- Beranda
- Stories from the Heart
I Love You More Than You Think
...
TS
nengsr
I Love You More Than You Think

Thanks for the amazing cover Om quatzlcoatl

(Ssstt.. this is the real picture of us)
Aku sering bertanya-tanya pada diri sendiri, apa yang paling berperan di kehidupan ini? cintaatau uang?
Dan aku pernah bertanya pada ibuku, beliau menjawab uang. Karena beliau berpikir realistis, katanya cinta saja tidak ada uang ya tidak hidup.
Ya memang. Tetapi aku agak kurang setuju, karena ketika tidak punya uang aku tidak semerana itu. Tapi jika hati yang terluka, hati yang mengelola semuanya. Sedih berkepanjangan menghilangkan semua gairah.
Dan aku pernah bertanya pada ibuku, beliau menjawab uang. Karena beliau berpikir realistis, katanya cinta saja tidak ada uang ya tidak hidup.
Ya memang. Tetapi aku agak kurang setuju, karena ketika tidak punya uang aku tidak semerana itu. Tapi jika hati yang terluka, hati yang mengelola semuanya. Sedih berkepanjangan menghilangkan semua gairah.
Panggil saja aku Hani, itu nama kecilku. Aku asli orang Surabaya jadi ga pake 'gue-elo'. Maklum orang jawa, ketika ada yang pake sebutan 'gue' pasti pada nyeletuk "mangan tahu tempe ae gue gue"

Mau ijin pada para pecinta SFTH buat nulis sebagian kisahku. Ya hanya sekedar untuk mengabadikan

