- Beranda
- Stories from the Heart
I Love You More Than You Think
...
TS
nengsr
I Love You More Than You Think

Thanks for the amazing cover Om quatzlcoatl

(Ssstt.. this is the real picture of us)
Aku sering bertanya-tanya pada diri sendiri, apa yang paling berperan di kehidupan ini? cintaatau uang?
Dan aku pernah bertanya pada ibuku, beliau menjawab uang. Karena beliau berpikir realistis, katanya cinta saja tidak ada uang ya tidak hidup.
Ya memang. Tetapi aku agak kurang setuju, karena ketika tidak punya uang aku tidak semerana itu. Tapi jika hati yang terluka, hati yang mengelola semuanya. Sedih berkepanjangan menghilangkan semua gairah.
Dan aku pernah bertanya pada ibuku, beliau menjawab uang. Karena beliau berpikir realistis, katanya cinta saja tidak ada uang ya tidak hidup.
Ya memang. Tetapi aku agak kurang setuju, karena ketika tidak punya uang aku tidak semerana itu. Tapi jika hati yang terluka, hati yang mengelola semuanya. Sedih berkepanjangan menghilangkan semua gairah.
Panggil saja aku Hani, itu nama kecilku. Aku asli orang Surabaya jadi ga pake 'gue-elo'. Maklum orang jawa, ketika ada yang pake sebutan 'gue' pasti pada nyeletuk "mangan tahu tempe ae gue gue"

Mau ijin pada para pecinta SFTH buat nulis sebagian kisahku. Ya hanya sekedar untuk mengabadikan

Maaf jika tulisanku jelek, memang bukan penulis

Apabila ada yang mengenalku, aku mohon dengan sangat jangan bocor ya gan
PM aja kalo mau. Oke?Selamat menikmati...
Spoiler for Index:
Spoiler for Mulustrasi:
Diubah oleh nengsr 21-09-2020 23:10
bukhorigan dan 13 lainnya memberi reputasi
12
113.9K
847
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nengsr
#571
Touring Day 2
Subuh kita semua sudah dibangunkan oleh sang nenek. Karena pasukan kita ada banyak sedangkan kamar mandi cuma satu. Aku bangun dan menunaikan kewajiban 2 rakaat. Setelahnya nunggu giliran buat mandi. Yang sudah mandi pun langsung disuruh sarapan.
Kelar mandi dan sarapan aku udah siap untuk berangkat. Sambil nunggu yang lain bersiap aku ke rumah sebelah, di tempat para cowo. Mereka pun sama, pada nunggu giliran buat mandi. Lagi santai2 kita ngobrol2. Eh terus Si Dani dengan gusarnya kebelet. Karena di kamar mandi kan ga ada WC nya.
"Mba, aku kebelet..." ucap Dani ke Sita.
"Loh, ga ada WC nya. Ada kali tuh kalo mau..." jawab Sita datar tak berdosa.
"Dimana kalinya?"
"Di situ loh, lurus belok kanan.." Sita ngasih arahan dengan tangannya.
"Neng, temenin dong.." pinta Dani.
"Aku?" Tanyaku meyakinkan.
"Iyalah... temenin sana." Suruh Sita.
Aku langsung berdiri dan keluar dari rumah bermaksud untuk mengindahkan permintaan Dani, nemenin dia boker
"Eh atau kalo mau di mushola aja." Kata Sita.
"Dimana musholanya?" Tanya Dani.
"Di depan situ. Lurus aja." Jawabnya.
Yaudah kita jalan, cari dimana letak itu mushola tapi ga ketemu.
"Yaudah cari kali aja Neng.." ajak Dani putus asa karena udah ga nahan mau brojol.
"Yaudah ayo.." kataku langsung mengikuti langkahnya. Dan akhirnya ketemu.
"Kok ga ada airnya gini..." ucap Dani lihat kondisi air kali di bawah.
"Ya gimana? Ada tuh.."
"Yaudah. Nih tolong bawain." Katanya nyerahin hp nya. "Agak sana Neng.." usirnya.
"Hahaha iya..." aku pergi menjauh.
Di tengah kebun gini aku melihat sekitar, waspada takut2 kalo tiba2 ada ular muncul gimana? Aku belum berguru pada Panji Sang Penakluk Ular
Sambil nunggu Dani selesaiin hajatnya aku lihat2 hpnya, tapi dikunci. Padahal kan aku pengen buka2. Kali aja nemu chat dia sama cewe lain
Terus dia muncul dengan wajah lega lepas tanpa beban.
"Tadi ada orang pas aku pup. Kaget aku.." katanya kemudian.
"Haha ngapain? Mau pup juga?"
"Gatau. Lewat doang."
Kita balik ke rumah si nenek dan langsung bersiap berangkat. Tujuan kita ke Teluk Ijo (Green Bay) sama Pulau Merah.
Aku sama Alfin, tetap pada pasangan awal. Jalannya lumayan jauh dari rumah nenek Sita. Kita juga sempet tanya orang di jalan tadi. Kemudian kita masuk di desa Pesanggaran yang jalannya itu makadam sepanjang jalan. Dari kampung sampe masuk hutan dan sampai depan pintu utama Taman Nasional Meru Betiri.
Lama di jalan karena pelan2 melewati jalanan berbatu. Berasa koplok nih badan terguncang segitu lamanya di atas motor. Mana ada insiden disengat lebah lagi pas di hutan tadi aku. Lebah aja tau kalo aku manis, masa kamu engga
"Wuuuhh, akhirnyaaa sampai jugaaa..." teriak Rendra.
"Berhenti dulu deh. Nunggu yang lain." Ucap Aldi.
"Ayo turun. Ga pengen foto2 ta?" Kata Rendra.
Benar juga, jauh2 kesini masa ga foto. Biarpun di gerbang pintu masuk
Puas foto kita langsung lanjut dan bayar tiket masuk. Ternyata kalo mau ke Teluk Ijonya ada 2 opsi, naik perahu dari Pantai Rajekwesi atau jalan kaki menelusuri hutan.
Kita milih jalan kaki. Naik kapal PP perorang bayar 50rb. Biasa, kita mah backpacker alias bolang selalu pilih irit hahaha. Tapi seru juga jalan. Melewati tebing karena bawah itu laut. Pemandamgannya pun bikin semua berdecak kagum dan mengabadikannya. Tebingnya pun jalannya ga mulus landai. Naik turun melangkahi akar2 pohon. Terus d tengah2 jalan Aldi sama Sita berhenti dan duduk di pohon.
"Gantian jalannya. Dua2 foto dulu." Kata Sita. Ini sih pasti akal2annya dia biar bisa ngefoto para pasangan.
Pertama mas Zakky sama Tika. Rendra sama Esty. Hendra sama Fika. Terus aku sama Dani. Terakhir Kiki sama Alfin
Selama ngefoto dia mah senyum2. Emang akal bulus. Kan aku jadi bingung mau pose gimana sama Dani
Setelah ketemu rawa kita lebih milih jalan di pinggir pantai berbatu atau yang disebut Stone Shore. Pemandangan sekitar ini ga kami sia siakan. Kita naik ke bebatuan yang lebih besar di bibir pantai yang ombaknya gede. Kita gantian foto dengan background ombak yang pecah setelah menghantam batu2 di pinggir pantai.
Puas berfoto kita melanjutkan perjalanan sampai di Teluk Ijo. Seperti pulau pribadi deh. Sepi banget.
Beda cuacanya disini. Sangat cerah dan panas. Kalo di Stone Shore tadi seperti mendung.
Itu dua love bird Sita dan Aldi sudah duduk bersantai di atas pasir sambil menikmati deburan ombak pantai. Ternyata emang airnya kelihatan ijo, makanya namanya Teluk Ijo.
Semua pada gantian berfoto di plakat nama Teluk Ijo. Aku melihat mereka2 yang pada berpose.
Yang lain sudah berpencar dengan grup masing2 untuk mengekspos pantai ini. Aku dengan Dani, Alfin, Kiki pun sama. Setelah mengekspos sisi kiri pantai ini kita langsung beralih di hamparan luasnya air pantai. Mereka udah lebih dulu nyemplung bermain ombak. Aku masih berdiri melihat aktivitas mereka.
"Foto ta mba?"

