- Beranda
- Stories from the Heart
I Love You More Than You Think
...
TS
nengsr
I Love You More Than You Think

Thanks for the amazing cover Om quatzlcoatl

(Ssstt.. this is the real picture of us)
Aku sering bertanya-tanya pada diri sendiri, apa yang paling berperan di kehidupan ini? cintaatau uang?
Dan aku pernah bertanya pada ibuku, beliau menjawab uang. Karena beliau berpikir realistis, katanya cinta saja tidak ada uang ya tidak hidup.
Ya memang. Tetapi aku agak kurang setuju, karena ketika tidak punya uang aku tidak semerana itu. Tapi jika hati yang terluka, hati yang mengelola semuanya. Sedih berkepanjangan menghilangkan semua gairah.
Dan aku pernah bertanya pada ibuku, beliau menjawab uang. Karena beliau berpikir realistis, katanya cinta saja tidak ada uang ya tidak hidup.
Ya memang. Tetapi aku agak kurang setuju, karena ketika tidak punya uang aku tidak semerana itu. Tapi jika hati yang terluka, hati yang mengelola semuanya. Sedih berkepanjangan menghilangkan semua gairah.
Panggil saja aku Hani, itu nama kecilku. Aku asli orang Surabaya jadi ga pake 'gue-elo'. Maklum orang jawa, ketika ada yang pake sebutan 'gue' pasti pada nyeletuk "mangan tahu tempe ae gue gue"

Mau ijin pada para pecinta SFTH buat nulis sebagian kisahku. Ya hanya sekedar untuk mengabadikan

