- Beranda
- Stories from the Heart
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
...
TS
juraganpengki
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)

Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..
Prolog
Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..
Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)
SIDE STORIES
Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...

Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..
Prolog
Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..
Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)
SIDE STORIES
Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...
Diubah oleh juraganpengki 15-07-2018 20:23
iskrim dan 132 lainnya memberi reputasi
127
2.1M
8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#4550
Dua Syarat Reinata...
Tanpa pikir panjang, gw langsung berjalan menghampiri Reinata.. Sebuah senyuman balasan terlempar ke arah Jin Penjaga gadis itu yang melayang sedikit menjauh saat gw sudah berada persis disamping pemudi yang beliau jaga.. Reinata sendiri tersenyum manis melihat kedatangan gw..
“Meski terlambat, kamu datang juga akhirnya, Mam” Ucap gadis itu saat gw sudah duduk dihadapannya..
“Ga ada yang bisa halangin gw buat nemuin lu, Rei.. Lu pasti udah tau apa yang mau gw omongin, iya kan?” Jawab gw yang disusul sebuah pertanyaan..
Reinata menganggukkan kepala dan meraih sedotan di dalam sebuah gelas besar berisi minuman berwarna orange.. Lalu, secara perlahan ia menempelkan ujung sedotan dimulutnya.. Nampak cairan berasa jeruk mengalir naik didalam sedotan dan kembali turun begitu Reinata melepas dua bibir mungilnya dari ujung sedotan..
“Iya.. Aku tahu maksud kamu kesini untuk apa” Kata Reinata yang baru menjawab pertanyaan gw tadi..
“Gw harap lu kasih izin ke Penjaga lu buat bantuin bebasin cewe gw, Rei”
Reinata yang sempat memainkan Hp, langsung melempar pandangan ke arah gw.. Kemudian meletakkan gadget miliknya diatas meja.. Cukup lama gadis itu memandangi wajah gw yang mungkin terlihat cemas dimatanya.. Lalu menghela nafas panjang dan menyandarkan punggung di kursi..
“Sebenernya, aku udah malas berurusan sama kamu pas kejadian di rumah sakit waktu jenguk Ibu.. Berhubung suasana hati aku lagi bagus.. Jadi, aku ngizinin Penjaga ku buat bantuin kamu nanti malam.. Tapi, ada dua syarat yang harus kamu penuhin dulu, Mam”
Awalnya, gw merasa lega mendengar kalimat kedua yang di ucapkan Reinata.. Namun, saat ada dua syarat yang harus gw penuhi diujung kalimat gadis itu, kening gw seketika berkerut.. Gw pun terdiam memikirkan syarat apa gerangan yang akan diajukan Reinata..
“Aku sih terserah kamu aja, Mam.. Kalo bisa penuhin syaratnya, kamu dapat bantuan Jin Penjaga aku buat bebasin pacar kamu. It’s so simple”
“Ya udah.. Apapun bakal gw lakuin buat Anggie.. Sebutin aja syaratnya, Rei” Jawab gw dengan mantap..
Reinata nampak tersenyum senang mendengar jawaban gw barusan.. Gadis itu perlahan bangkit dari tempat duduknya sambil menenteng tas nya di tangan kanan dan berjalan menuju kasir.. Gw ikut bangkit dan melangkah mengekor dibelakang Reinata..
“Syarat yang pertama, kamu harus antar aku ke apartemen sepupu aku, Aziz tanpa mengomentari apapun yang aku lakukan.. Gimana? Gampang kan?”
Kening gw kembali berkerut mendengar syarat pertama yang barusan disebutkan Reinata.. Memang terdengar nya mudah untuk dilakukan.. Tapi, mengetahui ada kalimat terakhir yang melarang gw untuk mengomentari apa yang dilakukan gadis itu, membuat rasa curiga dalam hati ini muncul.. Pandangan gw sempat terlempar ke arah Kakek Tua Jin Penjaga nya Reinata, yang melayang berdiri persis dibelakang.. Melihat sosok tersebut, mengingatkan gw akan tujuan utama yaitu membebaskan Anggie dari cengkraman Braja Krama.. Untuk hal itu, gw sangat menbutuhkan bantuan beliau..
“Oke.. Gw anterin lu sekarang, Rei” Ucap gw yang membuat Reinata tersenyum sumringah..
Dengan cepat, gadis itu merangkulkan tangannya di lengan kanan gw masih sambil tersenyum.. Gw sendiri langsung mencoba melepaskan rangkulan tangan Reinata dan membuat gadis itu seketika menatap tajam..
“Inget, Mam.. Jangan mengomentari apa yang aku lakukan itu ada di syarat pertama tadi” Ancam Reinata dengan tatapan mata dingin..
Gw tertegun menyadari bahwa telah menyetujui satu kebodohan yang membuat gw terikat dengan Reinata meski untuk sementara.. Entah lah, apa yang gadis itu akan lakukan kedepannya.. Yang pasti firasat gw mengatakan bahwa Reinata akan memanfaatkan syarat tadi sebagai kelemahan gw..
“Kita jalan yuk ke parkiran motor” Ajak Reinata dengan wajah sudah kembali terselipi senyuman manis..
