- Beranda
- Stories from the Heart
OPERASI BINTANG MERAH
...
TS
novalso
OPERASI BINTANG MERAH
Hii...
Ini post pertamaku.
Di post perdana ini, aku bakal suguhin kalian dengan cerita anak SMA yang memiliki cerita dan rahasia masing-masing.
Cerita ini kuberi judul Operasi Bintang Merah...
seram ya??
Merah darah?
bukan kok,
kisah ini bermula ketika Lelaki bernama Kega yang duduk di bangku kelas 10 dipaksa untuk mengikuti ekstrakulikuler oleh gurunya, dikarenakan sudah menjadi peraturan sekolah untuk mewajibkan setiap siswa kelas 10 untuk mengikuti kegiatan yang di singkat ekskul ini..
bagaimana Kelanjutannya?
.
.
Spoiler for Kisah Satu (Prolog):
Quote:
Masih bingung tentang alur OBM, yuk tanya tanya di SEPUTAR TANYA OBM
Spoiler for SEPUTAR OBM:
Spoiler for INDEX CERITA:
Diubah oleh novalso 06-05-2018 10:08
nona212 dan anasabila memberi reputasi
2
5.7K
41
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
novalso
#17
Misteri Angka Itu
Menuruni anak tangga, menuju lantai dasar. Suasana tenang dan sunyi menghiasi sekolah, hal yang selalu kudambakan, salah satu alasan aku selalu pulang terlambat, menikmati kedamaian hakiki di sekolah yang menjadi tempat iblis pada pagi sampai siang menjelang sore. Andai sekolah selalu seperti ini saat jam pelajaran, mungkin aku akan menjadi siswa paling rajin sepanjang sejarah sekolah berdiri. Tepat kulewati koridor lantai dua, depan lab komputer, ada benda yang mengganggu pandanganku, secarik kertas tidak dibuang pada tempatnya, sebagai seorang Obsessive Compulsive Disorder, melihat hal seperti ini adalah kejahatan tingkat atas, jangankan untuk membuang kertas sembarangan, melihat noda kecil pun aku akan membersihkannya.
Kuketuk pintu lab yang sepertinya ada seseorang di dalam,
Quote:
Pintunya terkunci, kuketuk pintu sekali lagi dan tak ada balasan dari dalam atau sekedar sahutan. Seseorang sepertinya baru meninggalkan lab komputer, menjatuhkan kertas ini dari sakunya. Tanpa memperdulikannya aku melanjutkan perjalanan pulang, hanya sepedaku yang tersisa di parkiran tanpa rantai atau borgol pengaman.
Berjalan pulang melalui jalur yang hampir setiap hari kulalui, Bukit Parantis – kupilih karena jarang dilintasi oleh orang lain, paling hanya nenek tua yang hendak mengambil kayu bakar yang sering aku temui.
Quote:
Menutup pintu rumah yang biasanya gelap, tapi sekarang selalu terang ketika aku pulang. Berjalan melirik ruang makan,
Quote:
Sudah satu minggu kiranya kak Oli tinggal di rumahku, bukan tanpa sebab, ia datang jauh dari desa ke kota hanya untukk mencari sebuah pekerjaan. Cita-citanya menjadi seorang koki nampaknya bukan isapan jempol, dari pertama kali ku bertemu dengannya hingga sekarang impian itu tidak pernah sulut. Padahal untuk sosok yang mendapat nilai 3.9 saat ujian, menjadi seorang koki adalah hal yang menyimpang, tetapi sepertinya ia sudah sangat yakin.
Kak Oli memberitahu untuk segera mengganti pakaian lalu makan malam, aku mengangguk segera menggati pakaian lalu duduk manis di meja makan. Hidangan ala hotel bintang lima selalu kak Oli sajikan di atas meja makan, mungkin orang lain akan berfikir ini sangat menyenangkan, bisa menyantap makanan si calon koki. Tapi nyatanya tidak, bayangkan jika setiap hari aku harus menghabiskan makanan untuk porsi lebih dari dua orang, belum lagi persediaan bahan makanan di kulkas yang menjadi cepat habis. Karena masakan kak Oli pula aku tidak pernah mau dibuatkan bekal sekolah olehnya. Persetan dengan kelezatan rasanya, aku hanya tidak ingin semua orang ramai membicarakan bekal milikku.
Quote:
Memang, begitu lulus SMA, kak Oli tidak melanjutkan kuliah, padahal kupikir kak Oli akan kuliat saat ia ditawarkan beasiswa 100% di salah satu universitas ternama. Selisih empat tahun aku dengannya ternyata memang sangat terlihat. Sikap dewasanya yang selalu kukagumi walau kadang aku benci harus mengakui bahwa ini menjadi salah satu dari empat alasan aku tetap hidup. Bukan karena apa, dengan sikap deewasanyalah sekarang aku bisa hidup tenang menyendiri karena perkataanya lima tahun lalu,
Quote:
Masih kuingat jelas sampai saat ini. Aku membantu kak Oli merapihkan piring, kak oli yang mencuci sementara aku mengelap dan menaruh piring di rak. Sangat bersih dan cepat ia mencuci, sebagai orang yang bercita-cita menjadi koki kurasa itu bakat yang bagus.
Oh iya... hampir lupa –
Quote:
Ada beberapa hal yang ingin kucari tahu, mungkin dengan bantuan laptop kak Oli akan sangat membantu. cepat aku selesaikan pekerjaan ini lalu mengambil laptop kak Oli dan bergegas menuju kamarku. Kamar multifungsi ini menjadi area favoritku, walau ukurannya tak terlalu besar, setidaknya cukup untuk satu kasur, satu meja komputer, satu meja belajar dan satu rak buku. Jam digital di meja belajar menunjukan pukul delapan malam, masih ada waktu dua jam sebelum aku tidur. Kunyalakan laptop, terlihat fotonya menjadi homescreen. Foto saat wisuda menengah pertamaku, hanya kak Oli yang menemani karena ayah dan ibu sibuk bekerja.
Jemariku lincah bermain di atas keyboard, tapi beberapa saat kemudian kembali diam, apa yang ingin kucari? Aku merogoh kantong celana sekolah, kertas yang kutemukan di depan lab komputer tadi.
Quote:
Nomor apa itu? Jam dua belas?
Dua puluh, lima, tiga belas, dua satu, sembilan...
Kepalaku hampir terpentuk, terlalu banyak menghitung angka membuatku mengantuk. Lagipula untuk apa aku sangat rajin mencari tahu ini, tapi aku penasaran. Hening, terdiam. Laptop yang sedaritadi menyala kini redup karena tak tersentuh. Sudah malas aku berfikir. Kututup laptop, segera kukembalikan pada kak Oli dan beranjak tidur.
***
Quote:
Diubah oleh novalso 24-02-2018 11:25
0