- Beranda
- Stories from the Heart
Dunia Para Monster [Zombie Apocalypse Story]
...
TS
irazz1234
Dunia Para Monster [Zombie Apocalypse Story]
Hello kaskuser dan momod tercintah 
Gw mau coba share cerita yang bertema horor.
Tapi horor bukan sembarang horor.
Horor kali ini temanya Zombie Apocalypse.
Mirip kyk resident evil, the last of us, the walking dead, dll.
Tema yg cukup jarang diulas ato dibuat threadnya di SFTH.
Apdet dirilis sesuka hati, tergantung moodnya TS
Kentang sih pasti ada, tapi gw usahain gak sampe busuk tuh kentang
Ga perlu lama-lama dah intronya, semoga semua pada suka
Selamat membaca

Gw mau coba share cerita yang bertema horor.
Tapi horor bukan sembarang horor.

Horor kali ini temanya Zombie Apocalypse.
Mirip kyk resident evil, the last of us, the walking dead, dll.
Tema yg cukup jarang diulas ato dibuat threadnya di SFTH.
Apdet dirilis sesuka hati, tergantung moodnya TS

Kentang sih pasti ada, tapi gw usahain gak sampe busuk tuh kentang

Ga perlu lama-lama dah intronya, semoga semua pada suka

Selamat membaca

Quote:
Diubah oleh irazz1234 06-03-2019 20:55
Karimake.akuna dan 12 lainnya memberi reputasi
13
36.3K
264
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
irazz1234
#85
Chapter 14
Tidak butuh waktu lama bagi Gabriel untuk terbang menuju Denver, tapi semakin mendekati kota, semakin ia mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan dan kemungkinan yang akan terjadi. Dia dapat melihat nyala api dari berkilometer jauhnya dan juga suara ledakan yang sedikit jelas terdengar. Insting Pablo ternyata benar kali ini, Denver sedang diserang. Ada banyak sekali konflik yang terjadi antara manusia dan sebangsanya semenjak kiamat zombie ini terjadi. Gabriel pernah membuat lelucon dengan salah seorang Lycan bahwa jika kiamat ini tidak dapat membuat mereka bersatu untuk bertahan hidup, maka tak ada satupun yang dapat menyelamatkan mereka. Lelucon itulah yang muncul di kepala Gabriel saat ia terbang mendekati Denver.
Setengah bagian kota sudah habis dilalap api, Gabriel juga dapat mendengar suara rintihan dibawah sana. Tidak hanya pasukan musuh yang menghancurkan kota dengan senjata artileri, para zombie juga dapat masuk melalui gerbang yang telah dihancurkan dan menghabiskan sebagian besar populasi manusia yang mendiami kota itu. Strategi yang brilian tapi juga sangat mengerikan, karena banyak manusia yang sekarat dan tergeletak mati di jalan.
Strategi yang dilakukan oleh pasukan musuh adalah merubah penduduk kota menjadi zombie yang menakutkan dan menggunakannya untuk menyerang penduduk kotanya sendiri tanpa harus mengerahkan pasukan bersenjata untuk melakukannya. Hanya tinggal menunggu waktu saja hingga kota itu benar-benar hancur. Ini adalah hal terburuk yang diperkirakan akan terjadi oleh Pablo, dan ternyata kekhawatirannya menjadi kenyataan.
Sang vampire menyaksikan pembantaian manusia besar-besaran yang sedang berlangsung dibawahnya, untuk sejenak ia terdiam dan melupakan tujuannya berada disana; yaitu untuk menolong kawan-kawannya. Ia lalu melanjutkan terbang menuju ke tengah kota dan menemukan bangunan yang tengah ia cari. Cukup sulit untuk menemukan bangunan itu karena keadaan saat itu sedang gelap ditambah banyak api dan asap dimana-mana. Ia lalu meluncur turun dan segera mendarat di atap.
Disana sudah ada beberapa orang yang sedang bersembunyi, sepertinya mereka sedang takut akan sesuatu. Ketika Gabriel mendarat, semua orang serentak merasa terkejut dan ketakutan, kecuali untuk satu orang yang langsung berlari menghampirinya, orang itu adalah Shane.
"Gabriel!" Seru Shane yang segera berlari menghampiri dan memeluknya dengan erat. "Kamu tidak tahu betapa senangnya aku melihatmu berada disini."