Gw menganggukkan kepala dan mulai berjalan menuju lift dalam gandengan mesra gadis itu.. Setibanya di parkiran motor, gw langsung memakai helm dan mengancingkan reslting jaket jeans.. Reinata sendiri membuka gulungan cardigannya untuk menutupi kedua lengan dari sengatan panas matahari.. Gw sempat menoleh ke arah Reinata yang tidak memakai helm dan akan menjadi santapan Polisi Lalu Lintas begitu membonceng di belakang nanti..
“Kamu kenapa liatin aku, Mam.. Suka yah?” Tanya Reinata yang membuat gw langsung mengalihkan pandangan ke arah lain, karena malas menimpali..
Gw sengaja tidak memperdulikan Reinata yang tidak menggunakan helm.. Biarkan saja seandainya nanti kami dihentikan Polisi.. Gw siap di tilang sehingga tidak perlu berlama-lama lagi bersama gadis itu.. Saat gw mulai duduk diatas motor sport pemberian Anggie, Reinata juga mulai naik dibelakang.. Awalnya dia tidak melakukan apapun dengan duduk sambil memegang bahu gw saat masih berada di dalam area parkir.. Namun, begitu kami sudah mulai meluncur di jalan raya..
Tiba-tiba, Reinata melingkarkan dua tangannya ke pinggang gw dan memeluk sangat erat dari belakang.. Kepala nya bahkan sengaja ia sandarkan sepenuhnya di punggung gw.. Benak gw seketika tertuju ke Anggie yang selalu melakukan hal itu ketika membonceng dibelakang.. Dan jujur, gw akan sangat menikmati jika seandainya Anggie yang saat ini berada disana.. Bukan Reinata..
“Rei, gw ga kenceng koq bawa motornya.. Ga usah peluk segala, donk.. Ga bisa nafas nih gw” Kata gw setengah berteriak karena suara terhalang helm full face..
“Apa, Mam.. Aku ga denger.. Suara kamu ga jelas.. Nanti aja yah ngomongnya kalo udah sampe tempat Aziz” Jawab Reinata sambil mengeratkan pelukannya dipinggang..
Dalam hati, gw mulai merasa kesal melihat kelakuan Reinata.. Gadis itu benar-benar memanfaatkan kelemahan gw yang membutuhkan bantuan Jin Penjaga nya.. Sepanjang perjalanan, beberapa kali gw berusaha merenggangkan punggung.. Sekaligus ingin membuat Reinata tidak nyaman dan berhenti memeluk sambil menyandarkan kepalanya.. Tapi, gagal.. Gadis itu malah seperti tertidur dengan nyenyaknya.. Seolah sedang sengaja menikmati kenyamanan yang ia rasakan saat ini..
Anehnya, sudah beberapa kali gw melewati polisi lalu lintas yang berdiri di depan lampu merah.. Namun, tak satupun dari mereka melihat pelanggaran yang telah dilakukan seorang gadis dibelakang gw.. Yup! Tak satu pun dari polisi-polisi itu yang menilang motor gw karena Reinata tidak menggunakan pelindung kepala..
“Kampret! Mata polisi-polisi itu ditutupin sama Jin Penjaga nya Reinata” Gerutu gw dalam hati, saat melihat sosok Kakek Tua bergamis putih, sedang mengibaskan tangan kanannya setiap ada Polisi yang terlihat..
Masih dengan perasaan dongkol dalam hati, akhirnya kami tiba di sebuah bangunan puluhan tingkat yang dijaga empat orang satpam di depan gerbang.. Reinata segera melepaskan pelukannya dari belakang dan menyebutkan nama sepupunya.. Pintu gerbang pun dibuka setelah Reinata meninggalkan KTP nya di pos penjaga, lalu kembali membonceng dibelakang gw untuk menuju parkiran yang katanya ada dibasement..
Di depan sebuah ruangan yang bernomer 401, Reinata mengetuk pintu tiga kali.. Namun tidak ada jawaban dari dalam.. Gw segera menggunakan Ajian Tembus Pandang dan melihat kedalam ruangan itu..
“Percuma lu ngetuk juga.. Ga ada siapa-siapa didalam, Rei” Ucap gw yang membuat Reinata melempar pandangannya ke arah gw..
Wajah gadis itu menyiratkan kebingungan begitu mendengar ucapan gw.. Baru saja ia ingin mengucapkan sesuatu, mendadak dari dalam tas tangannya terdengar suara dering Hp berbunyi.. Reinata segera mengambil gadgetnya dan mengangkat telpon dari seseorang.. Gw yang memang masih merasa dongkol, sekarang malah dilanda rasa bosan..
Sambil menyandarkan punggung di tembok kamar, gw mengeluarkan rokok dari saku celana dan membakarnya.. Kepulan asap putih mulai keluar dari mulut gw.. Sementara, Reinata terlihat masih berbicara dengan seseorang di Hp nya.. Tak beberapa lama, gadis itu berjalan kembali sambil memasukkan gadget miliknya ke dalam tas.. Namun, ia sempat berhenti dan mengambil sesuatu di dalam pot tanaman yang ada di depan apartement sepupunya, Aziz..
