Kaskus

Story

juraganpengkiAvatar border
TS
juraganpengki
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)

GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..

Prolog

Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..

Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)

SIDE STORIES

Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...

Diubah oleh juraganpengki 15-07-2018 20:23
uang500ratusAvatar border
devanpancaAvatar border
iskrimAvatar border
iskrim dan 132 lainnya memberi reputasi
127
2.1M
8K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
juraganpengkiAvatar border
TS
juraganpengki
#4288
Munculnya Kitab Langit...

“Sekar, apakah harus malam ini juga aku bersama ketiga saudara menemui Ki Purwagalih? Maksud ku, apakah bisa hanya aku dan Bimo saja yang kesana?” Tanya gw sambil sesekali melirik Bimo..

Sekar sendiri melempar pandangan ke arah Rampak Tantra dan juga Bimo.. Lalu dua alisnya nampak tertekuk saat sudah kembali menatap wajah gw..

“Apakah ada hal lain yang jauh lebih penting dari ini, Kang Mas?”

Gw terdiam mendengar pertanyaan Sekar barusan.. Lalu, melirik lagi ke arah Bimo dan mencoba mengirimkan kode agar dia saja yang mengatakannya kepada Sekar.. Tapi, Bimo malah bergeleng, membuat gw hanya bisa menggaruk-garuk belakang kepala yang tak terasa gatal.. Gw menghela nafas panjang mencoba menjelaskan sesuatu yang membuat gw sedikit ragu..

“Begini, Sekar Kencana.. Seperti yang kau tahu, kedua saudara ku itu baru saja menikah hari ini.. Dan, sebagai sepasang pengantin baru.. Aku rasa mereka sangat menunggu malam ini.. Jadi, menurutku sebaiknya aku dan Bimo saja yang menemui Ki Purwagalih bersama mu serta Rampak Tantra”

Sekar terlihat menatap gw secara seksama.. Sepertinya ia memahami maksud ucapan gw barusan.. Hal itu terlihat dari parasnya yang sempat bersemu untuk sesaat, lalu berubah ke raut wajah tegang..

“Tidak bisa, Kang Mas.. Semakin cepat kau dan ketiga saudara mu menemui Ki Purwagalih, akan semakin baik.. Seharusnya, kedua saudara mu mengerti akan beratnya beban yang dipikul sebagai pemuda yang disematkan dua bagian Kitab Langit.. Jika kau memang tidak mau mengajak kedua saudara mu, biar aku saja yang akan menemui ketiga Jin Penjaga mereka” Kata Sekar yang membuat gw melirik kembali ke arah Bimo..

Melihat tak satu pun dari kami mengeluarkan suara, Sekar menganggukkan kepalanya lalu menghilang..

“Ridho pasti bakalan ngambek nih, Bim” Kata gw sambil menggaruk-garuk kepala sendiri..

“Tau aah.. Asal jangan nyalahin kita aja, Mam” Jawab Bimo yang gw balas dengan anggukan kepala..

Mungkin hanya memakan waktu sepuluh menit, Sekar sudah kembali ke dalam kamar gw bersama Ridho dan Suluh.. Gw sempat ingin tertawa saat melihat Ridho hanya mengenakan boxer dan kaus oblong tipis, sementara Suluh jauh lebih rapi dengan berpakaian kaus berbalut cardigan biru dan celana jeans panjang.. Wajah Ridho nampak tertekuk begitu melempar pandangannya ke arah gw dan Bimo..

“Tega banget lu berdua, Nyet! Ini malem pertama gw sama Suluh kan.. Pake segala digangguin.. Pasti lu yang suruh Sekar ya, Bree?” Tanya Ridho dengan wajah masam..

Gw segera merangkul Ridho dan mengajaknya berpindah tempat sedikit menjauh dari Sekar yang terlihat sedang berbicara dengan Suluh..