"Apa yang telah terjadi di kota ini?" Tanya Gabriel. Sebenarnya dia tahu keadaan sebenarnya, tapi dia ingin Shane menceritakan kepadanya secara langsung.
"Kota di wilayah selatan ingin menguasai persediaan air." Ucap Shane menjelaskan. "Pembataian massal telah terjadi beberapa hari yang lalu. Kami harus segera melakukan evakuasi karena mereka akan melenyapkan seluruh kota, tapi kami tidak sanggup pergi karena seluruh jalanan kota sudah dipenuhi zombie."
"Aku telah melihatnya." Ucap Gabriel lalu memandangi semua orang yang ada disana. "Berapa jumlah orang yang ada disini?"
"Sekitar dua belas orang." Shane menjawab. "Hanya keluarga dan teman dekat."
"Aku memang kuat." Ucap Gabriel, "Tapi tidak cukup kuat untuk membawa semuanya."
"Apa kamu punya saran?" Tanya Shane, berharap sahabatnya ini memiliki ide yang lain.
"Bagaimana dengan truknya?" Tanya Gabriel. "Truk yang telah aku dan Pablo siapkan untukmu? Yang waktu itu telah kita sembunyikan di dekat perbatasan kota?"
"Pilihan yang bagus, tapi seluruh kota telah terkepung." Jawab Shane. "Kami juga sudah berdiskusi untuk menggunakan jalur bawah tanah, tapi tindakan itu terlalu berbahaya dan beresiko."
"Tidak perlu." Kata Gabriel. "Aku akan membawa kalian terbang, dua orang sekali jalan. Akan membutuhkan enam kali perjalanan bolak balik untuk membawa kalian semua pergi dari sini. Kita mulai dengan membawa dua orang pria terkuat untuk menjaga truk disana, lalu aku akan menerbangkan sisanya."
"Sepertinya kita bisa melakukannya." Angguk Shane setuju. "Aku akan berbicara dengan mereka soal ini. Sampai sekarang, mereka pikir kau hanyalah manusia biasa."
Shane lalu kembali kearah orang-orang yang sedang mengawasi mereka. Mereka sangat ketakutan karena bangunan yang mereka tempati sedang diselimuti asap tebal dan juga dikelilingi oleh zombie-zombie dibawah sana. Shane mengangkat kedua tangannya untuk menenangkan dan membuat mereka diam.
"Siapa yang ingin pergi dari sini?" Shane bertanya kepada mereka.
Mereka semua lalu mengangkat tangannya.
"Ini adalah sahabatku, Gabriel." Kata Shane menjelaskan. "Beberapa dari kalian mungkin pernah melihatnya berkunjung kesini beberapa kali. Dia bahkan pernah bekerja di tempat praktekku beberapa kali ketika ia sedang senggang. Tapi sahabatku ini berbeda."
"Berbeda bagaimana?" Salah satu dari mereka bertanya.
"Dia bisa terbang, seperti yang kalian sudah lihat." Shane menjawab. "Dia bisa menerbangkan kita keluar dari sini. Keluar melewati tembok dan menjauhi peperangan ini, yang artinya kita bisa melarikan diri."
"Tidak mungkin dia bisa menerbangkan kami semua sekaligus." Salah satu pria berkata.
"Tidak, dia akan menerbangkan dua orang dari kita dalam satu perjalanan, dia akan membawa kita menuju truk yang sudah kupersiapkan sebelumnya." Ujar Shane menjelaskan kepada mereka. "Sahabatku datang kesini untuk menyelamatkan kita, jadi tidak perlu bertanya bagaimana caranya dia bisa terbang. Tutup mulut kalian rapat-rapat dan pikirkanlah tentang keselamatan keluarga kalian."
Semua orang mengangguk dan sepertinya mereka setuju tentang apa yang Shane bicarakan barusan. Ini adalah satu-satunya jalan keluar, jadi sebaiknya jangan menjadi pemilih karena ini hanyalah keberuntungan mereka saja bisa keluar dari tempat itu tanpa terluka.
