Kaskus

Story

dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 3: Kuliah Kerja Nyata?
Selamat datang di thread ketiga yang merupakan lanjutan dari Yaudah Gue Mati Ajadan Yaudah 2: Challenge Accepted.

Sebelumnya, ijinkan gue buat memperkenalkan diri. Bagi pembaca setia kisah gue, pastinya kalian udah enggak asing dengan nama Muhdawi. Tapi bagi pembaca yang baru masuk ke thread ini, pastinya kalian asing dengan nama yang enggak biasa itu. Perkenalkan, nama lengkap gue Muhammad Danang Wijaya. Biasanya orang-orang manggil gue Dawi yang diambil dari singkatan nama gue Muhdawi. Kalian bisa panggil gue Dawi, atau kalo mau ikut-ikutan manggil gue Sawi juga enggak masalah. Gue orangnya idem, apa yang lo mau, kalo gue bisa, pasti gue usahakan. Anyway, langsung aja masuk lebih dalam ke thread ini. Sekali lagi gue ucapkan, selamat datang di thread ini.

Quote:


Quote:


Spoiler for Sinopsis:


Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 16-10-2018 23:34
pulaukapokAvatar border
genji32Avatar border
andybtgAvatar border
andybtg dan 14 lainnya memberi reputasi
11
359.2K
1.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#785
PART 64

Kenapa gue baru sadar? Enggak. Gue enggak sadar sama sekali. Kalo Melly enggak kasih tau gue, udah pasti gue enggak bakalan sadar. Tungg, tapi kenapa tiba-tiba gini? Maksud gue, kenapa harus sekarang? Setelah kejadian terakhir? Maksud gue, kenapa baru sekarang? Kayaknya ada yang janggal.

“Lo ngerasa ada yang aneh enggak, sih?” tanya gue pelan.
“Yang aneh? Maksud lo Cassie?”
“Iyalah, siapa lagi?”
“Wi, setiap orang itu bisa aja berubah setiap saat,” terang Melly. “Termasuk Cassie.”
“Gue enggak bilang kalo perubahan Cassie itu enggak mungkin,” jelas gue. “Tapi kenapa baru sekarang?”
“Lo tuh kenapa, sih?” tanya Melly ketus. “Ada perubahan yang lebih baik dari Cassie harusnya lo seneng, Wi.”
“Bukannya gue enggak seneng, gue cuma khawatir, Mell.”
“Serius deh, Wi,” kata Melly. “Lo kenapa deh tiba-tiba jadi aneh gini? Bukannya lo pengin cepet-cepet menjauh dari Cassie?”
“Iya, tapi enggak kayak gini.”
“Enggak kayak gini?” ucap Melly terdengar geli. “Terus lo maunya yang kayak gimana? Ditangisin? Digalauin? Direlain perlahan?”
“Gue mau ngomong panjang lebar soal apa yang gue pikirin soal Cassie,” jelas gue. “Lo mau dengerin ocehan gue sebentar, enggak?”

Melly menarik tangan gue. Dia membawa ke lincak sebelah rumah pak Slamet.

“Gue merasa berhutang budi sama lo,” kata Melly. “Gue enggak bisa cuekin lo gitu aja.”
“Makasih, Mell,” ucap gue singkat.

Dan selanjutnya, gue ungkapin semua apa yang ada pikiran gue soal Cassie. Mulai dari pendapat Emil soal Cassie, hal salah yang udah gue lakuin sebelumnya, sampai gue yang perlahan mulai kepikiran kalo Cassie sebenernya emang enggak lagi baik-baik aja.

Awalnya emang Melly yang sempat bilang hutang budi ke gue terasa masih cuek sama pemikiran gue. Tapi entah kenapa, dia lama-kelamaan mulai membuka pikirannya buat menerima pemikiran gue. Dari reaksinya, terlihat kalo dia juga mulai ikut kepikiran soal Cassie. Kayaknya dia paham sebagian besar apa yang gue khawatirkan.

“Buat saat ini mending kita diemin Cassie dulu,” kata Melly dengan suara pelan. “Dia udah mulai mau terbuka sama orang lain. Kamu tau sendiri, kan? Sebelumnya dia cuma mau ngomong panjang lebar sama orang yang dia percaya aja. Dari mamanya ke tantenya, dari tantenya ke gue, dan dari gue ke lo. Kalo sekarang dia mau terbuka ke banyak orang, berarti dia udah berubah, kan?”
“Lo yakin perubahan dia itu positif?”
“Iya,” katanya membuka bannie gue. “Kenapa enggak?”
“Dan menurut lo perubahannya ini gara-gara kejadian sore itu?”
“Iya.”
“Tapi kenapa gue enggak bisa mikir sepositif lo ya, Mell?” tanya gue terus terang. “Kenapa gue mikirnya dia trauma habis mukul gue, ya?”
“Udah, deh!” seru Melly menarik lepas kain kasa di kepala gue dengan tiba-tiba.
“Mell! Sakit, Mell!”
“Makanya jangan mikir yang jelek-jelek dulu buat sekarang.”
“Bukannya gue mikir jelek,” kata gue. “Gue cuma khawatir aja.”
“Lo enggak perlu khawatir,” kata Melly menunjukkan kain kasa yang terlepas. “Gue bakalan selalu ada buat dia. Dan semisal nanti di Jogja dia kenapa-kenapa, gue janji bakalan ngehubungin lo, kok.”
“Kenapa lo tiba-tiba jadi percaya gini sama gue?”
“Sekarang gue udah sadar kalo lo sebenernya orang baik, Wi.” Melly membelai rambut gue pelan, “Meskipun cara pembawaan lo kadang salah di mata gue, tapi sekarang gue yakin banget kalo sebenernya niat lo itu baik.”
“Mell,” gumam gue.

Entah kenapa, tubuh gue tiba-tiba aja mematung. Tangan Melly perlahan dikalungkan ke leher gue. Meski gue kurang yakin apa maksud Melly sebenarnya, tapi gue bisa merasakan apa yang dia lakukan di belakang gue. Perlahan, gue bisa merasakan bibir Melly menyentuh kepala belakang gue.

“Gue tau kalo lo tuh orang baik, Wi,” bisiknya lirih.
pulaukapok
JabLai cOY
JabLai cOY dan pulaukapok memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.