Karena Ane lagi nyantai ane coba update lagi gansis, sekali lagi harap dimaklum kalo cerita ane berjalan lambat.
part kali ini gak sepanjang part biasanya dan bisa dibilang cuma pelengkap aja
Story diambil dari sudut pandang Sheril
Quote:
Part 29
2 Hari yang lalu
“Ya udah kakak berangkat yah, Assalamualaikum !”
“Waalaikum salam, hati-hati kak !”
Kutatap kakak yang memacu motornya pergi menuju rumah temannya untuk menyegarkan diri, aku merasa kasihan kepada kakak terkadang. Usianya masih muda, namun dia kurang menikmati masa mudanya karena apalagi sekarang dia menjadi tulang punggung keluarga semenjak kepergian Papa dan Mama.
Aku terus menatap punggung kakak yang sedang memacu motornya hingga hilang dari pandangan mata, telapak tanganku menempel kedadaku. Aku merasakan jantungku terpacu, aku tidak mengerti apa yang sedang kurasakan saat ini kepada kakakku sendiri.
Aku segera masuk kedalam rumah saat kakak sudah pergi jauh, kupikir sudah lama sekali semenjak kakak pergi bermain bersama teman-temannya. Kubuka pintu dan langsung kukunci karena aku tidak berniat untuk pergi keluar, didalam Yuli, RIan dan Kakek Nenek sedang berkumpul diruangan tamu dengan experesi yang sangat tidak mengenakkan untukku.
“Yuli, kekamar yuk kita main !” ajakku.
Yuli tidak menanggapi ajakanku, hanya matanya saja yang mendelik, kuperhatikan mereka semua memasang raut wajah yang sama.
“Rian?” tanyaku dengan pelan.
RIan berlaku sama dengan Yuli, bahkan tatapan Rian terlihat seperti tidak suka kepadaku. Kutatap Kakek dan Nenek, mereka hanya terdiam dengan mata mendelik dan tak lama mereka menutup mata mereka.
“Kalian kenapa? kok pada diem?”
Lagi-lagi aku tidak mendapatkan jawaban, hanya delikan mata yang aku dapatkan. Kakek dan Nenek berjalan kesisi tembok ketempat mereka biasa berdiri, sementara Rian berlari kearah dapur, sekarang hanya tinggal Yuli saja yang berdiri dihadapanku.
“Yul..?”
“Diem!!” ujar Yuli dengan nada menekan.
“Kenapa Yuli? Kok sama Kaka gitu?” tanyaku dengan pelan sambil mencoba memegang tangannya.
“Aku bilang diem!!” kali ini Yuli berkata dengan nada lebih tinggi.
Tak lama setelah berkata demikian Yuli pergi kearah dapur seperti yang dilakukan Rian, meninggalkanku dengan tanda Tanya “Mengapa?”.
Aku berjalan kearah dapur untuk memastikan sebenarnya ada apa dengan mereka, ketika aku akan melewati kamar yang digunakan kakak sebagai gudang. Tepat didepan kamar itu aku merasakan kepalaku mendadak pening luar biasa serta badanku yang tiba-tiba menjadi lemas, tak lama kemudian akupun jatuh ambruk tak sadarkan diri.
---------------------------00------------------------------------------00----------------------------
Dingin, dingin sekali. Aku merasakan sekuhur tubuhku dingin, mataku masih terpejam. Kepalaku rasanya pening sekali, namun aku berusaha membuka mata dan mencoba untuk bangkit.
“Sheril, kamu kenapa?”
Aku mendengar suara perempuan yang kukenal, suara Anggi. Kucoba membuka mata benar saja Anggi sedang jongkok disebelahku, wajahnya terlihat sangat khawatir.
“Eh kamu Nggi..” ujarku pelan.
“Kamu ngapain tiduran dilantai gini, dijalan mau kedapur lagi” Anggi bicara dengan panic.
“Emmm Hehe..” aku hanya tertawa kecil watados.