“Aziz lagi keluar sebentar sama cewe nya, Mam.. Kita disuruh nunggu didalem aja.. Aku udah pegang kuncinya nih.. Tadi dia bilang ada di dalam pot itu” Kata Reinata sambil menyodorkan sebuah anak kunci berwarna emas di genggaman tangan..
“Gw ga bisa, Rei.. Gw harus kumpul sama sodara gw buat bahas rencana nanti malam” Tolak gw dengan alasan yang terdengar klise..
Reinata kembali menajamkan pandangannya dan berjalan maju selangkah, hingga berhenti tepat setengah tombak di hadapan gw..
“Inget ya, Mam.. Baru satu syarat yang kamu penuhi.. Masih ada satu syarat lagi yang bakal aku kasih tahu kalo kita udah didalem”
Mendengar ucapan Reinata, gw mengepalkan telapak tangan kiri.. Sementara, telapak tangan kanan masih terselip sebatang rokok di antara dua jari telunjuk dan jari tengah.. Gw sempat membalas kalimat Reinata dengan tatapan mata nanar.. Tapi, gadis itu malah menghindar dan berjalan mendekati pintu.. Lalu, membuka kuncinya.. Satu tarikan nafas gw hirup dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan..
“Ayo, Mam.. Sebentar aja koq.. Nanti aku bilangin syarat yang kedua” Ajak Reinata yang sudah berhasil membuka pintu apartemen Aziz..
Gw mengangkat punggung yang masih bersandar dan mulai berjalan menuju pintu bernomer 401.. Rokok yang sudah hampir habis terbakar sengaja gw matikan di atas tanah didalam pot tanaman.. Ruang apartement Aziz cukup rapih untuk ukuran sebuah ruangan yang dihuni seorang pria.. Benda-benda minimalis terlihat tersusun di beberapa sudut.. Beberapa lukisan abstrak juga tergantung bersama photo-photo Aziz dengan pacarnya.. Tempat tidur dengan ukuran double ditutupi seprai dan bedcover bermotif Club Real Madrid, nampak rapi tertata di tengah-tengah ruangan.. Sementara, ada dua ruangan lain yang kemungkinan adalah dapur dan ruang santai..
Reinata terlihat sudah duduk di atas bangku yang menghadap balkon dengan dua daun jendela terbuka lebar, menampilkan pemandangan hiruk pikuknya Kota Jakarta.. Lambaian tangan gadis itu memanggil gw untuk menemaninya duduk di sebelah.. Gw menganggukkan kepala dan mulai berjalan mendekatinya.. Baru saja gw duduk, Jin Penjaga nya Reinata yang bersosok Kakek Tua bergamis dan bertongkat putih muncul.. Reinata langsung bangkit dan mengatakan sesuatu yang terdengar samar.. Gw yang tidak mau tahu pembicaraan mereka, melemparkan pandangan ke arah lain..
“Oh iya, kamu haus ga, Mam? Aku bikinin jus jeruk mau yah” Kata Reinata setelah Jin Penjaganya lenyap..
Gw sempat tertegun saat sama sekali tidak merasakan aura Kakek Tua bertongkat putih itu.. Sepertinya, Beliau pergi cukup jauh meninggalkan kami.. Apa yang kira-kira telah diperintahkan Reinata ke Jin Penjaganya itu yah?
“Mam, mau jus jeruk ga?” Tanya Reinata yang membuat gw tersadar dari ketertegunan..
“Boleh, deh.. Tapi, jangan terlalu asem.. Habis itu, lu jelasin syarat yang kedua ya, Rei.. Waktu gw ga banyak soalnya”
Reinata menganggukkan kepala nya sambil tersenyum.. Lalu meletakkan tas tangannya di atas meja kecil yang ada ditengah-tengah kami.. Kemudian bangkit dan berjalan menuju dapur.. Suara benturan gelas dangan benda lain yang terbuat dari bahan sama, terdengar dari arah dapur.. Gw sempat berdiri dan menatap keluar jendela balkon.. Hembusan angin panas dari luar, menerpa wajah gw..
“Nanti aku tutup aja jendela nya ya, Mam.. Panas banget angin dari luar” Pinta Reinata yang sudah keluar dari dapur sambil membawa dua gelas jus jeruk..
Warna orange segar dan butir-butir air yang menempel di pinggiran gelas, menggugah rasa haus di tenggorokan.. Gw segera meraih minuman yang disodorkan Reinata.. Sementara, gadis itu duduk kembali disebelah, setelah menutup dua daun jendela.. Entah mengapa, bahu gw terasa menghangat setelah menggenggam gelas ditangan kanan.. Gw segera melempar pandangan ke berbagari sudut ruangan, berusaha mencari sosok gaib yang mungkin bersembunyi.. Tapi, yang terlihat hanya sosok-sosok menyeramkan saja, dengan kekuatan yang seharusnya tidak membuat Pedang Jagat Samudera bereaksi..
“Kenapa, Mam? Kamu liat penampakan yah?” Tanya Reinata, lalu meneguk jus jeruk buatannya..
