Kaskus

Story

orcashop889Avatar border
TS
orcashop889
PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)
PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)

PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)
PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)
PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)

Met malem Agan & Sista. Mohon ijin Gan Sis, Ane permisi ijin masuk buat nulis trit di forum ini. Sebelumnya Ane minta maap banget, kalo trit Ane masih berantakan bin gak beraturan. Harap dimaklumi masih newbie. Trit Ane nantinya mungkin akan panjang banget dan bikin capek Agan yang ngebaca. Moga-moga Agan kagak bosen ngikutin yak...Makanya Ane ntar akan bagi dalam beberapa posting.


Dipersilakan yang mau langsung gelar tikar, Gan Sis. Yang jual kacang rebus, kacang goreng, kopi, dan teh panas udah pada keliling.

Spoiler for The Nightmare Crew:

Ane mo bercerita seputar fenomena indigoyang kebetulan mampir pada diri ane sendiri. Cerita ini bener-bener
PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)
Walaupun Ane sekarang udah cukup berumur, tapi sampe hari ini, peristiwa demi peristiwa misteri yang Ane alami masih melekat erat di kepala.

Buat sebagian Agan Sista, mungkin mempunyai pendapat lain. Enak dong punya bakat indigo. Jadi bisa liat hantu, genderuwo cs, bisa melihat masa depan, dsb. Menurut Ane pribadi, malahan banyak gak enaknya, gan. Hidup rasanya kayak terus dikejar-kejar sesuatu yang gejeh. Merasa terasing dan dianggap aneh oleh lingkungan dimanapun kita berada.

Bagi Agan Sista yang kebetulan juga mengalami hal yang sama, tentunya punya pendapat dan penilaian sendiri. Ane sangat hormati perbedaan pendapat kita, dan Ane juga kagak mau berdebat untuk itu emoticon-Shakehand2

PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)
Cerita akan Ane bagi dalam beberapa Part, session, dan Beside Story yang merupakan sumber informasi pendukung. Supaya Agan Sista nantinya kagak bingung dan mudah mencari sisi cerita yang meloncat, ato masih ada hubungannya dengan cerita sebelumnya.

Cerita berdasarkan dari kisah nyata yang benar-benar pernah dialami oleh TS, jadi cerita ini merupakan :
90% Fakta (kejadian masih
terekam kuat di benak TS disertai
beberapa orang saksi hidup)
5% Ingatan TS ( karena kejadian
sudah lama terjadi alias lupa-lupa
ingat)
5% Bumbu Cerita


Dengan berbagai pertimbangan, Ane terpaksa menyamarkan beberapa hal yang berkaitan dengan cerita, yaitu ; nama kota, tempat kejadian, nama orang, detail kondisi tokoh, dan beberapa fakta yang sangat spesifik.
Hal ini semata-mata Ane lakukan demi menjaga perasaan, kesopanan/etika, dan privacy pihak-pihak yang terkait dengan kejadian-kejadian nyata yang Ane alami. Untuk kaskuser yang kebetulan tahu kejadiannya, mohon dengan amat sangat hormat, agar tetap menjaga segala kerahasiaan informasi tersebut.
emoticon-Jempolemoticon-Jempolemoticon-Jempol

PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)


PROLOG
Kota Kecil
Ane dilahirkan kota S, sebuah kota kecil yang terletak di kaki gunung, tepatnya di wilayah Propinsi Jawa Timur. Seingat Ane, kehidupan yang Ane jalani dari bayi sampe umur 4 th lancar jaya aja, gan. Mulus kayak jalan tol ...

Ane juga bersyukur banget sama Allaah SWT, sebab Ane dilahirkan ditengah keluarga yang cukup berada tapi tetap sederhana. Kedua ortu Ane bekerja sebagai PNS dan masih ada pekerjaan sampingan di bidang pendidikan swasta. Jadi konsekwensi yang harus kita terima adalah waktu untuk bisa bersama anak-anak terasa kurang. Tiap hari bisa berkumpul bersama ortu bisa kami lakukan setelah jam 19:00 WIB.

