Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BUUAAvatar border
TS
BUUA
Musik dan Kapitalisme Label Besar
Musik merupakan salah satu media untuk mencurahkan isi hati seseorang. Lewat musik kita dapat merasakan apa yang si pencipta rasakan. Di dalam sebuah musik sering juga kita jumpai lirik. Namun, ada beberapa jenis musik yang sama sekali tidak menggunakan lirik seperti musik-musik klasik maupun tradisional.

Dalam sebuah lagu, lirik merupakan salah satu hal yang penting bagi mereka yang ingin mengungkapkan sebuah ekspresi melalui sebuah lagu. Namun, tidak terwakilkan begitu saja melalui alat musik yang dimainkan. Maka dari itu lirik bisa diartikan sebagai penegas atau power yang ingin disampaikan kepada para pendengar.

Dalam sebuah industri musik yang besar terdapat sebuah label. Label terbagi menjadi dua major label dan indie label yang memutarkan roda perekonomian seorang musisi. Praktisnya adalah label merupakan sponsor yang akan mendanai seorang musisi untuk membuat sebuah karya. Dimana mereka (musisi) tidak memikirkan pengeluaran dana penggarapan sebuah karya, cara pendistribusian, bahkan hingga tur promo sebuah single. Semuanya sudah terkelola di dalam industri kreatif tersebut. Indie label haya membantu dalam hal sarana seperti alat rekaman dan tidak ikut dalam mendanai pembuatan sebuah karya.

Adanya major label merupakan ladang emas bagi para musisi untuk memulai sebuah karir dalam bermusik. Mungkin penggambaranya seperti jalan perbukitan tak selurus jalan tol. Banyak ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan untuk menembus major label.

Banyak dari para musisi atau band yang telah menanda tangani kontrak dengan pihak major label malah memilih opsi untuk memutuskan kontrak dikarena adanya ketidak cocokan dalam bermusik. Salah satunya band atau seorang musisi dituntut untuk membuat sebuah karya bertemakan Cinta.

Disini major label sangat ambil peran dalam pembuatan sebuah karya. Bisa kita lihat band-band maupun musisi yang berada dalam naungan sebuah major label kebanyakan bertemakan tentang cinta. Kita ambil contoh band yang dinaungi label besar diantaranya D’masiv, D’bagindas, Noah, Kangen Band dan sebagainya kebanyakan lagu mereka bertemakan tentang cinta.

Label besar hanya akan mendanai atau merilis sebuah band yang mengikuti pangsa pasar musik Indonesia yakni lagu-lagu yang bertemakan tentang cinta. Seperti yang telah cholil tulis dalam lirik lagu “Cinta Melulu” milik band Efek Rumah Kaca.

“..lagu cinta melulu
Kita memang benar- benar melayu
Suka mendayu dayu
Lagu cinta melulu
Apa memang karena kuping
Melayu suka yang sendu-sendu
Lagu cinta melulu..


Sebuah kritik tajam untuk pelaku Industri musik di Indonesia hanya membuat lagu-lagu yang bertemakan tentang cinta. “Apakah semua seniman itu ide-idenya sama atau mereka dibentuk oleh elit-elit dimajor label yang membuat kita seolah seragam, dari situ kita menanyakan kok kenapa sih lagunya cinta melulu?” tutur Cholil dalam sesi wawancara yang dilansir melalui kanal youtube milik Soundquarium. Sering terjadi sebuah band yang dulunya tidak memilih tema cinta kemudian mengambil kontrak dengan major label condong untuk memilih lagu yang bertemakan cinta.

Timbul sebuah pertanyaan apakah memang major label menghendaki adanya keseragaman dalam selera musik? ataukah hanya takut rugi mengeluarkan band/penyanyi yang menyenandungkan isu-isu selain cinta? Mengigat biaya produksi untuk sebuah album dengan kualitas sempurna sangatlah mahal. Mengutip dari buku “Rock Memberontak” karangan Eko ‘@wustuk’ Prabowo. Dalam bukunya dia membeberkan dana yang dikeluarkan oleh Cupumanik (band grunge asal bandung) dalam penggarapan album “Menggugat” berkisar Rp67.400.000 yang berisikan 8 lagu. Dengan rincian sebagai berikut ongkos latian 8 x Rp600.000 = Rp4.800.000. Merekam demo live membutuhkan ongkos 8 x Rp50.000 = Rp400.000. Biaya rekaman lagu 8 x Rp5.400.000 = Rp43.200.000. Mixing menghabiskan dana sebesar 8 x Rp1.500.000 = Rp12.000.000, sementara mastering butuh biaya Rp7.000.000.

Berdasarkan rincian diatas penulis menganggap bahwa major label hanya bermain “aman.” Dalam artian mereka tidak mau merugi dengan apa yang mereka keluarkan untuk mendanai sebuah band. Sebenarnya jika suatu major label mau dan kepo melirik band-band inide. Banyak diantara mereka yang memiliki kualitas yang baik dan kemungkinan besarnya bisa bersaing dalam kancah musik maenstrem.

Memang, tidak semua major label menuntut para anak buahnya untuk membuat sebuah lagu cinta. Namun, kebanyakan band-band yang bernaung di major label akan lebih condong ke arah pop dengan tema percintaan dan perselingkuhan. Karena bagi pebisinis musik, lagu cinta adalah komoditas utama dalam pasar musik Indonesia.

Tidak menutup kemungkinan jika lima tahun kedepan, sepuluh tahun kedepan, ataupun 20 tahun kedepan musik-musik yang bertemakan cinta akan memudar dan digantikan oleh musik-musik yang saat ini menjadi musik side stream. Karena pada hakekatnya major label mengikuti pasar musik Idonesia.
0
1.3K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Music
MusicKASKUS Official
19.8KThread9.2KAnggota
Tampilkan semua post
DabeDreadAvatar border
DabeDread
#2
Saya selalu kurang sepakat sama cara orang-orang mereduksi kapitalisme sebatas penciptaan lagu cinta
Kapitalisme di dunia musik bukan cuma itu, tapi masih banyak yang jauh lebih luas seperti eksploitasi, ketidaksetaraan gender, kesenjangan produksi dsb.
Jadi gelombang "mencoba" anti-lagu cinta sama sekali tidak linier dengan anti-kapitalisme menurut saya
Dan ironinya, sekarang dengan mendengarkan ERK, The. SIGIT, bahkan UTBBYS semua orang sudah merasa jadi anti-kapitalisme emoticon-Thinking

Oke itu pembahasan lain
Poin utama tulisan ini soal lagu cinta
Pertanyaannya, bukannya "cinta" itu memang emosi yang paling tua dan universal?
Dan bukankah berarti menjadi sangat lazim dan manusiawi untuk membuat lagu berdasarkan bentuk emosi yang tiap hari orang tersebut rasakan?
Charles Manson bahkan menulis lagu cinta di track pertama Album L.I.E
Ramones menulis lagu cinta, banyak
Patti Smith pun pernah ber-puisi tentang cinta di CBGB
Itu semua bentuk respons manusiawi kita sebagai manusia toh
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.