Maaf jika tulisanku jelek, memang bukan penulis

Apabila ada yang mengenalku, aku mohon dengan sangat jangan bocor ya gan
PM aja kalo mau. Oke?Selamat menikmati...
Spoiler for Index:
Spoiler for Mulustrasi:
Diubah oleh nengsr 21-09-2020 23:10
bukhorigan dan 13 lainnya memberi reputasi
12
113.9K
847
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nengsr
#603
Goes To Pacitan
25 Oktober 2014
Waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi di hari sabtu ini. Aku sudah bersiap nunggu jemputan dari jam 4 tapi yang ditunggu ga datang2. Kita mau touring lagi hari ini. Tanggal merah pada hari sabtu. Sangat idaman buat kita yang hari sabtu masih kerja.
Tujuan kita ke Pacitan, bukan asal kita milih destinasi kesana. Temenku Lukman, yang notabene temen sekelasku yang termasuk geng terbaik juga mantannya Sita, itu punya desa disana. Dia woro2 sih kalo dia mau mudik, jelas kita minat. Ga jarang kok temen2ku yang lain ikut Lukman mudik seperti itu. Selain letak desanya yang sangat strategis dengan tempat wisata, di halaman depan rumah dia itu ada air terjun. Sungguh beruntung sekali dia...
Aku lagi harap2 cemas karena yang ditunggu ga datang2. Kita janjian jam 4 sudah harus tiba di meeting point. Mengantisipasi keterlambatan sih makanya dijadwalin subuh banget. Berkali kali Sita telpon. Aku pun juga telpon, telpon orang yang mau jemput aku.
Salah jika kalian beranggapan aku bakal dijemput salah satu dari Dani, Reza atau Alfin. Alfin ga bisa ikut karena dia juga mudik. Dani ga ikut karena dia bokek katanya, dia udah merengek rengek ke Sita buat undur minggu depan lagi tapi ga bisa. Kan tuan rumahnya bisanya sekarang. Reza ikut kok, tapi dia sama yang lain dan langsung kesana. Kita belum deket
Calling Kiki
Aku ga pernah bisa marah2 sama nih anak. Dia tuh kadang ceria, kadang lempeng, kalem dan berwajah polos. Apalagi dia kesayangan aku, jadi ga tega kalo marah2
Belum lama aku tutup telpon Kiki, hp udah bergetar lagi ada telpon dari Sita.
Sita is calling..
...
Pukul 6 pagi akhirnya aku sama Kiki baru sampe di meeting point, dimana semua anggota lainnya sudah lengkap dan siap berangkat. Sudah pernah aku bilang, aku ini orang yang ontime. Kalo telat pasti merasa bersalah sama yang lain. Tapi gimana lagi, tadi begitu Kiki sampe rumahku dan sudah ganti pake motorku dia ngomong,
Ini jelas bikin telat makin telat. Tapi bisa apa aku selain ngeiyain aja biar cepet. Jadinya deh dari rumahku kita ke kostan temennya Kiki yang letaknya daerah ITS trus baru ke Terminal Bungurasih karena meeting pointnya disitu.
Ada 6 motor kali ini dengan anggota 12 orang.
Sita - Aldi
Aku - Kiki
Rendra - Esty
Reza - Udin
Fika - Erik (temen Rendra)
Lina (temen Esty) - Temen Hendra
Kita berangkat setelah doa bersama. Harus telat 2 jam dari planning karena manusia super ini. Gimana engga, ternyata Kiki tuh semaleman ga tidur karena ngerjain tugasnya itu trus langsung berangkat touring. Laki fearless ini mah. Mana pas sudah memasuki Jombang nih anak lagi bales2in chat di hpnya dengan melajukan motor kencang. Tapi aku percaya sama dia dan ga meragukan kemahiran menyetirnya.
Jam 8 lebih kita sampai di Kertosono dan memilih berhenti untuk sarapan. Selepas sarapan langsung melanjutkan perjalanan menuju kearah Kediri. Saat sampe di Trenggalek dan tepat saat akan naik menuju ke Pacitan kita berhenti di sebuah SPBU untuk beristirahat dan isi bensin.
Kugunakan waktu itu untuk duduk berselonjor dan menyandarkan punggung. Tanganku bergerak mencari hp untuk sekedar mengecek notif. Ada chat dari Dani di grup yang berpesan pada kita untuk berhati hati dan have fun.
Setelah dirasa cukup istirahatnya kita langsung berangkat lagi karena cuaca lagi mendung takut hujan. Tapi cuaca langsung berganti cerah ketika kita sudah memasuki jalanan berkelok menuju Pacitan ini. Kelokan yang lebih panjang dari Gumitir. Sebelumnya Sita berpesan seperti ini,
Dan benar saja. Kelokan ini sangat panjang. Naik turun berkelok kelok dan tikungan tajam. Yang lebih seram tuh kiri udah jurang, ga tepat dikit mengatur kecepatan bisa terperosok dan pulang tinggal nama doang.
Jadi kita jalan lebih santai karena bahaya juga kalo bawa motornya kenceng2. Kiki berkali kali membuka helmnya untuk beberapa saat terus dipake lagi. Ternyata itu buat ngusir rasa ngantuknya. Waduh, bahaya.
"Bun, yakin bisa nyetir sendiri kalo jalannya kayak gini?" Tanya Kiki kemudian.
Aku menggeleng ragu membayangkan bisa atau engga. "Gatau." Jawabku yang langsung disambut gelak tawa olehnya.
Akhirnya penantian panjangku berujung juga. Kita sudah melewati kelokan itu dan berhenti tepat di sisi jalan paling tinggi sebelum pertigaan. Kalo belok kiri kita ke arah PLTU dan Sita ragu. Dia lupa harus kearah mana. Lama kita berhenti, Sita mencoba menghubungi Lukman tapi ga ada sinyal. Kemudian ada bapak tua yang berjalan tanpa alas kaki badannya bungkuk tapi masih memikul kumpulan rumput di pundaknya.
