Kaskus

Story

dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 3: Kuliah Kerja Nyata?
Selamat datang di thread ketiga yang merupakan lanjutan dari Yaudah Gue Mati Ajadan Yaudah 2: Challenge Accepted.

Sebelumnya, ijinkan gue buat memperkenalkan diri. Bagi pembaca setia kisah gue, pastinya kalian udah enggak asing dengan nama Muhdawi. Tapi bagi pembaca yang baru masuk ke thread ini, pastinya kalian asing dengan nama yang enggak biasa itu. Perkenalkan, nama lengkap gue Muhammad Danang Wijaya. Biasanya orang-orang manggil gue Dawi yang diambil dari singkatan nama gue Muhdawi. Kalian bisa panggil gue Dawi, atau kalo mau ikut-ikutan manggil gue Sawi juga enggak masalah. Gue orangnya idem, apa yang lo mau, kalo gue bisa, pasti gue usahakan. Anyway, langsung aja masuk lebih dalam ke thread ini. Sekali lagi gue ucapkan, selamat datang di thread ini.

Quote:


Quote:


Spoiler for Sinopsis:


Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 16-10-2018 23:34
pulaukapokAvatar border
genji32Avatar border
andybtgAvatar border
andybtg dan 14 lainnya memberi reputasi
11
359.2K
1.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#671
kaskus-image
Meisyarah Juwandi

kaskus-image
Maya Septiani


PART 51

“Masih lama, Cha?”
“Masih. Abang,” jawabnya tanpa melihat gue.
“Digedein apinya biar cepet mateng,” usul gue.
“Abang enggak pernah masak, ya?”
“Pernahlah,” sanggah gue. “Gue jago banget masak tau.”
“Kalo orang yang sering masak pasti tau kalo gedein api bukan bikin cepet mateng tapi bikin cepet gosong.”
“Bukannya secara ilmiah makin besar apinya makin cepet panas?”
“Enggak semua bahan makanan tahan sama api besar,” jelas Echa. “Contohnya sate, bakarnya harus jaga jarak dari api, kalo kalamaan kena api ya gosong.”
“Ya terus yang bikin cepet mateng apaan? Dikecilin apinya?” ledek gue. “Enggak dimatiin apinya sekalian?”
“Yang bikin cepet mateng tuh sabarnya,” jawab Echa. “Proses itu lebih perlu perhatian daripada hasil, Bang.”
“Ya kalo lo hobi masak emang gitu, tapi kalo lo doyan makan enggak bakalan lo lebih suka merhatiin proses daripada hasil.”
“Sssttt…!” desis Echa dengan tangan di bibir. “Sini gantian aduk kalo gitu, gue mau bales chat!”

Gue beranjak dari bangku kecil yang gue duduki lalu berjalan ke depan kompor. Meskipun gue jarang banget masak dan terakhir kali masakin buat Emil hasilnya gosong, gue tau gimana caranya ngaduk sayur lodeh.

“Muternya ke kiri apa ke kanan, Cha?”
“Mana aja boleh.”
“Pelan-pelan apa kenceng?”
“Sedengan.”
“Searah jarum jam aja kali, ya?”
“Abang, gue belum jadi balesin chat masa iya udah dirusuhin gini?!”
“Ya gue kan cuma nanya, takutnya tau-tau gosong,” kata gue beralasan.
“Ngaduk makanan itu enggak bakal bikin gosong, Abang,” jelas Echa. “Ngaduk masakan enggak sesignifikan itu.”
“Terus ngapain lo minta gue buat ngaduk kalo enggak ngaruh? Mending juga didiemin biar enggak capek.”
“Masakan gue enak enggak, Bang?” tanya Echa.
“Ya enaklah.”
“Yaudah lakuin aja, setiap juru masak punya caranya sendiri!”
“Udah berasa kayak diawasin master cheff ya, Bang?” canda Maya yang daritadi sibuk motekin kacang panjang. “Salah dikit disemprot.”
“Cheff Juna mah kalah galaknya sama Echa.”
“Yang penting kan masakannya enak,” kata Echa membela diri. “Daripada cakep-cakep enggak bisa masak, mending galak bisa masak.”
“Lo nyindir gue, Cha?” tanya Maya pura-pura enggak terima. “Makasih, lhoh.”
“Jangan gede rasa deh, May.”
“Gede rasa gimana, Cha?”
“Ya lo emang enggak bisa masak,” canda Echa. “Tapi emang lo cantik?”

