- Beranda
- Stories from the Heart
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
...
TS
juraganpengki
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)

Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..
Prolog
Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..
Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)
SIDE STORIES
Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...

Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..
Prolog
Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..
Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)
SIDE STORIES
Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...
Diubah oleh juraganpengki 15-07-2018 20:23
iskrim dan 132 lainnya memberi reputasi
127
2.1M
8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#3677
Perpisahan...
Kedua mata gw sempat terbelalak, melihat sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundan menghilang dan sekejap mata sudah berada tepat dihadapan sosok Jin perempuan ber Pedang Kembar.. Berkali-kali, sosok Jin cantik itu menyerang Raja Jin menggunakan dua Pedang saktinya.. Namun, sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundan sama sekali tidak melawan karena dari semua serangan, tak ada satupun yang berhasil melukai dirinya..
“Tong.. Lu kaga ngapa-ngapa? Tadi Babeh liet badan lu pada nyala, terang bener dah.. Terus, ada bledeg nyamber disamping lu.. Babeh liet tau-tau lu udah duduk ndepor ditanah” Seru Babeh Misar sambil memegangi dan memperhatikan badan gw yang sudah bertelanjang dada, berusaha memastikan tidak ada luka..
“Saya ga apa-apa, Beh.. Ada yang selametin saya tadi..” Jawab gw sambil melempar pandangan kembali ke arah Raja Jin dan Jin cantik yang terlihat sedang berteriak-teriak sambil menangis..
“Onoh siapa, Tong? Pakeannya kaya raja ya?” Tanya Babeh Misar dengan kedua mata cekung menatap ke arah dua sosok mahluk beda alam..
“Emang Raja, Beh.. Beliau Raja Jin Penguasa Gaib Tanah Pasundan”
“Ehh, Bujug!! Jadi ntuh Raja Jin? Subhanalloh.. Seumur-umur, Babeh nyang kaga pernah ngimpi liet presiden, malahan di kasih jodoh bisa liet Raja nya Naga Caglak, temen Babeh, tong” Kata Babeh Misar dengan kedua mata berkaca-kaca..
Belum semenit Babeh Misar berbicara, gw melihat jin cantik yang tadi sempat melukai gw dan Babeh Misar, jatuh duduk bersimpuh meski masih melayang didepan Penguasa Gaib Tanah Pasundan sambil menangis tersedu-sedu.. Kening gw berkerut menyaksikan kejadian yang mengherankan itu..
“Aku akan membawa Nyi Mas Sukma Ayu Prameswari ke Istana ku, Ngger.. Maafkan aku tidak bisa memperlihatkan wujud asli ku ke Kakek Tua salah satu keturunan Ki Suta.. Aku sudah mengembalikan aura mu kembali.. Sebentar lagi Jin Penjaga mu, Sekar, akan datang Aku juga akan mengembalikan Pedang Jagat Samudera milikmu dalam waktu dekat” Ucap Penguasa Gaib Tanah Pasundan dalam batin gw, tanpa membalikkan tubuh..
Gw tersenyum mendengar kalimat Raja Jin dalam batin, lalu menoleh ke Babeh Misar saat dua sosok Jin tersebut menghilang.. Sebenarnya gw sempat ingin menanyakan tentang sosok jin cantik yang dipanggil Penguasa Gaib Tanah Pasundan, dengan nama Nyi Mas Sukma Ayu Prameswari.. Namun belum kesampaian niat gw, kedua sosok itu keburu lenyap tanpa bekas..
“Lah, leka ngilang, Tong? Babeh belon liet mukanya Raja Jin kaya apah” Ucap Babeh Misar sambil menatap gw tidak mengerti..
“Beh, Raja Jin bilang beliau ga bisa nunjukkin mukanya ke Babeh.. Tapi, beliau tahu koq, babeh keturunannya Ki Suta juga” Kata gw menjawab pertanyaan Babeh Misar..