Maaf jika tulisanku jelek, memang bukan penulis

Apabila ada yang mengenalku, aku mohon dengan sangat jangan bocor ya gan
PM aja kalo mau. Oke?Selamat menikmati...
Spoiler for Index:
Spoiler for Mulustrasi:
Diubah oleh nengsr 21-09-2020 23:10
bukhorigan dan 13 lainnya memberi reputasi
12
113.9K
847
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nengsr
#543
Good News (?) - Touring Day 1
Keadaanku yang sekarang ini sungguh rumit sekaligus sering bikin ngenes. Gimana engga, kita emang udah putus tapi kita masih berhubungan baik. Kita masih saling chat tapi itu udah jarang. Dan aku seperti memasang tameng yang menunjukkan "kita bukan sepasang kekasih lagi". Nah dalam menentukan sikap itulah yang bikin aku bingung.
Seperti... aku sedang rindu pada dia tapi buat ngomong itu kan ga mungkin. Dia pun juga gitu. Apa ya? Sama2 menjunjung gengsi masing2 sepertinya.
Aku akui memang perasaanku masih sama ke dia. Meskipun ga jarang juga aku masih sedih menerima kenyataannya kalo kita sudah berpisah. Dengan meratapinya di malam yang sunyi sepi dan sendiri, pasti aku sering kecolongan dengan bergalau ria jika keadaannya seperti itu.
Aku kadang masih sering keceplosan manggil dia dengan sebutan "baby". Jelas aku selalu minta maaf langsung setelahnya, tapi hanya dibalas dengan tawa oleh dia
...
Siang ini aku sedang sibuk dengan peternakanku. Sibuk buat kasih makan ayam, sapi, babi, domba, kambing yang pada kelaparan. Kemudian sibuk panen gandum, jagung, wortel, buncis, labu, cabe, tomat, dll. Sampai getar pada hpku itu yang mengharuskanku untuk menghentikan kegiatan itu pada layar tabku. Iya, aku sedang main game hayday
Aku meraih bbku yang lampunya sedang berkelip ungu. Menandakan ada bbm. Aku scroll kebawah sekedar ingin tau pengirimnya yang ternyata adalah Ajeng.
BBM
Apa ini? Terus aku harus bagaimana? Karena ini bukan dari mulutnya langsung. Tapi dari orang lain. Coba dia ngomong langsung ke aku, itu menunjukkan kesungguhannya kan. Tapi jujur, menerima kabar itu buatku terbang lagi. Ada harapan lagi, tapi entah itu harapan nyata atau hanya semu semata.
Eh, untuk tahun ini ya? Jadi ga tahu lagi kalo tahun depan dong? Gila!
Ya berarti setelah pergantian tahun aku harus menentukan langkah. Oke
...
5 Oktober 2014
Tuhan kasih kesempatan kita buat bertemu, sekalian menghapus rindu yang sudah tak terbendung ini. Ceileh~
Pada Hari Raya Idul Adha ini, tepatnya sore nanti kita mau nonton tapi berame rame. Ada Fany sama Rendra, iya mereka lanjut PDKT nya. Terus sama temen2 kerja mereka 2 orang. Pastinya Dani juga dong..
Dan disini lah aku sore ini, di XXI bersama Fany, Rendra dan 2 temen kerjanya. Setelah tadi siang aku, Fany dan Cindy meet up duluan sebelum acara nonton ini. Terus Cindy balik, mau jalan sama cowonya. Dia mah ga suka nonton, apalagi film hollywood, ga ngerti katanya
Kebiasaanku di hari lebaran kurban itu selalu kabur dari rumah sebelum jam makan siang. Karena aku ga mau makan dengan daging kurban, terutama kambing
Aku ga suka makan kambing, ga tau. Bawaannya pengen muntah. Terus suka gimana gitu kalo makan daging sapi hasil kurban. Kebayang bayang proses penyembelihannya dan baunya yang menyengat itu. Apalagi tempat penyembelihannya itu hanya beda 1 rumah dari rumahku. Kebayang kan baunya kayak gimana
Sekarang kita sedang menunggu kedatangan Dani dengan harap harap cemas. Aku doang sih, mereka engga. Gatau, kenapa efeknya malah kayak gini ya. Aneh..
Dan yang ditunggu datang juga...
"Ah lama amat. Ngabisin sate dulu ini pasti.." ucap Rendra begitu Dani sudah di depan kita.
"Haha iya tadi aku nyate dulu.." jawab Dani.
"Hmm enaknya. Kok ga dibawain..." kata Farid. Teman mereka.
"Ada di rumah, ke rumah makanya.." sahut Dani.
Aku cuma senyam senyum aja menyimak mereka. Sampai kita masuk dalam theater, kita mau nonton film Annabelle. Dani duduk dekat tangga, kemudian aku, Fany, Rendra, dan 2 temannya.
Rendra itu ga suka nonton horror karena takut. Jadinya berisik lah dia selama film main. Kalo aku bukan takut, tapi aku kagetan. Terus kalo kaget suka reflek mukulin orang yang ada di sebelahku. Dan benar saja, begitu aku kaget aku langsung reflek tarik jaket Dani yang kemudian bunyi...
"Krekk!"