Pada tahun - tahun '70 an masih belum seramai jaman now, gan. Apalagi kami hanya tinggal di kota kecil daerah pegunungan. Saat itu, yang bisa menikmati listrik masih segelintir orang, gan. Kendaraan roda dua, roda empat dan TV masih jarang yang punya.

Alhamdulilaah, keluarga Ane sudah bisa beli sebiji Colt, vespa, dan TV hitam putih (seingat ane merk Crown). Siaran TV pun cuman sebiji doang, yaitu TVRI. Yang ane ingat, siaran dimulai jam 17:00 dan berakhir jam 22:00. Acaranya cuman berita, dialog, dan kalaupun hiburan hanya malam minggu doang, gan.

Spoiler for tv hitam putih (sumber : google):

Bukan cuman itu gan, kota Ane pun jam 20:00 dah pada sepi. Toko dan rumah-rumah udah pada tutup. Jalan raya udah kayak kota hantu.

Spoiler for kabut kota (sumber : google):

Penerangan jalan raya masih pake lampu bohlam warna kuning. Cuman beberapa sudut kota yang diterangi lampu neon panjang. Jaman segitu dinginnya udara pegunungan masih terasa banget. Sering turun kabut kalo malam dan pagi hari. Agan bisa bayangin aja lah, kayak di film-film horror versi Hollywood

Yang paling bikin Ane merinding kalo sudah denger orang ronda malam, gan. Ronda malam biasanya mulai keliling jam 23:00. Suara kentongan bambu yang dipukul berirama terdengar menyeramkan ditengah sepinya malam di kota Ane. Masih ditambah suara lolongan Doki, anjing peliharaan bokap, yang bersahutan dengan anjing tetangga. Bulu kuduk tambah berdiri tegak, gan.

Spoiler for Kentongan bambu (sumber : google):

O,ya dari kecil Ane sudah dibiasakan tidur sendiri, meskipun dalam satu kamar ada kakak-kakak Ane. Tempat tidur Ane kebetulan berada tepat di bawah jendela samping rumah.

Spoiler for Jendela (sumber: google):

Jadi kalo ada orang lewat di samping rumah, pasti akan kedengaran langkah-langkah kakinya. Peronda malam sering banget lewat samping rumah kalo pas keliling. Bikin Ane tambah menggigil bin merinding, gan

Spoiler for kopi plus cangbus:


Part 1. Tamu Tak Diundang
Sebenarnya kehidupan Ane saat itu normal-normal aja.yah,...normal dan biasa, seperti anak-anak seusia Ane lainnya juga. Karena belum bersekolah (waktu itu Ane masih umur 4 tahun lebih), kegiatan Ane dirumah hanya bermain. Kebetulan Ane punya hobby menggambar, gan. Udah banyak banget tembok dan kertas kerja Nyokap yang jadi korban hobby Ane. Akhirnya Bokap membeli papan tulis kayu ( warna item) lengkap dengan kapur 1 box plus penghapus.

Spoiler for Papan Tulis kapur (sumber : google):

Jaman segitu belum ada whiteboard, gan. Jadi kalo selesai gambar, dijamin muka plus tangan Ane penuh dengan debu kapur.

Sampai suatu hari terjadi sebuah peristiwa yang membuat hidup Ane berubah drastis.

Kejadian ini terjadi kurang lebih 2 bulan sebelum Ane mulai masuk sekolah TK kecil.
Dimulai dari sebuah pagi hari yang cerah banget. Ane dah bangun, terus sikat gigi, mandi, sarapan dan menggambar...

Setelah ortu berangkat kerja dan kakak-kakak Ane juga pergi ke sekolah, tinggal Ane dan pengasuh yang ada di rumah. Pengasuh Ane namanya dherah(mungkin singkatan dari budhe Rah ). Seperti biasanya sekitar jam 08:00 dherah pergi ke pasar dan tinggalah ane sendirian di rumah. Seingat Ane, tak lama setelah dherah berangkat, Ane kebelet pipis. Selesai buang hajat di kamar mandi, Ane langsung menuju ke tempat favorit, yaitu papan tulis hitam tersayang....
Namun sesampai di tempat itu, Ane terkejut bukan kepalang.