Gw pun mengikuti apa yang gadis tersebut lakukan, meski sedikit bingung dengan pertanyaannya.. Tak terasa, gw meneguk jus itu hampir setengah gelas.. Lalu meletakkan gelas yang tersisa setengah cairan manis nan segar diatas meja.. Gw masih terdiam karena merasakan sensasi dingin yang tersisa di tenggorokan.. Kemudian melemparkan pandangan ke arah Reinata..
“Emang lu ga bisa lihat, Rei?” Tanya gw untuk menggugurkan kebingungan dalam benak..
Reinata tersenyum sambil meletakkan gelas nya yang masih terlihat penuh, diatas meja..
“Aku emang minta Ki *** nutup mata batin aku ke semua mahluk gaib kecuali dirinya.. Aku masih takut kalo inget kejadian dirumah sakit tempat Ibu kamu di rawat waktu itu.. Oh iya, Mam.. Kabar Ibu gimana? Udah sehat kan?”
Gw hanya bisa mengangguk untuk menjawab pertanyaan Reinata barusan, sambil meringis menahan hawa panas di bahu kanan, yang entah apa sebabnya malah semakin meningkat.. Beberapa kali gw mencoba berkomunikasi dalam hati dengan Pedang Jagat Samudera agar meredam panasnya.. Namun, sama sekali tidak ada perubahan.. Hawa panas di bahu kanan semakin terasa menyengat..
“ADUHH!!” Teriak gw sambil berdiri dan memegangi bahu kanan dengan telapak tangan kiri..
Tiba-tiba, tubuh gw terasa lemas.. Kedua kaki gw seolah tak mampu menahan beban diri sendiri dan membuat gw hampir jatuh berlutut.. Untung saja tangan gw sempat menarik bagian atas pegangan bangku.. Reinata yang duduk di sebelah nampak bangkit dan mencoba memegangi tangan gw..
“Mam, kamu kenapa? Sini, sini.. Aku ajak kamu duduk di pinggir tempat tidur aja yah” Ucap Reinata sambil memapah gw menuju ke tempat tidur milik sepupunya..
Aneh, kenapa kepala gw terasa sangat pusing.. Pandangan gw pun nampak berbayang saat melirik ke arah Reinata yang sudah duduk disebelah gw.. Perlahan, gadis itu berpindah tempat ke belakang dan mencoba melepas jaket jeans yang gw kenakan dari arah punggung..
“Lu mo ngapain, Rei?” Tanya gw berusaha menolak gadis itu yang hendak membuka jaket, sambil mencoba bangkit dan meraih apapun untuk dijadikan pegangan..
Sumpah! Semakin gw berusaha membuka mata.. Pandangan gw semakin berkunang-kunang.. Anehnya, Pedang Jagat Samudera masih terus memanas dan membuat gw terasa seperti terbakar.. Gw mencoba membuka jaket dan kaus meski dengan gerakan lamban sambil bersandar di tembok.. Dari arah depan, Reinata terlihat kembali mendekat dan membantu gw melepaskan pakaian atas..
“Ya ampun, Imam.. Badan kamu panas banget.. Kamu pasti sakit.. Udah tiduran aja dulu di tempat tidur Aziz” Kata Reinata sambil memegang dahi gw, lalu kembali memapah gw lagi menuju tempat tidur..
“Astaghfirullah, gw kenapa ini?” Tanya gw dalam hati, dengan kedua mata tertutup dan tubuh sudah rebah diatas tempat tidur..
Sementara, seseorang yang sepertinya Reinata mengelap badan gw menggunakan sebuah kain dengan tangan kanan.. Sedangkan telapak tangan kiri gadis itu terasa meraba-raba dada gw.. Sialnya, birahi gw malah terpancing merasakan sensasi sentuhan telapak tangan Reinata..
Kedua mata gw terbuka menatap Reinata, yang nampak sangat cantik.. Sesaat, gw sempat menutup mata lagi karena pandangan yang masih berkunang-kunang.. Lalu berusaha mengumpulkan tenaga untuk bangkit dari tempat tidur..
“Mam, mau kemana? Kamu sebaiknya istirahat dulu.. Kamu kan masih sakit.. Aku temenin koq” Ucap Reinata sambil mendorong tubuh gw lagi hingga rebah kembali ke atas tempat tidur..
Bukannya mengelap lagi tubuh gw yang bermandikan keringat, Reinata malah mencium bibir gw dengan penuh nafsu sambil meraba bagian sensitif gw yang sedari tadi memang sudah bangun.. Gw yang sangat menikmati permainan lidah gadis itu di dalam mulut, hanya bisa memejamkan mata..
Tiba-tiba..
PRANKK!!!
Suara pecahan benda terdengar Cumiakkan telinga.. Reinata yang sangat terkejut melepas bibirnya dari mulut gw.. Lalu beranjak mengangkat tubuhnya dan melempar pandangan ke semua penjuru ruangan.. Gw sendiri mencoba bangkit sambil memegangi kepala yang masih sangat pusing...
“Lekas tinggalkan tempat ini, Ngger.. Gadis yang ku jaga ternyata berniat buruk pada mu.. Jangan sampai kau terjebak.. Lawan pengaruh zat asing dalam tubuhmu” Mendadak, telinga gw mendengar suara seorang laki-laki tua yang sepertinya tak asing..
