- Beranda
- Stories from the Heart
Burung Kertas Merah Muda
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
chrishana
#40
Chapter 13
“Kenapa lu?”
Danu bertanya kepada Rendy yang langusng duduk bersandar di bangkunya. Kepalanya menghadap langit-langit dan matanya terpejam.
“Muka kusut banget kayak cucian abis diperas. Ada masalah, Ren?”
“Ngantuk, capek, bete.” jawab Rendy singkat.
“Ditolak Fara?” tanya Danu.
“Bukan.” jawab Rendy ketus.
“Lah terus?”
Rendy membuka matanya lalu duduk dengan tegap tidak bersandar. “Kemarin, gw SMS nomornya si Fara. Dan ternyata itu bukan nomornya.”
“Fara bohongin lo?” Danu sedikit terkejut mendengar cerita Rendy.
“Dan lo tau itu nomor siapa? Tuh, mak lampir!” jawab Rendy sambil menunjuk Anna dari kejauhan. “Gak cuma itu aja, adek gue bikin gue gak bisa tidur dari jam 3 pagi gara-gara dia teriak ada kecoa terbang.”
“Idih, itu sih gue juga ogah. Mending gue ketemu laba-laba kek, dari pada kecoa terbang.” ujar Danu.
“Ngantuk, capek, bete.” jawab Rendy singkat.
“Ditolak Fara?” tanya Danu.
“Bukan.” jawab Rendy ketus.
“Lah terus?”
Rendy membuka matanya lalu duduk dengan tegap tidak bersandar. “Kemarin, gw SMS nomornya si Fara. Dan ternyata itu bukan nomornya.”
“Fara bohongin lo?” Danu sedikit terkejut mendengar cerita Rendy.
“Dan lo tau itu nomor siapa? Tuh, mak lampir!” jawab Rendy sambil menunjuk Anna dari kejauhan. “Gak cuma itu aja, adek gue bikin gue gak bisa tidur dari jam 3 pagi gara-gara dia teriak ada kecoa terbang.”
“Idih, itu sih gue juga ogah. Mending gue ketemu laba-laba kek, dari pada kecoa terbang.” ujar Danu.
Bel sekolah berbunyi. Selang beberapa menit kemudian, masuklah seorang guru untuk mengajar mata pelajaran pertama. Guru kali ini terlihat cuek dengan anak murid. Ada yang mengobrol di pojokan, didiamkan. Rendy juga sepertinya tidak tertarik dengan pelajaran ini. Dia lebih memilih melihat Fara dari bangkunya dan membuka telepon genggam miliknya.
“Na, gue minta nomor HPnya Fara dong.” sent to Anna.
Beberapa detik kemudian, Anna membalas. “Minta sendiri!”
“Mintain dong. Lo kan sebelahan.” sent.
“Usaha lah! Lo kan cowok. Gimana sih!” received.
“Gue harus gimana? Bantuin gue, Na.” sent.
Beberapa detik kemudian, Anna membalas. “Minta sendiri!”
“Mintain dong. Lo kan sebelahan.” sent.
“Usaha lah! Lo kan cowok. Gimana sih!” received.
“Gue harus gimana? Bantuin gue, Na.” sent.
Rendy menunggu balasan dari Anna. Anna tak kunjung membalas SMS dari Rendy karena posisi guru yang sedang mengajar tepat ada di depannya. Begitulah resiko jika duduk di bangku barisan paling depan. Tak bisa leluasa dari pantauan guru. Setelah situasi membaik, Anna membalas pesan yang dikirimkan oleh Rendy.
“Ada syaratnya.” received.
“Apa?” sent.
“Pertama, lo harus anterin gue pulang. Kedua, lo harus jemput gue pagi-pagi biar gue gak telat ke sekolah. Ketiga, lo harus nurut apa kata gue.” received.
“Berlaku setiap hari.” lanjutnya.
“Apa?” sent.
“Pertama, lo harus anterin gue pulang. Kedua, lo harus jemput gue pagi-pagi biar gue gak telat ke sekolah. Ketiga, lo harus nurut apa kata gue.” received.
“Berlaku setiap hari.” lanjutnya.
Rendy membaca isi pesan dari Anna dengan mata melotot serta mengumpat dalam hati. Syarat yang diberikan Anna cukup membuat Rendy kesal dan kaget. Rendy pun bingung ingin menerimanya atau tidak.
“Kenapa lau?” tanya Danu yang melihat temannya sedang menahan emosi.
“Nih!” Rendy memberikan ponselnya.