Meski agak terpekik kecil, Maya langsung senyum-senyum sendiri kayak cari bahan buat membalas candaan Echa.

“Ya seenggaknya dua tingkat di atas lo lah, Cha,” kata Maya.
“Idih…! Pede abis!”

Sambil masak, kita saling lempar candaan. Kayaknya si Echa sama Maya emang deket banget, mirip gue sama Arya atau Peppy, mereka enggak tersinggung sama sekali meski kadang bercandanya jelek. Ah… gue kangen temen-temen gue.

“Bang,” panggil Maya di tengah adukan gue.
“Ya, May?”
“Si Cassie mana?” lanjutnya pelan.
“Lagi mandi kali,” jawab gue. “Tadi waktu gue ngobrol sama Melly sih pamitnya mandi.”
“Ngobrol,” sindir Echa. “Itu namanya dimarahin.”
“Enggak perlu diperjelas juga kali, Cha.”
“Bang?” panggil Maya lagi.
“Ya, May...?” tanya gue dengan kalimat dipanjangkan.
“Lo pacaran ya sama Cassie?”
“Pacaran?” gumam gue. “Kok lo bisa nyimpulin kayak gitu?”
“Ya abisnya abang sama Cassie deket banget.”
“Biar enggak salah paham nih ya, gue enggak pacaran sama dia,” jawab gue. “Gue sama dia cuma deket layaknya temen biasa.”
“Tapi masa iya sedeket itu?” tanya Maya lagi. “Sampai tidur di pos ronda juga dilakuin.”
“Ya gue kalo temenan emang gini, kayak enggak bedain gender. Kalo kalian mau deket kayak dia juga boleh, pos ronda terbuka lebar.”
“Enggak deh, makasih,” sahut Echa.
“Abang tau enggak sih kalo Sasha suka sama abang?” tanya Maya untuk yang kesekian kalinya.
“Sasha?” ulang gue. “Ya tau sih sebenernya, anak-anak pernah cerita.”
“Ya terus?”
“Terus? Terus maksudnya?”
“Abang tau kalo Sasha suka sama abang tapi tetep dicuekin dan deket-deket sama cewek lain?”
“Ya lo ngarepinnya gue harus gimana, Maya?” tanya gue seolah meminta saran. “Berubah? Tiba-tiba cuekin cewek lain dan deket-deket sama Sasha? Lo pikir itu baik?”
“Ya seenggaknya itu positif, kan?”
“Dimana sisi positifnya dari pura-pura pengin deket sama dia? Bukannya itu malah PHP?”
Maya terdiam.
“Lagipula gue juga udah punya pacar, enggak mungkin juga cuma demi cewek yang gue kenal satu bulan gue kalahin hubungan gue.”
“Udah deh, May,” sahut Echa. “Lupain aja.”
“May, gue tau lo peduli sama Sasha,” kata gue. “Tapi dengan cuekin masalah dia, itu bisa berarti peduli.”
“Gimana ceritanya cuek bisa berarti peduli bang?” tanya Maya. “Gimana ceritanya enggak peduli itu peduli?”
“Ya terkadang enggak peduli itu bentuk kepedulian kita.”
“Kok gue bingung ya?” tanya Echa

Emang, Cha. Emang. Nasehat yang baik itu emang yang kadang bikin bingung.

“Kamar mandinya kosong, Cass?” tanya gue ketika melihat Cassie berjalan ke arah dapur.
“Kosong,” jawabnya singkat.

Gue ketuk-ketukkan centong sayur ke panci sampai airnya menetes. Begitu gue yakin udah enggak ada air yang tersisa, gue berikan centong itu ke Cassie.

“Meski enggak signifikan,” jelas gue. “Lo aduk aja biar master cheff puas.”
“Abang mau kemana?” tanya Cassie ketika gue melewatinya.
“Gue mau mandi,” jawab gue sambil lalu. “Nungguin masakan Echa lama.”
pulaukapok
JabLai cOY
JabLai cOY dan pulaukapok memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.