Tanpa pikir panjang, gw langsung berjalan menghampiri Reinata.. Sebuah senyuman balasan terlempar ke arah Jin Penjaga gadis itu yang melayang sedikit menjauh saat gw sudah berada persis disamping pemudi yang beliau jaga.. Reinata sendiri tersenyum manis melihat kedatangan gw..
“Meski terlambat, kamu datang juga akhirnya, Mam” Ucap gadis itu saat gw sudah duduk dihadapannya..
“Ga ada yang bisa halangin gw buat nemuin lu, Rei.. Lu pasti udah tau apa yang mau gw omongin, iya kan?” Jawab gw yang disusul sebuah pertanyaan..
Reinata menganggukkan kepala dan meraih sedotan di dalam sebuah gelas besar berisi minuman berwarna orange.. Lalu, secara perlahan ia menempelkan ujung sedotan dimulutnya.. Nampak cairan berasa jeruk mengalir naik didalam sedotan dan kembali turun begitu Reinata melepas dua bibir mungilnya dari ujung sedotan..
“Iya.. Aku tahu maksud kamu kesini untuk apa” Kata Reinata yang baru menjawab pertanyaan gw tadi..
“Gw harap lu kasih izin ke Penjaga lu buat bantuin bebasin cewe gw, Rei”
Reinata yang sempat memainkan Hp, langsung melempar pandangan ke arah gw.. Kemudian meletakkan gadget miliknya diatas meja.. Cukup lama gadis itu memandangi wajah gw yang mungkin terlihat cemas dimatanya.. Lalu menghela nafas panjang dan menyandarkan punggung di kursi..
“Sebenernya, aku udah malas berurusan sama kamu pas kejadian di rumah sakit waktu jenguk Ibu.. Berhubung suasana hati aku lagi bagus.. Jadi, aku ngizinin Penjaga ku buat bantuin kamu nanti malam.. Tapi, ada dua syarat yang harus kamu penuhin dulu, Mam”
Awalnya, gw merasa lega mendengar kalimat kedua yang di ucapkan Reinata.. Namun, saat ada dua syarat yang harus gw penuhi diujung kalimat gadis itu, kening gw seketika berkerut.. Gw pun terdiam memikirkan syarat apa gerangan yang akan diajukan Reinata..
“Aku sih terserah kamu aja, Mam.. Kalo bisa penuhin syaratnya, kamu dapat bantuan Jin Penjaga aku buat bebasin pacar kamu. It’s so simple”
“Ya udah.. Apapun bakal gw lakuin buat Anggie.. Sebutin aja syaratnya, Rei” Jawab gw dengan mantap..
Reinata nampak tersenyum senang mendengar jawaban gw barusan.. Gadis itu perlahan bangkit dari tempat duduknya sambil menenteng tas nya di tangan kanan dan berjalan menuju kasir.. Gw ikut bangkit dan melangkah mengekor dibelakang Reinata..
“Syarat yang pertama, kamu harus antar aku ke apartemen sepupu aku, Aziz tanpa mengomentari apapun yang aku lakukan.. Gimana? Gampang kan?”
Kening gw kembali berkerut mendengar syarat pertama yang barusan disebutkan Reinata.. Memang terdengar nya mudah untuk dilakukan.. Tapi, mengetahui ada kalimat terakhir yang melarang gw untuk mengomentari apa yang dilakukan gadis itu, membuat rasa curiga dalam hati ini muncul.. Pandangan gw sempat terlempar ke arah Kakek Tua Jin Penjaga nya Reinata, yang melayang berdiri persis dibelakang.. Melihat sosok tersebut, mengingatkan gw akan tujuan utama yaitu membebaskan Anggie dari cengkraman Braja Krama.. Untuk hal itu, gw sangat menbutuhkan bantuan beliau..
“Oke.. Gw anterin lu sekarang, Rei” Ucap gw yang membuat Reinata tersenyum sumringah..
Dengan cepat, gadis itu merangkulkan tangannya di lengan kanan gw masih sambil tersenyum.. Gw sendiri langsung mencoba melepaskan rangkulan tangan Reinata dan membuat gadis itu seketika menatap tajam..
“Inget, Mam.. Jangan mengomentari apa yang aku lakukan itu ada di syarat pertama tadi” Ancam Reinata dengan tatapan mata dingin..
Gw tertegun menyadari bahwa telah menyetujui satu kebodohan yang membuat gw terikat dengan Reinata meski untuk sementara.. Entah lah, apa yang gadis itu akan lakukan kedepannya.. Yang pasti firasat gw mengatakan bahwa Reinata akan memanfaatkan syarat tadi sebagai kelemahan gw..
“Kita jalan yuk ke parkiran motor” Ajak Reinata dengan wajah sudah kembali terselipi senyuman manis..