“Udah sekarang mah kekamar dulu, badan kamu dingin banget ya ampun Sher”
Dengan perlahan aku berjalan menuju kamar dengan menopang ke tubuh Anggi, baru pertama kali aku merasakan kejadian seperti ini. Aku merasa tubuhku segar bugar, entah kenapa semalam tubuhku rasanya kehilangan tenaga secara tiba-tiba.
Sesampainya dikamar Anggi segera membaringkan tubuhku dikasur dan memasangkan selimut, kemudian dia pergi keluar kamar dan berbelok kekanan kearah dapur. Sekitar 5 menit kemudian dia kembali dengan baskom kecil, lalu dia menaruh kain basah yang berasal dari baskom tadi.
“Nggi, ini kain apa?” tanyaku pelan.
“Emm kaos kaki kamu Sher dari jemuran didapur, abisnya aku gak tau sama panic ngeliat kamu gini”
Aku merasakan keningku hangat oleh air yang meresap ke kaos kaki yang Anggi gunakan untuk mengompresku, rasanya nyaman sekali.
“Nggi makasih ya kamu dah nolongin aku, ya biarpun agak aneh jidat aku dikompres sama kaos kaki” aku bicara dengan senyum kecil.
“Ya kan teman itu harus saling menolong Sher, apalagi sesama jomblo kaya kita
”
“Kamu kok bisa masuk kedalem Nggi?”
“Ya tadinya aku mau ngajak kamu maen, hari ini kan libur 3 hari kelas 3 lagi ada pelatihan, pas aku ketok gak ada jawaban dan pintunya agak
kebuka dikit. Jadi ya udah aku masuk aja, eh langsung kaget ngeliat kamu geletak dilantai” ujarnya dengan cepat.
“Libur? Kok aku gak tau yah Nggi?”
“Ya pantes lah gak tau orang kamu pulang duluan sama Kak Roni, padahal kelas 2 sama kelas 1 suruh kumpul dulu, ya ngedadak sih dikasih taunya pake Toa, ya udah aku pulang dulu manggil mama takut kamu kenapa-napa yah”
Sedetik kemudian Anggi beranjak dari duduknya dan pergi keluar, perlahan rasa peningku mulai membaik mungkin karena efek dari kompresan air hangat. Aku terdiam sambil menatap kearah langit-langit, masih merasa bingung dengan kejadian semalam apalagi saat mendengar perkataan Anggi bahwa pintu sedikit terbuka.
“Aku yakin banget malem udah nutup pintunya deh, emang sih aku gak inget ngunci. Siapa yang masuk? Duh mana aku Cuma pake celana pendek gini” gumamku dalam hati.
Pikiranku menjadi tidak karuan ketika memikirkan perkataan Anggi mengenai pintu yang sedikit terbuka, aku khawatir ada orang jahat yang masuk. Tapi sepintas aku melihat isi rumah tidak ada benda yang hilang atau tergeser sedikitpun.
“Sheril !”
Kutoleh kearah suara tersebut rupanya tante Tuti yang masuk, dia menggunakan celana legging ketat dan juga kaos yang menurutku berukuran M karena terlihat ketat sekali. Rambut tante Tuti dikuncir kuda dan wajahnya terlihat sekali menor oleh make up, tapi menornya terlihat bagus dan tidak norak.
“Hmmm percaya lah karyawati Bank mah pasti jago make up nya, mana sexy banget lagi” kembali aku bergumam dalam hati.
“Eh Tante, sehat Tante?” sapaku.
“Ya ampun Sheril kan harusnya Tante yang nanya gitu ke kamu, gimana sekarang kerasanya? Kaka kamu kemana kok gak ada?”
“Udah mendingan Tante, tadi udah dikompres sama Anggi. Emm Kaka lagi ada acara sama temennya Tante”
“Dia tau gak kamu sakit gini?” tanyanya dengan wajah khawatir.