Gabriel mengangkat dua orang pria, lalu melesat ke udara dengan cepat. Butuh waktu sekitar sepuluh menit bagi Gabriel untuk terbang membawa dua orang pria menuju peternakan kosong yang berjarak hanya beberapa kilometer dari dinding perbatasan. Saat mereka terbang, tampak jelas ada banyak sekali tank tempur dan mobil baja yang sengaja ditempatkan di gerbang kota untuk mencegah orang-orang untuk pergi melarikan diri. Shane dan yang lainnya tidak akan mampu untuk melewati blokade seperti itu tanpa bantuan darinya. Saat mereka sampai di peternakan kosong itu, Gabriel langsung mendaratkan mereka berdua, lalu mencengkram lengan salah seorang pria.
"Jangan pergi kemanapun hingga semua orang telah kubawa kesini." Perintah Gabriel. "Jika ada yang mencoba membawa kabur truknya, aku akan mencarimu dan membunuhmu. Mengerti?"
Pria itu lalu menatap mata Gabriel lalu mengangguk. "Mengerti."
"Tak usah khawatir begitu." Kata pria yang satunya. "Orang-orang yang masih ada disana adalah istri dan anak-anak kami. Kami tidak akan pergi meninggalkan mereka. Cepatlah kau kembali kesana, agar kita semua tidak perlu menunggu terlalu lama."
"Itu yang ingin aku dengar." Jawab Gabriel lalu ia dengan segera melesat ke udara untuk kembali ke kota.
Butuh enam kali perjalanan bagi Gabriel untuk mengangkut semua orang dari atap rumah Shane menuju peternakan di luar kota. Di dalam peternakan terdapat truk kecil bersenjata yang telah dilapisi lempengan pelindung dari baja, cukup kuat untuk menembus jalanan yang dipenuhi oleh zombie. Meskipun kecil, tapi truk itu mampu menampung semua orang dengan aman menuju kabin milik Pablo.
Ketika Gabriel mendarat di atap untuk menjemput dua orang terakhir, Shane dan istrinya, Shane telah berdiri menunggu disana sambil membawa sesuatu untuknya. Gabriel lalu mengambil kantong kecil yang berisi cairan berwarna merah dan langsung meminumnya dengan cepat. Hanya Shane dan istrinya yang mengetahui kebenaran tentang Gabriel, dan mereka berdua sengaja menunggu giliran terakhir agar bisa memberi makan sang vampire.
"Terima kasih." Jawab Gabriel setelah ia menghabiskan setengah isi kantong. "Aku sangat membutuhkannya."
"Kupikir juga begitu." Ucap Shane sambil tersenyum. "Bagaimana kamu bisa kesini?"
"Pablo." Jawab Gabriel. "Dia telah mencoba untuk menghubungimu selama seminggu. Mereka mungkin telah memutus saluran telepon, jadi kamu tidak bisa memanggil bantuan."
"Orang tua bodoh tukang khawatir telah menyelamatkan kita." Ucap Shane. "Tapi kupikir kabin miliknya tidak akan muat untuk menampung kita semua, benar kan?"
"Tidak untuk waktu yang lama." Jawab Gabriel. "Tapi aku mungkin punya rencana yang lain, karena kupikir kabin milik Pablo sudah tidak lagi aman."
"Kita bicarakan lagi nanti." Ucap Shane. "Habiskan makananmu supaya kita lekas pergi dari sini."
Gabriel menghabiskan isi kantong darah itu dengan cepat, lalu mengangkut Shane dan istrinya terbang ke angkasa. Mereka terpana melihat pembantaian yang sedang terjadi dijalan-jalan kota serta erangan para zombie dan rintihan para korban yang berjatuhan saat mayat hidup itu mengerumuni tubuh mereka dan mengoyaknya hidup-hidup.
"Ini sangat kejam sekali." Ucap istri Shane, tak sanggup lagi melihat kejadian itu dan menatap kearah lain.
"Ini adalah masa depan." Kata Shane. "Menggunakan mayat hidup sebagai senjata pemusnah massal."
"Aku ragu senjata seperti itu akan ampuh di New Lycan." Kata Gabriel. "Bagi mereka hal itu akan seperti sapi-sapi yang menggiring diri mereka sendiri menuju tempat penjagalan."
"Atau seperti barang belanjaan yang masuk sendiri kedalam kulkas." Kata Shane.
"Kita sudah sampai." Kata Gabriel, lalu mendaratkan mereka di pintu masuk peternakan. Beberapa orang masih terlihat berada diluar, mereka tampak senang karena Shane dan istrinya sudah datang.
"Bagaimana keadaan truknya?" Shane bertanya.
