Kaskus

Story

irazz1234Avatar border
TS
irazz1234
Dunia Para Monster [Zombie Apocalypse Story]
Hello kaskuser dan momod tercintah emoticon-heart

Gw mau coba share cerita yang bertema horor.
Tapi horor bukan sembarang horor. emoticon-EEK!
Horor kali ini temanya Zombie Apocalypse.
Mirip kyk resident evil, the last of us, the walking dead, dll.
Tema yg cukup jarang diulas ato dibuat threadnya di SFTH.

Apdet dirilis sesuka hati, tergantung moodnya TS emoticon-Malu
Kentang sih pasti ada, tapi gw usahain gak sampe busuk tuh kentang emoticon-Ngakak (S)

Ga perlu lama-lama dah intronya, semoga semua pada suka emoticon-Embarrassment

Selamat membaca emoticon-Blue Guy Peace

Quote:
Diubah oleh irazz1234 06-03-2019 20:55
rinnopiantAvatar border
indrag057Avatar border
Karimake.akunaAvatar border
Karimake.akuna dan 12 lainnya memberi reputasi
13
36.3K
264
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
irazz1234Avatar border
TS
irazz1234
#72
Chapter 11



Alyssa duduk dibangku dan dengan perlahan meminum whiskey yang telah dituangkan Major sesaat sebelumnya. Ini adalah pertanyaan yang membuatnya merasa berjalan diatas tali yang tipis, berharap agar tidak jatuh kedalam jurang kebohongannya sendiri. Alyssa memikirkan kata-kata awal yang bagus, agar rahasianya tetap terjaga dan juga rahasia orang-orang yang telah berjanji kepadanya, yaitu Frank dan para manusia serigala. Dirinya merasa yakin bahwa perjanjian dengan kota Frank akan batal jika mereka mengetahui bahwa Frank dan yang lainnya adalah monster. Alyssa mengambil napas dalam dan berpikir dengan keras hal apa saja yang harus is ceritakan kepada Major nanti.

"Jadi?" Major memanggilnya, merasakan keengganan Alyssa. "Siapa orang ini?"

"Dia teman dekatku." Alyssa memutuskan untuk berbicara. "Gabriel telah menyelamatkan hidupku. Dialah alasan mengapa aku bisa berada disini dan mengumpulkan barang-barang untukmu."

"Jadi minggu itu saat kami pikir kamu sudah tewas?" Major bertanya.

"Aku berada di rumahnya pada waktu itu." Jawab Alyssa. "Dia menyelamatkanku dari zombie ketika tim ku diserang, dan dia membawaku ke rumahnya untuk memulihkan diri. Kepalaku sempat terbentur dan akupun pingsan."

"Jadi Gabriel ini masih sering membantumu?" Tanya Major, "Inikah alasannya kamu mau bekerja sendirian?"

"Ya," Ucap Alyssa mengakuinya. "Tapi apa pedulimu? Dia tidak tinggal disini, dan kita tidak akan bisa mendapatkan barang-barang itu tanpa bantuan darinya."

"Aku benci menjadi orang yang sinis." Kata Major. "Tapi apa untungnya untuk dirinya?"

"Dia mendapatkan rasa terima kasihku." Jawab Alyssa.

"Hanya itu saja?" Major bertanya balik. "Apa yang membuatnya berani mengambil resiko?"

"Yah... Kupikir dia menyukaiku." Ucap Alyssa bohong. "Dia senang bisa berada di dekatku, dan sejujurnya aku juga senang bisa berada di dekatnya."

"Oh, jadi begitu rupanya." Kata Major, hal itu tidak pernah terpikirkan olehnya. Dia yakin akan apa yang mampu pria lakukan jika ia sudah menyukai seseorang. Jadi tidak akan ada bedanya meskipun sekarang dunia sedang dijajah zombie.

"Dia adalah pria terhebat yang pernah kutemui." Ucap Alyssa menambahkan kebohongan yang lain. "Dia bahkan bekerja untuk beberapa kota besar diluar sana dan telah menghasilkan banyak sekali uang. Kami menggunakan sebagian uang itu untuk membeli barang di St. Louis. Itulah saat dimana aku bertemu dengan Frank dan anak lelakinya, serta mengapa mereka dapat mengenaliku."

"Jadi selama beberapa hari setelah kamu mengambil daftar barang itu," Kata Major, mencoba untuk merangkai semuanya menjadi satu. "Kamu sedang bersama pria ini, di St. Louis?"