Sesaat, gw menangkap raut kekecewaan dari wajah Kakek Tua berpakaian Pangsi hitam.. Sebenarnya, gw merasa tidak enak hati karena tak mampu meluluskan permintaan Babeh Misar.. Tapi semua itu berada diluar kekuasaan gw sebagai manusia lemah.. Apalagi hubungannya dengan Penguasa Gaib Tanah Pasundan..
“Ya udah dah.. Babeh ngerti, Tong.. Bisa ngeliet rambut ama mahkota gedenya juga udah seneng Babeh Mah.. Lagian, kaga sembarangan orang nyang di kasih karomah buat bisa liet muka nya Raja Jin.. Lu beruntung, Tong” Ucap Babeh Misar disusul senyuman kecil pada wajahnya yang dimakan usia..
“Kang Mas”
Panggil seseorang dengan suara terdengar sangat tak asing ditelinga gw dari arah belakang.. Dengan cepat, gw membalikkan tubuh dan tersenyum melihat sosok cantik berpakaian keemasan sedang berdiri melayang satu jengkal diatas tanah..
“Sekar Kencana” Ucap gw dengan suara lirih sambil emnyunggingkan senyuman senang..
Sekar sendiri melayang mendekat dan berhenti di jarak dua tombak dihadapan gw.. Pandangan Sekar sempat melirik aneh ke arah Babeh Misar yang nampak melongo melihat kemunculannya..
“Siapa dia, Kang Mas?” Tanya Sekar sedikit ketus karena tidak senang dipandangi Babeh Misar dari ujung kepala hingga kaki..
“Beliau orang yang telah memberikan ku tempat bernaung selama beberapa hari ini, Sekar.. Beliau juga salah satu keturunan Ki Suta, Kakek Moyang ku” Jawab gw yang membuat Sekar tercengang, lalu melemparkan pandangan ke Babeh Misar..
Kakek Tua itu terlihat senyam-senyum sendiri.. Gw yang melirik ke arahnya merasa geli melihat tingkah Babeh Misar..
“Sudahlah.. acuhkan dia, Kang Mas.. Kedatangan ku kesini atas perintah Penguasa Gaib Tanah Pasundan.. Sang Baginda memberitahukan ku bahwa beliau mengetahui apa yang terjadi pada Ibu mu adalah akibat pengaruh jahat Braja Krama”
Kedua mata gw terbelalak mendengar kalimat yang dilisankan Sekar barusan.. Kedua tangan gw terkepal dengan sendirinya mengetahui bahwa caci maki Ibu tempo hari, bukanlah berasal dari diri beliau sendiri.. Melainkan akibat pengaruh jahat Braja Krama.. Darah gw terasa mendidih jika ingat akan betapa jahatnya Braja Krama, yang telah membuat seorang Ibu mengusir anaknya sendiri..
“Braja Krama..” Ucap gw dengan suara bergetar disertai emosi yang mulai meluap, sambil menatap nanar ke arah Sekar..
“Yang dikatakan Sekar Kencana adalah benar adanya, Ngger” Jawab seorang wanita lain yang muncul di sebelah kanan gw..
“Eyang Puteri” Ucap gw dengan suara lirih ke arah sosok Nyi Mas Galuh Pandita yang tiba-tiba muncul..
Sekar sesaat menyunggingan senyuman manis nan ramah dan kepala tertunduk satu kali ke arah sosok Ibundanya Jagat Tirta.. Lain halnya dengan Babeh Misar.. Untuk kedua kalinya laki-laki tua tersebut, melongo menatap sosok cantik lain yang muncul..
Seperti Sekar, Nyi Mas Galuh Pandita juga melirik ke arah Babeh Misar.. Namun, pandangan mata Nyi Mas Galuh Pandita jauh lebih ramah dibanding Sekar.. Sebuah senyuman hangat dilemparkan puteri kandung Penguasa Gaib Tanah Pasundan ke arah Babeh Misar dan membuat Kakek Tua itu tersipu..
“Sebaiknya kita lekas membawa Imam kembali ke rumahnya sekarang, Sekar Kencana.. Karena hanya dirinya saja yang bisa mencabut pengaruh jahat Braja Krama” Ucap Nyi Mas Galuh Pandita yang dibalas anggukan kepala oleh Sekar..