“Enggak Tante, biarin gak usah dikasih tau biar dia nikmatin acaranya, kasian Tante dia biar seger pikirannya”
Sepertinya Tante Tuti mengerti dengan apa yang kurasakan sekarang, dia hanya tersenyum melihatku. Tak lama dia kemudian dia duduk diranjangku dan mengecek suhu tubuhku.
“Badan kamu dingin, kamu kayaknya masuk angin berat. Kerasa mual gak?” Tanya Tante Tuti.
“Dikit Tante”
“Ya udah Tante bikinin bubur yah”
Sedetik kemudian dia berdiri dan berjalan menuju dapur, tak lama Anggi datang dan langsung masuk kekamarku. Dia membawa kue kering dan beberapa bungkus coklat Cad**ry, kupikir dia akan memberikannya kepadaku namun ternyata malah dimakannya sendirian
.
“Hmm kirain mau dibagi taunya dimakan sendiri” ledekku.
“Lah emangnya kamu mau? Kan lagi sakit”
“Kamu kan tau aku seneng manis Nggi, apalagi coklat. Gak peka eh”
“Ya udah nih nih gigit sendiri ya”
Namun sebelum menyodorkan coklat itu kepadaku, si Anggi dengan watadosnya menjilati seluruh coklat hingga sangat jelas terliht basah, kampret memang. Kemudian kami tertawa dengan alasan yang tidak jelas.
“Kamu suka banget sama makanan manis ya , sejak kapan Sher?” Anggi bertanya dengan antusias.
“Dari kecil aku suka makanan manis, pertamanya temen Kaka aku yang ngasih, terus kakak ku jadi sering ngasih. Semenjak itu aku suka banget coklat. Apalagi coklat yang aku dapet pas hari Valentine
”
“Valentine? Dari siapa Sher?”
“Seseorang” jawabku dengan senyum kecil.
“Elah gak seru ah” ujar Anggi ketus.
Seseorang yang aku maksud adalah tiada lain adalah kakakku, entahlah aku merasa nyaman olehnya sampai-sampai aku belum pernah merasa tertarik kepada lelaki lain. lagi-lagi jantungku berdegup kencang dan teringat moment saat kakak memberikan Coklat saat Valentine kemaren.
“Sher kamu sehat? Cengar-cengir sendiri” Tanya Anggi heran.
“Eh gak apa-apa kok”
Setelah itu kami ngobrol ngalor-ngidul gak jelas sangat lama mengobrolkan hal GIRLY, tanpa kusadari rasa pening dikepalaku perlahan hilang dan tenagaku perlahan kembali meskipun masih terasa lemas.
“Permisi!!”
Rupanya Tante Tuti yang berkata didekat pintu sambil membawa semangkok bubur dan segelas air menggunakan nampan, kemudian dia menyimpan nampan disampingku, memegangi bubur yang baru saja dibuatnya dan tangannya sudah berada dalam posisi menyuapiku.
“Aku bisa sendiri kok Tante”
“Udah Dek Sheril biar tante yang nyuapin, gak usah sungkan gitu. Biarpun kamu baru tinggal disini tapi bakal tante anggap kamu kayak anak tante sendiri”
“Iya Sher biar mama aja yang nyuapin kamu” Anggi menimpali.
Akhirnya setelah sedikit merasa Dipaksa akupun mengalah dan membiarkan Tante Tuti menyuapiku, rasanya senang sekali hatiku. Disaat aku seperti ini ada temanku dan bahkan Ibunya juga yang mau merawatku, sungguh aku merasa beruntung.
“Tante, ini buburnya dikasih bumbu jinten ya?” tanyaku.
“Iya Dek, soalnya Anggi seneng kalo bubur dikasih jinten. Karena didapur kamu ada jadi Tante pikir kamu juga suka, kenapa ? gak enak yah?” Tante Tuti memasang wajah cemas.