"Ya." Alyssa membenarkan. "Kami berada disana sepanjang waktu. Tempat yang cukup bagus, dan disana aku dapatkan sebagian besar barang yang ada di daftar itu."

"Aku juga ingin berkata jujur." Ucap Major. "Aku sempat berpikir kamu mencuri barang-barang itu dari seseorang. Senang mendengar kalau barang persediaan itu didapat secara legal dan tidak akan menimbulkan masalah bagi kota kita."

Alyssa duduk disana, berpikir tentang hal-hal yang Major tidak ketahui. Lagipula, meskipun ia menjelaskan kepada Major bahwa dia baru saja melakukan perjanjian dengan makhluk yang berubah menjadi siluman serigala setiap sebulan sekali, masihkah ia akan percaya padanya? Jadi ia pun memutuskan untuk menyimpan semua detail cerita hingga saat nanti dibutuhkan. Jika dia tidak harus meenjelaskan tentang keberadaan kaum Lycan, maka ia pun tak perlu menceritakan soal vampire juga. Itu adalah topik yang tidak ingin ia bahas kepada siapapun, dan tidak dalam waktu dekat.

"Aku punya firasat kalau kamu belum menceritakan semuanya." Tanya Major.

"Kamu benar, memang belum semuanya." Jawab Alyssa sambil meletakkan kembali gelasnya. "Untuk sekarang, hanya ini yang dapat kuceritakan kepadamu. Ada banyak hal yang kamu tidak ingin ketahui. Aku sarankan untuk hidup tanpa mengetahui apapun selama yang kamu bisa. Karena jika kamu sudah mengetahui kebenarannya, tidak akan ada jalan lain untuk tidak mengetahuinya."

"Seburuk itukah keadaan diluar sana?" Major kembali bertanya.

"Percayalah padaku." Ujar Alyssa. "Kamu tidak ingin tahu betapa buruknya keadaan diluar sana."

"Inikah alasannya aku tidak boleh bertanya tentang apapun kepadamu?" Tanya Major.

"Tepat sekali." Jawab Alyssa.

"Kalau seburuk itu keadaannya." Ucap Major sambil menuangkan whiskey kedalam gelas. "Mau tambah?"

"Tidak, terima kasih." Balas Alyssa lalu berdiri. "Aku akan menjemput Diane disekolah, lalu aku akan bertemu dengan temanku lagi."

"Kapan kau akan bertemu dengannya?" Tanya Major menyelidik.

"Nanti malam." Jawab Alyssa. "Dia datang hanya untuk mengecek keadaanku. Seperti yang pernah kubilang, dia benar-benar suka padaku. Dia sangat senang memastikan kalau aku dalam keadaan baik-baik saja."

"Aku tidak punya daftar yang baru." Ucap Major, meraih kedalam laci di mejanya. "Tapi jika kota besar ini berfungsi seperti yang kamu ceritakan. Cobalah untuk mengisi ulang botol ini."

Major tiba-tiba melemparkan sebuah botol plastik obat kearah Alyssa. Hurufnya sudah mulai pudar, tapi ia masih dapat membacanya.

"Obat apa ini?' Alyssa bertanya.

"Obat untuk jantung." Jawab Major.

"Jantungmu bermasalah?" Tanya Alyssa, lebih merasa terkejut daripada khawatir.

"Bukan untukku." Major mengoreksinya. "Kita punya beberapa warga yang sudah berusia lanjut. Mereka akan merasa baikan jika dapat mengkonsumsi pil ini lagi. Aku akan memberi lebih kepada Bertha yang bekerja di kebun kita. Dia adalah petani yang terhebat di kota ini, dan juga ada banyak warga yang akan membutuhkan obat ini."

"Akan kulihat apa yang bisa kutemukan nanti" Kata Alyssa. "Aku tidak bisa janji, tapi nanti akan kutanyakan kepada Gabriel ketika dia datang."

"Apa dia akan mengajakmu lagi ke St. Louis?" Tanya Major.

"Aku tidak yakin," Jawab Alyssa. "Biasanya aku hanya mengikutinya saja.

"Apakah memang ada kota besar lain diluar sana?" Tanya Major, masih diliputi rasa penasaran hingga saat ini.

"Benar, memang ada." Jawab Alyssa. "Tunjukkan rasa hormatmu padanya, dan akan kutanyakan nanti apa kamu bisa melihat peta yang ia miliki."

"Aku percaya padamu." Kata Major. "Frank bilang kamu tipe orang yang setia, dia benar kan?"