Papan tulis dan dinding tembok tempat bersandarnya papan tulis kesayangan Ane telah lenyap...!!!

Yang terlihat didepan Ane sekarang adalah semacam pawon (Jawa; ruangan dapur jaman old yang berukuran luas). Ane sontak bingung dan sekilas pikiran Ane meraba - raba dimana Ane sekarang. Salah ruangan, mimpi, ato lagi berimajinasi....

Ruangan dapur tersebut berlantaikan tanah keras, dengan beberapa cagak kayu (Jawa; kayu balok penyangga atap rumah), dan mereka memasak menggunakan angklo (Jawa; tungku yang terbuat dari tanah liat) serta kayu bakar. Terlihat juga peralatan masak yang mereka gunakan masih terbuat dari tanah liat dan kayu.

Spoiler for Pawon Jaman Old (sumber : google):

Di dalam dapur tersebut terlihat banyak sekali orang yang sedang beraktifitas memasak. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan, anak- anak dan hanya terlihat 2-3 laki-laki. Perempuan - perempuan yang ada didapur tersebut rata-rata berumur paruh baya dan memakai kain jarik lurik(Jawa; kain kebaya bermotif). Anak - anak mereka terlihat tidak berpakaian dan sibuk bermain bersama. Beberapa laki-laki terlihat di pojok ruangan sedang sibuk mengangkut kayu bakar dan mengaduk sebuah kuali (Jawa; belanga besar yang terbuat dari tanah liat)

Diantara rasa bingung, takut, heran, dan ingin tahu, Ane cuman bisa berdiri mematung di depan ruangan tersebut. Sampai terlihat salah seorang perempuan terlihat tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Ane. Entah apa yang ada di pikiran Ane waktu itu, Ane langsung masuk ke dapur besar tersebut.

Ada sebuah keanehan yang sebenarnya Ane rasakan. Saat di luar ruangan dapur tersebut (jarak ane berdiri dari tembok yang telah berganti dengan ruangan dapur tersebut hanya -/+ 1 meter) sama sekali tidak terdengar keributan ataupun suara-suara aktifitas kesibukan mereka. Akan tetapi setelah Ane masuk, baru Ane bisa mendengar suara-suara alat dapur, canda tawa perempuan dan jerit tangis dari anak-anak yang sedang bermain.

Tunggu dulu.....!!! Masih ada keanehan lagi, gan. Suara-suara tersebut ternyata tidak terdengar langsung di telinga Ane, tapi hanya terdengar di cuping telinga. Ane hanya mendengar suara mereka secara sayup-sayup, seakan suara tersebut berasal dari tempat yang jauh. Suara obrolan para perempuan tersebut juga terdengar semacam gumaman yang tidak jelas.

Ane langsung menghampiri perempuan yang memanggil ane tadi, gan. Terlihat dia sedang sibuk memotong sesuatu. Sambil terus melakukan aktifitasnya, dia mengatakan bahwa mereka sibuk memasak untuk persiapan acara pernikahan. Dengan tersenyum manis (sumpah gan, perempuan tersebut masih terlihat cantik meskipun usianya sudah paruh baya), dia mengelus kepala Ane dan menyuruh Ane untuk segera pulang.

Saat dia berbicara langsung dengan Ane, suara perempuan ini sangat jelas terdengar di telinga. Lembut dan sangat keibuan banget. Terlihat beberapa anak mendekat ke Ane, mungkin mereka ingin mengajak bermain bersama. Tapi segera dihalau oleh beberapa ibu mereka dan menyuruh anak-anak tersebut tidak menghalangi jalan Ane.