Aku sedikit kaget dan langsung menoleh dengar suara itu yang berasal dari arah belakang. Ternyata si Reza.
"Boleh mas." Jawabku yang langsung ambil posisi bersiap untuk foto.
"Gitu ta fotonya?" Tanya Reza.
"Iya. Ala ala candid itu." Jawabku.
Beberapa kali jepretan akhirnya aku menyudahi aksi poseku. Lalu Sita datang. Kita foto berdua. Kemudian aku ikutan mereka yang sedang main ombak.
Seru banget. Kita bergulung2 terdorong ombak yang besar. Saking serunya sampai semua yang pada bawa kamera fotoin kita. Udah beberapa lama kita bermain ombak kemudian harus terhenti oleh paniknya Dani.
"Ki, kunci motorku mana?" Tanya Dani sambil merogoh semua saku celananya.
"Lha mana loh?" Kiki tanya balik.
"Tadi aku taruh sini." Ucap Dani sambil menunjuk saku kirinya. "Terus ada pasirnya aku mau buang pasirnya eh tapi sekalian kebuang kunciku." Tuturnya dengan ekspresi kebingungan.
"Loh, gimana sih?" Protes Kiki.
"Gimana sih mas Dan.. kamu itu.." ucap Alfin.
"Ada gantungan kuncinya ga?" Tanyaku sambil meraba raba dasar pantai mencari cari kunci itu.
"Ada. Shaun the Sheep, karet gitu."
Langsung semua pada ngubek2 dasar pantai. Sampai nyelam2 liat di bawah. Tapi emang ombaknya ini besar banget. Mungkin itu kunci udah ketimbun pasir atau ga ya terseret ke pantai yang lebih dalam. Soalnya sudah lebih dari 20 menit kita ngubek2 ga ketemu juga.
"Gimana nih mas Dan, ga ketemu.." seru Alfin.
"Loh.. musibah pek..." Jawab Dani dengan wajah datar yang udah pucat. Dan kata2 inilah yang nanti bakal jadi bahan candaan anak2.
"Bawa serepnya ga?" Tanya Aldi.
"Engga. Di rumah." Jawab Dani.
"Yaudah, udahan yuk. Sambil cari solusi. Udah siang juga.." kata Aldi pada kita semua.
"Foto dulu yuk bareng2 semuanya. Belum foto loh kita.." Pinta Tika.
Akhirnya kita foto semua tim. Tapi begitu aku lihat hasilnya, Dani udah ga bergairah sama sekali. Udah lemes dan tanpa ekspresi dia.
Kita jalan ke tempat parkir, sampai sana kita ngomong ke bapak parkirnya.
"Pak, ini kunci motor saya ilang. Ada tempat tukang kunci dimana ya pak?" Tanya Dani.
"Waduh. Ga ada disini mas. Jauh keluar kampung sana..." jawab bapak parkir.
"Terus gimana ya pak?"
"Mana motornya mas?"
"Itu pak beat hitam."
"Oh bisa saya benerin mas. Tapi saya mode on terus. Nyala terus ga bisa mati. Gimana?" Tutur pak parkir.
"Loh. Terus gimana pak?"
"Ya gitu mas. Nyala terus ga bisa mati. Bisa mati kan kalo udah distandartin.."
"Yaudah gapapa Dan, daripada ga bisa pulang." Ucap Aldi.
"Iya. Gitu aja mas. Nanti kalo di rumah baru dibenerin." Kata bapak parkir lagi.
"Iya Sep, gitu aja." Tambahku.
"Yaudah pak. Gapapa. Tapi bisa ya?"
"Bisa." Jawabnya mantap yang langsung nyuruh anaknya pulang buat ambil peralatan.
Aku beranjak pergi setelah motornya udah ditangani oleh bapaknya, ke tempat anak2 pada istirahat.
"Gimana Han?" Tanya Sita.
"Lagi dibenerin." Jawabku. "Bu, aku pop mie nya ini satu ya.." ucapku pada ibu pemilik warung.
Setelah dapet pop mienya aku langsung balik lagi ke tempat Dani duduk nungguin motornya yang lagi dibenerin. Aku lihat dia duduk diam tanpa ekspresi. Pandangan kosong seperti anak gadis yang lagi frustasi keperawanannya terenggut paksa. Aku jadi iba melihatnya.
"Nih makan dulu.." aku sodorkan suapan mie ke dia tapi ditolak dengan gelengan kepala.
Aduh segininya nih anak. Sampe kondisi wajahnya yang penuh pasir pantai ga dibersihin. Aku bersihin pasir2 yang nempel di mukanya dengan mengusapnya pelan. Sampe belek yang kering pun aku enyahkan. Dan dia masih diam menatap lurus motornya.
Aku makan sambil nemenin dia, duduk bersebelahan dengannya memperhatikan motornya yang sedang di oprek oleh 3 lelaki itu.
"Sudah selesai nih mas.." ucap bapak parkir dengan menepuk kedua telapak tangannya membersihkan kotoran disana.
"Sudah ya pak?" Dani bertanya mengulang perkataan si bapak dengan beranjak dari duduknya menghampiri motornya.
"Sudah. Tapi ya gini. Keadaannya on terus ga bisa mati.."
"Tapi gapapa ya pak?"
"Gapapa. Cuma susahnya ya pas isi bensin mas. Cuma bisa buka lewat depan. Segini doang..." ucap si bapak nunjukin joknya yang dibuka dari depan.
