URBAN LEGEND PANTAI TRISIK 1990

Beranda

...

Stories from the Heart
URBAN LEGEND PANTAI TRISIK 1990

breaking182

12-02-2018 07:22

URBAN LEGEND PANTAI TRISIK 1990

URBAN LEGEND : PANTAI TRISIK 1990

Quote:

INDEX URBAN LEGEND PANTAI TRISIK 1990

Quote:

PART 1 : PROLOG
PART 2 : BENCANA DI ATAS LAUTAN
PART 3 : ISTANA PANTAI SELATAN
PART 4 : KEMBALI KE DARATAN
PART 5 : DI AMBANG KEMATIAN
PART 6 : MANUSIA TERPILIH

SERIES BARU
MUTILASI

EPISODE 1 : MAYAT TERPOTONG DI HUTAN JATI
EPISODE 2 : EVAKUASI
EPISODE 3 : SANG DALANG
EPISODE 4 : KASIH TAK SAMPAI
EPISODE 5 : PENYUSUP
EPISODE 6 : LOLOS DARI MAUT
EPISODE 7 : DUKA TERDALAM
EPISODE 8 : PEMBUNUHNYA ADALAH ....
EPISODE 9 : PENYERGAPAN
CREDIT SCENE
TAMAT

SERIES BARU
MAHKLUK DARI SEBERANG ZAMAN

EPISODE 1 : SRITI WANGI
EPISODE 2 : PANGKAL BENCANA
EPISODE 3 : MAYAT DI DALAM PETI
EPISODE 4 : KECELAKAAN MAUT
EPISODE 5 : SANG DEWI
EPISODE 6 : KORBAN BERJATUHAN
EPISODE 7 : PENODONGAN DI MALIOBORO
EPISODE 8 : PENYERGAPAN DI BUKIT BINTANG
EPISODE 9 : K.O
EPISODE 10 : PETUNJUK?!
EPISODE 11 : KI AGENG BRAJAGUNA
EPISODE 12 : PERTEMPURAN TERAKHIR
STORY BRIDGE

TAMAT

KUMPULAN CERPEN HORROR

INDEX

STORY 1 : MAS, BUKA MAS..BUKA...

horror

Diubah oleh breaking182 07-05-2018 06:16

rokendo dan 40 lainnya memberi reputasi

252.1K

Kutip

809

Balasan

Guest

Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru

Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!

Stories from the Heart

31.6KThread•42.3KAnggota

Tampilkan semua post

breaking182

25-02-2018 12:38

#226

CREDIT SCENE

Quote:

Spoiler for "READ ME : TWIST STORY":

Kabut tipis turun perlahan dari puncak gunung Merapi merayap di antara pepohonan yang berdiri kaku bagaikan kaki – kaki sepasukan raksasa yang mengintai dari balik kegelapan. Semakin larut malam, kabut semakin tebal. Layaknya langit yang turun menelan bumi. Sesekali terdengar suara lolongan anjing di kejauhan.

Di serambi sebuah rumah joglo yang megah. Seorang perempuan gemuk tampak duduk dengan muka tegang. Baju hitam terusan seperti jubah berwarna hitam yang dikenakan menjuntai menyentuh lantai. Nyala sebatang lilin temaram yang sedari tadi ada di depannya tidak mampu menyembunyikan kegelisahan di wajahnya. Tiba –tiba tidak tahu darimana datangnya. Sesosok tubuh lelaki memakai mantel hitam berdiri tegak di depan serambi. Wajah orang itu beku dan pucat, tatapan mata kosong, bibirnya biru. Dari tubuh tercium aroma anyir dan bau busuk yang menyengat. Seperti bau bacin mayat.

Serta merta wanita gemuk itu berdiri. Lalu mengambil lilin yang masih tertancap di meja.

" Silahkan masuk Hartono, keluarga besar kita sudah menunggu mu ".

Sosok lelaki bermantel hitam itu dengan kaku berjalan mengikuti langkah wanita gemuk yang berjalan di depan sambil memegang lilin. Dari mulutnya terdengar suara gumaman aneh yang menyerupai rintihan dari jurang kegelapan. Wanita gemuk itu membawa lelaki bermantel hitam berjalan ke belakang rumah joglo. Di bawah temaram lampu lilin terlihat papan kayu yang ditengahnya ada semacam handle pintu tertanam di tanah yang sebagian tertutup oleh tumbuhan merambat. Perempuan gemuk itu jongkok kemudian memutar handle yang terpasang di papan. Pintu rahasia itu terbuka. Tampaklah lubang menganga yang berundak – undakan menuju ke bawah tanah.

" Ayo Hartono ikuti aku, ikuti Mbakyu mu..Mbakyu Prapti... "

Dua orang itu kemudian menuruni undak – undakan ke bawah ruangan yang temaram, pengap dan dingin. Tembok menghitam tampak basah lembab dan berlumut. Sampai di ujung undak –undakan terdapat ruangan berukuran luas sekitar limabelas meter persegi dengan dua buah obor yang menempel di pojok ruangan. Prapti menghentikan langkah, sesok kaku Hartono juga berhenti tepat di belakangnya.

Di atas lembaran-lembaran permadani lusuh tampak duduk dua sosok tubuh yang juga terbungkus mantel hitam. Sesosok tubuh orang tua duduk bersila membeku, wajah pucat, bibir biru. Aroma tidak sedap menyerupai bau bangkai memenuhi ruangan itu. Di sebelahnya sesosok anak kecil perempuan berusia sekitar lima tahun juga duduk bersila. Keadaanya juga tidak kalah ganjil dengan si orang tua. Sebagian wajahnya tertutup rambut yang tergerai. Kepalanya sedikit terkulai ke kanan seperti akan lepas dari batang leher. Jika ada yang melihat dua sosok ini pastilah bulu kuduknya akan meremang.

" Ayah Mangun Sarkoro aku bawakan anak lelaki mu, Witri budhe bawakan ayah mu....Ayah mu akan menemani kalian di tempat gelap ini sampai saat itu tiba. Sebentar lagi ibu mu dan kakak lelaki mu juga akan budhe bawa kesini".

Sosok mayat Hartono berjalan kaku ke arah dua sosok tubuh yang bersila kaku di hadapannya. Kemudian mayat Hartono duduk bersila dengan gerakan kaku. Sekarang ada tiga sosok mayat yang duduk bersila di ruangan itu. Prapti berdiri tegak di hadapan ketiga mayat itu.
Kedua tangannya direntangkan ke samping kemudian diangkat ke atas.

" Nyi Blorong, sebentar lagi janji hamba telah hamba penuhi. Satu keluarga yang masih ada pertalian darah akan saya tumbalkan untuk Sang Ratu. Terimalah persembahan hamba ini..terimalah...!! "

Diubah oleh breaking182 11-03-2018 13:26

itkgid dan 7 lainnya memberi reputasi

Kutip

Balas