Kaskus

Story

irazz1234Avatar border
TS
irazz1234
Dunia Para Monster [Zombie Apocalypse Story]
Hello kaskuser dan momod tercintah emoticon-heart

Gw mau coba share cerita yang bertema horor.
Tapi horor bukan sembarang horor. emoticon-EEK!
Horor kali ini temanya Zombie Apocalypse.
Mirip kyk resident evil, the last of us, the walking dead, dll.
Tema yg cukup jarang diulas ato dibuat threadnya di SFTH.

Apdet dirilis sesuka hati, tergantung moodnya TS emoticon-Malu
Kentang sih pasti ada, tapi gw usahain gak sampe busuk tuh kentang emoticon-Ngakak (S)

Ga perlu lama-lama dah intronya, semoga semua pada suka emoticon-Embarrassment

Selamat membaca emoticon-Blue Guy Peace

Quote:
Diubah oleh irazz1234 06-03-2019 20:55
rinnopiantAvatar border
indrag057Avatar border
Karimake.akunaAvatar border
Karimake.akuna dan 12 lainnya memberi reputasi
13
36.3K
264
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
irazz1234Avatar border
TS
irazz1234
#95
Chapter 15



Membutuhkan hampir dua belas jam nonstop bagi truk Shane untuk berkendara dari luar kota Denver menuju kabin milik Pablo berada, dan mereka tidak pernah melakukan pemberhentian. Gabriel juga terbang lebih dahulu menuju pom bensin untuk mengisi penuh gallon dengan bahan bakar agar dia bisa mengisi ulang truk meskipun truknya sedang melaju kencang. Ketika Gabriel yakin tidak ada halangan apapun sepanjang perjalanan menuju ke kabin, ia memutuskan untuk terbang menuju kabin untuk memastikan Pablo dan Alyssa telah siap untuk menampung banyak sekali tamu, Gabriel tiba sesaat sebelum matahari terbit. Ketika dia datang melewati pintu masuk khusus di atap, Gabriel dapat melihat dua wajah yang menatapnya dengan pandangan sangat terkejut. Gabriel berlumuran darah zombie dan darah manusia, ia terlihat sangat kumal dan berantakan dibandingkan dengan penampilannya beberapa jam yang lalu.

"Ya ampun! Gabriel!" Seru Pablo terkejut lalu mengambil kain bersih dari lemari dan membasahinya di wastafel. "Apa yang telah terjadi disana?"

"Denver telah tiada." Jawab Gabriel. "Mereka telah diserang habis-habisan ketika aku datang."

"Aku tahu ada sesuatu yang salah." Kata Pablo sambil mengelap dan membersihkan wajah Gabriel seperti seorang ayah yang sedang membersihkan wajah anaknya yang dekil.

"Kita harus bersiap-siap untuk menerima lebih banyak tamu." Kata Gabriel sambil duduk dan membiarkan dirinya dibersihkan tanpa komplain. "Shane, keluarganya, dan beberapa orang lain yang selamat sedang berkendara kesini. Aku telah mengamankan jalan untuk mereka."

"Berapa banyak orang yang sedang kita bicarakan?" Alyssa bertanya.

"Setidaknya dua belas orang." Jawab Gabriel. "Siapkan segera kamar untuk mereka."

Alyssa bergegas menuju tangga untuk menyiapkan lebih banyak kamar untuk para tamu agar dapat beristirahat. Ia sangat ingin membantu dengan segenap tenaga tanpa banyak bertanya.

Gabriel menunggu hingga Alyssa pergi lalu menatap Pablo. "Aku telah menghisap darah seseorang sampai habis. Aku tidak sengaja melakukannya, hal itu terjadi begitu saja."

Wajah Pablo tampak sangat terkejut sampai matanya terbelalak. "Dalam skala satu sampai sepuluh, seberapa buruk rasa ketakutan yang kau alami?"

"Tiga." Jawab Gabriel sambil menghela nafas panjang. "Aku hanya mengalaminya selama beberapa menit. Aku sudah kembali normal sebelum Shane datang menuju kearah blokade."

"Ada blokade jalan?" Tanya Pablo sambil terus membersihkan wajah Gabriel. "Orang-orang California memang sangat nekat."

"Mereka memang begitu." Ucap Gabriel mengiyakan. "Aku membunuh setidaknya tujuh dari mereka di tempat blokade, dan disana lah ketika aku kehilangan kendali atas nafsuku. Tanpa sadar aku langsung menghisap darah wanita itu sampai kering. Tubuhnya hanya tinggal kulit dan tulang ketika kulempar tubuhnya ke tanah."

"Kamu beruntung." Ucap Pablo. "Tapi jangan pernah untuk melakukannya lagi."

"Maaf." Ucap Gabriel, ia merasa sangat malu.

"Tapi mereka itu orang jahat." Pablo mengingatkan.

"Apakah itu untuk membuatku merasa lebih baik?" Tanya Gabriel.