"Pak, mau tanya..." Sita menghampiri bapak tua tersebut.
"Ya.." sahutnya.
"Kalo mau ke Lorok lurus atau belok sini ya." Ucap Sita dengan menunjuk arah kiri.
"Oh, masih lurus aja mba.." jawab bapak tua itu.
"Ooh masih terus ya?"
"Iya. Masih jauh."
Aku memperhatikan bapak tua itu dengan perasaan ga karuan. Sedih, iba, malu, kagum, marah, terenyuh semua campur aduk.
Dan setelah bapak tua itu berlalu kita bergegas melanjutkan perjalanan, melewati hamparan pantai tenang di kanan jalan. Kemudian melewati dua tebing tinggi menjulang yang di depannya terdapat pemandangan pantai yang indah, persis seperti yang ada di Pantai Pandawa Bali.
Sampai melewati pasar kemudian Sita lupa lagi kampungnya Lukman masuk lewat mana. Sebenernya bukan cuma Sita yang udah pernah kesini, Fika juga. Tapi keduanya itu memang payah mengenai daya ingat.
Yasudah kita memilih memanggil Lukman saja yang menjemput kita, daripada kita nyasar. Sambil nunggu Lukman datang kita belanja untuk bawain bingkisan buat nenek Lukman. Setelah Lukman datang kita langsung menuju rumah neneknya yang tak jauh dari tempat kita menunggu tadi. Tapi begitu tiba semua pada lesu, karena air terjunnya lagi kering karena musim kemarau. Huft~
"Assalamualaikum..." salam kita saat memasuki rumah.
"Wa'alaikumsalam..." jawab ibu Lukman. Aku, Sita sama Fika jelas kaget. Ternyata ibunya Lukman juga ikutan mudik. Tapi beliau lebih milih naik travel sama cucunya.
Setelah berbasa basi dengan ibunya Lukman, kita disuruh masuk dan istirahat dulu. Ruang tengah yang ada tv nya itu sudah disulap jadi tempat tidur kita, juga dengan 2 kamar di depannya. Aku memberi kabar pada Dani kalo udah sampe, soalnya tadi dia sempat chat personal juga ke aku.
"Tadi berangkat dari Surabaya jam berapa?" Tanya Lukman pada kita.
"Jam 6." Jawab Aldi.
"Tujuh jam. Cepet juga. Ga nyasar kan tadi?"
"Tadi sempet bingung pas di pertigaan PLTU itu. Terus tanya orang." Ucap Aldi lagi.
"Padahal udah aku bilangin loh.
"Iya aku lupa." Sahut Sita.
Kemudian ibunya Lukman datang dari dapur dengan bawa banyak piring berbarengan dengan saudara Lukman yang lain membawakan nasi beserta lauknya. Waduh, jadi enak nih datang2 udah disuruh makan
-----
Selepas ashar kita mulai berwisatanya. Kita kearah pantai yang terlihat dari jalan raya tadi, namanya Pantai Soge. Karena jalan rayanya lebih tinggi jadi pemandangan disana terlihat sangat jelas. Dan emang lebih bagusnya kita foto2 disini. Terlihat ada dua air yang membelah pasir pantai. Ternyata itu antara air tawar dan air laut. Bagus banget.
Ga lama kita disana, kita langsung beralih ke jalanan tebing tadi. Disini kita lebih leluasa dan puas berfoto. Karena emang jalanan sangat sepi. Ada aja gaya foto yang dilakukan aku dan yang lain yang berhasil bikin semua tertawa.
Setelah puas kita beralih ke Pantai Taman Sidomulyo. Aku bawa motor dengan Esty jadi penumpang. Kiki lagi bermesraan sama Rendra. Tapi siapa sangka, begitu masuk kebun2 itu jalanan berubah jadi pantai pasir. Bikin motorku nggobet dan aku ga bisa ngontrolnya dan hampir jatuh.
"Hahaha udah sini bun..." Kiki menghampiriku dengan tertawa dan bermaksud mengambil alih motorku.
"Susah Ki. Jalannya pasir gini!" Kesalku.
"Hahaha.." dia hanya ketawa saja.
Begitu sampai dan parkir kita semua berjalan kaki memasuki area pantai. Ada penangkaran penyu dan kolam renang disini. Sayang karena kita kesorean jadi kolamnya udah tutup dan flying foxnya pun juga. Tapi kita senang, karena ga ada pengunjung lain selain kita. Berasa pantai pribadi
Semua pada sibuk dengan kesenangannya sendiri. Aku lebih memilih merasakan deburan ombak menerpa kakiku. Aku suka saat air kembali ke pantai dan pasirnya pun ikut. Lama kelamaan kakiku terkubur pasir. Saat sedang asyik, aku merasa ada yang lagi foto. Aku menoleh, dan benar saja. Itu Lukman dengan kamera pocketnya.
"Ayo lagi Han.. paparazi ini." Katanya cengengesan. Akupun meladeninya dengan melakukan gaya2 bak model.
Aku tak bergerak dari tempatku tadi ketika Lukman sudah beranjak pergi. Aku memandang sekitar dan tersenyum melihat aktivitas anak2 lain. Mereka sedang mengekpresikan rasa bahagianya.
Masih asyik dengan kegiatanku, aku kembali terusik. Seperti ada yang memperhatikanku. Aku menoleh ke kanan, persis di tempat Lukman tadi. Ternyata benar, ada yang foto2 aku lagi. Tapi kali ini Reza yang melakukannya.
Aku tersenyum. Tidak bertingkah seabsurd dengan Lukman tadi. Membiarkan saja dia sepuasnya menjadikan aku objek fotonya. Dan sepertinya aku mulai menikmati di candid sama dia