Aku kaget, menoleh ke Dani tapi dia konsen sama layar. Langsung aku lepas cengkraman tanganku pada jaket Dani. Dia sepertinya ga dengar kalo jaketnya ada yang sobek. Tapi entah sebelah mana juga aku ga lihat bekasnya.
Film selesai kita segera beranjak keluar dari bioskop dan melangkahkan kaki dengan arah yang tak pasti karena belum ada tujuan yang pas.
"Makan aja yuk. Udah laper.." ajak Rendra
"Boleh. Mau makan dimana?" Sahut Dani.
"Enaknya dimana?" Tanya Rendra lagi.
"Disini ada KFC ga?" Tanya Farid kali ini.
"Ada 2. Di lantai bawah sama TP 2." Jawabku.
"Oh iya ke KFC aja. Aku mau nukerin voucher dari line." Ucap Dani semangat.
Jadi meluncurlah kita kesana. Jauh2 ke mall juga ujung2nya makan di KFC
Kita makan dan ngobrol sampe ga kerasa udah malem yang akhirnya kita pun harus pulang. Aku berangkatnya tadi sama Fany. Ini udah malem, kasian dia kalo harus nganter aku dulu baru pulang kerumahnya. Bisa nyampe rumah jam setengah 12 dia..
"Bentar Fan, tungguin Dani dulu ya.." kataku waktu kita udah ambil motor.
"Iya Mi.." diapun nurut dan berhentiin motornya.
Lamaaaa baru muncul tuh anak.
"Sep, aku bareng kamu aja ya? Kasian Fany kemaleman kalo harus nganter aku pulang dulu. Dimarahin ayahnya nanti..." pintaku ke Dani. Selain aku kasian sama Fany, juga ada maksud terselubung juga sih
"Terserah sih. Gapapa kalo Neng mau pulang sama aku." Jawabnya yang langsung bikin aku merasa menang.
"Yaudah Fan, kamu langsung pulang aja.."
"Gapapa ta Dan?" Tanya Fany.
"Gapapa tenang aja." Jawab Dani.
"Yaudah, makasi ya Dan. Pulang dulu ya Mi.." ucap Fany yang langsung bergegas mengendarai motornya dan diikuti Dani.
Begonya nih Dani malah beneran ngikutin Fany, kan arah rumahku lain sama rumah Fany ataupun dia.
"Sep, kok lewat sini?" Tanyaku yang merasa kita kejauhan.
"Oh iya lupa!" Serunya. Dih, dia lupa kalo bawa penumpang bukan karung beras
Rute kita jadi panjang dan muter2 deh. Sepi di jalan, hening di antara kita malah bikin suasana makin canggung. Padahal aku senang bisa sama dia lagi kayak gini. Rasanya udah lama banget...
"Sep, boleh peluk ga?" Pertanyaan itu akhirnya keluar juga setelah melalui perdebatan panjang dalam pikiranku.
"Boleh. Terserah Neng aja. Kan kita masih sama2 single..." jawabnya enteng.
Tapi aku ga segera melakukannya sampe kita udah dekat dengan rumahku baru aku peluk dia dengan membisikkan kata, "aku kangen".
.....
Setelah kejadian malam itu aku merutuki diri sendiri. Itu memalukan, seakan membuang jauh harga diri dan gengsi yang selama ini aku pertahankan. Tapi yaudah lah, setidaknya dia tahu bagaimana perasaanku ke dia seperti apa.
18 Oktober 2014
Jam 3 sore aku sama Sita udah pergi dari kantor, kita ijin pulang lebih awal karena mau berangkat touring. Di jalan kita saling balap sampe ga kerasa kalo jalan 90 km/jam. Gila, ini rekor baru setelah kejadian kecelakaan itu. Gara2 memburu waktu, karena kita janjian kumpul di meeting point jam 4. Sedangkan meeting pointnya tuh jauh hampir perbatasan kota sebelah.
"Assalamualaikum..." ucap tamu yang sudah pasti itu Alfin, adek kelasku itu sesaat aku sudah berada di rumah dan mengabarinya.
Iya aku ngajak dia buat jadi jokiku. Terus dia ga mau sendirian karena ga kenal dengan yang lainnya akhirnya aku ngajak Kiki. Sebenernya Kiki mau aku suruh buat pasangannya Esty temennya Tika yang ga ada pasangannya. Eh malah Kiki ngajak Dani. Dani ngajak Rendra akhirnya pas deh!
Kembali ke laptop!
"Waalaikumsalam. Mau pake motormu apa motorku Fin?" Tawarku ke Alfin yang bersiap untuk berangkat dengan menenteng tas ranselku.
"Pake motorku aja mba." Jawabnya.
"Oke. Lets go!"
Dan kita langsung berangkat setelah pamit ibu.
Di meeting point itu sudah ada Rendra, Fika sama Hendra.
"Hei, halo.." sapaku ke mereka dengan menyalaminya
:
"Lamanya mba. Mana Dani?" Tanya Rendra.
"Gatau. Dia sama Kiki kan."
"Kirain sama kamu." Katanya.
Kemudian Dani sama Kiki datang. Yang terjadi ya seperti tadi. Saling menyapa dan bersalaman. Sampai kemudian ada lagi yang datang tapi belum kuketahui siapa. 2 orang yang memakai helm dan masker itu berhenti dan turun. Lalu yang satu melepas maskernya dan baru ku ketahui itu siapa.
"Heiii, halo Reza... kamu ikut jugaaa.." sapa Fika heboh ke salah satu orang itu.
"Loh, Fik. Ada kamu juga.." balasnya.
Aku memperhatikan mereka, lebih tepatnya si Reza itu dengan tak lepas memandanginya. Yang membuatku menarik satu kesimpulan.
Manis.