“Tunggu sebentar, Sekar, Eyang Puteri.. Bisakah aku meminta waktu sejenak untuk berbicara dengan Kakek ku ini” Pinta gw sambil memandang Sekar dan Nyi Mas Galuh Pandita secara bergantian..
Sesaat, kedua Jin yang sama-sama cantik meski terpaut jarak usia itu saling melempar pandangan satu sama lain.. Kemudian, Nyi Mas Galuh Pandita tersenyum kembali sambil memegang bahu kanan gw yang sudah tak tertutupi pakaian..
“Baiklah, Ngger.. Sementara kalian berdua berbicara, aku dan Sekar akan menggunakan Ajian Puter Angen ke tiga orang manusia yang ada disana” Jawab Nyi Mas Galuh Pandita yang disambut anggukan kepala lagi oleh menantunya..
Gw juga mengangguk, lalu memutar tubuh menghadap Babeh Misar setelah kedua Jin cantik tersebut melayang mendekat ke arah Bang Juned, si Robet dan si Jon..
“Lu mao pegih ya, Tong?” Tanya Babeh Misar dengan kedua mata cekungnya yang menatap sendu wajah gw..
Gw sendiri menelan ludah menerima kenyataan pahit bahwa saat perpisahan gw dengan Babeh Misar sudah tiba..
“Iya, Beh.. Saya harus pergi.. Ini menyangkut Ibu” Jawab gw dengan tenggorokan mulai terasa kering..
Babeh Misar nampak menghela nafas panjang lalu memegang dua lengan gw dengan kuat.. Pandangannya yang sayu dari kedua mata nampak berkaca-kaca, menyergap hati gw yang mulai merasakan haru.. Perlahan, wajah gw tertunduk saat mengingat berbagai pengalaman bersama beliau muncul dalam benak..
“Nyang ketemu pasti bakal kepisah, Tong.. Nyang dateng pasti bakal pegih.. Ntuh nyang namanya idup.. Babeh mao ngucapin makasih bener ke lu, Tong.. Lu udah Babeh anggep cucu ndiri.. Karna lu, Babeh jadi Bajing Item lagi” Ucap Babeh Misar penuh arti tanpa diselingi kelakarnya..
Gw yang mendengar, hanya bisa mengucek dua mata yang basah dengan jari telunjuk dan jempol di tangan kanan.. Masih dengan wajah tertunduk..
“Pesen Babeh, lu jangan lupain Sholat lima waktu ama nyang sunnah juga.. Anak muda kaya lu jarang bener ada di ahir jaman kaya beginih, Tong.. Tetep lu istiqomah di jalan nyang lurus.. Biar kata lu betemen ama Jin, tapi jangan ampe begantung ama dia pada.. Tetep lu utamain Allah diatas segalanya.. Karna, pertolongan Allah nyang paling kuat dari semua nyang ada”
Gw mengangkat kepala dan memandang wajah Babeh Misar dengan dua mata basah.. Pandangan gw yang penuh arti membuat hati terasa semakin perih, karena harus menyudahi pertemuan ini..
“Saya yang harusnya ngucapin makasih banyak ke Babeh.. Babeh udah nolongin saya.. Kasih saya tempat buat tinggal.. Kasih saya makan.. Jasa Babeh ga ternilai buat saya”
“Udah, udah.. Babeh kaga demen kalo liet orang nangis.. Babeh mao liet cucu Babeh nyang ganteng senyum lagi.. Lagian, emang lu kaga mao nemuin Babeh kalo urusan lu udah kelar, Tong? Kalo bener ampe begonoh mah, mending nih malem Babeh gibeng lu sekalian”
Gw tertawa lepas mendengar gurauan Babeh Misar meski kedua mata masih basah.. Kakek Tua itu pun tertawa terkekeh-kekeh, meski gw sempat menangkap ia menyeka kedua matanya..