“Bukan gw yang nyuruh Sekar, Bree.. Tapi dia sendiri yang maksa, karena katanya lebih cepet lebih bagus kita temuin Ki Purwagalih.. Gw sama Bimo juga tahu ini Malem Pertama buat lu dan Suluh.. Makanya tadi gw sempet usulin ke Sekar, kalo gw aja yang berangkat sama Bimo.. Biar ga ganggu lu berdua”

“Iya gw ngerti, Bree.. Tapi kan gw udah nungguin malem ini dari kemaren.. Gw udah beli jamu sehat pria, buat siapin stamina biar bisa empat rit ntar malem” Sanggah Ridho dengan wajah murung..

Gw tersenyum mendengar persiapan matang yang sudah disiapkan Ridho untuk menghadapi malam pertamanya..

“Lu simpen aja jamu nya buat besok, Bree.. Lagian, ini kan sebenernya bukan malem pertama buat kalian berdua.. Lu kan udah kasih DP duluan ke Suluh”

“Ngehe lu, Bree.. Jangan bikin gw tambah BT dah.. Kalo Suluh sampe denger bisa kaga dikasih jatah gw” Bentak Ridho yang sempat menyikut perut gw..

Gw sendiri sempat tertawa mendengar bentakan sekaligus melihat semakin masamnya wajah Ridho.. Namun hal itu tak berlangsung lama, karena Suluh nampak memperhatikan kami berdua dengan wajah dipenuhi tanda tanya..

“Sebaiknya, kita berangkat sekarang, Kang Mas.. Aku yang akan mengantar mu dan ketiga saudara” Kata Sekar yang membuat gw melirik ke arah Bimo, Ridho dan Suluh..

Bimo serta Suluh terlihat siap dengan anggukkan kepalanya.. Sedangkan Ridho malah melipat kedua tangan di depan dada, meski akhirnya menganggukkan kepala secara perlahan.. Dari wajahnya, gw bisa melihat gurat keterpaksaan Ridho.. Dilain pihak, Sekar nampak melayang menghampiri Rampak Tantra dan berbicara sesuatu kepada Jin Penjaga nya Bimo itu..

“Baiklah.. Sekarang, kalian pejamkan semua mata.. Aku akan segera membawa kalian semua ke tempat Ki Purwagalih”

Gw melihat Bimo dan Suluh sudah menutup mata.. Disusul Ridho, lalu gw sendiri pun melakukan hal yang sama saat melihat selendang emas Sekar sudah terbentang diatas kami dan mulai jatuh menutupi masing-masing kepala..

Hambusan angin dingin khas pegunungan terasa menusuk pori-pori kulit saat menyapu tubuh gw.. Tanah padas berpasir, terasa kasar terinjak bagian bawah alas sepatu.. Ini merupakan pertanda bahwa kami semua telah tiba di tempat yang dituju, yaitu sebuah puncak gunung tempat Ki Purwagalih bersemayam..

“Buka lah mata kalian.. Aku yang akan menemui Tuan Rumah terlebih dahulu” Pinta Sekar yang nampak melayang cepat melintasi beberapa batu pipih berwarna hitam..

Semua pandangan mata kami menelisik ke segala penjuru gunung.. Beberapa batu pipih berukuran besar nampak berderet seperti bangku.. Beberapa obor yang tertancap di empat pohon pun, nampak memendarkan api kuningnya.. Cahaya kuning berpendar dari api obor, sedikit membantu mengusir temaramnya malam di tempat kami sedang berada..

“Selamat Datang empat anak manusia Pemegang Empat Bagian Kitab Langit” Sapa sesosok Kakek Tua berbaju gamis putih berjenggot panjang, dengan rambut sebahu yang tertutup sorban putih, sedang berdiri melayang, sejengkal di atas permukaan sebuah batu pipih berwarna putih..

Disebelahnya, Sekar nampak sama berdiri melayang dengan rambut panjang yang bergerak-gerak tersibak angin gunung nan dingin..