"Truknya baik-baik saja." Salah seorang pria menjawabnya. "Kita akan siap untuk pergi dalam beberapa menit."
"Kalau begitu pergilah sekarang." Perintah Gabriel sambil melihat ke sekitar. "Aku akan pergi lebih dahulu untuk memeriksa keadaan di jalanan dan memastikan keadaan aman."
"Aku tahu jalan menuju kabin milik Pablo." Ucap Shane sambil menepuk pundak sahabatnya. "Kau pergilah sekarang dan bilang kepada Pablo untuk menyiapkan semuanya untuk kita."
"Tidak untuk kali ini." Kata Gabriel. "Pablo akan baik-baik saja, ada seseorang yang tengah membantunya sekarang. Aku akan tinggal disini dan memastikan kalian semua selamat."
"Baiklah." Ucap Shane. "Kalau begitu pergilah sekarang dan kami akan mengikutimu dari belakang."
Gabriel menunggu hingga semua orang telah masuk ke dalam truk dan telah siap untuk berangkat. Ia lalu terbang melesat ke angkasa dan mulai memeriksa keadaan. Ada beberapa zombie di jalanan yang dengan cepat ia bunuh dengan memotong kepalanya menggunakan kuku-kukunya yang tajam, tapi bukanlah itu yang menarik perhatiannya. Melainkan ada blokade pasukan yang sedang menutup jalan keluar dari kota.
Gabriel melihat kebawah dan melihat ada dua truk humvee dan beberapa tentara bersenjata berat untuk menjaga jalan agar orang-orang yang berhasil kabur dari kota tidak akan bisa pergi lebih jauh lagi. Sang vampire melayang beberapa ratus meter di atas mereka dan memikirkan apa langkah selanjutnya yang akan ia pilih. Ia memutuskan untuk turun dan mendarat dengan perlahan dihadapan mereka semua. Para tentara itu seketika merasa kaget karena ada orang yang mendarat dari udara, dan dengan serentak mengarahkan senjata mereka kearah Gabriel.
"Selamat malam." Ucap Gabriel sambil tersenyum kearah mereka. "Malam yang bagus untuk membuat blokade."
"Siapa anda?" Salah satu dari tentara itu, yang ternyata seorang komandan wanita bertanya kepada Gabriel.
"Nama saya adalah Gabriel." Ucapnya, mencoba untuk bersikap ramah. "Saya bukan berasal dari sini, tapi dari wilayah pantai timur."
"Dimana kota tempat tinggal anda berasal?" Wanita itu kembali bertanya.
"Nashville." Jawab Gabriel jujur. "Tapi tidak terlalu nyaman, saya tinggal disalah satu gedung yang tinggi. Saya tinggal disana seorang diri."
"Apa yang sedang anda lakukan disini." Salah satu dari tentara pria bertanya.
"Akan ada truk yang datang melewati jalan ini." Ujar Gabriel menjelaskan. "Sebentar lagi truk itu akan datang. Mereka adalah teman-teman saya yang berasal dari kota yang sedang kalian coba untuk hancurkan. Hanya sebuah kelompok kecil, beberapa orang pria serta istri mereka dan juga anak-anak. Saya akan sangat menghargainya jika kalian bisa membiarkan mereka lewat tanpa ada masalah."
"Kami diperintahkan untuk mencegah orang-orang melewati tempat ini." Salah seorang tentara pria itu membalas.
"Tunggu," ucap komandan wanita itu menyela. "Kenapa anda mau menolong mereka?"
"Karena mereka telah menolong saya." Ucap Gabriel. "Mereka juga adalah teman-teman saya."
"Anda selalu membantu teman-teman anda dengan cara seperti ini?" Wanita itu kembali bertanya.
"Bukankah itu gunanya teman?" Gabriel membalasnya. "Setidaknya teman seperti itulah yang saya inginkan, yang siap membantu ketika keadaan menjadi sulit."
"Pasti sangat menyenangkan memiliki teman seperti itu." Kata komandan wanita itu.
"Saya setuju." Kata Gabriel. "Karena saya bisa meyakinkan anda kalau saya dapat berubah menjadi musuh yang sangat berbahaya."
"Sudah cukup omong kosongnya." Ucap salah satu tentara pria, lalu ia menggunakan senjatanya untuk menembak kepala Gabriel dari samping, mencoba untuk melumpuhkannya.