“Nah.. Enakan juga beginih, Tong.. Ketawa-tawa kaga pake nangis” Kata Babeh Misar dengan mencoba menyembunyikan gurat kesedihan di wajahnya..
Gw menyeka kedua mata untuk terakhir kalinya.. Lalu, menghela nafas panjang dan menarik tangan kanan beliau untuk gw cium.. Cukup lama gw tertunduk mencium tangan kurus yang pernah mengkepret wajah gw.. Tangan kurus yang dua kali memukul kepala gw menggunakan peci lusuhnya..
“Udah, tong.. Jangan kelamaan nyium tangan Babeh.. Lu kaga pegel apah?” Kata Babeh Misar yang suaranya terdengar parau..
Gw melepaskan jabatan dan ciuman dari tangan beliau, lalu berdiri tegap kembali sambil menatap sosok yang telah memberikan berbagai nasihat selama bersama dirinya meski di waktu sangat singkat..
Tak mau hanya sekedar mencium tangan nya, gw langsung memeluk Babeh Misar dengan sangat erat.. Pelukan yang gw berikan layaknya pelukan seorang cucu yang tidak akan menemui Kakeknya lagi dalam waktu dekat..
“Saya janji bakalan nemuin Babeh kalo semua masalah saya udah kelar, Beh.. Saya juga minta maaf kalo pernah bikin Babeh kesel” Ucap gw dengan bersungguh-sungguh, saat sudah melepaskan pelukan dan menatap wajah renta beliau..
Sesaat, gw bisa menangkap raut kesedihan sangat jelas terjejak diwajah renta Babeh Misar.. Namun, dengan cepat sosok Kakek Tua itu menyembunyikannya dan kembali berseloroh..
“Lu emang kudu dateng lagi, Tong.. Lah, baju ama tas lu, terus sepatu masih di rumah Babeh.. Sapa nyang mo nyuciin? Ogah menan, Babeh mah.. Doraka lagi juga kalo lu nyuruh Babeh”
Gw kembali tertawa, lalu memeluk Babeh Misar lagi dengan sangat erat..
“Udah sonoh.. Temen-temen Jin lu nudah pada nungguin.. Jangan pake melang(mikirin) Babeh.. Nyang penting, lu kudu inget pesen Babeh, ama sering-sering ngelongok kalo urusan lu udah kelar ya, tong..”
Gw mengangguk mantap, lalu mencium tangan Babeh Misar bukan untuk yang terakhir kalinya.. Lalu, mulai berjalan ke arah dua Jin cantik yang nampak sudah selesai menggunakan Ajian Puter Angen untuk menghilangkan ingatan ketiga orang preman..
“Do’a in saya ya, Beh” Kata gw dengan suara keras, saat kembali menoleh ke arah Babeh Misar begitu sudah setengah jalan menuju ke arah Sekar dan Nyi Mas Galuh Pandita..
Babeh Misar sendiri hanya menganggukkan kepala sambil menyunggingkan senyuman manis namun terasa getir untuk dilihat..
“Gw pasti bakalan nemuin Babeh lagi.. Saya janji, Beh” Ucap gw dalam hati seraya membalikkan tubuh kembali, kemudian meneruskan langkah lagi menuju Sekar dan Nyi Mas Galuh Pandita..
Kedua Jin cantik yang sama-sama menyimpulkan senyuman manis, nampak berdiri berdampingan.. Pandangan mata gw sempat melirik ke arah belakang.. Sosok Bang Juned yang masih pingsan terlihat sudah terbaring menghadap langit.. Sedangkan sosok si Jon dan si Robet, yang tadinya masih sadar meski tak bisa bergerak karena di totok jalan darahnya oleh Babeh Misar, kini sudah pingsan tak bergerak..
“Sebaiknya sekarang kita kembali ke rumah mu, Kang Mas” Saran Sekar yang kali ini dibalas anggukan kepala oleh Nyi Mas Galuh Pandita..
Gw terdiam sambil menatap Sekar dan Nyi Mas Galuh Pandita secara bergantian.. Lalu, menganggukkan kepala ke arah mereka berdua..