"Gapapa pak. Penting bisa nyala dan bisa pulang. Berapa pak?" Tanya Dani bermaksud tanya upah servicenya.
"Wah, gausah mas. Bayar parkirnya aja." Tapi bapaknya menolak.
Kemudian terjadi perdebatan yang alot karena si bapak ga mau dikasih upah. Tapi akhirnya emang kita hanya mengucap banyak terima kasih dan bayar parkirnya doang dan langsung beranjak pulang. Kembali melewati jalanan berbatu yang bikin badan koplok
Di tengah jalan kita berhenti, ada anak yang beli kopi karena ngantuk. Kita menepi di warung, ada 3 motor waktu itu yang sedang berjejer. Itu ada motor Alfin, Dani dan Rendra.
"Ko Joni..." Rendra menggoda Kiki persis seperti di video konyol Kiki yang semalem dia perlihatkan pada anak2 cowo. Dan Kiki malah bertingkah lemah gemulai dengan genit.
"Ih ya ampun, aku gemes deh sama kamu.." ucap Esty cekikikan melihat tingkah Kiki.
"Kita tukar ta? Biar kamu sama Rendra. Aku biar sama mas ini.." lanjut Esty nunjuk Dani.
What?! Aku langsung menoleh. Memicingkan mata memandang Esty. Apa maksudnya dia ingin bertukar pasangan dan pengen dibonceng Dani? Untung Dani ga merespon apa2, dia masih dalam mode berduka. Dan fix! Aku ga suka sama cewe ini!
Udah semalem aku sempet lihat dia tidur sender di punggung Rendra saat di perjalanan, padahal mereka baru ketemu dia sudah seperti itu. Dan itu juga diperhatikan oleh Sita. Dia juga punya pemikiran yang sama.
Kita lanjut perjalanan pulang menuju rumah Nenek Sita, ke Pulau Merahnya terpaksa kita batalkan karena sekarang udah siang. Kita harus pulang jam 3 nanti. Besok hari senin dan semua pada kerja.
Sampai di rumah kita semua pada bergantian untuk mandi dan bersiap untuk pulang, tentu makanan pun sudah tersiapkan di meja rumah nenek untuk makan kita.
Setelah semua beres dan bersiap untuk pulang akhirnya kita berpamitan, tapi sebelumnya kita berfoto dulu di halaman dengan background rumah pamannya Sita buat kenang2an. Disini Dani keadaannya sudah tak semenyedihkan tadi. Dia sudah bisa becanda dengan kita.
"Mbah, pulang dulu ya. Ayo ikut ke Surabaya.." pamit Tika ke nenek.
"Iyo. Atiati.." balas nenek.
"Mbah kapan gantian ke Surabaya?" Tanya Tika lagi.
"Yo mengko nek awakmu rabi (ya nanti kalo kamu nikah)." Jawab nenek santai dengan candaan khasnya.
Si nenek ini emang mbah2 gaul. Asik banget orangnya. Udah tua tapi masih berjiwa muda. Kata Dani, cabe kering. Kurang ajar emang tuh anak
Kita benar2 berangkat pulang menuju Surabaya jam 4 sore. Masuk maghrib waktu kita melewati Gumitir dan kali ini aku ga ngantuk. Tapi lama2 kok aneh, motornya Alfin depan sendiri ga ada yang ngikutin.
"Fin, anak2 mana? Ga kelihatan." Ucapku sambil menepuk nepuk bahu Alfin dan menoleh ke belakang mencari cari anggota lain tapi ga nemu satupun.
"Loh, iya. Kemana ya? Balik ta mba?"
"Terserah."
"Ayo balik aja deh."
Alfin langsung balik arah menyusul yang tertinggal di belakang. Ternyata ada insiden, Rendra nyusruk karena Esty yang ngantuk bikin motornya oleng. Setelah dipastikan baik2 saja, kita lanjutkan perjalanan.
Sampai di Jember, aku menyerah. Aku ngantuk lagi. Gimana engga, tadi siang habis seru seruan main air terus langsung pulang tanpa istirahat, jelas ngantuk lah. Kejadian kemarin malem terulang lagi. Tapi kayaknya emang semua juga mau istirahat kita berhenti dulu di SPBU dan istirahat lama disana.
"Mba, kamu mau tuker ta?" Tanya Alfin pas kita sudah di atas motor dan bersiap melanjutkan perjalanan lagi.
"Iya, tuker aja." Jawabku akhirnya yang udah menimbang nimbang sebelumnya. Soalnya aku emang udah ngantuk banget, daripada di tengah jalan nanti baru minta ganti malah ngerepotin.
"Yaudah. Mas, mas.. mba Hani minta tuker." Alfin manggil2 Dani dengan menghampiri mereka.
Terus kita bertukar pasangan lagi dan lanjut. Benar saja aku di jalan akhirnya tidur. Yang terjadi selama di jalan adalah, ketika kepalaku sender di punggung Dani sebelah kiri dan hampir jatuh, Dani pasti pegangin biar ga jatuh. Tapi kalo aku tidurnya di sebelah kanan, tiap kali mau jatuh Dani langsung menghentak bahunya yang bikin kepalaku tersentak. Iyalah kan tangan kanan buat ngegas motornya