“Eh enggak kok Tante, enak kok. Enak banget mirip sama buatan mama aku”
Tanpa kusadari aku berkata demikian, dan tanpa kusadari juga air mataku mengalir membasahi pipiku, terlintas dibenakku moment disaat aku sakit ketika mama masih hidup dulu. Mama selalu membuatkan bubur dengan bumbu jinten, untuk sebagian orang mungkin aneh tapi karena terbiasa dari kecil aku jadi menyukai bubur ini.
“Sher kok kamu nangis?” Anggi bertanya cemas.
“Kamu kenapa Dek?” Tante Tuti menimpali.
Tanpa menjawab aku memeluk tubuh Tante Tuti, tubuhku hilang kendali. Aku terus menangis dipelukan Tante Tuti, Tante Tuti balik memelukku, kupikir Tante Tuti adalah orang yang sangat baik.
“Kamu kalo ada apa-apa bilang aja sama Tante yah gak usah sungkan Dek, anggap aja Tante mamah kamu sendiri”
Aku hanya menganggukan kepala ditengah pelukannya, kutoleh kearah Anggi dia hanya tersenyum kecil. Saat aku sudah merasa tenang kulanjutkan makan bubur dan memutuskan untuk istirahat tidur, Tante Tuti kembali kerumahnya sementara Anggi bersedia menjagaku dan dia bermain komputer agar dia tidak merasa bosan.
“Sheril..!”
Aku mendengar suara perempuan yang tidak kukenal memanggil namaku, kubuka mataku rupanya aku masih terbaring didalam kamar. Kuluaskan pandangan terlihat ruangan menjadi oranye karena lembayung dari matahari senja,seluruh tembok menjadi warna oranye dan aku tidak melihat seorangpun didalam kamar.
Kucoba menoleh kearah kiri ranjang dimana tempat jendela berada, aku dikejutkan oleh sosok yang sedang berdiri disamping ranjangku. Aku tidak dapat melihat wajahnya karena silau oleh cahaya matahari senja, hanya siluetnya saja yang dapat kulihat.
Siluet seorang laki-laki berbadan kurus dengan kepala plontos berdiri disampingku, pakaiannya berwarna hitam atau mungkin biru. Aku tidak yakin karena aku tidak dapat melihat dengan jelas, namun yang pasti mata sosok itu berwarna kuning menyala.
Inginku segera beranjak dari ranjang dan berlari keluar, namun badanku kaku tidak dapat digerakkan. Kucoba untuk berteriak meminta bantuan karena khawatir sosok inilah yang membuka pintu semalam dan berniat jahat,namun lagi-lagi aku tak kuasa untuk berbicara.
Aku mencoba berteriak sekuat tenaga namun tidak ada suara yang keluar dari mulutku, rasanya seperti kehabisan suara. Sosok itu mendekat kearahku dan tangannya mulai memegangi leherku, aku yang tidak dapat bergerak sama sekali hanya bisa pasrah sambil berusaha terus berteriak meski tidak ada suara yang keluar.
“MATI!!!! MATI !!!!!”
Sosok tersebut mengatakan kata itu sambil mulai mencekikku, aku merasa tidak dapat bernafas. Aku tidak dapat melihat wajah sosok itu seperti apa, ditambah dengan posisi tercekik membuaku tidak focus,
“MATI !!! MATI !!!!”
Semakin lama cekikannya semakin kuat dan membuatku tidak berdaya, satu hal yang ada dipikiranku saat itu adalah apakah ini akhir dari hidupku.
“Sheril!! Bangun Sher !!”
Aku membuka mataku, rupanya aku sedang berbaring ditempat tidur. Disampingku ada Anggi yang menatapku dengan tatapan heran. Kurasakan jantungku berpacu cepat dan keringat dingin membasahi bajuku, kemudian aku memeluk Anggi dengan erat.
“Nggi aku Takut”
BERSAMBUNG.
Suara perempuan tapi yang nongolnya laki? dimaklum aja soalnya sekarang kan lagi banyak isu transgender