Aku mengalihkan pandanganku. Mendengarkan Alfin dan Kiki sedang ngobrol. Sambil menunggu yang lain datang.
"Aku tadi loh jatuh pas pulang." Tiba2 Dani bercerita seperti itu.
"Loh, jatuh dimana?" Tanyaku.
"Di jalan gerbong. Waktu tikungan itu, aku menghindari orang malah kepleset. Jatuh deh, untung gapapa." Terangnya.
"Beneran gapapa?"
"Iya gapapa kok."
Mungkin kalo kalian dengar langsung, pasti tahu kalo ada rasa khawatir dalam caraku bertanya tadi.
Kalo lagi berame rame gini kita ga canggung. Tapi kalo cuma berdua rasanya bingung mau ngapain.
Satu persatu peserta touring ini datang dan yang terakhir adalah sang empunya acara, Sita sama Aldi datang. Sepertinya mereka lagi PDKT. Ya baguslah, biar dia bisa move on dari mantannya yang pengkhianat itu.
"Udah lengkap ya?" Tanya Sita.
"Udah dari tadi. Lama kamu!" Sahut Hendra.
"Haha jemput ini loh..." kata Sita sambil nunjuk Aldi. Yang emang mereka pake motornya Sita.
"Yaudah, sebelum berangkat kita berdoa dulu. Eh tapi sebelumnya kenalan dulu doang semuanya, biar sayang...
" Canda Sita.
Kemudian kita saling bersalaman, sesudahnya kita berdoa dan berangkat. Kita berlima belas disini.
Aku - Alfin
Sita - Aldi
Kiki - Dani
Reza - Fajar
Mas Zakki - Tika
Rendra - Esty
Hendra - Fika
Agus (single rider)
Ini pengalaman pertamaku berpergian jauh dengan naik motor, ke ujung timur pulau Jawa. Jam 4 lebih hampir jam 5 kita baru berangkat. Motor Sita paling depan, karena dia penunjuk arah. Sabtu mah macet2nya jalanan. Kita melaju dengan kecepatan 80-100 km/jam setelah jalanan lancar.
Hari makin malam, aku lihat beberapa cewe udah pada ngantuk. Aku masih bertahan sampe di kelokan Gumitir, dimana udara dingin jalanan berkelok dan malem, akhirnya aku ngantuk. Helmku udah sering berbenturan dengan helm Alfin.
"Mba, kamu ngantuk ya?" Tanya Alfin yang merasa sering kebentur helmku.
"Hmm..." gumamku yang emang udah ngantuk.
"Jangan tidur mba.." pintanya.
Kemudian aku berusaha untuk tetap terjaga dengan menyadarkan pikiran dan menghilangkan rasa kantuk dengan mengerjapkan mata berkali kali. Tapi juga namanya udah malem, mana tadi pulang kerja langsung perjalanan jauh gini. Yang ada juga kejadian seperti tadi terulang lagi.
"Mas! Mas... tuker!"
Aku tersadar dengan suara teriakan Alfin itu. Setelah aku menoleh mencari tau dia bicara dengan siapa, ternyata dia berusaha mengejar Kiki.
"Mba Hani ngantuk. Tuker.." katanya lagi.
Yang terjadi selanjutnya kita bertukar pasangan. Aku sama Dani, Alfin sama Kiki. Aku memang udah ngantuk parah ga bisa ditolerir. Dan aku takut juga kalo sampe aku jatuh. Ga mungkin juga aku peluk Alfin, kita ga ada hubungan apa2 selain adek kajak dalam ekskul. Lebih baik aku peluk Dani dong.
Untuk menit2 pertama aku bisa mengontrol badanku agar tidak terjatuh, tapi tetap saja kepalaku terjatuh yang bikin motor oleng. Akhirnya Dani ambil tanganku dan dia tautkan untuk meluk perutnya. Dan aku merasa emang ini aman. Saking amannya sampe bikin nyaman, motor berhenti pun aku masih tidur dengan meluk erat Dani.
"Neng, bangun..." ucap Dani dengan menepuk nepuk pelan lenganku.
Aku terbangun dengan memicingkan mata beradaptasi dengan sinar lampu yang terang banget. Ternyata kita berhenti di pinggir jalan.
"Duuhh, saking enaknya rek..." cela Aldi.
"Hahaha enak ya Jhe.." Sita juga ikut2an.
"Kenapa berhenti? Udah nyampe?" Tanyaku yang tak menjawab omongan mereka.
"Belum. 30 menit lagi udah nyampe. Tapi ini kan udah malem. Neneknya dia juga udah tidur. Kan tadi belum makan, gimana kalo kita makan dulu?" Usul Aldi pada kita. Yang langsung diamini sama semuanya.
Capcuss lah kita melanjutkan perjalanan tapi mampir makan dulu. Kita berhenti di warung tenda pinggir jalan yang satu belokan lagi udah sampe di rumah neneknya Sita.
Ini seperti satu warung kita sewa sendiri deh. Ga ada pembeli lain selain kita. Atau karena emang udah malem. Udah jam 11 lewat sih ini. Setelah pesanan sudah datang kita langsung makan dengan khidmat.
Beres bayar kita keluar warung, banyak yang ngedumel karena mahal hahaha.
"Kamu tadi makan apa mba?" Tanya Dani.
"Lele.." jawabku.
"Berapa?"
"Tujuh belas ribu sama es tehnya.."
"Cung... kita bertiga ini makan pake ayam goreng, seporsi kena dua puluh dua ribu. Seharga KFC paket super besar satu.." keluh Dani seperti menyesal dan kesal tapi mengundang tawa. Langsung aja aku, Kiki, Sita dan Fika ngakak begitu mendengar keluh kesahnya.
Emang kebangetan itu warung. Sepertinya tau kita pelancong makanya harganya dimahalin. Gilaa..
Kita langsung melanjutkan perjalanan yang emang satu belokan udah sampai. Desanya udah sepi sampai bisa dengar suara jangkrik dengan nyaring. Kita disambut oleh pakdhe dan pamannya Sita, Neneknya juga bangun waktu kita datang.
"Lamanya... mbah udah nyiapin makanan ini kalian ga nyampe2.." kata seorang nenek tua yang kurus dan rambut putih penuh yang ga lain itu adalah nenek Sita.
"Loh... ngapunten mbah, lare2 sedoyo pun maem wau sakdurunge mriki (maafin Nek, anak semua udah makan tadi sebelum kesini).." ucap Aldi dengan nada menyesal.
"Wooo.. lha mau Sita wes tak omongi nek wes tak siapi panganan (lha tadi Sita udah aku bilangin kalo udah aku siapin makanan).." kata Nenek Sita yang terdengar agak kecewa.
"Lha pakdhe mau ngomong sampean wes sare mbah. Yowes awakdewe mangan sek. Ga enak nek nggugah wong turu (lha pakdhe tadi bilang Mbah udah tidur. Yaudah kita makan dulu. Ga enak kalo bangunin orang tidur).." terang Sita kali ini.
"Yowes nek ngunu, ben.. wong wes kedaden. Ndang turu. Podo kesel kabeh tho. Sing nang jeding ndang nang jeding. Tapi ga ono wc ne. Petengan kuwi nang mburi (yaudah kalo gitu, biarin.. orang udah kejadian. Cepet tidur. Pada capek semua kan. Yang ke kamar mandi cepet ke kamar mandi. Tapi ga ada wc nya. Gelap tuh di belakang).." petuah si mbah kepada kita semua.
"Sing wedhok2 nang omahe mbah, sing lanang nang omahe Lek (yang cewe2 di rumah mbah, yang cowo di rumah paman).." lanjutnya lagi.
Akhirnya kita menuruti semua omongan simbah untuk langsung tidur dan beristirahat dari perjalanan jauh yang melelahkan. Agar besok lebih fresh untuk mantainya...
Seperti... aku sedang rindu pada dia tapi buat ngomong itu kan ga mungkin. Dia pun juga gitu. Apa ya? Sama2 menjunjung gengsi masing2 sepertinya.
Aku akui memang perasaanku masih sama ke dia. Meskipun ga jarang juga aku masih sedih menerima kenyataannya kalo kita sudah berpisah. Dengan meratapinya di malam yang sunyi sepi dan sendiri, pasti aku sering kecolongan dengan bergalau ria jika keadaannya seperti itu.
Aku kadang masih sering keceplosan manggil dia dengan sebutan "baby". Jelas aku selalu minta maaf langsung setelahnya, tapi hanya dibalas dengan tawa oleh dia