Ane hanya perlu berjalan beberapa langkah saja untuk keluar dari ruang dapur besar tersebut ( -/+ 8 langkah). Begitu kaki Ane sampai di ujung ruangan dapur tersebut, Ane disilaukan oleh sebuah cahaya yang sangat terang, gan. Secara reflek, Ane memejamkan mata dan membalikkan badan untuk menghindari silau cahaya tersebut. Disaat itu juga Ane kaget setengah mati. Ruangan dapur tersebut sudah lenyap dari pandangan, dan hanya terlihat tembok dan papan tulis hitam kesayangan Ane.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara pintu depan terbuka dan masuklah dherah yang baru saja pulang dari pasar. Dengan rasa takut dan tubuh gemetar, Ane langsung berlari menghampiri dherah yang tentunya menjadi sangat panik melihat keadaan Ane. Dherah berusaha menenangkan Ane dan memberikan air minum agar kondisi ane segera pulih.

Setelah Ane tenang, dherah berusaha bertanya tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi. Terus terang, perasaan bingung dan takut saat itu seperti menghalangi Ane untuk menceritakan tentang kejadian tadi. Akhirnya dherah menyerah dan berhenti mencerca dengan pertanyaan - pertanyaan seputar kejadian yang menimpa Ane selama dia pergi kepasar.

Setelah Ane sedikit tenang, dherah mulai masuk ke dapur untuk memulai aktifitas rutin yaitu memasak. Saat itulah Ane kembali menggigil ketakutan dan kebingungan yang luar biasa.

Ane sudah hafal banget dengan segala aktifitas dherah di rumah selama 24 jam. Dan Ane sangat tau banget kalo dherah datang dari pasar berarti jam sudah menunjukkan pukul 10:30...!!! Secara refleks, Ane melihat jam dinding di dapur, dan apa yang sudah Ane sangka memang betul terjadi. Jam dinding tersebut menunjukkan pukul 11:10...

Berarti.......

Berarti, dimana waktu yang hilang dari jam 08:00 saat dherah berangkat ke pasar sampai dengan jam 10:30 bersamaan dia datang dari pasar?? .... Sedangkan Ane mengalami kejadan aneh tersebut hanya dalam hitungan menit saja kok. Mungkin hanya sekitar 2 menit-an sampai Ane menyadari tembok dan papan tulis kayu sudah terlihat kembali.

Sejak saat itulah, Ane selalu bertanya-tanya dan mencoba mencari jawaban tentang kejadian tersebut. Sampai pada akhirnya Ane pasrah, dan kejadian tersebut tetap menjadi rahasia masa kecil yang Ane simpan rapat-rapat hingga Ane dewasa.

BERSAMBUNG


PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)
PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story) Prolog dan Part 1. Tamu Tak Diundang
Part 2. Teman Ghaib (session 1) Si Hitam
Part 2. Teman Ghaib (session 2) Berkenalan
Part 3. Si Cantik (session 1) Kemunculan
Part 3. Si Cantik (session 2) Keakraban
Part 3. Si Cantik (session 3) Berpisah
Part 4. Terror Si Two Face
Part 5. Dimandikan Genderuwo
Part 6. Urban Legend (session 1) Kota Mati
Part 6. Urban Legend (session 2) Gentayangan
Part 7. Pasukan Ghaib
Beside Story 1
Beside Story 2
Beside Story 3
Part 8. Perjanjian Berdarah (session 1) Sakaratul Maut
Part 8. Perjanjian Berdarah (session 2) Langit Kembali Membara
Part 9. Sang Hyang Antaboga (session 1) Migrasi
Part 9. Sang Hyang Antaboga (session 2) Lorong Hitam
Part 9. Sang Hyang Antaboga (session 3) Jawaban
Part 9. Sang Hyang Antaboga (session 4) Mendung di Lereng Gunung M
Part 10. Terseret Masa Lalu (session 1) Paduan Suara
Part 10. Terseret Masa Lalu (session 2) Lost in Mall
Part 10. Terseret Masa Lalu (session 3) Memory Yang Tertinggal
Part 11. Cambuk Ghaib (session 1) Bukit Misterius
Part 11. Cambuk Ghaib (session 2) Tirai Ghaib
PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)
PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)

PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)
Diubah oleh orcashop889 20-03-2018 16:22
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
19.9K
120
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
orcashop889Avatar border
TS
orcashop889
#106
Part 11. Cambuk Ghaib
Spoiler for Bukit Misterius (sumber : koleksi):

Session 1. Bukit Misterius

Setelah melampaui perjuangan demi perjuangan di sekolah SMP, akhirnya Ane diterima di SMA Favorit di kota kami.Mulailah Ane bertemu dengan dunia baru, lingkungan baru, teman baru, guru baru, dan tentunya seragam putih abu-abu.