Kadang juga aku cape harus miringin kepala ke kanan atau kiri. Aku tidur dengan badan tegak yang malah bikin aku jatuh ke belakang kalo udah oleng. Itu bikin Dani kaget dan susah2 buat pegangin aku
Berkali kali dia rekatkan lagi pegangan tanganku yang mengendur. Kadang juga dia pegangin tanganku itu. Kok aku tahu? Yaiyalah. Kan kadang aku masih sedikit sadar dan berusaha untuk terjaga walopun akhirnya harus kalah sama rasa kantuk lagi.
"Hey, berhenti dulu ya nanti di pinggir jalan yang warung jual oleh2. Katanya tadi Tika disitu.." teriak Aldi kasih aba2 sewaktu kita udah memasuki Probolinggo.
"Iyoo. Oke!" Begitulah teriakan jawaban dari kita semua.
Dani langsung merebahkan tubuhnya pada dipan bambu yang ada di depan warung setelah kita berhenti dengan aba2 dari Aldi. Niatnya mencari Tika yang mencar di tengah perjalanan tadi. Eh ternyata ga ketemu. Yasudah kita makan aja dulu.
Semuanya makan, tapi aku sama beberapa anak engga. Aku ga makan karena aku mau nemenin Dani yang sedang tertidur ini. Dia lelah pastinya. Mengingat dia belum pernah berkendara sejauh ini. Yang aku ketahui beberapa hari setelahnya, dia emang lebih milih tidur daripada nanti ga kuat nyetir. Soalnya dia tahu aku pasti ga mau pindah motor.
Setelah dirasa udah cukup istirahatnya, yang udah makan pun udah selesai dan hari juga udah makin larut malam, meskipun Tika sama mas Zakki ga ketemu, kita lanjut buat pulang menuju Surabaya.
"Kita akhiri disini aja ya. Setelah ini bisa langsung pulang ke rumah masing2. Terima kasih banyak buat semuanya selama touring kita ini. Bisa lah ya nanti kita touring2 lagi. Buat fotonya kita kabar2an aja nanti ya.." ucap Aldi di penutupan acara kali ini. Setelah kita berhenti di Alun-alun Sidoarjo.
"Iyaa.. aku juga makasi banyak. Kalo touring2 lagi kabarin ya.." kata Rendra.
"Yaudah. Udah malam. Yang mau pulang ya langsung pulang aja. Atiati di jalan.." kata Aldi lagi.
Dan kita pun saling berpamitan dan bersalaman. Mengucapkan terima kasih dan salam perpisahan.
Aku tetap sama Dani, jadi Kiki diantar sama Alfin. Alun-alun Sidoarjo itu masih cukup jauh jaraknya kerumahku. Aku yang masih ngantuk pun dengan berat usaha buat melek tapi tetep merem juga. Dani mengendarai motornya lebih santai. Aku bisa kembali merasakan tangannya yang mengelus lembut kedua tanganku yang melingkar di perutnya. Buat aku tersenyum di balik punggungnya
Aku sampai rumah sudah jam 1 dini hari lewat. Ibu pun heran, karena aku berangkatnya sama Alfin tapi pulangnya sama Dani. Ibu gatau kalo Dani juga ikutan touring ini.
Ya biarlah untuk sekarang keadaannya seperti ini sampai batas waktu yang sudah aku tentukan. Semoga nanti sebelum semuanya berakhir, keadaan bisa berubah. Ya, semoga
Terima kasih Banyuwangi...
Kita menyambut hari senin dengan mengatakan "back to reality" karena acara liburannya sudah selesai dan sekarang harus kerja lagi.
Dani meyakini bahwa kemarin itu sebuah kesialan kita karena jumlah kita itu ganjil, katanya itu ga bagus. Dia mah masih percaya yang begituan
Soalnya yang sial bukan cuma dia, Reza juga. Salah satu hpnya jatuh di jalan. Dia tahu tapi dibiarin sama dia, katanya pasti udah remuk jadi dia ikhlasin aja.
Kita akhirnya punya grup bbm. Semua anggota yang kemarin ikut di invite oleh Sita, kecuali Agus. Jelas rame itu grup.
Kemudian hpku bergetar yang aku pikir itu juga chat dari mereka, ternyata...
"Reza Avriano
I'd like to invite you to chat over BBM."
Eh, di invite sama photographer ganteng
Kelar mandi dan sarapan aku udah siap untuk berangkat. Sambil nunggu yang lain bersiap aku ke rumah sebelah, di tempat para cowo. Mereka pun sama, pada nunggu giliran buat mandi. Lagi santai2 kita ngobrol2. Eh terus Si Dani dengan gusarnya kebelet. Karena di kamar mandi kan ga ada WC nya.
"Mba, aku kebelet..." ucap Dani ke Sita.
"Loh, ga ada WC nya. Ada kali tuh kalo mau..." jawab Sita datar tak berdosa.
"Dimana kalinya?"
"Di situ loh, lurus belok kanan.." Sita ngasih arahan dengan tangannya.
"Neng, temenin dong.." pinta Dani.
"Aku?" Tanyaku meyakinkan.
"Iyalah... temenin sana." Suruh Sita.
Aku langsung berdiri dan keluar dari rumah bermaksud untuk mengindahkan permintaan Dani, nemenin dia boker