...
Siang ini aku sedang sibuk dengan peternakanku. Sibuk buat kasih makan ayam, sapi, babi, domba, kambing yang pada kelaparan. Kemudian sibuk panen gandum, jagung, wortel, buncis, labu, cabe, tomat, dll. Sampai getar pada hpku itu yang mengharuskanku untuk menghentikan kegiatan itu pada layar tabku. Iya, aku sedang main game hayday

Aku meraih bbku yang lampunya sedang berkelip ungu. Menandakan ada bbm. Aku scroll kebawah sekedar ingin tau pengirimnya yang ternyata adalah Ajeng.
BBM
Quote:
Apa ini? Terus aku harus bagaimana? Karena ini bukan dari mulutnya langsung. Tapi dari orang lain. Coba dia ngomong langsung ke aku, itu menunjukkan kesungguhannya kan. Tapi jujur, menerima kabar itu buatku terbang lagi. Ada harapan lagi, tapi entah itu harapan nyata atau hanya semu semata.
Quote:
Eh, untuk tahun ini ya? Jadi ga tahu lagi kalo tahun depan dong? Gila!
Ya berarti setelah pergantian tahun aku harus menentukan langkah. Oke

...
5 Oktober 2014
Tuhan kasih kesempatan kita buat bertemu, sekalian menghapus rindu yang sudah tak terbendung ini. Ceileh~
Pada Hari Raya Idul Adha ini, tepatnya sore nanti kita mau nonton tapi berame rame. Ada Fany sama Rendra, iya mereka lanjut PDKT nya. Terus sama temen2 kerja mereka 2 orang. Pastinya Dani juga dong..
Dan disini lah aku sore ini, di XXI bersama Fany, Rendra dan 2 temen kerjanya. Setelah tadi siang aku, Fany dan Cindy meet up duluan sebelum acara nonton ini. Terus Cindy balik, mau jalan sama cowonya. Dia mah ga suka nonton, apalagi film hollywood, ga ngerti katanya

Kebiasaanku di hari lebaran kurban itu selalu kabur dari rumah sebelum jam makan siang. Karena aku ga mau makan dengan daging kurban, terutama kambing

Aku ga suka makan kambing, ga tau. Bawaannya pengen muntah. Terus suka gimana gitu kalo makan daging sapi hasil kurban. Kebayang bayang proses penyembelihannya dan baunya yang menyengat itu. Apalagi tempat penyembelihannya itu hanya beda 1 rumah dari rumahku. Kebayang kan baunya kayak gimana

Sekarang kita sedang menunggu kedatangan Dani dengan harap harap cemas. Aku doang sih, mereka engga. Gatau, kenapa efeknya malah kayak gini ya. Aneh..