Matahari semakin tenggelam dan kita pun berniat untuk mengakhiri kegiatan. Tapi sebelumnya kita berfoto full team dulu sebelum balik ke rumah nenek Lukman. Dan benar saja, masuk kampung sudah gelap. Disini sangat minim lampu penerangan jalan.
Ada yang menarik disini, saat akan masuk kampung kita harus melewati jembatan yang cukup panjang dan sempit. Tapi jembatan itu hanya terbuat dari kayu dan tali. Jadi begitu kita lewat, jembatannya pasti berayun. Itu cukup memacu adrenalin. Sungai di bawah itu cukup dalam. Dan kita harus bergantian untuk melewatinya.
-----
Malemnya setelah kita beres mandi dan sholat, kita makan berame rame di depan teras. Yang cewe2 bantuin ibu sama nenek Lukman nyiapin makanan. Terus kita makan sambil ngobrol. Sampe telingaku ga sengaja dengar,
"Manis ya mba, tuh liat senyumnya. Ya ampun..." itu suara Esty. Dia lagi ngobrol sama temennya, mba Lina. Tuhkan, dia keganjenan lagi.
"Kenapa Es, naksir mas Reza ya? Sikat aja udah, lagi jomblo." Sahut Sita.
"Hahaha apa sih Sit, engga kok.." sanggahnya.
"Halah..." ejek Sita.
"Iya Esty ini. Ga ngaku. Jomblo loh.." mba Lina menimpali.
"Kenapa Jhe?" Aku tanya Sita.
"Ini.. ini.. naksir mas Reza." Jawab Sita sambil nunjuk Esty.
"Ciyeee..." aku ikutan godain Esty.
Tapi dalam hati kenapa kok aku merasa ada saingan ya?
-----
Setelah makan dan ngeberesin, kita semua pada kumpul di ruang tengah, begitu agak malam aku pindah ke kamar karena butuh buat ngecharge. Awalnya aku masih mainan hp lama2 ketiduran. Begitu bangun, kok ga ada satupun yang ikut tidur di kamar? Aku lihat keluar, ternyata pada tidur berjejer seperti ikan pindang di ruang tengah.
Paginya setelah berpamitan dan ga lupa foto bersama di depan rumah, siang ini kita sudah berada di Pantai Klayar. Dengan menempuh perjalanan kurang lebih selama 2 jam dan jalanan yang cukup ekstrim waktu memasuki area wisata ini. Jalannya masih tanah dan naik turun yang sangat terjal dan curam. Tapi begitu sudah mendekati area pantai, aku berdecak kagum melihat pemandangannya.
---
"Ayo mba Hani, ga ikut kesana ta?"
Aku menoleh ke kiri dimana suara itu berasal saat aku sedang asyik memandang besarnya ombak yang menghantam tebing di depan sana. Dan aku mendapati Reza sedang menunduk kearahku sambil memegang kameranya.
"Kamu mau kesana ta mas?" Tanyaku balik dengan menunjuk arah tebing.
"Iya. Masa udah jauh2 sampe sini cuma diem aja?" Katanya menyindirku.
Aku masih terdiam seperti berpikir.
"Ayo." Ajaknya lagi. Sambil mulai berjalan ke arah tebing yang menuju sisi lain pantai ini.
Sejenak aku berpikir. Iya juga, ngapain duduk disini sama Aldi dan Sita yang lagi pacaran. Aku langsung bergegas mengambil kamera pocketku dan menitipkan tas ransel ke dua lovebird ini.
Aku menyusul anak2 lain yang sudah lebih dulu berada disini. Naik ke atas tebing dan melihat hamparan laut langsung. Ini kalo sampe jatuh udah ga bisa tertolong lagi. Samudra Hindia langsung ini.
"Mas, fotoin dong.." sekarang aku udah ga sungkan lagi minta foto ke Reza.
"Ayo." Jawabnya.
Aku berfoto dengan Fika dan Kiki. Seru2an di seruling. Begitu airnya nyembur jelas baju kita basah semua. Tapi seru sih. Bikin semua ngakak. Ga bisa lama2 karena banyak yang antri.
Kenapa namanya seruling? Jadi tuh ada lubang antara tebing satu dan lainnya, begitu ada ombak airnya nyembur lewat sela2 itu dan menghasilkan bunyi.
Ketika letak matahari tepat berada di atas kepala kita memutuskan balik ke tempat istirahat tadi dan makan siang. Letak tebing yang menyerupai Sphinx dengan pintu masuk itu jaraknya jauh banget. Makanya banyak abang ojek ATV yang menawarkan jasanya sewaktu kita baru masuk tadi.
Sudah sore saat kita mulai bergegas pulang. Arahnya berbeda seperti saat berangkat, kali ini kita lewat Ponorogo. Jalannya pun sama, masih berkelok kelok naik turun.
Begitu lewat tikungan tajam dan tanjakan yang cukup curam kita behenti. Di depanku ada Lukman, temennya Rendra dan mba Lina. Kita berhenti cukup lama, sepertinya ada yang ga beres. Akhirnya kita balik turun lagi, dan benar, ada yang ga beres.
