niat.. Lalu melayang dua tombak ke hadapan..
“Selamat datang, Braja Krama.. Dimana gerangan para tawanan yang akan kau tukar dengan Kitab Langit?” Sapa Ki Purwagalih yang disusul sebuah pertanyaan inti..
“Hahaha.. Purwagalih Penjaga Kitab Langit.. Tidak perlu terlalu sopan kepada diriku.. Tidak perlu juga terburu-buru menanyakan tawanan ku.. Aku masih ingin memandangi wajah kalian, sebelum ku lenyapkan satu persatu”
Mendengar ucapan Braja Krama yang masih menyamar sebagai Raja Jin barusan, sontak membuat seluruh pasukan gaib dari Gunung Merapi dan Gunung Gede berteriak-teriak karena terpancing emosi.. Gw juga sama, sorot mata gw menatap tajam ke arah sosok yang merupakan dalang dari semua yang telah terjadi selama ini.. Ki Purwagalih sempat menoleh kearah Suluh dan Bimo seperti meminta kedua saudara gw itu menenangkan pasukannya.. Suluh dan Bimo menganggukkan kepala mereka dan membalikkan tubuh menghadap pasukannya masing-masing sambil mengangkat tangan kanan ke atas.. Seketika, suara-suara yang menandakan amarah itu terhenti..
“Jadi dugaan ku tepat.. Kau tetap akan melenyapkan kami meski Kitab Langit akan aku serah kan untuk menebus para tawanan.. Beruntung aku telah mengundang sahabat-sahabat Penguasa Gaib Tanah Pasundan untuk menghadapi mu” Ucap Ki Purwagalih dengan penuh wibawa..
“Bagus! Kau semakin memudahkan rencana ku, Purwagalih.. Sekarang, lekas kau serahkan Kitab Langit kepada ku”
“Tidak! Tunjukkan pada kami semua sosok asli mu dan para tawanan terlebih dahulu” Bantah Ki Purwagalih dengan tegas..
Braja Krama nampak mengepalkan kedua tangannya, lalu menyunggingkan senyuman dingin.. Secara perlahan sosok yang masih menjelma menjadi Raja Jin itu menyentuh titik tengah diantara kedua alis matanya dengan ujung jempol terbalik.. Gw memandangi wajah Braja Krama tanpa berkedip, bersiap untuk melihat seperti apa penampilan sebenarnya dari sesosok musuh besar itu.. Tapi aneh, mengapa tidak ada yang terjadi? Padahal Braja Krama sudah tidak lagi menyentuh keningnya dengan ujung jempol yang terbalik.. Seharusnya, ia tidak lagi menjelma menjadi sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundan karena Ajian Malih Sukma Raga telah tercabut..
Pandangan semua tokoh dipenuhi tanda tanya.. Tanpa terkecuali Ki Purwagalih dan Ki Suta.. Gw yang juga merasa heran, melirik ke arah kedua tokoh tersebut yang saling memandang untuk beberapa saat.. Dari arah depan, Braja Krama tertawa kembali terbahak-bahak dengan suara yang mengguncangkan tanah pegunungan.. Letupan lahar sempat terlihat dari lubang besar yang ada jauh di belakang pasukan musuh, seperti bereaksi dengan tawa menggelegar mengandung tenaga dalam sangat tinggi milik Braja Krama..
“Tidak ku sangka, kalian semua ternyata mahluk-mahluk yang sangat bodoh.. Mana mungkin aku menggunakan Ajian Malih Sukma Raga untuk meniru tubuhku sendiri” Ucap Braja Krama di selingi tawanya yang sesekali masih terdengar..
Gw menoleh ke arah Ki Purwagalih yang nampak semakin tidak mengerti dengan ucapan Braja Krama..
“Aku lah Braja Krama, Penguasa Gaib Tanah Pasundan”
Gw tersentak mendengar pengakuan Braja Krama.. Begitu pula dengan semua sosok yang berkumpul di atas gunung ini.. Wajah-wajah mereka menunjukkan raut ketidakpercayaan akan ucapan sosok sakti yang masih melayang sepuluh tombak di depan..