Dan yang ditunggu datang juga...
"Ah lama amat. Ngabisin sate dulu ini pasti.." ucap Rendra begitu Dani sudah di depan kita.
"Haha iya tadi aku nyate dulu.." jawab Dani.
"Hmm enaknya. Kok ga dibawain..." kata Farid. Teman mereka.
"Ada di rumah, ke rumah makanya.." sahut Dani.
Aku cuma senyam senyum aja menyimak mereka. Sampai kita masuk dalam theater, kita mau nonton film Annabelle. Dani duduk dekat tangga, kemudian aku, Fany, Rendra, dan 2 temannya.
Rendra itu ga suka nonton horror karena takut. Jadinya berisik lah dia selama film main. Kalo aku bukan takut, tapi aku kagetan. Terus kalo kaget suka reflek mukulin orang yang ada di sebelahku. Dan benar saja, begitu aku kaget aku langsung reflek tarik jaket Dani yang kemudian bunyi...
"Krekk!"
Aku kaget, menoleh ke Dani tapi dia konsen sama layar. Langsung aku lepas cengkraman tanganku pada jaket Dani. Dia sepertinya ga dengar kalo jaketnya ada yang sobek. Tapi entah sebelah mana juga aku ga lihat bekasnya.
Film selesai kita segera beranjak keluar dari bioskop dan melangkahkan kaki dengan arah yang tak pasti karena belum ada tujuan yang pas.
"Makan aja yuk. Udah laper.." ajak Rendra
"Boleh. Mau makan dimana?" Sahut Dani.
"Enaknya dimana?" Tanya Rendra lagi.
"Disini ada KFC ga?" Tanya Farid kali ini.
"Ada 2. Di lantai bawah sama TP 2." Jawabku.
"Oh iya ke KFC aja. Aku mau nukerin voucher dari line." Ucap Dani semangat.
Jadi meluncurlah kita kesana. Jauh2 ke mall juga ujung2nya makan di KFC

Kita makan dan ngobrol sampe ga kerasa udah malem yang akhirnya kita pun harus pulang. Aku berangkatnya tadi sama Fany. Ini udah malem, kasian dia kalo harus nganter aku dulu baru pulang kerumahnya. Bisa nyampe rumah jam setengah 12 dia..
"Bentar Fan, tungguin Dani dulu ya.." kataku waktu kita udah ambil motor.
"Iya Mi.." diapun nurut dan berhentiin motornya.
Lamaaaa baru muncul tuh anak.
"Sep, aku bareng kamu aja ya? Kasian Fany kemaleman kalo harus nganter aku pulang dulu. Dimarahin ayahnya nanti..." pintaku ke Dani. Selain aku kasian sama Fany, juga ada maksud terselubung juga sih

"Terserah sih. Gapapa kalo Neng mau pulang sama aku." Jawabnya yang langsung bikin aku merasa menang.
"Yaudah Fan, kamu langsung pulang aja.."
"Gapapa ta Dan?" Tanya Fany.
"Gapapa tenang aja." Jawab Dani.
"Yaudah, makasi ya Dan. Pulang dulu ya Mi.." ucap Fany yang langsung bergegas mengendarai motornya dan diikuti Dani.
Begonya nih Dani malah beneran ngikutin Fany, kan arah rumahku lain sama rumah Fany ataupun dia.
"Sep, kok lewat sini?" Tanyaku yang merasa kita kejauhan.
"Oh iya lupa!" Serunya. Dih, dia lupa kalo bawa penumpang bukan karung beras