"Tidak." Ucap Pablo. "Tapi hal itu dapat menjadi lebih buruk, tapi kau tidak dengan sengaja menghisap darah seseorang yang kita kenal, dan sepertinya kau dapat kembali normal dengan cepat kali ini. Teknik yoga dan meditasi yang kuajarkan sepertinya telah memberikan hasil, benar kan?"

"Sepertinya begitu." Jawab Gabriel tanpa ingin mengakuinya secara terang-terangan.

"Sudah pasti begitu." Ucap Pablo tanpa ingin mengganti topik pembicaraan. "Dan itu adalah hal yang bagus, karena hal terakhir yang ingin kau lihat adalah seorang vampire yang haus akan darah. Kau terlalu tua dan kau dapat mengontrol dirimu dengan sangat baik. Jadi jika kamu kehilangan kontrol maka kita semua akan mati. Jangan menganggap remeh hal ini atau kau akan kehilangan seluruh sumber makananmu. Dimengerti?"

"Ya, aku mengerti." Jawab Gabriel, lalu Alyssa datang setelah ia merapikan ruangan. "Sepertinya kita punya cukup banyak ruangan untuk semua orang."

"Jangan terlalu memanjakan mereka." Kata Pablo. "Truk itu juga memiliki beberapa ruangan, kita mungkin akan menempatkan para lelaki disana dan memberikan ruangan di dalam untuk para wanita dan anak-anak."

Tak lama kemudian terdengar suara klakson di pintu gerbang, truk Shane tiba lebih awal dari perkiraan.

"Pergilah keruanganmu dan cobalah untuk tidur." Ucap Pablo sambil menepuk punggung Gabe. "Aku bisa menanganinya dari sini, beristirahatlah."

Gabriel melakukan apa yang diminta lalu pergi ke lantai bawah menuju ruangan pribadinya lalu menguncinya dari dalam untuk beristirahat. Pablo membuka pintu dan berjalan bersama Alyssa untuk menyambut truk yang datang setelah melewati gerbang dan sampai di depan kabin. Shane adalah yang pertama kali keluar dari kendaraan besar itu.

"Apakah area ini aman?" Shane bertanya.

"Gabriel telah memeriksanya sebelum ia datang kesini." Balas Pablo. "Apakah kalian baik-baik saja?"

Alyssa menyaksikan ada beberapa pria, wanita, dan anak-anak yang turun dari kendaraan itu, mereka semua terlihat sangat lelah dan kumal. Banyak dari pakaian yang mereka kenakan diwarnai oleh noda hitam dari asap tebal tempat mereka berlindung di atap rumah Shane di Denver. Mereka semua terlihat sangat kotor dan kelelahan. Pablo berjalan menuju Shane dan istrinya lalu memeluk mereka dengan erat, merasa senang karena dapat melihat mereka lagi.

"Aku tahu sesuatu yang buruk telah terjadi." Kata Pablo. "Aku meminta Gabe untuk mengecek keadaan kalian karena kamu tidak membalas panggilanku selama empat hari."

"Benar sekali." Jawab Shane nyengir. "Untuk kali ini, rasa takutmu telah menyelamatkan kami. Kami tidak dapat keluar tanpa..."

Shane berhenti berbicara karena menyadari Alyssa sedang berdiri di dekat Pablo dan menyaksikan mereka bercakap-cakap.

"Ini Alyssa." Kata Pablo. "Aku dan Gabe berutang budi padanya."

"Jadi begitu." Kata Shane, lalu menjabat tangan Alyssa. "Mana Gabe?"

"Dia sedang beristirahat." Jawab Alyssa. "Dia terlihat sangat lelah sekali."

"Dia tidak makan sebelum pergi tidur?" Shane bertanya, sambil menunjukkan kepada Alyssa kalau dia mengetahui semua rahasia Gabriel.

"Dia sudah makan sesuatu di jalan tadi." Jawab Pablo. "Dia baik-baik saja."

"Kami sudah menyiapkan tempat tidur dan ruangan untuk semua orang." Kata Alyssa. "Kalian semua bisa beristirahat jika kalian merasa lelah selama perjalanan."

"Kedengarannya bagus." Jawab Shane. "Tapi kami tidak dapat tinggal terlalu lama."

Wajah Pablo seketika berubah menjadi serius. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Ketika kami sedang berkendara, sekitar setengah perjalanan kesini." Shane memulai ceritanya. "Ada helikopter yang terbang diatas kami. Karena Gabriel menghancurkan titik point mereka, sepertinya mereka telah mengirim beberapa batalyon pasukan untuk membalas perlakuan Gabe. Tidak aman untuk tinggal disini terlalu lama. Aku takut mereka mengikuti kami kesini."

"Terkutuk mereka semua." Maki Pablo lalu memikirkan hal tersebut. "Kemana kita akan pergi dari sini?"

"Aku tidak yakin." Ucap Shane bingung. "Lebih baik kita cepat mendiskusikannya."