"Eh atau kalo mau di mushola aja." Kata Sita.
"Dimana musholanya?" Tanya Dani.
"Di depan situ. Lurus aja." Jawabnya.
Yaudah kita jalan, cari dimana letak itu mushola tapi ga ketemu.
"Yaudah cari kali aja Neng.." ajak Dani putus asa karena udah ga nahan mau brojol.
"Yaudah ayo.." kataku langsung mengikuti langkahnya. Dan akhirnya ketemu.
"Kok ga ada airnya gini..." ucap Dani lihat kondisi air kali di bawah.
"Ya gimana? Ada tuh.."
"Yaudah. Nih tolong bawain." Katanya nyerahin hp nya. "Agak sana Neng.." usirnya.
"Hahaha iya..." aku pergi menjauh.
Di tengah kebun gini aku melihat sekitar, waspada takut2 kalo tiba2 ada ular muncul gimana? Aku belum berguru pada Panji Sang Penakluk Ular

Sambil nunggu Dani selesaiin hajatnya aku lihat2 hpnya, tapi dikunci. Padahal kan aku pengen buka2. Kali aja nemu chat dia sama cewe lain

Terus dia muncul dengan wajah lega lepas tanpa beban.
"Tadi ada orang pas aku pup. Kaget aku.." katanya kemudian.
"Haha ngapain? Mau pup juga?"
"Gatau. Lewat doang."
Kita balik ke rumah si nenek dan langsung bersiap berangkat. Tujuan kita ke Teluk Ijo (Green Bay) sama Pulau Merah.
Aku sama Alfin, tetap pada pasangan awal. Jalannya lumayan jauh dari rumah nenek Sita. Kita juga sempet tanya orang di jalan tadi. Kemudian kita masuk di desa Pesanggaran yang jalannya itu makadam sepanjang jalan. Dari kampung sampe masuk hutan dan sampai depan pintu utama Taman Nasional Meru Betiri.
Lama di jalan karena pelan2 melewati jalanan berbatu. Berasa koplok nih badan terguncang segitu lamanya di atas motor. Mana ada insiden disengat lebah lagi pas di hutan tadi aku. Lebah aja tau kalo aku manis, masa kamu engga

"Wuuuhh, akhirnyaaa sampai jugaaa..." teriak Rendra.
"Berhenti dulu deh. Nunggu yang lain." Ucap Aldi.
"Ayo turun. Ga pengen foto2 ta?" Kata Rendra.
Benar juga, jauh2 kesini masa ga foto. Biarpun di gerbang pintu masuk

Puas foto kita langsung lanjut dan bayar tiket masuk. Ternyata kalo mau ke Teluk Ijonya ada 2 opsi, naik perahu dari Pantai Rajekwesi atau jalan kaki menelusuri hutan.
Kita milih jalan kaki. Naik kapal PP perorang bayar 50rb. Biasa, kita mah backpacker alias bolang selalu pilih irit hahaha. Tapi seru juga jalan. Melewati tebing karena bawah itu laut. Pemandamgannya pun bikin semua berdecak kagum dan mengabadikannya. Tebingnya pun jalannya ga mulus landai. Naik turun melangkahi akar2 pohon. Terus d tengah2 jalan Aldi sama Sita berhenti dan duduk di pohon.
"Gantian jalannya. Dua2 foto dulu." Kata Sita. Ini sih pasti akal2annya dia biar bisa ngefoto para pasangan.
Pertama mas Zakky sama Tika. Rendra sama Esty. Hendra sama Fika. Terus aku sama Dani. Terakhir Kiki sama Alfin