Selama masa SMA Ane tidak terlalu mengejar prestasi. Pacaran juga cuman buat status aja. Ane malah lebih menikmati kalo maen bareng sama teman-teman satu gank. Hampir tiap hari Ane ngabisin waktu buat nongkrong di warkop, bengkel motor, dan balap jalanan. Maklum umur segitu masih ababil....hahaha..

Kegiatan lainnya, Ane cuman ngikut Karang Taruna di kampung. Kalo ini sih hukumnya wajib. Soalnya Karang Taruna kampung Ane termasuk produktif buat ngasilin duit. Kampung Ane sering bikin event olah raga terutama volley dan bulu tangkis. Dari hasil parkir kendaraan aja, biasanya kami sudah bisa mendapat duit banyak. Lumayanlah, bisa buat ngopi plus rokok selama satu bulan.

Suatu ketika, beberapa pengurus Karang Taruna diundang beranjangsana oleh teman-teman Karang Taruna Desa X, dari Kota P. Letak Kota P sebenarnya tidak terlalu jauh dari kota kami. Mereka ingin sekali bertukar pikiran dan pengalaman untuk bisa mengembangkan organisasi, sehingga bisa lebih memajukan desa mereka. Pikir kami tak apalah, selain bisa bertukar ilmu, kami juga bisa sekalian berwisata tipis-tipisan.

Ane yang saat itu menjabat Sie Perlengkapan Karang Taruna, berangkat bersama delapan orang pengurus pada Minggu pagi sekitar Jam 06:00. Kami sengaja menyewa mobil station yang besar, supaya kami semua dapat terangkut dan lebih nyaman dalam perjalanan.

Setelah sampai ditujuan, kami disambut dengan ramah di salah satu rumah pengurus Karang Taruna mereka. Setelah makan pagi bersama dan berdiskusi banyak hal, kami pun berpamitan untuk meneruskan perjalanan di sebuah destinasi wisata di Kota P.

Untuk menuju ke tempat tersebut, ternyata kami harus melewati daerah pegunungan yang agak curam dengan jalan aspal yang rusak disana-sini. Setelah melampaui perjalanan yang lumayan melelahkan, akhirnya sampailah kami di destinasi wisata yang kami tuju. Rasa lelah kami seakan terobati setelah menikmati alam pemandangan di tempat tersebut.

Tempat wisata tersebut ternyata masih belum banyak tersentuh oleh tangan manusia. Benar-benar masih 80% natural, walaupun suasana mistis masih terasa menyelimuti daerah tersebut.
Setelah kami berfoto-foto dan menikmati suasana alam di tempat itu, kami memutuskan untuk mencari rumah makan karena perut kami sudah terasa lapar. Karena di tempat wisata tersebut tidak ada rumah makan atau warung, maka terpaksa kami harus turun lagi ke kota.

Di tengah perjalanan ke kota, Mas Hadi (bukan nama sebenarnya), sopir mobil carteran kami, menawarkan diri untuk mampir sebentar ke rumah mertuanya yang ternyata salah satu penduduk di desa yang akan kami lewati.

Kami pun sepakat untuk menyetujui usul Mas Hadi tersebut, dan segera mobil kami menuju ke desa mertua Mas Hadi. Dalam hati kami semua ada harapan juga, siapa tau malah dikasih makan gratis....hahaha. Maklum, biasanya orang desa kalo ada tamu pasti dengan ikhlas "merepotkan dirinya" dalam menyambut tamu....