"Loh, kenapa?" Tanyaku kearah kerumunan yang mengerubungi motor Rendra.
"Aku menjatuhkan diri soalnya tadi motornya mas Reza jatuh kan, gara2 ga kuat tadi di depannya ada motor mogok. Trus aku ngerem dan ga imbang, daripada malah merosot yaudah aku jatuhin aja motorku.." Rendra menjelaskan kejadiannya.
"Mas Reza sama Udin gapapa?"
"Gapapa.." jawabnya sambil cekikikan.
"Mas Reza yang jatuh malah gapapa. Nah aku yang menjatuhkan diri malah yang cedera." Ucap Rendra lagi.
"Hahaha..." Reza malah ketawa.
"Kamu gapapa ta mba?" Tanya Rendra ke Esty.
"Gapapa. Cuma lecet dikit. Kamu tuh lecet banyak." Jawabnya.
"Oh iya. Duuh.. ini nih, aku ada hansaplast." Kata Fika yang mulai mencari dalam tasnya.
Untung ga ada yang parah. Cuma lecet2 doang kaki Rendra sama Esty. Termasuk motornya juga lecet. Karena motornya Rendra ada yang ga beres akhirnya Esty pindah sama Lukman, Hendra sendirian.
Kita melanjutkan perjalanan lagi setelah penolongan pertama tadi beres. Memasuki waktu maghrib kita masih di Ponorogo, kita berhenti di masjid depan Alun Alun Ponorogo.
Sehabis sholat maghrib kita ke Alun Alun mencari makan.
"Mau makan apa?" Tanya Lukman.
"Sate.. sate!" Jawab Sita semangat.
"Oh iya, sate Ponorogo." Sahut Fika.
"Yaudah kita cari sate."
Tapi sampe muter dua kali dari segitu banyaknya penjual makanan ga ada satupun yang jual sate. Gila
Dengan sangat terpaksa kita asal duduk di warung lesehan. Makan penyetan, gado2, dan pecel
Kita lanjutkan lagi perjalanan pulang setelah selesai makan. Berhenti di salah satu SPBU yang ada di Nganjuk.
"Hani agak beda ya sekarang. Beda waktu kemarin waktu ada Dani.." ucap Aldi karena memperhatikanku sedang nyanyi2 sama Kiki biar ga ngantuk.
"Oh.. pencitraan berarti." Timpal Lukman.
"Iya. Bener.."
Aku liat ke anak2 lain cuma ketawa aja termasuk Reza.
"Apaan sih. Kemarin itu aku beneran ngantuk ya. Makanya diem aja."
"Kok sekarang ga ngantuk?"
"Kan tadi udah minum kopi."
"Halah, kalo ada Dani ngantuk. Ga ada Dani ga ngantuk..." ejek Aldi.
Kampret bener emang tuh anak. Padahal mah ga gitu. Sekarang aku emang berusaha ga ngantuk dengan minum kopi. Nah kemarin itu aku ga minum kopi makanya ngantuk.
Lanjut perjalanan, di jalan kita perhatiin Lukman paling belakang. Ternyata dia lagi megangin Esty yang lagi tidur. Itu anak sama siapa aja nemplok ya
Nyampe Terminal Bungurasih waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Dan sudah memasuki hari senin, paginya harus kerja lagi. Tapi ga ada penyesalan, kita malah happy habis liburan.
Akupun juga senang karena udah mulai kenal dan akrab sama Reza~~~
Waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi di hari sabtu ini. Aku sudah bersiap nunggu jemputan dari jam 4 tapi yang ditunggu ga datang2. Kita mau touring lagi hari ini. Tanggal merah pada hari sabtu. Sangat idaman buat kita yang hari sabtu masih kerja.
Tujuan kita ke Pacitan, bukan asal kita milih destinasi kesana. Temenku Lukman, yang notabene temen sekelasku yang termasuk geng terbaik juga mantannya Sita, itu punya desa disana. Dia woro2 sih kalo dia mau mudik, jelas kita minat. Ga jarang kok temen2ku yang lain ikut Lukman mudik seperti itu. Selain letak desanya yang sangat strategis dengan tempat wisata, di halaman depan rumah dia itu ada air terjun. Sungguh beruntung sekali dia...
Aku lagi harap2 cemas karena yang ditunggu ga datang2. Kita janjian jam 4 sudah harus tiba di meeting point. Mengantisipasi keterlambatan sih makanya dijadwalin subuh banget. Berkali kali Sita telpon. Aku pun juga telpon, telpon orang yang mau jemput aku.
Salah jika kalian beranggapan aku bakal dijemput salah satu dari Dani, Reza atau Alfin. Alfin ga bisa ikut karena dia juga mudik. Dani ga ikut karena dia bokek katanya, dia udah merengek rengek ke Sita buat undur minggu depan lagi tapi ga bisa. Kan tuan rumahnya bisanya sekarang. Reza ikut kok, tapi dia sama yang lain dan langsung kesana. Kita belum deket

