Kaskus

Story

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
Burung Kertas Merah Muda
Burung Kertas Merah Muda


Quote:



Spoiler for Perkenalan:


Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang ada dibalik burung kertas berwarna merah muda tersebut?
Diubah oleh chrishana 08-01-2019 13:13
pulaukapokAvatar border
JabLai cOYAvatar border
zio0108Avatar border
zio0108 dan 16 lainnya memberi reputasi
15
134.7K
610
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread1Anggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#8
Chapter 5
Waktu terus bergulir dari terbitnya matahari hingga akhirnya berganti posisi tepat berada di atas kepala. Rendy terus menatap langit biru yang dihiasi dengan awan putih. Hingga akhirnya lamunannya terpecah karena getaran yang dihasilkan oleh telepon genggamnya.

Satu pesan teks dari nomor tak dikenal.
“Hai, Rendy.”dari 085653778xxx.

Rendy terlihat mengerutkan keningnya ketika tahu ada pesan dari nomor yang tak dikenal.
“Ini siapa? Tau nomor gue dari mana?”pesan terkirim.

“Gue Rheva. Dan lo sangat pintar untuk save nomor lo dengan nama kontak ‘Mama’ di HP gue. Hahahahaha.” dari 085653778xxx.

“Ah, sial. Ketahuan juga. Oh, jadi nama lo Rheva.” pesan terkirim.

“Pas istirahat nanti, kita makan bareng di kantin mau nggak? Kemarin lo udah nolak gue loh. Kali ini, gue gak bawa temen-temen gue.” Rheva membalas.

“Oke, karena lo udah berhasil hubungin gue, kali ini gue terima.” balas Rendy.

“Sip, sampai ketemu dikantin, Rendy.”

Rendy tidak mengetahui sebenarnya Danu memerhatikan isi pesan yang dikirim dan diterima oleh Rendy. “Oh, Rheva namanya.” Danu mengagetkan Rendy yang sedang berbalas pesan singkat dengan Rheva.
“Ah, sue lo! Kepo banget sumpah! Emak gue gak gini-gini amat, Nu!” kata Rendy menghindar menjauhi Danu.

“Fara atau Rheva?” Danu sedikit berbisik di telinga Rendy.

“Fara lah!” Rendy berkata dengan lantang dan membuat seisi kelas heboh.

“Ciee... Fara... Suit suiit...” sahut seisi kelas.

Fara langsung tersipu malu ketika Rendy menyebutkan namanya. Teman sebangku Fara yang berhijab putih pun tak luput ikut menggoda Fara hingga wajahnya memerah dan tersenyum tipis.
****

“Lo dimana, Va?”pesan dikirim untuk Rheva.

“Tempatin meja kosong dulu. Gue masih ditangga.” Rheva membalas.

Ada sebuah meja yang kosong belum ditempati oleh siapapun. Tanpa pikir panjang, Rendy langsung menempati meja tersebut dan menunggu Rheva muncul dari keramaian. Tapi, yang muncul justru orang yang tak diinginkan oleh Rendy.
“Oh, gitu ya. Ke kantin gak ngajak gue sekarang. Mentang-mentang mau ketemu Rheva.” ujar Danu seraya duduk di depan Rendy.

“Lo ngeselin! Ngerjain gue mulu. Ketahuan kan gue suka sama Fara.” ujar Rendy.

“Eh eh, Rheva dateng. Gue cabut ya.” Danu langsung bangkit dari duduknya.

Giliran Rheva yang sekarang duduk di depan Rendy. “Ngibrit kemana tuh temen lo?” tanya Rheva.

“Udahlah biarin aja. Suka-suka dia.”

“Eh, lo mau makan apa? Biar gue yang pesen.” tanya Rheva.

“Gak usah. Biar gue aja yang pesen. Lo tunggu sini. Harusnya kan cowok yang pesen buat cewek. Bukan sebaliknya. Lo mau makan apa?” Rendy menahan Rheva yang ingin beranjak dari tempat duduknya.

“Manis banget sih lo, Ren. Hehehehe... Samain aja sama lo.”

“Oke.”

Rendy bangkit dari duduknya, lalu memesan makanan dan minuman. Setelah itu, dia kembali ke mejanya. Rheva masih setia menunggu Rendy di sana sambil memainkan telepon genggamnya yang berasal dari Finlandia.
“Makanan datang.” Rendy langsung menaruh makanan itu di atas meja.

“Wah, tau aja lo kesukaan gue. Mie ayam.” Rheva terlihat senang.

“Ini saos, sambel, kecap manis, daun bawang, sama kuahnya gue pisah. Takutnya ada yang lo gak suka. Kan mubazir nanti kalau gak jadi dimakan.” ujar Rendy.

Rheva tersenyum lebar ke arah Rendy. Pertanda dia sangat senang atas perlakuan Rendy kepadanya. Wajahnya memang cantik, ditambah dengan senyumannya yang manis membuat Rendy tak bisa berkata apa-apa. “Makasih, Rendy.”
“Lo punya pacar, Ren?” tanya Rheva.