“Baiklah.. Bantu aku melenyapkan pengaruh jahat Braja Krama dari Ibu” Jawab gw dengan mengepalkan kedua telapak tangan..
Kedua mata gw sempat terbelalak, melihat sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundan menghilang dan sekejap mata sudah berada tepat dihadapan sosok Jin perempuan ber Pedang Kembar.. Berkali-kali, sosok Jin cantik itu menyerang Raja Jin menggunakan dua Pedang saktinya.. Namun, sosok Penguasa Gaib Tanah Pasundan sama sekali tidak melawan karena dari semua serangan, tak ada satupun yang berhasil melukai dirinya..
“Tong.. Lu kaga ngapa-ngapa? Tadi Babeh liet badan lu pada nyala, terang bener dah.. Terus, ada bledeg nyamber disamping lu.. Babeh liet tau-tau lu udah duduk ndepor ditanah” Seru Babeh Misar sambil memegangi dan memperhatikan badan gw yang sudah bertelanjang dada, berusaha memastikan tidak ada luka..
“Saya ga apa-apa, Beh.. Ada yang selametin saya tadi..” Jawab gw sambil melempar pandangan kembali ke arah Raja Jin dan Jin cantik yang terlihat sedang berteriak-teriak sambil menangis..
“Onoh siapa, Tong? Pakeannya kaya raja ya?” Tanya Babeh Misar dengan kedua mata cekung menatap ke arah dua sosok mahluk beda alam..
“Emang Raja, Beh.. Beliau Raja Jin Penguasa Gaib Tanah Pasundan”
“Ehh, Bujug!! Jadi ntuh Raja Jin? Subhanalloh.. Seumur-umur, Babeh nyang kaga pernah ngimpi liet presiden, malahan di kasih jodoh bisa liet Raja nya Naga Caglak, temen Babeh, tong” Kata Babeh Misar dengan kedua mata berkaca-kaca..
Belum semenit Babeh Misar berbicara, gw melihat jin cantik yang tadi sempat melukai gw dan Babeh Misar, jatuh duduk bersimpuh meski masih melayang didepan Penguasa Gaib Tanah Pasundan sambil menangis tersedu-sedu.. Kening gw berkerut menyaksikan kejadian yang mengherankan itu..
“Aku akan membawa Nyi Mas Sukma Ayu Prameswari ke Istana ku, Ngger.. Maafkan aku tidak bisa memperlihatkan wujud asli ku ke Kakek Tua salah satu keturunan Ki Suta.. Aku sudah mengembalikan aura mu kembali.. Sebentar lagi Jin Penjaga mu, Sekar, akan datang Aku juga akan mengembalikan Pedang Jagat Samudera milikmu dalam waktu dekat” Ucap Penguasa Gaib Tanah Pasundan dalam batin gw, tanpa membalikkan tubuh..
Gw tersenyum mendengar kalimat Raja Jin dalam batin, lalu menoleh ke Babeh Misar saat dua sosok Jin tersebut menghilang.. Sebenarnya gw sempat ingin menanyakan tentang sosok jin cantik yang dipanggil Penguasa Gaib Tanah Pasundan, dengan nama Nyi Mas Sukma Ayu Prameswari.. Namun belum kesampaian niat gw, kedua sosok itu keburu lenyap tanpa bekas..
“Lah, leka ngilang, Tong? Babeh belon liet mukanya Raja Jin kaya apah” Ucap Babeh Misar sambil menatap gw tidak mengerti..
“Beh, Raja Jin bilang beliau ga bisa nunjukkin mukanya ke Babeh.. Tapi, beliau tahu koq, babeh keturunannya Ki Suta juga” Kata gw menjawab pertanyaan Babeh Misar..
Sesaat, gw menangkap raut kekecewaan dari wajah Kakek Tua berpakaian Pangsi hitam.. Sebenarnya, gw merasa tidak enak hati karena tak mampu meluluskan permintaan Babeh Misar.. Tapi semua itu berada diluar kekuasaan gw sebagai manusia lemah.. Apalagi hubungannya dengan Penguasa Gaib Tanah Pasundan..