“Apa maksud mu?” Tanya gw dengan suara lantang yang membuat semua mata menatap..
Braja Krama nampak menyunggingkan senyuman dingin mendengar pertanyaan gw.. Lalu mengibaskan jubahnya yang sempat tersibak angin..
“Aku lah musuh utama mu, Ngger.. Aku yang telah menyelamatkan mu dari Bayu Ambar cucuku.. Aku Braja Krama yang selama ini kau cari.. Akulah kakek moyang mu.. Ayah dari Nyi Mas Galuh Pandita, isteri Suta Dewa” Jawab Braja Krama, yang membuat gw tertegun masih tak percaya..
Pandangan gw nanar menatap Ki Suta dan Ki Purwagalih yang juga nampak sangat terkejut.. Bahkan wajah Ki Suta terlihat pucat dengan kedua bibir bergetar..
“Jadi, sosok pemberontak Kerajaan Gaib Tanah Pasundan adalah Baginda sendiri?” Tanya Ki Purwagalih dengan suara tersendat..
Braja Krama tertawa kembali beberapa kali, lalu merapihkan letak mahkotanya yang sedikit miring akibat gelak tawa barusan..
“Purwagalih, Purwagalih.. Kau dan Ki ****** termasuk Jin tertua di Tanah Pasundan.. Mengapa kau sampai tidak mengetahui nama kecil Junjungan mu sendiri? Pemberontak itu memang ada, namun bukan aku.. Dia adalah saudara kembar ku yang bernama Krama Raja yang saat ini telah ku tawan kembali dalam penjara gaib bersama puteri ku Nyi Mas Galuh Pandita.. Jika kau bertanya mengapa aku menahan puteri ku sendiri, jawabannya adalah karena dia dan Krama Raja tahu akan niat dan siasat ku untuk menguasai Kitab Langit”
Semua sosok membungkam mulut dengan penjelasan Braja Krama.. Namun gw malah melangkah maju kembali satu langkah ke depan/..
“Aku tidak percaya! Kau bukan lah sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundan yang asli.. Kakek Moyang ku itu sangat baik kepada ku.. Beliau menyelamatkan ku beberapa kali.. Beliau juga mengembalikan Pedang Jagat Samudera milikku.. Jika kau memang benar Kakek Moyangku yang berniat menguasai Kitab Langit, mengapa harus bersusah payah membantu ku? Padahal darahmu sendiri bisa kau gunakan untuk membuka dan membaca isinya?” Tanya gw yang sudah tidak bisa lagi menahan segala beban tanya yang terasa penuh sesak memenuhi benak..
Braja Krama tersenyum dingin mendengar beberapa pertanyaan gw.. Lalu melayang mundur satu tombak ke belakang dan menoleh ke arah Bayu Ambar..
“Kau tahu, Ngger.. Untuk mencapai tujuan, terkadang kita harus memasang topeng dan menjilat guna melumpuhkan sasaran.. Aku tahu kau lah satu-satunya keturunan ku yang menjadi Sang Juru Kunci Kitab Langit.. Hanya darahmu yang bisa memunculkan, menggunakan sekaligus memusnahkan Kitab Langit.. Beruntung masih ada satu keturunan ku yang berpihak padaku, yaitu Bayu Ambar.. Dengan bantuannya, aku akan jauh lebih mudah menguasai Kitab Langit dan menjadi sosok paling digjaya di tatar Tanah Pasundan”
Seluruh tubuh gw terasa bergetar mengetahui bahwa dalang selama ini adalah Penguasa Gaib Tanah Pasundan sendiri.. Sosok yang sangat gw hormati.. Sosok kakek moyang yang selalu membantu gw disaat sedang terancam.. Mengapa semua terasa sangat sulit sekali diterima dengan akal sehat? Mangapa dia bisa melakukan sesuatu yang sama sekali tidak pernah di duga? Apakah karena hal ini, Nyi Mas Galuh Pandita tidak pernah mau menemui ayahnya?