Rute kita jadi panjang dan muter2 deh. Sepi di jalan, hening di antara kita malah bikin suasana makin canggung. Padahal aku senang bisa sama dia lagi kayak gini. Rasanya udah lama banget...
"Sep, boleh peluk ga?" Pertanyaan itu akhirnya keluar juga setelah melalui perdebatan panjang dalam pikiranku.
"Boleh. Terserah Neng aja. Kan kita masih sama2 single..." jawabnya enteng.
Tapi aku ga segera melakukannya sampe kita udah dekat dengan rumahku baru aku peluk dia dengan membisikkan kata, "aku kangen".
.....
Setelah kejadian malam itu aku merutuki diri sendiri. Itu memalukan, seakan membuang jauh harga diri dan gengsi yang selama ini aku pertahankan. Tapi yaudah lah, setidaknya dia tahu bagaimana perasaanku ke dia seperti apa.
18 Oktober 2014
Jam 3 sore aku sama Sita udah pergi dari kantor, kita ijin pulang lebih awal karena mau berangkat touring. Di jalan kita saling balap sampe ga kerasa kalo jalan 90 km/jam. Gila, ini rekor baru setelah kejadian kecelakaan itu. Gara2 memburu waktu, karena kita janjian kumpul di meeting point jam 4. Sedangkan meeting pointnya tuh jauh hampir perbatasan kota sebelah.
"Assalamualaikum..." ucap tamu yang sudah pasti itu Alfin, adek kelasku itu sesaat aku sudah berada di rumah dan mengabarinya.
Iya aku ngajak dia buat jadi jokiku. Terus dia ga mau sendirian karena ga kenal dengan yang lainnya akhirnya aku ngajak Kiki. Sebenernya Kiki mau aku suruh buat pasangannya Esty temennya Tika yang ga ada pasangannya. Eh malah Kiki ngajak Dani. Dani ngajak Rendra akhirnya pas deh!
Quote:
Kembali ke laptop!
"Waalaikumsalam. Mau pake motormu apa motorku Fin?" Tawarku ke Alfin yang bersiap untuk berangkat dengan menenteng tas ranselku.
"Pake motorku aja mba." Jawabnya.
"Oke. Lets go!"
Dan kita langsung berangkat setelah pamit ibu.
Di meeting point itu sudah ada Rendra, Fika sama Hendra.
"Hei, halo.." sapaku ke mereka dengan menyalaminya
:"Lamanya mba. Mana Dani?" Tanya Rendra.
"Gatau. Dia sama Kiki kan."
"Kirain sama kamu." Katanya.
Kemudian Dani sama Kiki datang. Yang terjadi ya seperti tadi. Saling menyapa dan bersalaman. Sampai kemudian ada lagi yang datang tapi belum kuketahui siapa. 2 orang yang memakai helm dan masker itu berhenti dan turun. Lalu yang satu melepas maskernya dan baru ku ketahui itu siapa.
"Heiii, halo Reza... kamu ikut jugaaa.." sapa Fika heboh ke salah satu orang itu.
"Loh, Fik. Ada kamu juga.." balasnya.
Aku memperhatikan mereka, lebih tepatnya si Reza itu dengan tak lepas memandanginya. Yang membuatku menarik satu kesimpulan.
Manis.