Secara bergantian, gw bersama ketiga saudara maju dan mencium tangan kanan Ki Purwagalih dengan sopan.. Lalu bersila dihadapan beliau saat ia sudah terlebih dahulu duduk melayang diatas batu pipih putih.. Sekar terlihat berpindah tempat melayang ke samping kiri kami berempat..

“Aku sudah mendengar apa yang terjadi dengan Penguasa Gaib Tanah Pasundan beserta puteri dan pengikutnya.. Sekar Kencana juga telah menerangkan tentang rencana nya, serta permintaan Braja Krama yang ingin menukar Kitab Langit di telapak tangan kanan kalian dengan semua tawanan.. Aku menyetujui rencana isterinya Jagat Tirta.. Karena itu mungkin satu-satunya cara bagi kita untuk bisa mengalahkan Braja Krama” Ucap Ki Purwagalih yang membuat kami berempat menoleh ke arah Sekar..

Dalam hati, gw bertanya-tanya apa sebenarnya yang direncanakan Sekar.. Mengapa Jin Penjaga gw itu hanya menyampaikan rencananya kepada Ki Purwagalih saja, tanpa melibatkan kami berempat..

“Sekarang, kalian maju lah satu persatu dan jabat tangan ku.. Dimulai dari mu pemuda yang dijaga Pangeran dari Kerajaan Rampak” Ucap Ki Purwagalih dengan pandangan mata tertuju ke Bimo..

Bimo segera berjalan menggunakan dua lutut dan menjabat tangan kanan Ki Purwagalih.. Sesaat, gw melihat raut wajah Bimo meringis kesakitan bersamaan dengan munculnya sinar gemerlap bak cahaya bintang yang menyelimuti kedua tangan yang saling berjabatan itu..

Setelahnya, Bimo berjalan mundur masih dengan menggunakan dua lutut.. Berganti Ridho yang sekarang mendekati Ki Purwagalih, kemudian Suluh.. Serampungnya ketiga saudara itu menjabat tangan Ki Purwagalih, gw yang mendapat giliran paling terakhir segera mengikuti mereka dan berjalan berlutut menghampiri beliau..

Telapak tangan gw mulai terangkat dan perlahan menjabat tangan Ki Purwagalih.. Kedua mata gw membesar begitu merasakan hawa hangat muncul dari balik telapak tangan kami yang berjabatan.. Aneh, tidak ada rasa sakit yang timbul di telapak tangan.. Wajah Ki Purwagalih terlihat mengulum senyuman manis yang gw balas dengan senyuman sama, saat merasa beliau hendak melepas jabatan tangan.. Kening gw berkerut begitu melihat pola gambar matahari yang ada di pusat telapak tangan kanan telah lenyap..

“Aku telah mengambil Empat Bagian Kitab Matahari yang ada ditiap telapak tangan kanan kalian.. Sekarang, kalian bertiga pulang lah lebih dahulu dengan diantar Sekar.. Sementara kau titisan Jagat Tirta, tinggalah sejenak disini.. Ada sesuatu yang akan aku bicarakan kepadamu”

Gw menganggukan kepala pertanda setuju, lalu melempar pandangan ke arah Ridho yang nampak senyam-senyum penuh arti sambil melirik ke arah istrinya Suluh.. Gw tahu apa yang ada didalam pikiran Ridho saat ini.. Dia pasti sedang mengucap syukur karena akhirnya bisa menunaikan kewajiban memberi nafkah batin sebagai seorang suami kepada isterinya, Suluh..

Sambil berdiri bersamaan, Ridho berjalan menghampiri gw.. Lalu mendekatkan mulutnya ke telinga sambil merangkul bahu gw..

“Akhirnya, gw bisa kimpoi ama bini gw tanpa diganggu lu lagi, Bree.. Ntar gw ceritain gimana enaknya kimpoi yak.. Hehe” Bisik Ridho yang gw balas dengan cibiran..