Danu membaca isi pesan yang diberikan oleh ‘Mak Lampir’ tersebut. “Gila bener itu mak lampir. Udah terima aja.” ujar Danu sambil menepuk bahu Rendy.
“Gila lo! Gue jadi tukang ojeknya dia? Ogah!” ujar Rendy dengan nada yang pelan.
“Demi Fara, Ren.”
Rendy menghela napas panjang dan mulai mengetik balasan untuk Anna. Rendy yang dikenal kuat dan pandai berkelahi ini akhirnya mengalah demi sang pujaan hati. “Demi Fara nih, Nu.”
“OK, gue terima.” sent to Anna.
****
“Nih!” Rendy memberikan ponselnya.
Danu membaca isi pesan yang diberikan oleh ‘Mak Lampir’ tersebut. “Gila bener itu mak lampir. Udah terima aja.” ujar Danu sambil menepuk bahu Rendy.
“Gila lo! Gue jadi tukang ojeknya dia? Ogah!” ujar Rendy dengan nada yang pelan.
“Demi Fara, Ren.”
Rendy menghela napas panjang dan mulai mengetik balasan untuk Anna. Rendy yang dikenal kuat dan pandai berkelahi ini akhirnya mengalah demi sang pujaan hati. “Demi Fara nih, Nu.”
“OK, gue terima.” sent to Anna.
****
Bel istirahat pertama telah berbunyi. Semua murid akhirnya bisa bernapas lega sementara waktu. Kelas mendadak menjadi ramai bagaikan pasar malam. Ada yang asyik mengobrol, bahkan ada juga meja yang dipenuhi oleh perempuan untuk bergosip. Ada juga yang asyik menonton video adegan panas dipojokan kelas.
“Rendy.” received.
Telepon genggam milik Rendy tiba-tiba bergetar. Ada sebuah pesan yang masuk kedalamnya. Nama Rheva nampak dalam layar ponsel milik Rendy. Rendy dengan segera membalasnya.
“Iya, Va.” sent
.Beberapa menit kemudian, Rheva baru membalas pesan dari Rendy.
“Tolongin gue! Gue diganggu Mario!” received.
Tanpa pikir panjang, Rendy langsung menekan tombol callyang ada di handphone miliknya. Nada sambung berbunyi beberapa detik tapi tak kunjung diangkat oleh Rheva. Panggilan kedua dari Rendy, dan akhirnya Rheva mengangkat teleponnya.
“Ren!”terdengar suara Rheva yang terputus-putus dan suara lelaki yang sedang mengganggunya. Pasti itu adalah Mario.
“Ih! Apa sih lo!” Rheva membentak.
“Kalau aku lagi ngomong gak usah angkat telepon atau SMSan! Aku banting HP kamu! Sini sini!” bentak lelaki yang sedang bersama Rheva disana.
“Va! Lo dimana!” Rendy berbicara dengan nada yang keras.
“Masjid.....” Rheva baru berbicara sepatah kata lalu telepon dimatikan sepihak.
Rendy langsung beranjak dari tempat duduknya dan berlari keluar kelas. “Woi, Ren! Tunggu!” Danu juga ikut mengejar Rendy yang sudah berlari meninggalkannya terlebih dahulu.
“Ih! Apa sih lo!” Rheva membentak.
“Kalau aku lagi ngomong gak usah angkat telepon atau SMSan! Aku banting HP kamu! Sini sini!” bentak lelaki yang sedang bersama Rheva disana.
“Va! Lo dimana!” Rendy berbicara dengan nada yang keras.
“Masjid.....” Rheva baru berbicara sepatah kata lalu telepon dimatikan sepihak.
Rendy langsung beranjak dari tempat duduknya dan berlari keluar kelas. “Woi, Ren! Tunggu!” Danu juga ikut mengejar Rendy yang sudah berlari meninggalkannya terlebih dahulu.
Rendy dan Danu berlari dengan cepat menyusuri lorong dan anak tangga sekolah. Lorong sekolah dipenuhi oleh murid-murid lain yang sedang beristirahat di sana. Namun Rendy dan Danu tetap berlari saling berkejaran. Dan sampai akhirnya langkah Rendy terhenti di depan sebuah taman yang terletak disamping masjid. Terlihat sebuah handphone di atas tanah dengan kondisi baterai dan casing-nya sudah terpisah dari telepon genggamnya.
Rendy pun maju dan mengambilnya dari atas tanah lalu memasangkannya kembali. Tetapi, sayangnya handphone buatan Amerika Serikat itu tidak bisa menyala kembali seperti sedia kala. Suasana di sana pun ramai yang melihat karena Rheva dan lelaki bernama Mario itu sedang bertengkar hebat.