Calling KikiQuote:
Aku ga pernah bisa marah2 sama nih anak. Dia tuh kadang ceria, kadang lempeng, kalem dan berwajah polos. Apalagi dia kesayangan aku, jadi ga tega kalo marah2

Belum lama aku tutup telpon Kiki, hp udah bergetar lagi ada telpon dari Sita.
Sita is calling..Quote:
...
Pukul 6 pagi akhirnya aku sama Kiki baru sampe di meeting point, dimana semua anggota lainnya sudah lengkap dan siap berangkat. Sudah pernah aku bilang, aku ini orang yang ontime. Kalo telat pasti merasa bersalah sama yang lain. Tapi gimana lagi, tadi begitu Kiki sampe rumahku dan sudah ganti pake motorku dia ngomong,
Quote:
Ini jelas bikin telat makin telat. Tapi bisa apa aku selain ngeiyain aja biar cepet. Jadinya deh dari rumahku kita ke kostan temennya Kiki yang letaknya daerah ITS trus baru ke Terminal Bungurasih karena meeting pointnya disitu.
Ada 6 motor kali ini dengan anggota 12 orang.
Sita - Aldi
Aku - Kiki
Rendra - Esty
Reza - Udin
Fika - Erik (temen Rendra)
Lina (temen Esty) - Temen Hendra
Kita berangkat setelah doa bersama. Harus telat 2 jam dari planning karena manusia super ini. Gimana engga, ternyata Kiki tuh semaleman ga tidur karena ngerjain tugasnya itu trus langsung berangkat touring. Laki fearless ini mah. Mana pas sudah memasuki Jombang nih anak lagi bales2in chat di hpnya dengan melajukan motor kencang. Tapi aku percaya sama dia dan ga meragukan kemahiran menyetirnya.
Jam 8 lebih kita sampai di Kertosono dan memilih berhenti untuk sarapan. Selepas sarapan langsung melanjutkan perjalanan menuju kearah Kediri. Saat sampe di Trenggalek dan tepat saat akan naik menuju ke Pacitan kita berhenti di sebuah SPBU untuk beristirahat dan isi bensin.
Kugunakan waktu itu untuk duduk berselonjor dan menyandarkan punggung. Tanganku bergerak mencari hp untuk sekedar mengecek notif. Ada chat dari Dani di grup yang berpesan pada kita untuk berhati hati dan have fun.
Setelah dirasa cukup istirahatnya kita langsung berangkat lagi karena cuaca lagi mendung takut hujan. Tapi cuaca langsung berganti cerah ketika kita sudah memasuki jalanan berkelok menuju Pacitan ini. Kelokan yang lebih panjang dari Gumitir. Sebelumnya Sita berpesan seperti ini,
Quote:
Dan benar saja. Kelokan ini sangat panjang. Naik turun berkelok kelok dan tikungan tajam. Yang lebih seram tuh kiri udah jurang, ga tepat dikit mengatur kecepatan bisa terperosok dan pulang tinggal nama doang.