Suluh dan Bimo juga berpamitan untuk pulang lebih dulu, lalu mereka bertiga lenyap bersama balutan selendang emas milik Sekar.. Gw yang melihat mereka telah kembali di antar Sekar, hanya bisa menghela nafas.. Kemudian membalikkan tubuh menghadap Ki Purwagalih..

“Duduklah kembali diposisi mu semula, Ngger” Perintah Ki Purwagalih yang gw balas dengan anggukan kepala..

Perlahan, gw kembali duduk bersila dihadapan Ki Purwagalih.. Lalu, menumpu dua pergelangan tangan diatas ujung lutut dengan kedua indera penglihatan menatap sosok kakek tua bergamis putih..

“Kau masih ingat akan kedatangan mu pertama kali ke sini, Ngger?” Tanya Ki Purwagalih yang membuat gw mengingat saat Beliau membawa gw untuk melepaskan jeratan Ilmu Raja Pengasih..

“Aku ingat, Eyang.. Aku berhutang budi kepada mu yang telah menyembuhkan ku dari pengaruh Ilmu Raja Pengasih”

Ki Purwagalih tersenyum sambil menarik-narik jenggot putihnya yang panjang, lalu melayang turun perlahan mendekat ke arah gw..

“Aku telah menganggap lunas hutang budi mu, Ngger.. Karena dengan pengorbanan yang kau lakukan, kita semua bisa terbebas dari Ajian Ambar Getih milik Bayu Ambar.. Aku selalu bergidik ngeri jika membayangkan kesaktian Ajian milik cucunya Penguasa Gaib Tanah Pasundan itu” Ucap Ki Purwagalih dengan kedua mata menatap kosong ke gelapnya lembah yang ada di hadapan kami..

Dalam benak gw juga terbersit kilasan peristiwa dimana Bayu Ambar menggunakan Ajian Ambar Getih, mencoba untuk mengalahkan kami dalam pertempuran beberapa waktu silam.. Sepertinya masa-masa seperti itu akan segera terulang kembali saat Braja Krama mulai muncul..

“Aku tahu kau selalu menghadapi ujian dalam hidup, Ngger.. Baik itu ujian lewat mahluk sebangsa mu sendiri, maupun ujian melalui bangsa Jin.. Semua terjadi semata-mata untuk menaikkan derajat mu lebih tinggi di hadapan Sang Khaliq.. Tapi, jika ujian dari bangsa Jin terutama Braja Krama, itu terjadi karena dia mengincar Kitab Langit Bagian Matahari.. Namun, Braja Krama tidak akan bisa merebut langsung bagian kitab itu dari tangan mu, Ngger”

Kening gw berkerut mendengar penjelasan Ki Purwagalih.. Benak gw pun mulai dipenuhi pertanyaan tentang penyebab tidak mampunya Braja Krama untuk mengambil paksa Kitab Langit Bagian Matahari yang tersemat dalam telapak tangan kanan gw..

“Kitab Langit terhubung langsung oleh darah Penguasa Gaib Tanah Pasundan, Ngger.. Hanya kau, Jagat Tirta dan Bayu Ambar serta Penguasa Gaib Tanah Pasundan sendiri yang bisa memunculkan tulisan pada Kitab Langit.. Sekarang, aku akan membawa mu ke suatu tempat rahasia yang tidak satu pun Jin lain mengetahuinya kecuali diriku” Ucap Ki Purwagalih sambil mengulurkan telapak tangannya..

Gw yang mengerti akan ajakan beliau, langsung menempelkan telapak tangan ke tangan Ki Purwagalih.. Lalu memejamkan kedua mata untuk bersiap dibawa pergi oleh Ki Purwagalih..
Suara angin gunung yang berhembus merdu menghibur indera pendengaran, menyambut kedatangan kami berdua.. Kedua mata gw terbuka perlahan dan melihat kami sudah berpindah tempat ke bagian gunung lain yang nampak aneh.. Semua daun-daun yang ada di ribuan pohon tinggi menjulang, nampak mengeluarkan cahaya putih redup.. Sehingga membuat suasana hutan digunung tempat kami berada terlihat gemerlapan bertaburan sinar putih..