Gw menganggukkan kepala dan mulai berjalan menuju lift dalam gandengan mesra gadis itu.. Setibanya di parkiran motor, gw langsung memakai helm dan mengancingkan reslting jaket jeans.. Reinata sendiri membuka gulungan cardigannya untuk menutupi kedua lengan dari sengatan panas matahari.. Gw sempat menoleh ke arah Reinata yang tidak memakai helm dan akan menjadi santapan Polisi Lalu Lintas begitu membonceng di belakang nanti..
“Kamu kenapa liatin aku, Mam.. Suka yah?” Tanya Reinata yang membuat gw langsung mengalihkan pandangan ke arah lain, karena malas menimpali..
Gw sengaja tidak memperdulikan Reinata yang tidak menggunakan helm.. Biarkan saja seandainya nanti kami dihentikan Polisi.. Gw siap di tilang sehingga tidak perlu berlama-lama lagi bersama gadis itu.. Saat gw mulai duduk diatas motor sport pemberian Anggie, Reinata juga mulai naik dibelakang.. Awalnya dia tidak melakukan apapun dengan duduk sambil memegang bahu gw saat masih berada di dalam area parkir.. Namun, begitu kami sudah mulai meluncur di jalan raya..
Tiba-tiba, Reinata melingkarkan dua tangannya ke pinggang gw dan memeluk sangat erat dari belakang.. Kepala nya bahkan sengaja ia sandarkan sepenuhnya di punggung gw.. Benak gw seketika tertuju ke Anggie yang selalu melakukan hal itu ketika membonceng dibelakang.. Dan jujur, gw akan sangat menikmati jika seandainya Anggie yang saat ini berada disana.. Bukan Reinata..
“Rei, gw ga kenceng koq bawa motornya.. Ga usah peluk segala, donk.. Ga bisa nafas nih gw” Kata gw setengah berteriak karena suara terhalang helm full face..
“Apa, Mam.. Aku ga denger.. Suara kamu ga jelas.. Nanti aja yah ngomongnya kalo udah sampe tempat Aziz” Jawab Reinata sambil mengeratkan pelukannya dipinggang..
Dalam hati, gw mulai merasa kesal melihat kelakuan Reinata.. Gadis itu benar-benar memanfaatkan kelemahan gw yang membutuhkan bantuan Jin Penjaga nya.. Sepanjang perjalanan, beberapa kali gw berusaha merenggangkan punggung.. Sekaligus ingin membuat Reinata tidak nyaman dan berhenti memeluk sambil menyandarkan kepalanya.. Tapi, gagal.. Gadis itu malah seperti tertidur dengan nyenyaknya.. Seolah sedang sengaja menikmati kenyamanan yang ia rasakan saat ini..
Anehnya, sudah beberapa kali gw melewati polisi lalu lintas yang berdiri di depan lampu merah.. Namun, tak satupun dari mereka melihat pelanggaran yang telah dilakukan seorang gadis dibelakang gw.. Yup! Tak satu pun dari polisi-polisi itu yang menilang motor gw karena Reinata tidak menggunakan pelindung kepala..
“Kampret! Mata polisi-polisi itu ditutupin sama Jin Penjaga nya Reinata” Gerutu gw dalam hati, saat melihat sosok Kakek Tua bergamis putih, sedang mengibaskan tangan kanannya setiap ada Polisi yang terlihat..
Masih dengan perasaan dongkol dalam hati, akhirnya kami tiba di sebuah bangunan puluhan tingkat yang dijaga empat orang satpam di depan gerbang.. Reinata segera melepaskan pelukannya dari belakang dan menyebutkan nama sepupunya.. Pintu gerbang pun dibuka setelah Reinata meninggalkan KTP nya di pos penjaga, lalu kembali membonceng dibelakang gw untuk menuju parkiran yang katanya ada dibasement..
Di depan sebuah ruangan yang bernomer 401, Reinata mengetuk pintu tiga kali.. Namun tidak ada jawaban dari dalam.. Gw segera menggunakan Ajian Tembus Pandang dan melihat kedalam ruangan itu..
“Percuma lu ngetuk juga.. Ga ada siapa-siapa didalam, Rei” Ucap gw yang membuat Reinata melempar pandangannya ke arah gw..
Wajah gadis itu menyiratkan kebingungan begitu mendengar ucapan gw.. Baru saja ia ingin mengucapkan sesuatu, mendadak dari dalam tas tangannya terdengar suara dering Hp berbunyi.. Reinata segera mengambil gadgetnya dan mengangkat telpon dari seseorang.. Gw yang memang masih merasa dongkol, sekarang malah dilanda rasa bosan..
Sambil menyandarkan punggung di tembok kamar, gw mengeluarkan rokok dari saku celana dan membakarnya.. Kepulan asap putih mulai keluar dari mulut gw.. Sementara, Reinata terlihat masih berbicara dengan seseorang di Hp nya.. Tak beberapa lama, gadis itu berjalan kembali sambil memasukkan gadget miliknya ke dalam tas.. Namun, ia sempat berhenti dan mengambil sesuatu di dalam pot tanaman yang ada di depan apartement sepupunya, Aziz..
“Aziz lagi keluar sebentar sama cewe nya, Mam.. Kita disuruh nunggu didalem aja.. Aku udah pegang kuncinya nih.. Tadi dia bilang ada di dalam pot itu” Kata Reinata sambil menyodorkan sebuah anak kunci berwarna emas di genggaman tangan..