Selama ngefoto dia mah senyum2. Emang akal bulus. Kan aku jadi bingung mau pose gimana sama Dani

Setelah ketemu rawa kita lebih milih jalan di pinggir pantai berbatu atau yang disebut Stone Shore. Pemandangan sekitar ini ga kami sia siakan. Kita naik ke bebatuan yang lebih besar di bibir pantai yang ombaknya gede. Kita gantian foto dengan background ombak yang pecah setelah menghantam batu2 di pinggir pantai.
Puas berfoto kita melanjutkan perjalanan sampai di Teluk Ijo. Seperti pulau pribadi deh. Sepi banget.
Beda cuacanya disini. Sangat cerah dan panas. Kalo di Stone Shore tadi seperti mendung.
Itu dua love bird Sita dan Aldi sudah duduk bersantai di atas pasir sambil menikmati deburan ombak pantai. Ternyata emang airnya kelihatan ijo, makanya namanya Teluk Ijo.
Semua pada gantian berfoto di plakat nama Teluk Ijo. Aku melihat mereka2 yang pada berpose.
Yang lain sudah berpencar dengan grup masing2 untuk mengekspos pantai ini. Aku dengan Dani, Alfin, Kiki pun sama. Setelah mengekspos sisi kiri pantai ini kita langsung beralih di hamparan luasnya air pantai. Mereka udah lebih dulu nyemplung bermain ombak. Aku masih berdiri melihat aktivitas mereka.
"Foto ta mba?"

Aku sedikit kaget dan langsung menoleh dengar suara itu yang berasal dari arah belakang. Ternyata si Reza.
"Boleh mas." Jawabku yang langsung ambil posisi bersiap untuk foto.
"Gitu ta fotonya?" Tanya Reza.
"Iya. Ala ala candid itu." Jawabku.
Beberapa kali jepretan akhirnya aku menyudahi aksi poseku. Lalu Sita datang. Kita foto berdua. Kemudian aku ikutan mereka yang sedang main ombak.
Seru banget. Kita bergulung2 terdorong ombak yang besar. Saking serunya sampai semua yang pada bawa kamera fotoin kita. Udah beberapa lama kita bermain ombak kemudian harus terhenti oleh paniknya Dani.
"Ki, kunci motorku mana?" Tanya Dani sambil merogoh semua saku celananya.
"Lha mana loh?" Kiki tanya balik.
"Tadi aku taruh sini." Ucap Dani sambil menunjuk saku kirinya. "Terus ada pasirnya aku mau buang pasirnya eh tapi sekalian kebuang kunciku." Tuturnya dengan ekspresi kebingungan.
"Loh, gimana sih?" Protes Kiki.
"Gimana sih mas Dan.. kamu itu.." ucap Alfin.
"Ada gantungan kuncinya ga?" Tanyaku sambil meraba raba dasar pantai mencari cari kunci itu.
"Ada. Shaun the Sheep, karet gitu."
Langsung semua pada ngubek2 dasar pantai. Sampai nyelam2 liat di bawah. Tapi emang ombaknya ini besar banget. Mungkin itu kunci udah ketimbun pasir atau ga ya terseret ke pantai yang lebih dalam. Soalnya sudah lebih dari 20 menit kita ngubek2 ga ketemu juga.
"Gimana nih mas Dan, ga ketemu.." seru Alfin.
"Loh.. musibah pek..." Jawab Dani dengan wajah datar yang udah pucat. Dan kata2 inilah yang nanti bakal jadi bahan candaan anak2.
"Bawa serepnya ga?" Tanya Aldi.
"Engga. Di rumah." Jawab Dani.
"Yaudah, udahan yuk. Sambil cari solusi. Udah siang juga.." kata Aldi pada kita semua.
"Foto dulu yuk bareng2 semuanya. Belum foto loh kita.." Pinta Tika.
Akhirnya kita foto semua tim. Tapi begitu aku lihat hasilnya, Dani udah ga bergairah sama sekali. Udah lemes dan tanpa ekspresi dia.
Kita jalan ke tempat parkir, sampai sana kita ngomong ke bapak parkirnya.
"Pak, ini kunci motor saya ilang. Ada tempat tukang kunci dimana ya pak?" Tanya Dani.
"Waduh. Ga ada disini mas. Jauh keluar kampung sana..." jawab bapak parkir.
"Terus gimana ya pak?"
"Mana motornya mas?"
"Itu pak beat hitam."
"Oh bisa saya benerin mas. Tapi saya mode on terus. Nyala terus ga bisa mati. Gimana?" Tutur pak parkir.
"Loh. Terus gimana pak?"
"Ya gitu mas. Nyala terus ga bisa mati. Bisa mati kan kalo udah distandartin.."
"Yaudah gapapa Dan, daripada ga bisa pulang." Ucap Aldi.
"Iya. Gitu aja mas. Nanti kalo di rumah baru dibenerin." Kata bapak parkir lagi.
"Iya Sep, gitu aja." Tambahku.
"Yaudah pak. Gapapa. Tapi bisa ya?"
"Bisa." Jawabnya mantap yang langsung nyuruh anaknya pulang buat ambil peralatan.
Aku beranjak pergi setelah motornya udah ditangani oleh bapaknya, ke tempat anak2 pada istirahat.
"Gimana Han?" Tanya Sita.
"Lagi dibenerin." Jawabku. "Bu, aku pop mie nya ini satu ya.." ucapku pada ibu pemilik warung.
Setelah dapet pop mienya aku langsung balik lagi ke tempat Dani duduk nungguin motornya yang lagi dibenerin. Aku lihat dia duduk diam tanpa ekspresi. Pandangan kosong seperti anak gadis yang lagi frustasi keperawanannya terenggut paksa. Aku jadi iba melihatnya.
"Nih makan dulu.." aku sodorkan suapan mie ke dia tapi ditolak dengan gelengan kepala.
Aduh segininya nih anak. Sampe kondisi wajahnya yang penuh pasir pantai ga dibersihin. Aku bersihin pasir2 yang nempel di mukanya dengan mengusapnya pelan. Sampe belek yang kering pun aku enyahkan. Dan dia masih diam menatap lurus motornya.
Aku makan sambil nemenin dia, duduk bersebelahan dengannya memperhatikan motornya yang sedang di oprek oleh 3 lelaki itu.
"Sudah selesai nih mas.." ucap bapak parkir dengan menepuk kedua telapak tangannya membersihkan kotoran disana.
"Sudah ya pak?" Dani bertanya mengulang perkataan si bapak dengan beranjak dari duduknya menghampiri motornya.
"Sudah. Tapi ya gini. Keadaannya on terus ga bisa mati.."
"Tapi gapapa ya pak?"
"Gapapa. Cuma susahnya ya pas isi bensin mas. Cuma bisa buka lewat depan. Segini doang..." ucap si bapak nunjukin joknya yang dibuka dari depan.
"Gapapa pak. Penting bisa nyala dan bisa pulang. Berapa pak?" Tanya Dani bermaksud tanya upah servicenya.
"Wah, gausah mas. Bayar parkirnya aja." Tapi bapaknya menolak.
Kemudian terjadi perdebatan yang alot karena si bapak ga mau dikasih upah. Tapi akhirnya emang kita hanya mengucap banyak terima kasih dan bayar parkirnya doang dan langsung beranjak pulang. Kembali melewati jalanan berbatu yang bikin badan koplok