“Dimana kita berada, Eyang? Mengapa semua daun seperti bercahaya?” Tanya gw sambil mengedarkan pandangan ke segala penjuru..

Rasa penasaran sekaligus takjub akan keindahan yang membuat mata enggan berkedip, mendorong gw untuk mendekati sebuah pohon kecil yang ada di jarak dua tombak disamping kiri.. Pandangan gw terfokus ke semua daun di pohon kecil itu, yang juga mengeluarkan sinar putih berpendar redup.. Perlahan, jari telunjuk di tangan kanan gw mulai naik dan menyentuh ujung sebuah daun yang sedang gw amati..

WERR..

Suara seperti kepakan puluhan sayap burung, terdengar saat ujung jari telunjuk gw menyentuh daun dan membuat semua cahaya didaun itu terbang berhamburan kesana kemari..

“Jangan sentuh mereka, Ngger?” Ucap Ki Purwagalih yang membuat gw langsung menoleh ke arah beliau..

Kedua alis gw tertekuk mendengar sosok Kakek Tua bergamis putih itu menyebut kata ‘mereka’.. Entah siapa yang dimaksud oleh beliau? Gw segera melangkah mendekat lagi sambil sesekali melempar pandangan ke taburan puluhan sinar putih kecil yang sudah menempel kembali ke daun tadi..

“Mereka adalah Jin sangat lemah penghuni hutan ini.. Kau lihat sendiri jutaan mahluk itu menempel di atas tiap helai daun dan akan menyala saat menyadari ada seorang manusia yang hadir didaerah kekuasaannya” Terang Ki Purwagalih yang membuat gw sedikit kaget mengetahui bahwa cahaya yang menempel di tiap helai daun adalah jutaan sosok Jin..

“Mengapa mereka mengeluarkan cahaya jika ada manusia, Eyang? Apakah karena merasakan adanya sebuah ancaman?”

Ki Purwagalih tersenyum mendengar pertanyaan gw yang mungkin terdengar seperti pertanyaan konyol seorang anak kecil..

“Mungkin awal kisahnya terjadi sekitar seratus tahun lalu.. Ada seorang pemuda pejuang, yang dibuang ke dalam hutan ini setelah disiksa habis-habisan oleh musuh yang kalian sebut penjajah.. Niat orang-orang yang berasal dari tanah asing itu adalah untuk memberi umpan pada hewan-hewan buas yang tinggal disini, sekaligus membunuh pejuang itu secara perlahan-lahan dan menjadikannya pelajaran agar tidak ada yang mengikuti jejaknya.. Akan tetapi, bukannya meregang nyawa, pemuda pejuang itu malah ditolong oleh jutaan Jin menggunakan cahayanya untuk menyembuhkan semua luka”

Gw yang mendengar penjelasan Ki Purwagalih hanya bisa tertegun.. Pandangan gw terlempar kembali ke jutaan daun yang nampak indah dengan cahaya redup.. Bayangan gw kek lagi berada di Planetarium, Bree.. Pendaran cahaya putih dari Jin-Jin baik hati itu laksana sinar bintang dilangit yang gelap..

“Sudahlah, Ngger.. Sebaiknya aku segera memunculkan kitab langit hingga bisa kau baca sendiri dan mencari tahu dengan apa kau bisa mengalahkan Braja Krama”

“Seriusan, yang?” Sahut gw karena saking terkejutnya sampai tidak menyebut keseluruhan kata Eyang untuk memanggil Ki Purwagalih..

“Jaga kesopanan lidah mu, Ngger” Jawab Ki Purwagalih seraya duduk bersila dan memangku dua telapak tangannya di atas lutut..