Aku mengalihkan pandanganku. Mendengarkan Alfin dan Kiki sedang ngobrol. Sambil menunggu yang lain datang.
"Aku tadi loh jatuh pas pulang." Tiba2 Dani bercerita seperti itu.
"Loh, jatuh dimana?" Tanyaku.
"Di jalan gerbong. Waktu tikungan itu, aku menghindari orang malah kepleset. Jatuh deh, untung gapapa." Terangnya.
"Beneran gapapa?"
"Iya gapapa kok."
Mungkin kalo kalian dengar langsung, pasti tahu kalo ada rasa khawatir dalam caraku bertanya tadi.
Kalo lagi berame rame gini kita ga canggung. Tapi kalo cuma berdua rasanya bingung mau ngapain.
Satu persatu peserta touring ini datang dan yang terakhir adalah sang empunya acara, Sita sama Aldi datang. Sepertinya mereka lagi PDKT. Ya baguslah, biar dia bisa move on dari mantannya yang pengkhianat itu.
"Udah lengkap ya?" Tanya Sita.
"Udah dari tadi. Lama kamu!" Sahut Hendra.
"Haha jemput ini loh..." kata Sita sambil nunjuk Aldi. Yang emang mereka pake motornya Sita.
"Yaudah, sebelum berangkat kita berdoa dulu. Eh tapi sebelumnya kenalan dulu doang semuanya, biar sayang...
" Canda Sita.Kemudian kita saling bersalaman, sesudahnya kita berdoa dan berangkat. Kita berlima belas disini.
Aku - Alfin
Sita - Aldi
Kiki - Dani
Reza - Fajar
Mas Zakki - Tika
Rendra - Esty
Hendra - Fika
Agus (single rider)
Ini pengalaman pertamaku berpergian jauh dengan naik motor, ke ujung timur pulau Jawa. Jam 4 lebih hampir jam 5 kita baru berangkat. Motor Sita paling depan, karena dia penunjuk arah. Sabtu mah macet2nya jalanan. Kita melaju dengan kecepatan 80-100 km/jam setelah jalanan lancar.
Hari makin malam, aku lihat beberapa cewe udah pada ngantuk. Aku masih bertahan sampe di kelokan Gumitir, dimana udara dingin jalanan berkelok dan malem, akhirnya aku ngantuk. Helmku udah sering berbenturan dengan helm Alfin.
"Mba, kamu ngantuk ya?" Tanya Alfin yang merasa sering kebentur helmku.
"Hmm..." gumamku yang emang udah ngantuk.
"Jangan tidur mba.." pintanya.
Kemudian aku berusaha untuk tetap terjaga dengan menyadarkan pikiran dan menghilangkan rasa kantuk dengan mengerjapkan mata berkali kali. Tapi juga namanya udah malem, mana tadi pulang kerja langsung perjalanan jauh gini. Yang ada juga kejadian seperti tadi terulang lagi.
"Mas! Mas... tuker!"
Aku tersadar dengan suara teriakan Alfin itu. Setelah aku menoleh mencari tau dia bicara dengan siapa, ternyata dia berusaha mengejar Kiki.
"Mba Hani ngantuk. Tuker.." katanya lagi.
Yang terjadi selanjutnya kita bertukar pasangan. Aku sama Dani, Alfin sama Kiki. Aku memang udah ngantuk parah ga bisa ditolerir. Dan aku takut juga kalo sampe aku jatuh. Ga mungkin juga aku peluk Alfin, kita ga ada hubungan apa2 selain adek kajak dalam ekskul. Lebih baik aku peluk Dani dong.
Untuk menit2 pertama aku bisa mengontrol badanku agar tidak terjatuh, tapi tetap saja kepalaku terjatuh yang bikin motor oleng. Akhirnya Dani ambil tanganku dan dia tautkan untuk meluk perutnya. Dan aku merasa emang ini aman. Saking amannya sampe bikin nyaman, motor berhenti pun aku masih tidur dengan meluk erat Dani.
"Neng, bangun..." ucap Dani dengan menepuk nepuk pelan lenganku.
Aku terbangun dengan memicingkan mata beradaptasi dengan sinar lampu yang terang banget. Ternyata kita berhenti di pinggir jalan.
"Duuhh, saking enaknya rek..." cela Aldi.
"Hahaha enak ya Jhe.." Sita juga ikut2an.
"Kenapa berhenti? Udah nyampe?" Tanyaku yang tak menjawab omongan mereka.
"Belum. 30 menit lagi udah nyampe. Tapi ini kan udah malem. Neneknya dia juga udah tidur. Kan tadi belum makan, gimana kalo kita makan dulu?" Usul Aldi pada kita. Yang langsung diamini sama semuanya.
Capcuss lah kita melanjutkan perjalanan tapi mampir makan dulu. Kita berhenti di warung tenda pinggir jalan yang satu belokan lagi udah sampe di rumah neneknya Sita.
Ini seperti satu warung kita sewa sendiri deh. Ga ada pembeli lain selain kita. Atau karena emang udah malem. Udah jam 11 lewat sih ini. Setelah pesanan sudah datang kita langsung makan dengan khidmat.
Beres bayar kita keluar warung, banyak yang ngedumel karena mahal hahaha.
"Kamu tadi makan apa mba?" Tanya Dani.
"Lele.." jawabku.
"Berapa?"
"Tujuh belas ribu sama es tehnya.."
"Cung... kita bertiga ini makan pake ayam goreng, seporsi kena dua puluh dua ribu. Seharga KFC paket super besar satu.." keluh Dani seperti menyesal dan kesal tapi mengundang tawa. Langsung aja aku, Kiki, Sita dan Fika ngakak begitu mendengar keluh kesahnya.
Emang kebangetan itu warung. Sepertinya tau kita pelancong makanya harganya dimahalin. Gilaa..
Kita langsung melanjutkan perjalanan yang emang satu belokan udah sampai. Desanya udah sepi sampai bisa dengar suara jangkrik dengan nyaring. Kita disambut oleh pakdhe dan pamannya Sita, Neneknya juga bangun waktu kita datang.
"Lamanya... mbah udah nyiapin makanan ini kalian ga nyampe2.." kata seorang nenek tua yang kurus dan rambut putih penuh yang ga lain itu adalah nenek Sita.
"Loh... ngapunten mbah, lare2 sedoyo pun maem wau sakdurunge mriki (maafin Nek, anak semua udah makan tadi sebelum kesini).." ucap Aldi dengan nada menyesal.
"Wooo.. lha mau Sita wes tak omongi nek wes tak siapi panganan (lha tadi Sita udah aku bilangin kalo udah aku siapin makanan).." kata Nenek Sita yang terdengar agak kecewa.
"Lha pakdhe mau ngomong sampean wes sare mbah. Yowes awakdewe mangan sek. Ga enak nek nggugah wong turu (lha pakdhe tadi bilang Mbah udah tidur. Yaudah kita makan dulu. Ga enak kalo bangunin orang tidur).." terang Sita kali ini.
"Yowes nek ngunu, ben.. wong wes kedaden. Ndang turu. Podo kesel kabeh tho. Sing nang jeding ndang nang jeding. Tapi ga ono wc ne. Petengan kuwi nang mburi (yaudah kalo gitu, biarin.. orang udah kejadian. Cepet tidur. Pada capek semua kan. Yang ke kamar mandi cepet ke kamar mandi. Tapi ga ada wc nya. Gelap tuh di belakang).." petuah si mbah kepada kita semua.
"Sing wedhok2 nang omahe mbah, sing lanang nang omahe Lek (yang cewe2 di rumah mbah, yang cowo di rumah paman).." lanjutnya lagi.
Akhirnya kita menuruti semua omongan simbah untuk langsung tidur dan beristirahat dari perjalanan jauh yang melelahkan. Agar besok lebih fresh untuk mantainya...
Quote:
Diubah oleh nengsr 04-03-2018 21:57
0