Jadi kita jalan lebih santai karena bahaya juga kalo bawa motornya kenceng2. Kiki berkali kali membuka helmnya untuk beberapa saat terus dipake lagi. Ternyata itu buat ngusir rasa ngantuknya. Waduh, bahaya.
"Bun, yakin bisa nyetir sendiri kalo jalannya kayak gini?" Tanya Kiki kemudian.
Aku menggeleng ragu membayangkan bisa atau engga. "Gatau." Jawabku yang langsung disambut gelak tawa olehnya.
Akhirnya penantian panjangku berujung juga. Kita sudah melewati kelokan itu dan berhenti tepat di sisi jalan paling tinggi sebelum pertigaan. Kalo belok kiri kita ke arah PLTU dan Sita ragu. Dia lupa harus kearah mana. Lama kita berhenti, Sita mencoba menghubungi Lukman tapi ga ada sinyal. Kemudian ada bapak tua yang berjalan tanpa alas kaki badannya bungkuk tapi masih memikul kumpulan rumput di pundaknya.
"Pak, mau tanya..." Sita menghampiri bapak tua tersebut.
"Ya.." sahutnya.
"Kalo mau ke Lorok lurus atau belok sini ya." Ucap Sita dengan menunjuk arah kiri.
"Oh, masih lurus aja mba.." jawab bapak tua itu.
"Ooh masih terus ya?"
"Iya. Masih jauh."
Aku memperhatikan bapak tua itu dengan perasaan ga karuan. Sedih, iba, malu, kagum, marah, terenyuh semua campur aduk.

Dan setelah bapak tua itu berlalu kita bergegas melanjutkan perjalanan, melewati hamparan pantai tenang di kanan jalan. Kemudian melewati dua tebing tinggi menjulang yang di depannya terdapat pemandangan pantai yang indah, persis seperti yang ada di Pantai Pandawa Bali.
Sampai melewati pasar kemudian Sita lupa lagi kampungnya Lukman masuk lewat mana. Sebenernya bukan cuma Sita yang udah pernah kesini, Fika juga. Tapi keduanya itu memang payah mengenai daya ingat.
Yasudah kita memilih memanggil Lukman saja yang menjemput kita, daripada kita nyasar. Sambil nunggu Lukman datang kita belanja untuk bawain bingkisan buat nenek Lukman. Setelah Lukman datang kita langsung menuju rumah neneknya yang tak jauh dari tempat kita menunggu tadi. Tapi begitu tiba semua pada lesu, karena air terjunnya lagi kering karena musim kemarau. Huft~
"Assalamualaikum..." salam kita saat memasuki rumah.
"Wa'alaikumsalam..." jawab ibu Lukman. Aku, Sita sama Fika jelas kaget. Ternyata ibunya Lukman juga ikutan mudik. Tapi beliau lebih milih naik travel sama cucunya.
Setelah berbasa basi dengan ibunya Lukman, kita disuruh masuk dan istirahat dulu. Ruang tengah yang ada tv nya itu sudah disulap jadi tempat tidur kita, juga dengan 2 kamar di depannya. Aku memberi kabar pada Dani kalo udah sampe, soalnya tadi dia sempat chat personal juga ke aku.
"Tadi berangkat dari Surabaya jam berapa?" Tanya Lukman pada kita.
"Jam 6." Jawab Aldi.
"Tujuh jam. Cepet juga. Ga nyasar kan tadi?"
"Tadi sempet bingung pas di pertigaan PLTU itu. Terus tanya orang." Ucap Aldi lagi.
"Padahal udah aku bilangin loh.
"Iya aku lupa." Sahut Sita.
Kemudian ibunya Lukman datang dari dapur dengan bawa banyak piring berbarengan dengan saudara Lukman yang lain membawakan nasi beserta lauknya. Waduh, jadi enak nih datang2 udah disuruh makan

-----
Selepas ashar kita mulai berwisatanya. Kita kearah pantai yang terlihat dari jalan raya tadi, namanya Pantai Soge. Karena jalan rayanya lebih tinggi jadi pemandangan disana terlihat sangat jelas. Dan emang lebih bagusnya kita foto2 disini. Terlihat ada dua air yang membelah pasir pantai. Ternyata itu antara air tawar dan air laut. Bagus banget.
Ga lama kita disana, kita langsung beralih ke jalanan tebing tadi. Disini kita lebih leluasa dan puas berfoto. Karena emang jalanan sangat sepi. Ada aja gaya foto yang dilakukan aku dan yang lain yang berhasil bikin semua tertawa.
Setelah puas kita beralih ke Pantai Taman Sidomulyo. Aku bawa motor dengan Esty jadi penumpang. Kiki lagi bermesraan sama Rendra. Tapi siapa sangka, begitu masuk kebun2 itu jalanan berubah jadi pantai pasir. Bikin motorku nggobet dan aku ga bisa ngontrolnya dan hampir jatuh.
"Hahaha udah sini bun..." Kiki menghampiriku dengan tertawa dan bermaksud mengambil alih motorku.
"Susah Ki. Jalannya pasir gini!" Kesalku.
"Hahaha.." dia hanya ketawa saja.
Begitu sampai dan parkir kita semua berjalan kaki memasuki area pantai. Ada penangkaran penyu dan kolam renang disini. Sayang karena kita kesorean jadi kolamnya udah tutup dan flying foxnya pun juga. Tapi kita senang, karena ga ada pengunjung lain selain kita. Berasa pantai pribadi