“Hhmm... Nggak.” Rendy menggeleng pelan.

Rheva mengerutkan dahinya, “Masa sih? Tapi pernah pacaran?”

“Pernah, waktu SMP. Tapi ya, gitu-gitu doang sih. Terus, putus pas mau UAN. Alasan klasik.” ujar Rendy.

“Lo sendiri gimana?” tanya Rendy sambil mengunyah makanannya.

“Saat ini gue belom punya. Tapi sebelumnya pernah pacaran. Dan sampai sekarang, mantan gue masih ngejar-ngejar gue. Alasan gue putusin dia karena sikapnya dia yang arogan dan songong itu. Dia emang tajir sih tapi attitude-nya nol besar.”

“Anak sini juga?”

Rheva mengangguk pelan, “Yang kemarin ribut sama lo di ruang OSIS.”

Rheva melanjutkan menyedot es teh manisnya hingga habis. Mangkok berisi mie ayamnya juga sudah bersih tak tersisa. Sedangkan Rendy masih melanjutkan makannya dan merasa heran, mengapa perempuan seperti Rheva bisa makan dengan cepat.
“Jadi...”

“Eits, jangan mikir yang aneh-aneh dulu.” Rheva langsung memotong pembicaraan Rendy.

“Gue bukan mau balas dendam. Nggak gitu. Gue cuma mau kenal sama lo. Gue liat kok lo nolongin cewek waktu MOS kemarin.” tambah Rheva.

Rheva mengambil es teh manis milik Rendy dan menyedotnya hingga habis. “Dan gue pikir, memang dia yang salah. Tindakan lo bikin gue dan temen-temen gue penasaran.”

“Kenapa jadi lo abisin air gue, Va?” tanya Rendy sedikit kesal.

“Gue haus. Hahahahaha! Yuk balik ke kelas. Sebentar lagi bel masuk.” Rheva beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kelasnya.

****

Saat yang dinanti oleh semua murid pun tiba. Apa lagi kalau bukan bel tanda jam belajar telah berakhir. Rendy juga bersiap-siap merapihkan barang-barangnya lalu berjalan keluar kelas. Berjalan menuruni anak tangga satu persatu dengan perlahan dan berhati-hati.
Perhatian Rendy tertuju pada sekelompok kakak kelas yang sedang ramai berkumpul di depan gerbang sekolah. Sebagian dari mereka menatap Rendy dengan tajam bagai harimau ingin menerkam mangsanya.
“Ini dia nih yang bikin kawan kita masuk rumah sakit kemarin.” sahut salah satu dari mereka dan mencegat Rendy.

“Ada apaan nih?” tanya Rendy kepada mereka.

“Belaga bego lagi lo!” salah satu di antara mereka mendorong tubuh Rendy.

“Maksud lo apa deketin Rheva?”

“Suka-suka gue dong. Dia cantik. So what?” ujar Rendy sambil mengangkat bahu dan tangannya.

“Tengil amat ini bocah. Ayo gulung!”

Mereka semua langsung mengeroyok Rendy tanpa ampun. Murid-murid yang melintas malah justru menonton mereka semua sedang berkelahi. Rendy pun masih bisa menghindar dan membalas, namun dia hampir jatuh karena kalah jumlah. Tiba-tiba saja, sebuah tendangan keras diayunkan oleh salah seorang murid laki-laki ke arah salah satu di antara mereka.
“Gue udah bilang kemarin, kalo ribut tuh yang gentle!One by one!” ketua OSIS muncul tiba-tiba.

“Eh, Rian! Lo mau minggir apa mau ikut kita habisin?”

Dan akhirnya, perkelahian mereka tak dapat dihindarkan. Rendy bisa lepas dan menang melawan mereka berkat bantuan Rian, sang ketua OSIS yang sekarang menjabat. Ada sedikit luka memar dan lecet di wajah Rendy, tetapi masih bisa dia tahan.
“Lo gak apa-apa, Ren?” tanya Rian sambil memegang bahu Rendy.

“Gak apa-apa, Kak. Thanks!”

“Jangan panggil gue kakak. Panggil gue Rian.”

“Iya, Rian.”

“Lo jangan besar kepala dulu, sob. Gue bantuin lo karena gue gak suka cara mereka yang keroyokan. Tapi, gue akuin lo emang berani. Hati-hati di jalan ya. Gue balik duluan.”

Rian berjalan meninggalkan Rendy yang sedang duduk di atas motornya. Para pelaku pengeroyokan sudah membubarkan diri semenjak mereka dikalahkan oleh Rian dan Rendy satu persatu. Sungguh sial nasib Rendy, baru beberapa hari sekolah disini, dia sudah punya banyak musuh.
Diubah oleh chrishana 31-03-2018 21:05
JabLai cOY
itkgid
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.