“Ya udah dah.. Babeh ngerti, Tong.. Bisa ngeliet rambut ama mahkota gedenya juga udah seneng Babeh Mah.. Lagian, kaga sembarangan orang nyang di kasih karomah buat bisa liet muka nya Raja Jin.. Lu beruntung, Tong” Ucap Babeh Misar disusul senyuman kecil pada wajahnya yang dimakan usia..
“Kang Mas”
Panggil seseorang dengan suara terdengar sangat tak asing ditelinga gw dari arah belakang.. Dengan cepat, gw membalikkan tubuh dan tersenyum melihat sosok cantik berpakaian keemasan sedang berdiri melayang satu jengkal diatas tanah..
“Sekar Kencana” Ucap gw dengan suara lirih sambil emnyunggingkan senyuman senang..
Sekar sendiri melayang mendekat dan berhenti di jarak dua tombak dihadapan gw.. Pandangan Sekar sempat melirik aneh ke arah Babeh Misar yang nampak melongo melihat kemunculannya..
“Siapa dia, Kang Mas?” Tanya Sekar sedikit ketus karena tidak senang dipandangi Babeh Misar dari ujung kepala hingga kaki..
“Beliau orang yang telah memberikan ku tempat bernaung selama beberapa hari ini, Sekar.. Beliau juga salah satu keturunan Ki Suta, Kakek Moyang ku” Jawab gw yang membuat Sekar tercengang, lalu melemparkan pandangan ke Babeh Misar..
Kakek Tua itu terlihat senyam-senyum sendiri.. Gw yang melirik ke arahnya merasa geli melihat tingkah Babeh Misar..
“Sudahlah.. acuhkan dia, Kang Mas.. Kedatangan ku kesini atas perintah Penguasa Gaib Tanah Pasundan.. Sang Baginda memberitahukan ku bahwa beliau mengetahui apa yang terjadi pada Ibu mu adalah akibat pengaruh jahat Braja Krama”
Kedua mata gw terbelalak mendengar kalimat yang dilisankan Sekar barusan.. Kedua tangan gw terkepal dengan sendirinya mengetahui bahwa caci maki Ibu tempo hari, bukanlah berasal dari diri beliau sendiri.. Melainkan akibat pengaruh jahat Braja Krama.. Darah gw terasa mendidih jika ingat akan betapa jahatnya Braja Krama, yang telah membuat seorang Ibu mengusir anaknya sendiri..
“Braja Krama..” Ucap gw dengan suara bergetar disertai emosi yang mulai meluap, sambil menatap nanar ke arah Sekar..
“Yang dikatakan Sekar Kencana adalah benar adanya, Ngger” Jawab seorang wanita lain yang muncul di sebelah kanan gw..
“Eyang Puteri” Ucap gw dengan suara lirih ke arah sosok Nyi Mas Galuh Pandita yang tiba-tiba muncul..
Sekar sesaat menyunggingan senyuman manis nan ramah dan kepala tertunduk satu kali ke arah sosok Ibundanya Jagat Tirta.. Lain halnya dengan Babeh Misar.. Untuk kedua kalinya laki-laki tua tersebut, melongo menatap sosok cantik lain yang muncul..
Seperti Sekar, Nyi Mas Galuh Pandita juga melirik ke arah Babeh Misar.. Namun, pandangan mata Nyi Mas Galuh Pandita jauh lebih ramah dibanding Sekar.. Sebuah senyuman hangat dilemparkan puteri kandung Penguasa Gaib Tanah Pasundan ke arah Babeh Misar dan membuat Kakek Tua itu tersipu..
“Sebaiknya kita lekas membawa Imam kembali ke rumahnya sekarang, Sekar Kencana.. Karena hanya dirinya saja yang bisa mencabut pengaruh jahat Braja Krama” Ucap Nyi Mas Galuh Pandita yang dibalas anggukan kepala oleh Sekar..