“Apakah kau juga yang menyuruh Rambe Lantak untuk membunuh Dewi Arum Kesuma dan menculik kekasih ku, Eyang?” Tanya gw dengan suara bergetar dan bahu mulai menghangat pertanda emosi sudah benar-benar terpancing..
Penguasa Gaib Tanah Pasundan menganggukkan kepala satu kali sambil mengulum senyuman sinis sebagai jawaban awal dari pertanyaan gw barusan..
“Bukan hanya itu, Ngger.. Aku pula yang menanamkan santet kepada Ibumu dan mencabutnya kembali hanya untuk mangambil setetes darahmu dari jantung” Ucap Penguasa Gaib Tanah Pasundan, seraya mengeluarkan sebuah kantung kecil berwarna merah berikat tali emas dari balik jubah kebesarannya..
Gw kembali tercekat dengan hawa bahu yang sudah benar-benar memanas, menyaksikan kantung tersebut yang pernah gw lihat sebelumnya saat Raja Jin busuk itu mengambil darah gw dari jantung sebagai penawar dari pelet yang menjerat Ibu..
Tanpa pikir panjang, gw mengeluarkan Pedang Jagat Samudera dari bahu kanan dan..
“KU BUNUH KAU!!!” Teriak gw, sambil melompat ke arah Penguasa Gaib Tanah Pasundan dengan Pedang Jagat Samudera yang telah terhunus siap menebas kepalanya..
Raja Jin alias Braja Krama nampak mengulum senyuman meremehkan.. Lalu meniupkan nafas dari mulutnya ke arah gw..
WUSSSH...
Segelombang angin laksana topan tercipta dari hembusan nafas Raja Jin.. Kemudian menerjang tubuh dan membuat gw terpelanting ke belakang.. Gerakan tubuh gw yang terhempas jauh, mendadak berhenti saat seseorang terasa menahan punggung dari belakang dan menurunkan gw kembali ke atas tanah berbatu.. Semua gigi gw bergemeratak menatap nanar ke arah Raja Jin..
Tanpa memperdulikan apapun, gw hendak menyerang kembali dengan mengerahkan seluruh tenaga dalam.. Tapi, lagi-lagi bahu gw dipegang seseorang yang membuat gw seketika menghentikan langkah.. Gw menoleh dan melihat Ki Suta lah yang sedang mencengkram bahu kiri.. Beliau pula ternyata yang menangkap tubuh gw barusan saat terlempar diterjang angin buatan Braja Krama..
“Tahan amarah mu, Ngger.. Semua yang ada disini juga merasakan hal sama seperti mu.. Kita telah tertipu Raja Jin yang sangat licik.. Tapi, kita tetap tidak boleh gegabah dalam bertindak.. Lawan yang kita hadapi bukan lah Jin lemah.. Dia adalah Junjungan ku yang memiliki kesaktian diatas kita” Ucap Ki Suta setengah berbisik sambil menatap ke arah Raja Jin..
Gw menggelengkan kepala pertanda tidak menerima saran Ki Suta.. Yang terpenting, saat ini gw harus membalaskan dendam kesumat karena telah ditipu mentah-mentah oleh Junjungan semua Jin di Tatar Tanah Pasundan..
“Sebaiknya, kau turuti saran menantu kesayangan ku, Ngger.. Suta Dewa juga Kakek Moyang mu.. Ucapannya benar.. Jika aku mau, aku bisa langsung melenyapkan mu tadi seperti menjentikkan jari.. Ya! Sangat mudah bagi mu untuk melenyapkan kalian semua yang ada disini..”
Gw mencoba melepaskan diri dari cengkraman Ki Suta di bahu kiri, saat mendengar ejekan Raja Jin yang sangat memandang kami semua dengah sebelah mata.. Namun, sekuat apapun gw mencoba melepaskan diri, cengkraman itu terasa semakin kuat.. Seolah tertanam ke dalam daging di bahu..
