- Beranda
- Stories from the Heart
Yaudah 3: Kuliah Kerja Nyata?
...
TS
dasadharma10
Yaudah 3: Kuliah Kerja Nyata?
Selamat datang di thread ketiga yang merupakan lanjutan dari Yaudah Gue Mati Ajadan Yaudah 2: Challenge Accepted.
Sebelumnya, ijinkan gue buat memperkenalkan diri. Bagi pembaca setia kisah gue, pastinya kalian udah enggak asing dengan nama Muhdawi. Tapi bagi pembaca yang baru masuk ke thread ini, pastinya kalian asing dengan nama yang enggak biasa itu. Perkenalkan, nama lengkap gue Muhammad Danang Wijaya. Biasanya orang-orang manggil gue Dawi yang diambil dari singkatan nama gue Muhdawi. Kalian bisa panggil gue Dawi, atau kalo mau ikut-ikutan manggil gue Sawi juga enggak masalah. Gue orangnya idem, apa yang lo mau, kalo gue bisa, pasti gue usahakan. Anyway, langsung aja masuk lebih dalam ke thread ini. Sekali lagi gue ucapkan, selamat datang di thread ini.
Sebelumnya, ijinkan gue buat memperkenalkan diri. Bagi pembaca setia kisah gue, pastinya kalian udah enggak asing dengan nama Muhdawi. Tapi bagi pembaca yang baru masuk ke thread ini, pastinya kalian asing dengan nama yang enggak biasa itu. Perkenalkan, nama lengkap gue Muhammad Danang Wijaya. Biasanya orang-orang manggil gue Dawi yang diambil dari singkatan nama gue Muhdawi. Kalian bisa panggil gue Dawi, atau kalo mau ikut-ikutan manggil gue Sawi juga enggak masalah. Gue orangnya idem, apa yang lo mau, kalo gue bisa, pasti gue usahakan. Anyway, langsung aja masuk lebih dalam ke thread ini. Sekali lagi gue ucapkan, selamat datang di thread ini.
Quote:
Quote:
Spoiler for Sinopsis:
Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 16-10-2018 23:34
andybtg dan 14 lainnya memberi reputasi
11
359.2K
1.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dasadharma10
#674

Enisha Putri Swastika
PART 54
“Sasha?” panggil Maya. “Ayok!”
“Enggak,” kata Sasha. “Gue di mobil aja sekalian jagain.”
“Lo yakin?” tanya Echa. “Enggak ikutan belanja bener?”
“Iya, gue jagain mobil aja.”
“Yaudah,” kata gue. “Kalian buruan belanja, biar gue sama Sasha yang jagain mobil.”
Ya… tadinya gue pikir setelah percakapan itu selesai gue bakalan akrab sama Sasha. Dia tersanjung gue nemenin dia di mobil terus ngobrol berdua, kita deket, dan akhirnya bisa ngobrol biasa. Tapi ternyata, begitu yang lain enggak pada kelihatan, mood Sasha buat ngobrol sama gue juga makin enggak kelihatan.
“Sasha udah nyusun skripsi?” tanya gue membuka percakapan.
Dijawab? Enggak. Seperti yang sudah gue duga sebelumnya, topik skripsi emang enggak cocok buat diobrolin kakak tingkat bersama adek tingkat.
“Rencana mau wisuda kapan, Sha?” tanya gue lagi.
Dijawab? Kali ini masih sama, enggak. Kayaknya emang dia benci banget sama gue. Atau mungkin dia enggak suka topik pembicaraan dan enggak suka basa-basi. Mungkin dia bakal jawab kalo gue ngajakin ngobrol dengan suatu topik yang to the point.
“Sha,” panggil gue. “Lo suka ya sama gue?”
Kali ini dia memang masih belum mau menjawab, tapi setelah gue selesai bertanya, dia langsung menengok dan menatap gue tajam.
“S-sorry, gue enggak maksud–”
“Abang ngajakin ngobrol?” tanyanya mencabut earphone dari telinganya yang tertutup rambut. “Kenapa?”
Kampret! Kena dibikin bete sama earphone gue!
“Bang?” panggil Sasha lagi.
“Ah… anu,” tanggap gue. “Udah nyusun skripsi?”
Astaga naga! Kenapa gue bawa topik skripsi lagi?! Topik lain kan banyak! Bisa aja gue ngomongin tentang dia, kan? Asalnya darimana, tinggalnya di mana, dan dia anak keberapa, ngapain gue nanya soal skripsi coba?!
“Belum,” jawabnya sambil senyum. “Semester depan mungkin.”
“O-oh…,” gumam gue. “S-sama kalo gitu.”
“Tadi abang ngomong apa, ya?”
“G-gue ngomong ‘sama kalo gitu.’ ”
“Sebelumnya.”
“ ‘Udah nyusun skripsi?’ ”
“Yang soal suka sama abang.”
“S-Sasha denger?”
“Iya,” jawabnya singkat.
“Iya?”
“Iya, Sasha suka sama abang.”
Jujur, gue enggak tau dengan jelas. Bahkan, gue enggak denger dengan jelas apa yang dia ucapkan ke gue. Begitu gue dengar pernyataan Sasha itu, setelah dia menatap gue beberapa detik, air matanya mulai mengalir.
Gue enggak bermaksud buat enggak memperdulikan dia, apalagi jahat ke dia. Tapi begitu dia gue pegang tangannya, dia mulai mengungkapkan perasaannya lebih jauh dengan bahasa yang jujur aja gue sendiri sulit mencerna.
Tapi setelah gue membiarkan dia ngomong panjang lebar, akhirnya dia menghapus air matanya sendiri lalu memasang satu earphonenya yang tergantung ke telinga gue.
“Di sana,” ucap Sasha pelan. “Danilla Riyadi.”
JabLai cOY dan pulaukapok memberi reputasi
2