Gabriel tak hanya mampu menghindari tembakan itu dengan mudah, tapi ia juga memutar badan dan dengan kecepatan kilat berdiri di depan tentara pria yang mencoba untuk menembak kepalanya. Dengan gerakan memotong menggunakan tangan kanannya, lalu mengeluarkan cakarnya yang sangat tajam, Gabriel mampu memenggal kepala pria itu hanya dengan satu tebasan. Kepala pria itu menggelinding diatas tanah dengan bekas luka yang sangat rapi, seperti telah dipotong menggunakan pedang.
Sebelum tentara lainnya dapat bereaksi, Gabriel sudah berpindah dari tempatnya, lalu satu demi satu membunuh para tentara itu dengan memenggal kepalanya menggunakan cakar di tangannya yang sangat tajam seperti pisau hingga tidak ada seorangpun yang hidup, kecuali komandan wanita yang sempat berbicara kepadanya. Wanita itu menatap kearah Gabriel, wajah dan seragamnya berlumuran darah yang berasal dari prajurit yang telah Gabriel penggal kepalanya, tubuhnya juga bergetar dengan hebat.
Mata Gabriel berubah menjadi merah saat melakukan pembantaian itu. Wanita itu juga menyadari ada taring yang muncul dari bagian atas mulut Gabriel, dan hanya berdiri kaku menatap Gabriel saat sang vampire itu mulai berbicara kepadanya.
"Saya telah memperingatkan anda," Kata Gabriel sambil mendesis kearahnya seperti ular yang sedang marah. "Saya bisa berubah menjadi musuh yang sangat berbahaya."
Wanita itu tiba-tiba mendapatkan keberanian lalu mencoba untuk menembak Gabriel, tapi sebelum wanita itu mengangkat senjata, Gabriel telah mendekat kearahnya lalu memukul tangan wanita itu untuk menjatuhkan senjatanya. Sebelum komandan wanita itu dapat membalas, Gabriel mendekapnya dan langsung menancapkan taringnya di bagian kiri leher wanita itu, tepat di bagian pembuluh darah. Tubuh wanita itu bergetar dan meronta tanpa terkendali saat Gabriel menghisap habis darahnya. Kulit wanita itu berubah menjadi abu-abu, dan ukuran ototnya pun menciut drastis saat ia telah kehilangan nyawa. Gabriel lalu melemparkan tubuh wanita itu yang sudah tak bernyawa ke atas tanah.
Sudah lama sekali semenjak terakhir Gabriel menghisap darah seseorang dari tubuhnya sampai habis, dan dengan seketika ia merasa mendapatkan kekuatan berlebih yang tidak mampu ia kuasai sepenuhnya. Untuk dapat menghisap darah seseorang dengan begitu cepat seorang diri, kadang-kadang akan membuat seorang vampire menjadi sangat ganas, sesuatu yang disebut kaum vampire sebagai haus darah.
Gabriel berdiri mematung, tubuhnya gemetar seperti seorang pemakai narkoba yang sedang sakau. Ia meregangkan semua otot ditubuhnya dan melekungkan punggungnya, menatap ke langit, lalu berteriak seperti seorang singa yang mengaum karena telah berhasil membunuh buruannya. Dia tetap berdiri disana, berteriak dan menggeram untuk beberapa saat hingga perasaannya telah kembali menjadi tenang. Raungannya berubah menjadi nafas yang berat dan tubuhnya tidak lagi bergetar.
Beberapa saat kemudian, Gabriel mulai menyingkirkan mayat-mayat yang tergeletak disana dan memindahkan kendaraan yang ada untuk membuat jalan bagi Shane dan teman-temannya. Jarak mereka hanya tinggal beberapa kilometer lagi, karena suara truk mereka terdengar jelas oleh Gabriel. Ia mengambil kain dan botol air dari salah satu mobil untuk membersihkan noda darah dari wajahnya.
Dengan keadaan pakaiannya yang sangat berantakan, gabriel tahu bahwa ia harus menyingkirkan bukti bahwa ia baru saja menghisap darah seseorang sebelum truk mereka datang. Setelah dirasa cukup, ia langsung terbang ke langit untuk memeriksa keadaan jalan dari blokade lain yang mungkin ada. Dirinya merasa yakin bahwa tidak akan ada lagi blokade, tapi tidak ada salahnya untuk memastikan keadaan di depan sana akan aman.
kudo.vicious memberi reputasi
3