"Kita akan memutuskannya sebelum malam tiba." Ucap Pablo. "Kita akan membiarkan Gabe memutuskannya. Kita akan menggunakan waktu yang tersisa untuk berkemas dan kita akan menggunakan dua truk, Milikmu dan milikku."

"Selama waktu itu." Ucap Pablo lalu merangkulkan tangannya di pundak Alyssa. "Bagaimana kalau kita meminta nona muda ini untuk menyiapkan makanan untuk kita?"

"Itu akan sangat menyenangkan." Ucap Shane

"Sayang." Ucap Pablo sambil menatap kearah Alyssa. "Siapkanlah telur dan bacon untuk semua orang. Kamu bisa menggunakan semua bahan yang ada di kulkas."

"Apa kamu yakin?" Tanya Alyssa mengingat jumlah semua bahan yang terdapat disana.

"Kita tidak dapat membawanya semua berda kita nanti." Ucap Pablo mengingatkan. "Jadi gunakan, atau tinggalkan."

Alyssa melakukan apa yang diminta, karena menurutnya ucapan Pablo masuk akal. Memberi makan semua orang adalah cara terbaik untuk membuat semua orang tenang, karena makanan dapat membuat nyaman. Alyssa dengan tidak sengaja mendengar obrolan Shane dan salah seorang pria tentang pilihan jalan keluar dari kabin. Mereka berbicara tentang membuat perkemahan di lokasi yang aman, bahkan untuk menggunakan salah satu gedung seperti milik Gabriel di Nashville. Tidak lama setelah selesai memasak semua telur dan bacon lalu mengambil seporsi untuk dirinya sendiri, Alyssa ikut kedalam pembicaraan.

"Permisi." Ucap Alyssa lalu ikut duduk. "Tapi kamu adalah seorang dokter bukan?"

Shane menatap kearahnya, "Ya, aku seorang dokter."

"Apa keahlianmu?" Tanya Alyssa, agak sedikit penasaran.

"Di Denver, aku menjalankan praktek keluarga." Shane menjawab. "Aku juga seorang ahli bedah yang cukup handal. Aku hampir dapat melakukan segala sesuatu dengan peralatan yang tepat."

"Lalu bagaimana dengan kamu?" Tanya Alyssa kepada pria yang satunya. "Apa keahlianmu?"

"Keamanan." Pria itu menjawab. "Aku dulu bekerja di militer, bagian dari pasukan pengawas."

"Aku punya usul." Ucap Alyssa memulai pembicaraan. "Bagaimana kalau kalian semua ikut pulang ke kotaku?"

Shane kembali menatap Alyssa dengan wajah penuh pertanyaan atas usulnya barusan. "Berapa banyak orang yang tinggal di kotamu?"

"Sekitar delapan sampai sepuluh ribu orang." Kata Alyssa. "Mereka membutuhkan dokter yang handal dan orang yang mampu bekerja di bagian keamanan."

"Seberapa jauh tempatnya dari sini?" Tanya Shane.

"Dua kali lebih jauh dari perjalananmu sebelumnya." Jawab Alyssa. "Aku tahu, ini takkan mudah."

"Ide yang sangat menarik." Ucap pria di seberang Shane. "Jika kita menyingkirkan truknya, akan lebih sulit bagi mereka untuk melacak kita, akan terlalu jauh bagi pasukan pelacak untuk mencari kita. Aku akan terkejut jika mereka mencari lebih jauh dari ini."

"Aku cukup senang dengan ide ini." Ucap Shane mengakuinya. "Aku juga membutuhkan tempat baru untuk membuka praktek. Ini mungkin berhasil."

"Bagaimana dengan kotamu?" Shane bertanya. "Bagaimana kamu tahu mereka akan menerima kami semua?"

"Aku akan meminta Gabriel untuk menerbangkan diriku dan Pablo terlebih dahulu." Alyssa menjawab. "Aku akan membujuk major untuk menerima kalian dengan beberapa persyaratan. Aku punya firasat dia tidak akan menolaknya. Dokter bedah sangat sulit ditemukan dan kami memiliki peralatan untuk membantumu melakukan hal yang kamu bisa lakukan. Sepertinya ini hal yang sangat mudah."

"Bagaimana menurutmu Pablo?" Shane bertanya.

Pablo tengah berdiri dibelakang mereka, menyenderkan tubuhnya ke tembok selama percakapan ini berlangsung. Kedua tangannya terlipat di dada, dan wajahnya memperlihatkan tatapan yang aneh, seolah dirinya habis melihat hantu atau semacamnya.

"Aku menyukainya." Ucap Pablo dengan jujur. "Jika kotanya memiliki setengah kebaikan seperti dirinya, ini mungkin adalah tempat yang bagus bagiku untuk menetap. Gabriel mungkin tidak senang melihat semua telurnya berada dalam satu keranjang yang sama, tapi dia harus menerimanya. Aku akan berbicara kepada Gabriel tentang ini, dan hingga waktunya tiba kita harus segera berkemas. Kita semua akan pergi setelah matahari terbenam."
kudo.vicious
kudo.vicious memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.