Ternyata apa yang kami duga salah.....!!! Perjalanan ke rumah mertua Mas Hadi justru lebih parah dibandingkan dengan perjalanan ke tempat destinasi wisata tadi. Jalan menuju rumah yang kami tuju melewati bukit-bukit yang lebih curam, dan disekelilingnya masih terdapat hutan lebat. Kami semua tertawa dalam hati, wah mau enak ternyata harus melewati kesengsaraan dulu nih...

Setelah menikmati siksaan perjalanan panjang, akhirnya sampailah kami ke tempat tujuan. Kami sempat bingung, karena mobil berhenti di sebuah tanah kosong yang dikelilingi oleh bukit-bukit kecil yang berhutan sangat lebat.

Kami sempat agak khawatir, ketika melihat di sekeliling kami tidak terlihat sebuah bangunan apapun selain bukit dan hutan. Bahkan Ane sempat berprasangka buruk pada Mas Hadi. Maklum, kakak perempuan Ane yang jadi bendahara karang taruna juga ikut dalam rombongan. Ane sebagai adik laki-lakinya harus bertanggungjawab penuh atas keselamatannya juga.

Ketika kami semua masih disibukkan dengan pikiran masing-masing, Mas Hadi segera mempersilakan kami semua untuk naik ke atas sebuah bukit kecil yang terletak di belakang kami berdiri. Dengan bersusah payah, kami berjalan melewati sebuah jalan kecil yang masih berupa tanah basah dan batu-batuan yang berserakan. Dengan nafas yang sudah ngos-ngosan, akhirnya sampailah kami di atas bukit tersebut dengan selamat.

Melihat sebuah tanah yang agak lapang dan sebuah bangunan yang berdiri di atas bukit tersebut, hati kami sangat lega. Dalam hati kami, sampailah kami ke tujuan dan segera dapat makan gratis..... Tapi....... Kelegaan hati kami ternyata harus tertunda sebentar.....!!!!

Di depan kami terlihat tanah lapang kecil yang bisa dibilang hampir tidak ada rumput yang tumbuh disitu. Dibelakangnya, nampak sederet pagar yang bisa dibilang tidak utuh lagi. Pagar tersebut terbuat dari balok-balok kayu besar yang ditata berderet-deret mirip sebuah benteng. Terlihat balok kayu tersebut sudah tua dan keropos, bahkan ada beberapa yang sudah ambruk.

Pintu gerbang pagar tersebut terbuat dari kayu yang sangat besar, dan terlihat kasar. Ijuk yang digunakan sebagai atap gerbang sudah banyak yang hilang. Dari luar pagar terlihat atap sebuah bangunan tua yang tinggi dan besar.

Spoiler for Ilustrasi Joglo (sumber : google):

Kemudian, kami berjalan dengan langkah waspada melintasi tanah kosong menuju ke gerbang rumah yang menurut Ane lebih mirip benteng itu. Begitu sampai di depan gerbang, Ane melihat empat tanduk kerbau usang yang besar bertengger di atas atap gerbang kayu tersebut. Di tengah-tengah atap tersebut, menancap tulang belulang kepala kerbau yang terlihat sudah keropos dimakan usia. Benar-benar menyeramkan tempat ini, pikir Ane.

Spoiler for Ilustrasi Tengkorak Banteng (sumber : google):

Bunyi pintu gerbang yang terbuat dari kayu pinus tua terasa menyeramkan ketika dibuka oleh Mas Hadi. Kami pun masuk ke halaman rumah tersebut dengan sedikit keraguan. Dan tampaklah oleh kami, halaman rumah yang agak luas dengan rumput liar tumbuh disana-sini.

Ditengah halaman tampak beberapa bambu tua disusun secara melingkar, membentuk semacam tugu, yang di atasnya terdapat tulang belulang kepala binatang. Di ujung depan halaman sebelah kiri, terdapat menara pandang yang kondisinya sudah setengah rusak.