“Tunggu sebentar, Sekar, Eyang Puteri.. Bisakah aku meminta waktu sejenak untuk berbicara dengan Kakek ku ini” Pinta gw sambil memandang Sekar dan Nyi Mas Galuh Pandita secara bergantian..
Sesaat, kedua Jin yang sama-sama cantik meski terpaut jarak usia itu saling melempar pandangan satu sama lain.. Kemudian, Nyi Mas Galuh Pandita tersenyum kembali sambil memegang bahu kanan gw yang sudah tak tertutupi pakaian..
“Baiklah, Ngger.. Sementara kalian berdua berbicara, aku dan Sekar akan menggunakan Ajian Puter Angen ke tiga orang manusia yang ada disana” Jawab Nyi Mas Galuh Pandita yang disambut anggukan kepala lagi oleh menantunya..
Gw juga mengangguk, lalu memutar tubuh menghadap Babeh Misar setelah kedua Jin cantik tersebut melayang mendekat ke arah Bang Juned, si Robet dan si Jon..
“Lu mao pegih ya, Tong?” Tanya Babeh Misar dengan kedua mata cekungnya yang menatap sendu wajah gw..
Gw sendiri menelan ludah menerima kenyataan pahit bahwa saat perpisahan gw dengan Babeh Misar sudah tiba..
“Iya, Beh.. Saya harus pergi.. Ini menyangkut Ibu” Jawab gw dengan tenggorokan mulai terasa kering..
Babeh Misar nampak menghela nafas panjang lalu memegang dua lengan gw dengan kuat.. Pandangannya yang sayu dari kedua mata nampak berkaca-kaca, menyergap hati gw yang mulai merasakan haru.. Perlahan, wajah gw tertunduk saat mengingat berbagai pengalaman bersama beliau muncul dalam benak..
“Nyang ketemu pasti bakal kepisah, Tong.. Nyang dateng pasti bakal pegih.. Ntuh nyang namanya idup.. Babeh mao ngucapin makasih bener ke lu, Tong.. Lu udah Babeh anggep cucu ndiri.. Karna lu, Babeh jadi Bajing Item lagi” Ucap Babeh Misar penuh arti tanpa diselingi kelakarnya..
Gw yang mendengar, hanya bisa mengucek dua mata yang basah dengan jari telunjuk dan jempol di tangan kanan.. Masih dengan wajah tertunduk..
“Pesen Babeh, lu jangan lupain Sholat lima waktu ama nyang sunnah juga.. Anak muda kaya lu jarang bener ada di ahir jaman kaya beginih, Tong.. Tetep lu istiqomah di jalan nyang lurus.. Biar kata lu betemen ama Jin, tapi jangan ampe begantung ama dia pada.. Tetep lu utamain Allah diatas segalanya.. Karna, pertolongan Allah nyang paling kuat dari semua nyang ada”
Gw mengangkat kepala dan memandang wajah Babeh Misar dengan dua mata basah.. Pandangan gw yang penuh arti membuat hati terasa semakin perih, karena harus menyudahi pertemuan ini..
“Saya yang harusnya ngucapin makasih banyak ke Babeh.. Babeh udah nolongin saya.. Kasih saya tempat buat tinggal.. Kasih saya makan.. Jasa Babeh ga ternilai buat saya”
“Udah, udah.. Babeh kaga demen kalo liet orang nangis.. Babeh mao liet cucu Babeh nyang ganteng senyum lagi.. Lagian, emang lu kaga mao nemuin Babeh kalo urusan lu udah kelar, Tong? Kalo bener ampe begonoh mah, mending nih malem Babeh gibeng lu sekalian”
Gw tertawa lepas mendengar gurauan Babeh Misar meski kedua mata masih basah.. Kakek Tua itu pun tertawa terkekeh-kekeh, meski gw sempat menangkap ia menyeka kedua matanya..
“Nah.. Enakan juga beginih, Tong.. Ketawa-tawa kaga pake nangis” Kata Babeh Misar dengan mencoba menyembunyikan gurat kesedihan di wajahnya..