Di tengah jalan kita berhenti, ada anak yang beli kopi karena ngantuk. Kita menepi di warung, ada 3 motor waktu itu yang sedang berjejer. Itu ada motor Alfin, Dani dan Rendra.
"Ko Joni..." Rendra menggoda Kiki persis seperti di video konyol Kiki yang semalem dia perlihatkan pada anak2 cowo. Dan Kiki malah bertingkah lemah gemulai dengan genit.
"Ih ya ampun, aku gemes deh sama kamu.." ucap Esty cekikikan melihat tingkah Kiki.
"Kita tukar ta? Biar kamu sama Rendra. Aku biar sama mas ini.." lanjut Esty nunjuk Dani.
What?! Aku langsung menoleh. Memicingkan mata memandang Esty. Apa maksudnya dia ingin bertukar pasangan dan pengen dibonceng Dani? Untung Dani ga merespon apa2, dia masih dalam mode berduka. Dan fix! Aku ga suka sama cewe ini!
Udah semalem aku sempet lihat dia tidur sender di punggung Rendra saat di perjalanan, padahal mereka baru ketemu dia sudah seperti itu. Dan itu juga diperhatikan oleh Sita. Dia juga punya pemikiran yang sama.
Kita lanjut perjalanan pulang menuju rumah Nenek Sita, ke Pulau Merahnya terpaksa kita batalkan karena sekarang udah siang. Kita harus pulang jam 3 nanti. Besok hari senin dan semua pada kerja.
Sampai di rumah kita semua pada bergantian untuk mandi dan bersiap untuk pulang, tentu makanan pun sudah tersiapkan di meja rumah nenek untuk makan kita.
Setelah semua beres dan bersiap untuk pulang akhirnya kita berpamitan, tapi sebelumnya kita berfoto dulu di halaman dengan background rumah pamannya Sita buat kenang2an. Disini Dani keadaannya sudah tak semenyedihkan tadi. Dia sudah bisa becanda dengan kita.
"Mbah, pulang dulu ya. Ayo ikut ke Surabaya.." pamit Tika ke nenek.
"Iyo. Atiati.." balas nenek.
"Mbah kapan gantian ke Surabaya?" Tanya Tika lagi.
"Yo mengko nek awakmu rabi (ya nanti kalo kamu nikah)." Jawab nenek santai dengan candaan khasnya.
Si nenek ini emang mbah2 gaul. Asik banget orangnya. Udah tua tapi masih berjiwa muda. Kata Dani, cabe kering. Kurang ajar emang tuh anak