Di beberapa sudut halaman berserakan alat-alat rumah tangga tradisional yang terbuat dari tanah liat. Tampak oleh kami, beberapa Ayam Cemani(ayam hitam) berkeliaran mematuk-matuk makanan yang ada di pecahan belanga kecil.

Akhirnya, pandangan kami semua tertuju pada sebuah bangunan rumah Joglo (rumah adat Jawa) yang berbentuk L. Rumah besar berdinding gedhek (Jawa: bambu yang anyam) itu tampak sangat menyeramkan, walaupun saat itu masih siang hari.

Terlihat banyak sekali tiang penopang rumah yang terbuat dari kayu jati sebagai penanda status sosial pemilik rumah. Di atas wuwungan rumah, terihat tertancap beberapa tanduk Kerbau / Banteng dan Menjangan. Di sudut belakang rumah bagian depan, terlihat seekor elang tua yang menjadi peliharaan mertua Mas Hadi.

Setelah kami mendekati rumah tersebut, keterkejutan Ane bertambah lagi. Di dinding bambu rumah itu, banyak sekali tergantung tulang belulang kepala binatang. Beberapa jenis binatang masih bisa Ane kenali. Ada tulang kepala Ular, Trenggiling, Kijang, Kerbau, Ayam, Kelinci, dan sebagainya. Sempat terbesit di pikiran Ane, jangan-jangan si empunya rumah ini orang kurang waras...

Di tiang rumah dan dinding bambu banyak tertancap Suluh (obor yang terbuat dari buah kelapa yang masih kecil). Ane sempat heran juga, ternyata masih ada yang memakai alat penerangan kuno di jaman yang sudah maju. Tapi Ane juga bisa memaklumi, tempat tinggal mereka sangat terpencil. Bahkan bisa dikatakan sangat jauh dari perkampungan penduduk ataupun desa sekitarnya. Tentu saja sangat sulit bagi PLN untuk memasang jaringan listrik hanya untuk satu rumah ini.

Setelah beberapa saat kami menunggu Mas Hadi yang masuk duluan ke dalam rumah, keluarlah seorang bapak tua dari dalam rumah. Rupanya beliau adalah bapak mertua Mas Hadi (sebut saja Pak Y). Setelah berbasa basi sebentar, kami dipersilakan masuk ke dalam ruang tengah rumah besar tersebut.

Ketika kami menuju ke ruang tengah, Ane sempat menengok ke halaman depan rumah di dekat tempat mereka memelihara seekor elang tua yang tampak terikat oleh rantai. Entah darimana datangnya, Ane melihat sekitar duapuluh orang laki-laki yang berbadan besar tampak berada disana.

Mereka tampak memakai pakaian berwarna serba hitam dengan memakai udeng (ikat kepala berbahan kain) berwarna hitam. Beberapa dari mereka tampak berdiri di dekat pintu-pintu rumah panjang bagian belakang. Sementara yang lainnya terlihat duduk bersila di halaman samping rumah, dengan posisi kepala tertunduk semua....!!!

Ane tidak sempat memikirkan keberadaan mereka yang tiba-tiba iru. Pikir Ane, mungkin pemilik rumah ini punya padepokan silat disini, dan mereka adalah murid-murid perguruannya. Dengan langkah sedikit tergesa-gesa, kami semua masuk ke dalam sebuah ruangan tengah yang besar dan gelap. Di depan kami semua, terdapat ruang tamu yang sangat luas dan tidak berplafon.

Dari bawah, terihat kayu-kayu melintang di atap rumah. Tampak oleh kami, di beberapa sudut ruangan, kursi dan meja kayu yang sudah usang tertata rapi di situ. Ruangan tersebut tampak remang- remang, karena cahaya yang masuk ke dalam hanya diperoleh dari sebuah jendela kecil di samping, dan beberapa genteng kaca. Bau wangi dupa yang memenuhi seluruh ruangan menambah kesuraman dan keseraman ruangan itu.