“Gw ga bisa, Rei.. Gw harus kumpul sama sodara gw buat bahas rencana nanti malam” Tolak gw dengan alasan yang terdengar klise..
Reinata kembali menajamkan pandangannya dan berjalan maju selangkah, hingga berhenti tepat setengah tombak di hadapan gw..
“Inget ya, Mam.. Baru satu syarat yang kamu penuhi.. Masih ada satu syarat lagi yang bakal aku kasih tahu kalo kita udah didalem”
Mendengar ucapan Reinata, gw mengepalkan telapak tangan kiri.. Sementara, telapak tangan kanan masih terselip sebatang rokok di antara dua jari telunjuk dan jari tengah.. Gw sempat membalas kalimat Reinata dengan tatapan mata nanar.. Tapi, gadis itu malah menghindar dan berjalan mendekati pintu.. Lalu, membuka kuncinya.. Satu tarikan nafas gw hirup dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan..
“Ayo, Mam.. Sebentar aja koq.. Nanti aku bilangin syarat yang kedua” Ajak Reinata yang sudah berhasil membuka pintu apartemen Aziz..
Gw mengangkat punggung yang masih bersandar dan mulai berjalan menuju pintu bernomer 401.. Rokok yang sudah hampir habis terbakar sengaja gw matikan di atas tanah didalam pot tanaman.. Ruang apartement Aziz cukup rapih untuk ukuran sebuah ruangan yang dihuni seorang pria.. Benda-benda minimalis terlihat tersusun di beberapa sudut.. Beberapa lukisan abstrak juga tergantung bersama photo-photo Aziz dengan pacarnya.. Tempat tidur dengan ukuran double ditutupi seprai dan bedcover bermotif Club Real Madrid, nampak rapi tertata di tengah-tengah ruangan.. Sementara, ada dua ruangan lain yang kemungkinan adalah dapur dan ruang santai..
Reinata terlihat sudah duduk di atas bangku yang menghadap balkon dengan dua daun jendela terbuka lebar, menampilkan pemandangan hiruk pikuknya Kota Jakarta.. Lambaian tangan gadis itu memanggil gw untuk menemaninya duduk di sebelah.. Gw menganggukkan kepala dan mulai berjalan mendekatinya.. Baru saja gw duduk, Jin Penjaga nya Reinata yang bersosok Kakek Tua bergamis dan bertongkat putih muncul.. Reinata langsung bangkit dan mengatakan sesuatu yang terdengar samar.. Gw yang tidak mau tahu pembicaraan mereka, melemparkan pandangan ke arah lain..
“Oh iya, kamu haus ga, Mam? Aku bikinin jus jeruk mau yah” Kata Reinata setelah Jin Penjaganya lenyap..
Gw sempat tertegun saat sama sekali tidak merasakan aura Kakek Tua bertongkat putih itu.. Sepertinya, Beliau pergi cukup jauh meninggalkan kami.. Apa yang kira-kira telah diperintahkan Reinata ke Jin Penjaganya itu yah?
“Mam, mau jus jeruk ga?” Tanya Reinata yang membuat gw tersadar dari ketertegunan..
“Boleh, deh.. Tapi, jangan terlalu asem.. Habis itu, lu jelasin syarat yang kedua ya, Rei.. Waktu gw ga banyak soalnya”
Reinata menganggukkan kepala nya sambil tersenyum.. Lalu meletakkan tas tangannya di atas meja kecil yang ada ditengah-tengah kami.. Kemudian bangkit dan berjalan menuju dapur.. Suara benturan gelas dangan benda lain yang terbuat dari bahan sama, terdengar dari arah dapur.. Gw sempat berdiri dan menatap keluar jendela balkon.. Hembusan angin panas dari luar, menerpa wajah gw..
“Nanti aku tutup aja jendela nya ya, Mam.. Panas banget angin dari luar” Pinta Reinata yang sudah keluar dari dapur sambil membawa dua gelas jus jeruk..
Warna orange segar dan butir-butir air yang menempel di pinggiran gelas, menggugah rasa haus di tenggorokan.. Gw segera meraih minuman yang disodorkan Reinata.. Sementara, gadis itu duduk kembali disebelah, setelah menutup dua daun jendela.. Entah mengapa, bahu gw terasa menghangat setelah menggenggam gelas ditangan kanan.. Gw segera melempar pandangan ke berbagari sudut ruangan, berusaha mencari sosok gaib yang mungkin bersembunyi.. Tapi, yang terlihat hanya sosok-sosok menyeramkan saja, dengan kekuatan yang seharusnya tidak membuat Pedang Jagat Samudera bereaksi..
“Kenapa, Mam? Kamu liat penampakan yah?” Tanya Reinata, lalu meneguk jus jeruk buatannya..
Gw pun mengikuti apa yang gadis tersebut lakukan, meski sedikit bingung dengan pertanyaannya.. Tak terasa, gw meneguk jus itu hampir setengah gelas.. Lalu meletakkan gelas yang tersisa setengah cairan manis nan segar diatas meja.. Gw masih terdiam karena merasakan sensasi dingin yang tersisa di tenggorokan.. Kemudian melemparkan pandangan ke arah Reinata..