Tiba-tiba, Ki Purwagalih merentangkan kedua tangannya ke depan, sambil menutup mata dan kedua bibir bergerak seperti membaca mantera.. Tatapan mata gw terus terfokus ke arah kedua tangan sosok Kakek Tua tersebut, yang perlahan-lahan mengeluarkan empat cahaya berbeda..

Sebuah kitab bersampul kulit binatang berwarna coklat kumal, mendadak muncul dan melayang di antara dua tangan Ki Purwagalih yang masih terentang.. Cahaya putih nampak menyelimuti kitab tersebut.. Terlihat aksara jawa kuno yang tertulis di depan sampul nya, disertai tiga gambar Matahari, Bulan dan Bintang, yang masing-masing memendarkan cahaya berbeda laksana pelangi..

“Kau peganglah Kitab Langit ini, Ngger.. Jika kau bukan merupakan keturunan Penguasa Gaib Tanah Pasundan, niscaya Kitab Sakti ini akan membuat mu celaka saat kulit mu bersentuhan dengannya” Ucap Ki Purwagalih yang membuat gw menelan lidah sendiri..

Dengan hati was-was gw menaikkan dua telapak tangan ke atas hendak meraih bagian pinggir Kitab Langit.. Disusul terlisankannya sebuah kalimat Basmallah sebagai bentuk do’a yang selalu gw ucapkan sebelum memulai sesuatu..

DREETT..

Gw sempat terbelalak merasakan sensasi seperti tersengat aliran listrik begitu kulit ujung jari telunjuk menyentuh bagian samping Kitab Langit dan membuat gw menarik dua tangan, mengurungkan niat untuk memegang kitab sakti itu.. Gw sempat tertegun dengan mulut menganga.. Lalu menoleh ke arah Ki Purwagalih saat teringat ancamannya tadi..

“Yakinkan hati mu, Ngger.. Jangan sampai ada keraguan didalamnya”

Gw menghela nafas setelah mendengar ucapan Kakek Tua bergamis putih tersebut.. Lalu kembali mengulangi apa yang sudah urung gw lakukan.. Gw sempat memejamkan kedua mata bersiap merasakan sensasi rasa seperti tersengat aliran listrik, begitu dua telapak tangan hampir menyentuh bagian pinggir Kitab Langit..

Sebuah senyuman terbit di wajah gw saat berhasil memegang Kitab Langit tanpa merasakan sensasi rasa yang sempat membuat nyali gw menciut..

“Bagus.. Ternyata darah Penguasa Gaib Tanah Pasundan benar mengalir di dalam tubuh mu, Ngger.. Sekarang, gigitlah ujung jari telunjuk kananmu hingga mengeluarkan darah segar.. Lalu teteskan masing-masing setetes darah ke tiga gambar Matahari, Bulan dan Bintang.. Coba lah untuk membuka Kitab Langit, saat ketiga gambar semakin terang cahayanya.. Jangan lupa membaca Basmallah disusul sebuah mantera yang berbunyi Kitab Langit Kitab Surga, tunjukkan cara mengalahkan angkara murka.. Setelah itu, sebut nama Braja Krama tiga kali dalam hati.. Ingat, kau harus membuka Kitab Langit dan merapalkan mantera tadi dengan menahan nafas.. Hingga kau bisa membaca tulisan yang muncul dan menutup Kitab Langit lagi, disaat itu lah kau boleh mengisi rongga dada dengan udara, Ngger”

Gw yang menyimak penjelasan Ki Purwagalih secara seksama.. Seketika menggaruk bagian belakang kepala saat merasa penjelasan Kakek tua itu cukup rumit..

“Apakah kau ragu, Ngger?” Tanya Ki Purwagalih yang langsung gw sambut dengan gelengan kepala..

“Tidak, Eyang.. Aku sanggup melakukannya”

Diubah oleh juraganpengki 17-03-2018 22:40
jenggalasunyi
sampeuk
dodolgarut134
dodolgarut134 dan 11 lainnya memberi reputasi
10
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.