Gw menyeka kedua mata untuk terakhir kalinya.. Lalu, menghela nafas panjang dan menarik tangan kanan beliau untuk gw cium.. Cukup lama gw tertunduk mencium tangan kurus yang pernah mengkepret wajah gw.. Tangan kurus yang dua kali memukul kepala gw menggunakan peci lusuhnya..
“Udah, tong.. Jangan kelamaan nyium tangan Babeh.. Lu kaga pegel apah?” Kata Babeh Misar yang suaranya terdengar parau..
Gw melepaskan jabatan dan ciuman dari tangan beliau, lalu berdiri tegap kembali sambil menatap sosok yang telah memberikan berbagai nasihat selama bersama dirinya meski di waktu sangat singkat..
Tak mau hanya sekedar mencium tangan nya, gw langsung memeluk Babeh Misar dengan sangat erat.. Pelukan yang gw berikan layaknya pelukan seorang cucu yang tidak akan menemui Kakeknya lagi dalam waktu dekat..
“Saya janji bakalan nemuin Babeh kalo semua masalah saya udah kelar, Beh.. Saya juga minta maaf kalo pernah bikin Babeh kesel” Ucap gw dengan bersungguh-sungguh, saat sudah melepaskan pelukan dan menatap wajah renta beliau..
Sesaat, gw bisa menangkap raut kesedihan sangat jelas terjejak diwajah renta Babeh Misar.. Namun, dengan cepat sosok Kakek Tua itu menyembunyikannya dan kembali berseloroh..
“Lu emang kudu dateng lagi, Tong.. Lah, baju ama tas lu, terus sepatu masih di rumah Babeh.. Sapa nyang mo nyuciin? Ogah menan, Babeh mah.. Doraka lagi juga kalo lu nyuruh Babeh”
Gw kembali tertawa, lalu memeluk Babeh Misar lagi dengan sangat erat..
“Udah sonoh.. Temen-temen Jin lu nudah pada nungguin.. Jangan pake melang(mikirin) Babeh.. Nyang penting, lu kudu inget pesen Babeh, ama sering-sering ngelongok kalo urusan lu udah kelar ya, tong..”
Gw mengangguk mantap, lalu mencium tangan Babeh Misar bukan untuk yang terakhir kalinya.. Lalu, mulai berjalan ke arah dua Jin cantik yang nampak sudah selesai menggunakan Ajian Puter Angen untuk menghilangkan ingatan ketiga orang preman..
“Do’a in saya ya, Beh” Kata gw dengan suara keras, saat kembali menoleh ke arah Babeh Misar begitu sudah setengah jalan menuju ke arah Sekar dan Nyi Mas Galuh Pandita..
Babeh Misar sendiri hanya menganggukkan kepala sambil menyunggingkan senyuman manis namun terasa getir untuk dilihat..
“Gw pasti bakalan nemuin Babeh lagi.. Saya janji, Beh” Ucap gw dalam hati seraya membalikkan tubuh kembali, kemudian meneruskan langkah lagi menuju Sekar dan Nyi Mas Galuh Pandita..
Kedua Jin cantik yang sama-sama menyimpulkan senyuman manis, nampak berdiri berdampingan.. Pandangan mata gw sempat melirik ke arah belakang.. Sosok Bang Juned yang masih pingsan terlihat sudah terbaring menghadap langit.. Sedangkan sosok si Jon dan si Robet, yang tadinya masih sadar meski tak bisa bergerak karena di totok jalan darahnya oleh Babeh Misar, kini sudah pingsan tak bergerak..
“Sebaiknya sekarang kita kembali ke rumah mu, Kang Mas” Saran Sekar yang kali ini dibalas anggukan kepala oleh Nyi Mas Galuh Pandita..
Gw terdiam sambil menatap Sekar dan Nyi Mas Galuh Pandita secara bergantian.. Lalu, menganggukkan kepala ke arah mereka berdua..
“Baiklah.. Bantu aku melenyapkan pengaruh jahat Braja Krama dari Ibu” Jawab gw dengan mengepalkan kedua telapak tangan..
dodolgarut134 dan 14 lainnya memberi reputasi
15