“Emang lu ga bisa lihat, Rei?” Tanya gw untuk menggugurkan kebingungan dalam benak..
Reinata tersenyum sambil meletakkan gelas nya yang masih terlihat penuh, diatas meja..
“Aku emang minta Ki *** nutup mata batin aku ke semua mahluk gaib kecuali dirinya.. Aku masih takut kalo inget kejadian dirumah sakit tempat Ibu kamu di rawat waktu itu.. Oh iya, Mam.. Kabar Ibu gimana? Udah sehat kan?”
Gw hanya bisa mengangguk untuk menjawab pertanyaan Reinata barusan, sambil meringis menahan hawa panas di bahu kanan, yang entah apa sebabnya malah semakin meningkat.. Beberapa kali gw mencoba berkomunikasi dalam hati dengan Pedang Jagat Samudera agar meredam panasnya.. Namun, sama sekali tidak ada perubahan.. Hawa panas di bahu kanan semakin terasa menyengat..
“ADUHH!!” Teriak gw sambil berdiri dan memegangi bahu kanan dengan telapak tangan kiri..
Tiba-tiba, tubuh gw terasa lemas.. Kedua kaki gw seolah tak mampu menahan beban diri sendiri dan membuat gw hampir jatuh berlutut.. Untung saja tangan gw sempat menarik bagian atas pegangan bangku.. Reinata yang duduk di sebelah nampak bangkit dan mencoba memegangi tangan gw..
“Mam, kamu kenapa? Sini, sini.. Aku ajak kamu duduk di pinggir tempat tidur aja yah” Ucap Reinata sambil memapah gw menuju ke tempat tidur milik sepupunya..
Aneh, kenapa kepala gw terasa sangat pusing.. Pandangan gw pun nampak berbayang saat melirik ke arah Reinata yang sudah duduk disebelah gw.. Perlahan, gadis itu berpindah tempat ke belakang dan mencoba melepas jaket jeans yang gw kenakan dari arah punggung..
“Lu mo ngapain, Rei?” Tanya gw berusaha menolak gadis itu yang hendak membuka jaket, sambil mencoba bangkit dan meraih apapun untuk dijadikan pegangan..
Sumpah! Semakin gw berusaha membuka mata.. Pandangan gw semakin berkunang-kunang.. Anehnya, Pedang Jagat Samudera masih terus memanas dan membuat gw terasa seperti terbakar.. Gw mencoba membuka jaket dan kaus meski dengan gerakan lamban sambil bersandar di tembok.. Dari arah depan, Reinata terlihat kembali mendekat dan membantu gw melepaskan pakaian atas..
“Ya ampun, Imam.. Badan kamu panas banget.. Kamu pasti sakit.. Udah tiduran aja dulu di tempat tidur Aziz” Kata Reinata sambil memegang dahi gw, lalu kembali memapah gw lagi menuju tempat tidur..
“Astaghfirullah, gw kenapa ini?” Tanya gw dalam hati, dengan kedua mata tertutup dan tubuh sudah rebah diatas tempat tidur..
Sementara, seseorang yang sepertinya Reinata mengelap badan gw menggunakan sebuah kain dengan tangan kanan.. Sedangkan telapak tangan kiri gadis itu terasa meraba-raba dada gw.. Sialnya, birahi gw malah terpancing merasakan sensasi sentuhan telapak tangan Reinata..
Kedua mata gw terbuka menatap Reinata, yang nampak sangat cantik.. Sesaat, gw sempat menutup mata lagi karena pandangan yang masih berkunang-kunang.. Lalu berusaha mengumpulkan tenaga untuk bangkit dari tempat tidur..
“Mam, mau kemana? Kamu sebaiknya istirahat dulu.. Kamu kan masih sakit.. Aku temenin koq” Ucap Reinata sambil mendorong tubuh gw lagi hingga rebah kembali ke atas tempat tidur..
Bukannya mengelap lagi tubuh gw yang bermandikan keringat, Reinata malah mencium bibir gw dengan penuh nafsu sambil meraba bagian sensitif gw yang sedari tadi memang sudah bangun.. Gw yang sangat menikmati permainan lidah gadis itu di dalam mulut, hanya bisa memejamkan mata..
Tiba-tiba..
PRANKK!!!
Suara pecahan benda terdengar Cumiakkan telinga.. Reinata yang sangat terkejut melepas bibirnya dari mulut gw.. Lalu beranjak mengangkat tubuhnya dan melempar pandangan ke semua penjuru ruangan.. Gw sendiri mencoba bangkit sambil memegangi kepala yang masih sangat pusing...
“Lekas tinggalkan tempat ini, Ngger.. Gadis yang ku jaga ternyata berniat buruk pada mu.. Jangan sampai kau terjebak.. Lawan pengaruh zat asing dalam tubuhmu” Mendadak, telinga gw mendengar suara seorang laki-laki tua yang sepertinya tak asing..
Diubah oleh juraganpengki 25-03-2018 23:13
dodolgarut134 dan 12 lainnya memberi reputasi
13