“Nih, HP lo. Udah gak bisa nyala lagi, Va.” ujar Rendy seraya mengembalikan telepon genggam milik Rheva.
Rheva menerimanya dengan tangan yang gemetar. Wajahnya sudah basah dipenuhi oleh air mata yang terus turun dari matanya yang indah. Rendy semakin geram melihatnya. Tidak ada senyuman Rheva yang dapat mengguncang perasaan Rendy seperti sedia kala.
“Ngapain lo disini! Gak usah sok pahlawan!” lelaki bernama Mario itu mendorong Rendy.
“Gue udah bilang sama lo! Jangan kasar sama perempuan! Gak ngerti juga? Badan gede, otak lo kosong!” ujar Rendy kepada lelaki yang memang postur tubuhnya lebih besar dari Rendy.
“Gue udah bilang sama lo! Jangan kasar sama perempuan! Gak ngerti juga? Badan gede, otak lo kosong!” ujar Rendy kepada lelaki yang memang postur tubuhnya lebih besar dari Rendy.
Tanpa pikir panjang, Mario langsung melayangkan sebuah pukulan ke arah Rendy. Tapi sayang, Rendy bisa menangkis dan membalas pukulan yang lebih telak hingga Mario jatuh tersungkur.
“Woi! Ada yang ribut!” teriak salah satu orang dari kerumunan di sana dan membuat suasana menjadi semakin ramai.
“Hajar! Jangan kasih ampun!” sahut salah satu murid yang sedang melihat Rendy dan Mario berkelahi.
“Rendy! Stop!” Rheva berteriak tetapi Rendy masih menendang dan menghajar Mario yang sudah tersungkur. “Rendy, udah! Please, Rendy.” Rheva terus mencoba menghentikan Rendy dengan menahan tangannya.
Mario terlihat habis babak belur dihajar oleh Rendy. Bibirnya berdarah dan wajah penuh memar. Sedangkan Rendy, tidak ada luka sedikitpun dan masih bisa berdiri dengan tegap. Lalu, Rendy menarik tangan Rheva dan menjauhi kerumunan. “Tunggu pembalasan gue, Rendy!” Mario berteriak sekuat tenanga.
“Hajar! Jangan kasih ampun!” sahut salah satu murid yang sedang melihat Rendy dan Mario berkelahi.
“Rendy! Stop!” Rheva berteriak tetapi Rendy masih menendang dan menghajar Mario yang sudah tersungkur. “Rendy, udah! Please, Rendy.” Rheva terus mencoba menghentikan Rendy dengan menahan tangannya.
Mario terlihat habis babak belur dihajar oleh Rendy. Bibirnya berdarah dan wajah penuh memar. Sedangkan Rendy, tidak ada luka sedikitpun dan masih bisa berdiri dengan tegap. Lalu, Rendy menarik tangan Rheva dan menjauhi kerumunan. “Tunggu pembalasan gue, Rendy!” Mario berteriak sekuat tenanga.
Rendy mengantar Rheva sampai ke dalam kelasnya. Dia masih terlihat pucat dan gemetaran diseluruh tubuhnya. Dia juga tak kunjung menghentikan laju air matanya.
“Rheva, lo gak apa-apa?” tanya Rendy.
Rheva menggelengkan kepalanya pelan. “Gue takut.” ucap Rheva dengan lirih.
“Ren, jangan kayak gitu lagi. Lo gak tau siapa Mario.” tambah Rheva.
“Gue gak peduli siapa dia, Va. Gue cuma gak mau lo diapa-apain dia.”
“Please, dengerin gue kali ini aja, Rendy.” ujar Rheva seraya menutupi wajahnya.
Rheva menggelengkan kepalanya pelan. “Gue takut.” ucap Rheva dengan lirih.
“Ren, jangan kayak gitu lagi. Lo gak tau siapa Mario.” tambah Rheva.
“Gue gak peduli siapa dia, Va. Gue cuma gak mau lo diapa-apain dia.”
“Please, dengerin gue kali ini aja, Rendy.” ujar Rheva seraya menutupi wajahnya.
Bel masuk sudah berbunyi. Rendy pun dengan tidak tega harus meninggalkan Rheva yang masih menangis di dalam kelasnya. Rendy memang tidak tahu siapa Mario. Rendy pun tidak peduli dengan itu. Yang jelas, Rendy tidak senang jika Mario masih mengganggu Rheva.
Diubah oleh chrishana 31-03-2018 20:04
jenggalasunyi dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Tutup