Tak lama kemudian, Pak Y keluar dari ruang belakang untuk menemui kami. Kami berbincang bincang seputar daerah asal kami, pekerjaan, dan berbagai macam topik. Kami mengobrol dengan hangat dan semakin seru ketika muncul kopi hitam panas dan beberapa camilan jajan khas desa.

Sebenarnya kami ingin juga bertemu dengan istri beliau, yang juga adalah ibu mertua Mas Hadi. Karena bagi kami, hal tersebut adalah sebuah etika bertamu ke rumah orang. Akan tetapi, sebelum Pak Y dan Mas Hadi menjawab, tiba-tiba dari arah pintu penghubung ruang tamu dan ruang tengah yang tertutup tirai biru, terdengar suara seorang perempuan tua.

Suara tersebut hanya mempersilakan kami untuk menikmati hidangan yang ala kadarnya. Dan dia belum bisa menemui kami karena masih ada kesibukan lain di dapur. Serempak kami semua pun mengiyakan saja yang dikatakannya itu, karena tentunya kami juga tidak mau merepotkan tuan rumah dengan kehadiran kami yang mendadak

Saat itu juga, Ane sempat berpikir ada sesuatu yang aneh di sini. Pertama, agak aneh ketika seorang tuan rumah menyambut tamu hanya dengan cara demikian tanpa menemui langsung tamunya. Padahal nota bene mereka tinggal di desa yang biasanya masih memegang teguh adat istiadat kesopanan.

Yang kedua, suara ibu mertua sopir kami seperti tidak berasal dari ruang tengah yang tertutup tirai biru itu. Bahkan Ane mendengar seolah-olah suara itu berasal dari tempat yang agak jauh. Tetapi buru-buru Ane menepis semua pikiran itu, karena ada sesuatu hal yang lebih menarik perhatian Ane.

Pandangan Ane tertuju ke bagian tengah ruangan tengah yang besar tersebut. Ditengah ruangan yang hanya diterangi oleh sebuah ublik kecil (Jawa; lampu minyak kecil), terlihat seonggok benda panjang yang ditutupi kain putih.

Benda tersebut tingginya kira-kira sepinggang orang dewasa. Di dekat benda tersebut, terdapat dua meja kayu kecil yang berisi kendi (Jawa; tempat air dari tanah liat), dupa, buah-buahan, dan jajan pasar. Terlihat juga beberapa benda kuningan yang sering digunakan untuk perangkat penghias tempat pengantin adat Jawa.

Lokasi benda-benda tersebut ditutup kain tirai tipis berwarna putih, sehingga apa yang berada di dalamnya masih bisa telihat samar-samar. Dari atas kayu blandar (kayu balok kuda-kuda atap rumah), menjuntai beberapa kain tirai tebal yang berwarna merah marun dan merah menyala, sehingga menutupi sebagian tempat tersebut.

Ane sempat melirik tetangga Ane yang masih asyik ngobrol dengan tuan rumah, Ternyata beberapa dari mereka nampak juga memperhatikan tempat tersebut. Tetapi kami tidak berani untuk bertanya lebih jauh kepada Pak Y. Tak berapa lama kemudian, Mas Hadi dan bapak mertuanya meminta ijin untuk undur ke belakang dahulu, karena mereka akan menyembelih ayam yang akan dijadikan sebagai santap siang kami.

Setelah mereka berdua menuju ke ruang belakang, kami semua mulai berbisik-bisik membicarakan hal-hal aneh yang ada di rumah tersebut. Bahkan salah seorang tetangga Ane memberanikan diri mendekati tempat dimana terletak benda putih panjang yang tertutup oleh tirai merah dan putih tersebut.

Dan dia kembali ke tempat duduk dengan wajah yang terlihat agak gugup dan berkeringat dingin. Setelah kami desak dia untuk mengatakan apa yang dilihatnya, dia baru bersedia menjelaskan. Tetangga Ane mengatakan bahwa benda panjang yang tertutup oleh kain putih itu adalah.....SEBUAH KUBURAN....!!!!

BERSAMBUNG

kaskus-image
kaskus-image
sulkhan1981
sulkhan1981 memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.