"Aku setia kepada tempat tinggalku." Alyssa mengkoreksi. "Dan akan selalu begitu."

"Terima kasih telah menemani pria tua yang bawel ini." Kata Major. "Sampaikan salamku untuk Diane."

"Akan kusampaikan nanti. Terima kasih." Jawab Alyssa. Ia lalu meninggalkan ruangan kantor itu dan juga meninggalkan percakapan yang mulai terasa kikuk.

Ketika Alyssa berjalan menuju sekolah Diane, ia menunggu sejenak hingga waktu pulang sekolah tiba. Saat Diane keluar dari gerbang sekolah, adiknya langsung berlari memeluknya. Alyssa tidak dapat menyimpan cerita tentang apa yang telah terjadi, jadi ia menceritakan semuanya kepada adiknya. Ia harus bercerita kepada Major tentang Gabriel, tapi hanya sebagian kecil saja ditambah beberapa kebohongan hanya untuk menjawab rasa penasaran Major. Ia harus bercerita juga kepada Gabriel nanti jika ia jadi datang malam ini. Alyssa yakin Gabriel akan tertawa mendengar semua ini, khususnya bagian dimana mereka bertemu dengan Lycan yang sedang melakukan transaksi di kotanya.

Alyssa juga merasa yakin kalau jika ia meminta kepada Gabriel, pria itu akan memindahkan dirinya dan adiknya ketempat lain yang lebih aman jika tinggal dikota sudah tidak lagi memungkinkan. Gabriel sudah pernah mengajaknya untuk tinggal di apartemennya di Nashville, dan rasanya tawaran itu masih berlaku apalagi dengan tujuan untuk menyelamatkan sumber makanannya yang masih segar. Alyssa juga bercerita kepada Diane tentang orang-orang dari St. Louis, tanpa detail tentang makhluk apa mereka sebenarnya. Dia juga punya sesuatu yang harus dibicarakan dengan Diane.

"Aku harus bercerita kepada Major tentang Gabriel." Kata Alyssa. "Tapi aku tidak menyebut sedikitpun soal darah. Bagian yang dia tidak tahu, merupakan rahasia kita. Oke?"

"Aku janji." Jawab Diane sambil menggandeng tangan kakaknya. "Mereka tidak akan mendengar apapun dariku."

Perjalanan pulang balik kerumah terasa cukup jauh. Makanan yang mereka siapkan terlihat sederhana tapi cukup mengenyangkan. Ketika sudah waktunya untuk tidur, Diane tidak melakukan apa-apa lagi dan langsung merapikan tempat tidurnya sebelum ia berbaring di atasnya. Alyssa menemani Diane di tempat tidur.

"Apakah Gabriel akan datang malam ini?" Diane bertanya.

"Ya, dia akan datang." Jawab Alyssa sambil mengelus-elus rambut adiknya. "Kamu gak apa-apa kan?"

"Gak apa-apa kok." Jawab Diane tersenyum. "Dia telah banyak membantu kita, aku sangat menghargai itu. Apa Gabriel butuh darahku juga? Aku mau kok menolongnya jika dia butuh."

"Dia akan merasa senang mendengar kamu telah menawarkan bantuan." Ucap Alyssa yang tersentuh akan niat adiknya. "Tapi Gabriel punya tipe darah khusus, darahmu mungkin tidak cocok dengannya. Akan kucoba untuk bicara dengannya lagi nanti."

"Selamat malam." Kata Diane sambil menguap. "Sampaikan salamku pada Gabriel."

"Pasti kusampaikan." Jawab Alyssa lalu mengecup kening adiknya. "Semoga tidurmu nyenyak."

Setelah Diane tertidur, Alyssa pergi menunggu di atap dan duduk di kursi lipat yang telah dipersiapkannya. Tak lama kemudian Gabriel datang, melayang turun dari udara di kegelapan malam. Setelah mendarat dengan mulus, pria itu menatap kearah Alyssa.

"Apakah aku membuatmu menunggu terlalu lama?" Gabriel bertanya.

"Tidak. Aku cuma lagi nyantai." Balas Alyssa. "Menikmati pemandangan dan juga kesunyian."

"Baguslah kalau begitu." Kata Gabriel. "Kota ini terlihat sangat sepi."

"Kami memiliki peraturan." Alyssa memberitahunya. "Kami menjaga kota tetap sepi pada malam hari agar mayat hidup itu tidak mendekati tembok pembatas."