“Seperti biasa.. Emosi mu sangat mudah sekali tersulut, Ngger.. Itu yang aku suka dari mu.. Tapi, semua yang kau lakukan akan sia-sia belaka.. Lebih baik, kau bujuk Ki Purwagalih sahabat mu itu untuk menyerahkan Kitab Langit.. Aku berjanji tidak akan membunuh kalian, jika Kitab Langit telah berada dalam tanganku”
CIHHH!!
Gw meludah kesamping sebagai jawaban atas bujukan Raja Jin.. Sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundad yang telah menipu kami semua selama ini, nampak menatap tajam ke arah gw.. Namun, pandangannya terlempar ke arah Ki Purwagalih yang tiba-tiba melayang maju satu tombak lagi ke depan..
“Aku akan menyerahkan Kitab Langit kepada mu.. Tapi, aku mau kau melepaskan dulu semua tawanan.. Termasuk anak gadis manusia yang kau culik, Braja Krama” Ucap Ki Purwagalih ke arah Raja Jin..
Sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundan sontak kembali tertawa keras.. Lalu, menatap tajam ke arah kami semua.. Tiba-tiba, laki-laki berjubah kebesaran berwarna merah itu berpijak ke atas tanah berbatu dan mengangkat sebelah kaki kirinya sejengkal dari tanah.. Kemudian..
DEMMMM!!!
Seluruh tempat tempat kami berpijak terguncang hebat laksana terkena gempa hebat, begitu kaki kiri Raja Jin menginjak tanah.. Dari arah lubang kawah, asap tebal berwarna kelabu kembali membumbung tinggi menerbangkan abu-abu vulkanik.. Letupan lahar juga nampak menyembur keluar bersamaan dengan terbelahnya tanah di beberapa bagian gunung.. Suara-suara kepanikan dari pasukan gaib yang berbaris di pihak kami, terdengar bersahutan..
Gw yang merasakan tanah terguncang, segera merunduk setengah berlutut untuk menjaga keseimbangan diri.. Pandangan gw sempat terlempar ke arah Ridho, Suluh dan Bimo yang juga melakukan hal sama.. Anehnya, semua sosok gaib yang seyogyanya tidak merasakan apapun karena melayang tidak berpijak diatas tanah, ikut menyeimbangkan tubuhnya.. Ini menandakan bahwa kesaktian Raja Jin benar-benar berada diatas kami semua..
“Berani nya kau melakukan penawaran terhadap ku, Purwagalih! Yang aku butuhkan saat ini hanya lah Kitab Langit di tangan mu.. Aku sama sekali tidak membutuhkan satu pun dari kalian.. Termasuk Pemuda keras kepala keturunan ku itu” Bentak Penguasa Gaib Tanah Pasundan sembari menunjukan jari telunjuk nya ke arah gw..
Ki Purwagalih yang sudah menguasai keseimbangan dirinya, mengulum senyuman penuh percaya diri.. Kemudian sempat melempar pandangan ke arah gw untuk sesaat, dan kembali menatap Braja Krama..
“Jangan remehkan diriku, Braja Krama.. Seiring berkhianatnya kau atas amanah Sang Maharadja Padjadjaran untuk menjaga wilayah Gaib Tanah Pasundan, kau bukan lagi Junjungan ku saat ini.. Kau bukan lagi Junjungan semua sosok Jin yang tinggal di wilayah kekuasaan Sang Prabu.. Dan kau lupa, aku adalah Penjaga Kitab Langit.. Aku tahu semua tentang Kitab yang kau incar.. Darah pemuda keturunan mu yang saat ini kau miliki, tidak akan berkhasiat apapun ke Kitab Langit, jika bukan dia sendiri yang mengeluarkannya.. Lebih baik, kau turuti saja permintaan ku Braja Krama.. Tunjukkan dan lepaskan semua tawanan.. Baru aku akan memberikan Kitab Langit kepada mu ”
Jawaban Ki Purwagalih sontak membuat wajah Penguasa Gaib Tanah Pasundan terkejut untuk beberapa saat.. Sambil mengulum senyuman dingin, ia melirik ke arah gw yang sudah kembali berdiri dengan tegap diatas tanah berbatu..