Kita benar2 berangkat pulang menuju Surabaya jam 4 sore. Masuk maghrib waktu kita melewati Gumitir dan kali ini aku ga ngantuk. Tapi lama2 kok aneh, motornya Alfin depan sendiri ga ada yang ngikutin.
"Fin, anak2 mana? Ga kelihatan." Ucapku sambil menepuk nepuk bahu Alfin dan menoleh ke belakang mencari cari anggota lain tapi ga nemu satupun.
"Loh, iya. Kemana ya? Balik ta mba?"
"Terserah."
"Ayo balik aja deh."
Alfin langsung balik arah menyusul yang tertinggal di belakang. Ternyata ada insiden, Rendra nyusruk karena Esty yang ngantuk bikin motornya oleng. Setelah dipastikan baik2 saja, kita lanjutkan perjalanan.
Sampai di Jember, aku menyerah. Aku ngantuk lagi. Gimana engga, tadi siang habis seru seruan main air terus langsung pulang tanpa istirahat, jelas ngantuk lah. Kejadian kemarin malem terulang lagi. Tapi kayaknya emang semua juga mau istirahat kita berhenti dulu di SPBU dan istirahat lama disana.
"Mba, kamu mau tuker ta?" Tanya Alfin pas kita sudah di atas motor dan bersiap melanjutkan perjalanan lagi.
"Iya, tuker aja." Jawabku akhirnya yang udah menimbang nimbang sebelumnya. Soalnya aku emang udah ngantuk banget, daripada di tengah jalan nanti baru minta ganti malah ngerepotin.
"Yaudah. Mas, mas.. mba Hani minta tuker." Alfin manggil2 Dani dengan menghampiri mereka.
Terus kita bertukar pasangan lagi dan lanjut. Benar saja aku di jalan akhirnya tidur. Yang terjadi selama di jalan adalah, ketika kepalaku sender di punggung Dani sebelah kiri dan hampir jatuh, Dani pasti pegangin biar ga jatuh. Tapi kalo aku tidurnya di sebelah kanan, tiap kali mau jatuh Dani langsung menghentak bahunya yang bikin kepalaku tersentak. Iyalah kan tangan kanan buat ngegas motornya

Kadang juga aku cape harus miringin kepala ke kanan atau kiri. Aku tidur dengan badan tegak yang malah bikin aku jatuh ke belakang kalo udah oleng. Itu bikin Dani kaget dan susah2 buat pegangin aku

Berkali kali dia rekatkan lagi pegangan tanganku yang mengendur. Kadang juga dia pegangin tanganku itu. Kok aku tahu? Yaiyalah. Kan kadang aku masih sedikit sadar dan berusaha untuk terjaga walopun akhirnya harus kalah sama rasa kantuk lagi.
"Hey, berhenti dulu ya nanti di pinggir jalan yang warung jual oleh2. Katanya tadi Tika disitu.." teriak Aldi kasih aba2 sewaktu kita udah memasuki Probolinggo.
"Iyoo. Oke!" Begitulah teriakan jawaban dari kita semua.
Dani langsung merebahkan tubuhnya pada dipan bambu yang ada di depan warung setelah kita berhenti dengan aba2 dari Aldi. Niatnya mencari Tika yang mencar di tengah perjalanan tadi. Eh ternyata ga ketemu. Yasudah kita makan aja dulu.
Semuanya makan, tapi aku sama beberapa anak engga. Aku ga makan karena aku mau nemenin Dani yang sedang tertidur ini. Dia lelah pastinya. Mengingat dia belum pernah berkendara sejauh ini. Yang aku ketahui beberapa hari setelahnya, dia emang lebih milih tidur daripada nanti ga kuat nyetir. Soalnya dia tahu aku pasti ga mau pindah motor.
Setelah dirasa udah cukup istirahatnya, yang udah makan pun udah selesai dan hari juga udah makin larut malam, meskipun Tika sama mas Zakki ga ketemu, kita lanjut buat pulang menuju Surabaya.
"Kita akhiri disini aja ya. Setelah ini bisa langsung pulang ke rumah masing2. Terima kasih banyak buat semuanya selama touring kita ini. Bisa lah ya nanti kita touring2 lagi. Buat fotonya kita kabar2an aja nanti ya.." ucap Aldi di penutupan acara kali ini. Setelah kita berhenti di Alun-alun Sidoarjo.
"Iyaa.. aku juga makasi banyak. Kalo touring2 lagi kabarin ya.." kata Rendra.
"Yaudah. Udah malam. Yang mau pulang ya langsung pulang aja. Atiati di jalan.." kata Aldi lagi.
Dan kita pun saling berpamitan dan bersalaman. Mengucapkan terima kasih dan salam perpisahan.
Aku tetap sama Dani, jadi Kiki diantar sama Alfin. Alun-alun Sidoarjo itu masih cukup jauh jaraknya kerumahku. Aku yang masih ngantuk pun dengan berat usaha buat melek tapi tetep merem juga. Dani mengendarai motornya lebih santai. Aku bisa kembali merasakan tangannya yang mengelus lembut kedua tanganku yang melingkar di perutnya. Buat aku tersenyum di balik punggungnya

Aku sampai rumah sudah jam 1 dini hari lewat. Ibu pun heran, karena aku berangkatnya sama Alfin tapi pulangnya sama Dani. Ibu gatau kalo Dani juga ikutan touring ini.
Ya biarlah untuk sekarang keadaannya seperti ini sampai batas waktu yang sudah aku tentukan. Semoga nanti sebelum semuanya berakhir, keadaan bisa berubah. Ya, semoga

Terima kasih Banyuwangi...
-----
Kita menyambut hari senin dengan mengatakan "back to reality" karena acara liburannya sudah selesai dan sekarang harus kerja lagi.
Dani meyakini bahwa kemarin itu sebuah kesialan kita karena jumlah kita itu ganjil, katanya itu ga bagus. Dia mah masih percaya yang begituan

Soalnya yang sial bukan cuma dia, Reza juga. Salah satu hpnya jatuh di jalan. Dia tahu tapi dibiarin sama dia, katanya pasti udah remuk jadi dia ikhlasin aja.
Kita akhirnya punya grup bbm. Semua anggota yang kemarin ikut di invite oleh Sita, kecuali Agus. Jelas rame itu grup.
Kemudian hpku bergetar yang aku pikir itu juga chat dari mereka, ternyata...
"Reza Avriano
I'd like to invite you to chat over BBM."
Eh, di invite sama photographer ganteng

0