"Cukup masuk akal." Jawab Gabriel sambil memandangi sekitar kota dari atap. "Apakah Major memberikanmu daftar barang yang baru?"

"Tidak." Jawab Alyssa lalu berdiri. Ia berjalan kearah pria itu dan menyerahkan kepadanya sebuah botol obat. "Tapi dia ingin kita mencoba untuk menemukan ini."

"Jadi begitu." Kata Gabriel. "Sepertinya banyak orang disini yang membutuhkan obat untuk menormalkan tekanan darah."

"Kamu ngerti dunia medis juga?" Alyssa bertanya.

"Aku pernah belajar di sekolah kedokteran." Jawab Gabriel. "Kamu akan terkejut sudah berapa banyak sekolah yang pernah aku masuki untuk mengisi waktu."

"Baiklah," Ucap Alyssa yang sedikit terkejut. "Kemana kita akan pergi untuk mendapatkan barang itu?"

"Kita akan mendapatkannya dari kota yang dihuni oleh manusia." Jawab Gabriel. "Aku kenal dengan seseorang yang masih memiliki hutang budi kepadaku. Kita akan mendapatkannya. Hanya ini saja?"


"Aku cuma diminta untuk mencari obat itu." Jawab Alyssa. "Kita juga bisa belanja dari daftar yang kemarin kalau kamu mau."

"Baiklah." Kata Gabriel.

"Apa kamu butuh makanan sekarang?" Tanya Alyssa.

"Aku harus makan untuk perjalanan ini." Jawab Gabriel. "Lokasinya agak jauh dari kota yang kita kunjungi kemarin."

"Kalau begitu tunggu sebentar disini, akan kuambilkan makananmu. Aku akan segera kembali." Kata Alyssa, ia lalu bergegas menuju lantai dasar untuk mengambil kantong darah segar untuk Gabriel.

Saat Gabriel sedang menunggu Alyssa di atap, ia melihat sesosok bayangan seorang pria yang sedang berdiri memperhatikannya dari atas rumah didepan apartemen milik Alyssa. Gabriel dapat mengenali sosok itu dari postur dan bentuk tubuhnya, sepertinya itu adalah Major yang pernah dibicarakan oleh Alyssa.

"Selamat malam, pak Major." Kata Gabriel menyapa dari atap apartemen Alyssa.

"Selamat malam." Balas Major. "Anda adalah Gabriel, kalau saya tidak salah."

"Benar sekali, pak." Jawab Gabriel. "Senang bisa bertemu dengan anda."

"Maaf kalau perkataan saya terdengar tidak ramah," Kata Major. "Tapi saya harus tahu bagaimana cara anda melewati tembok kami?"

"Caranya mudah sekali," Jawab Gabriel. "Saya bisa terbang."

"Yang benar saja," Balas Major, dirinya sedang tidak mood untuk bercanda. "Saya ingin tahu apakah ada kelemahan di tembok kami yang harus di tutup?"

"Tidak ada masalah dengan temboknya." Jawab Gabriel. "Sejujurnya saya katakan, tembok di kota ini merupakan tembok terbaik yang pernah saya lihat, selain di kota-kota besar. Anda seharusnya bangga, pak."

"Terima kasih." Ucap Major. "Saya senang mendengarnya."

Gabriel mengambil botol obat yang diberikan Alyssa lalu memperlihatkannya kepada Major. "Kami akan mendapatkannya. Saya kenal dengan seseorang yang dapat memberikan persediaan obat yang cukup untuk beberapa bulan. Tapi kami harus pergi untuk beberapa hari untuk mendapatkannya. Jadi selama kami pergi, saya harap anda dapat menjaga adiknya Alyssa dengan baik."

"Tentu saja." Jawab Major sambil menghela nafas panjang. "Saya sangat menghargai bantuan dari anda."

"Jaga diri anda baik-baik, pak." Kata Gabriel, ia mengawasi Major yang berjalan pergi dan melihatnya keluar dari rumah yang ia naiki tadi. Tidak lama kemudian Alyssa datang ke atap membawakan kantong darah segar untuknya.

"Siapa itu tadi?" Tanya Alyssa.

"Tadi aku berbicara dengan Major." Jawab Gabriel sambil tersenyum menerima kantong darah yang dibawakan Alyssa. "Sepertinya dia ingin memeriksa keadaan kita. Apakah ada sesuatu yang lupa kamu katakan kepadaku soal Major?"
kudo.vicious
kudo.vicious memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.