“Ternyata kau cukup pintar Purwagalih.. Aku memang masih membutuhkan pemuda itu.. Gertakan ku tidak berhasil.. Baiklah! Aku akan melepaskan semua tawanan, kecuali Krama Raja dan kekasih pemuda keturunanku itu.. Krama Raja merupakan ancaman bagi ku karena kesaktiannya setara dengan kesaktianku.. Sedangkan anak gadis manusia yang aku tawan, akan aku lepaskan setelah Imam memberikan ku darah yang akan dikeluarkannya sendiri.. Apakah semua terdengar adil bagimu, Purwagalih?”
“Bangsa*! Aku benar-benar menyesal menjadi salah satu dari keturunan mu.. Jika kau berani melukai kekasihku.. Aku bersumpah akan membunuh mu Raja Jin sialan!” Bentak gw yang sempat berhasil melepaskan diri dari cengkraman Ki Suta, namun kembali ditahan beliau saat gw hendak mencoba melompat..
“Jaga mulut mu, bocah tengik! Aku pasti akan membunuhmu setelah menguasai Kitab Langit.. Kau memang keturunan ku, tapi aku sangat tidak berkenan mempunyai keturunan manusia lemah sepertimu” Kata Raja Jin yang balas membentak dan membuat gw mengepalkan telapak tangan kiri, sementara telapak tangan kanan masih menghunus Pedang Jagat Samudera..
“Sudahlah, Braja Krama.. Jangan kau timpali pemuda itu.. Aku menyetujui syarat mu.. Lebih baik kau segera lepaskan tawanan yang kau kehendaki.. Setelah itu, aku akan memberikan mu Kitab Langit” Sela Ki Purwagalih dengan lengan kanan menahan dada gw..
Penguasa Gaib Tanah Pasundan terlihat meludah ke samping kiri dan membuat sebuah lubang seukuran mulut sumur tercipta di tanah yang terkena ludahnya.. Nyali gw sempat ciut melihat apa yang baru saja terjadi.. Kemudian, sosok bermahkotakan emas dengan ukuran besar itu merentangkan kedua telapak tangan nya ke depan.. Lalu menengadahkannya ke atas dengan kedua mata terpejam dan mulut berkomat kamit.. Sedetik berlalu, sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundan melompat satu tombak ke atas dan menghujamkan kedua telapak tangan nya ke atas tanah berbatu..
DEMMMM!!!!
Suara dentuman keras diiringi gelombang tenaga terdengar dan menyapu kami semua.. Suara hiruk pikuk dari barisan pasukan gaib di pihak kami, kembali terdengar pertanda rasa cemas menyelimuti mereka.. Namun semua suara itu seketika menghilang, saat tanah berbatu lima tombak dihadapan kami terbelah cukup besar.. Ukurannya kira-kira tiga tombak atau dalam ukuran manusia sekitar 4,5 meter lebar dengan ukuran panjang mencapai lima tombak.. Ki Suta sempat menarik tubuh gw untuk mundur empat tombak ke belakang.. Dengan sikap waspada, gw menghunus Pedang Jagat Samudera..
Dihadapan gw, persisnya dari dalam rengkahan tanah yang terbelah, tersembul keluar sebuah pilar cukup besar berwarna hitam.. Benda itu nampak semakin tinggi tersembul dari dalam rengkahan tanah.. Kedua mata gw menatap nanar ke arah sosok-sosok yang juga perlahan muncul keluar dari dalam retakan tanah.. Nyi Mas Galuh Pandita, Bayu Barata dan seorang laki-laki dengan wajah tertutupi rambut panjang acak-acakan, nampak mulai terlihat.. Darah gw berdesir melihat wajah Nyi Mas Galuh Pandita yang nampak sembab.. Sementara, jejak luka memar membiru terlihat dari wajah dan tubuh Bayu Barata.. Sosok laki-laki bergamis putih disebelah Bayu Barata masih belum jelas nampak wajahnya yang tertutupi rambut panjang tak beraturan..
Diubah oleh juraganpengki 01-04-2018 23:49
dodolgarut134 dan 12 lainnya memberi reputasi
13