Quote:
Semua pada sibuk dengan kesenangannya sendiri. Aku lebih memilih merasakan deburan ombak menerpa kakiku. Aku suka saat air kembali ke pantai dan pasirnya pun ikut. Lama kelamaan kakiku terkubur pasir. Saat sedang asyik, aku merasa ada yang lagi foto. Aku menoleh, dan benar saja. Itu Lukman dengan kamera pocketnya.
"Ayo lagi Han.. paparazi ini." Katanya cengengesan. Akupun meladeninya dengan melakukan gaya2 bak model.
Aku tak bergerak dari tempatku tadi ketika Lukman sudah beranjak pergi. Aku memandang sekitar dan tersenyum melihat aktivitas anak2 lain. Mereka sedang mengekpresikan rasa bahagianya.
Masih asyik dengan kegiatanku, aku kembali terusik. Seperti ada yang memperhatikanku. Aku menoleh ke kanan, persis di tempat Lukman tadi. Ternyata benar, ada yang foto2 aku lagi. Tapi kali ini Reza yang melakukannya.
Aku tersenyum. Tidak bertingkah seabsurd dengan Lukman tadi. Membiarkan saja dia sepuasnya menjadikan aku objek fotonya. Dan sepertinya aku mulai menikmati di candid sama dia


Matahari semakin tenggelam dan kita pun berniat untuk mengakhiri kegiatan. Tapi sebelumnya kita berfoto full team dulu sebelum balik ke rumah nenek Lukman. Dan benar saja, masuk kampung sudah gelap. Disini sangat minim lampu penerangan jalan.
Ada yang menarik disini, saat akan masuk kampung kita harus melewati jembatan yang cukup panjang dan sempit. Tapi jembatan itu hanya terbuat dari kayu dan tali. Jadi begitu kita lewat, jembatannya pasti berayun. Itu cukup memacu adrenalin. Sungai di bawah itu cukup dalam. Dan kita harus bergantian untuk melewatinya.
-----
Malemnya setelah kita beres mandi dan sholat, kita makan berame rame di depan teras. Yang cewe2 bantuin ibu sama nenek Lukman nyiapin makanan. Terus kita makan sambil ngobrol. Sampe telingaku ga sengaja dengar,
"Manis ya mba, tuh liat senyumnya. Ya ampun..." itu suara Esty. Dia lagi ngobrol sama temennya, mba Lina. Tuhkan, dia keganjenan lagi.
"Kenapa Es, naksir mas Reza ya? Sikat aja udah, lagi jomblo." Sahut Sita.
"Hahaha apa sih Sit, engga kok.." sanggahnya.
"Halah..." ejek Sita.
"Iya Esty ini. Ga ngaku. Jomblo loh.." mba Lina menimpali.
"Kenapa Jhe?" Aku tanya Sita.
"Ini.. ini.. naksir mas Reza." Jawab Sita sambil nunjuk Esty.
"Ciyeee..." aku ikutan godain Esty.
Tapi dalam hati kenapa kok aku merasa ada saingan ya?
-----
Setelah makan dan ngeberesin, kita semua pada kumpul di ruang tengah, begitu agak malam aku pindah ke kamar karena butuh buat ngecharge. Awalnya aku masih mainan hp lama2 ketiduran. Begitu bangun, kok ga ada satupun yang ikut tidur di kamar? Aku lihat keluar, ternyata pada tidur berjejer seperti ikan pindang di ruang tengah.
Paginya setelah berpamitan dan ga lupa foto bersama di depan rumah, siang ini kita sudah berada di Pantai Klayar. Dengan menempuh perjalanan kurang lebih selama 2 jam dan jalanan yang cukup ekstrim waktu memasuki area wisata ini. Jalannya masih tanah dan naik turun yang sangat terjal dan curam. Tapi begitu sudah mendekati area pantai, aku berdecak kagum melihat pemandangannya.
Quote:
---
"Ayo mba Hani, ga ikut kesana ta?"
Aku menoleh ke kiri dimana suara itu berasal saat aku sedang asyik memandang besarnya ombak yang menghantam tebing di depan sana. Dan aku mendapati Reza sedang menunduk kearahku sambil memegang kameranya.
"Kamu mau kesana ta mas?" Tanyaku balik dengan menunjuk arah tebing.
"Iya. Masa udah jauh2 sampe sini cuma diem aja?" Katanya menyindirku.
Aku masih terdiam seperti berpikir.
"Ayo." Ajaknya lagi. Sambil mulai berjalan ke arah tebing yang menuju sisi lain pantai ini.
Sejenak aku berpikir. Iya juga, ngapain duduk disini sama Aldi dan Sita yang lagi pacaran. Aku langsung bergegas mengambil kamera pocketku dan menitipkan tas ransel ke dua lovebird ini.
Aku menyusul anak2 lain yang sudah lebih dulu berada disini. Naik ke atas tebing dan melihat hamparan laut langsung. Ini kalo sampe jatuh udah ga bisa tertolong lagi. Samudra Hindia langsung ini.
"Mas, fotoin dong.." sekarang aku udah ga sungkan lagi minta foto ke Reza.
"Ayo." Jawabnya.
Aku berfoto dengan Fika dan Kiki. Seru2an di seruling. Begitu airnya nyembur jelas baju kita basah semua. Tapi seru sih. Bikin semua ngakak. Ga bisa lama2 karena banyak yang antri.
Kenapa namanya seruling? Jadi tuh ada lubang antara tebing satu dan lainnya, begitu ada ombak airnya nyembur lewat sela2 itu dan menghasilkan bunyi.
Ketika letak matahari tepat berada di atas kepala kita memutuskan balik ke tempat istirahat tadi dan makan siang. Letak tebing yang menyerupai Sphinx dengan pintu masuk itu jaraknya jauh banget. Makanya banyak abang ojek ATV yang menawarkan jasanya sewaktu kita baru masuk tadi.
Sudah sore saat kita mulai bergegas pulang. Arahnya berbeda seperti saat berangkat, kali ini kita lewat Ponorogo. Jalannya pun sama, masih berkelok kelok naik turun.
Begitu lewat tikungan tajam dan tanjakan yang cukup curam kita behenti. Di depanku ada Lukman, temennya Rendra dan mba Lina. Kita berhenti cukup lama, sepertinya ada yang ga beres. Akhirnya kita balik turun lagi, dan benar, ada yang ga beres.
"Loh, kenapa?" Tanyaku kearah kerumunan yang mengerubungi motor Rendra.
"Aku menjatuhkan diri soalnya tadi motornya mas Reza jatuh kan, gara2 ga kuat tadi di depannya ada motor mogok. Trus aku ngerem dan ga imbang, daripada malah merosot yaudah aku jatuhin aja motorku.." Rendra menjelaskan kejadiannya.
"Mas Reza sama Udin gapapa?"
"Gapapa.." jawabnya sambil cekikikan.
"Mas Reza yang jatuh malah gapapa. Nah aku yang menjatuhkan diri malah yang cedera." Ucap Rendra lagi.
"Hahaha..." Reza malah ketawa.
"Kamu gapapa ta mba?" Tanya Rendra ke Esty.
"Gapapa. Cuma lecet dikit. Kamu tuh lecet banyak." Jawabnya.
"Oh iya. Duuh.. ini nih, aku ada hansaplast." Kata Fika yang mulai mencari dalam tasnya.
Untung ga ada yang parah. Cuma lecet2 doang kaki Rendra sama Esty. Termasuk motornya juga lecet. Karena motornya Rendra ada yang ga beres akhirnya Esty pindah sama Lukman, Hendra sendirian.
Kita melanjutkan perjalanan lagi setelah penolongan pertama tadi beres. Memasuki waktu maghrib kita masih di Ponorogo, kita berhenti di masjid depan Alun Alun Ponorogo.
Sehabis sholat maghrib kita ke Alun Alun mencari makan.
"Mau makan apa?" Tanya Lukman.
"Sate.. sate!" Jawab Sita semangat.
"Oh iya, sate Ponorogo." Sahut Fika.
"Yaudah kita cari sate."
Tapi sampe muter dua kali dari segitu banyaknya penjual makanan ga ada satupun yang jual sate. Gila

Dengan sangat terpaksa kita asal duduk di warung lesehan. Makan penyetan, gado2, dan pecel

Kita lanjutkan lagi perjalanan pulang setelah selesai makan. Berhenti di salah satu SPBU yang ada di Nganjuk.
"Hani agak beda ya sekarang. Beda waktu kemarin waktu ada Dani.." ucap Aldi karena memperhatikanku sedang nyanyi2 sama Kiki biar ga ngantuk.
"Oh.. pencitraan berarti." Timpal Lukman.
"Iya. Bener.."
Aku liat ke anak2 lain cuma ketawa aja termasuk Reza.
"Apaan sih. Kemarin itu aku beneran ngantuk ya. Makanya diem aja."
"Kok sekarang ga ngantuk?"
"Kan tadi udah minum kopi."
"Halah, kalo ada Dani ngantuk. Ga ada Dani ga ngantuk..." ejek Aldi.
Kampret bener emang tuh anak. Padahal mah ga gitu. Sekarang aku emang berusaha ga ngantuk dengan minum kopi. Nah kemarin itu aku ga minum kopi makanya ngantuk.
Lanjut perjalanan, di jalan kita perhatiin Lukman paling belakang. Ternyata dia lagi megangin Esty yang lagi tidur. Itu anak sama siapa aja nemplok ya

Nyampe Terminal Bungurasih waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Dan sudah memasuki hari senin, paginya harus kerja lagi. Tapi ga ada penyesalan, kita malah happy habis liburan.
Akupun juga senang karena udah mulai kenal dan akrab sama Reza~~~
Diubah oleh nengsr 01-04-2018 10:56
0



