Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bakamonotongAvatar border
TS
bakamonotong
PROLOG : KETIKA SEMUA MULAI BERUBAH
         Aku mengayuh sepeda secepat yang kumampu, melewati rimbunan pohon dan hamparan sawah, angin sejuk menyapu rambutku yang berkeringat, bukan jarak yang dekat untuk ukuran seorang anak SD kelas 4 pergi ke sekolah dengan sepeda yang memiliki jarak tempuh 4 km. namun cukup segar walaupun kulelah mengayuh, angin semilir perkampungan sangat membantuku menikmati lelah perjalanan ku.
        
       Aku bersekolah di suatu sekolah swasta yang saat itu belum lama buka, aku adalah salah satu murid pertama sekolah itu, dimana hanya ada kelas 1 dan kelas 2 saat buka dahulu. Kini aku di kelas 4 SD, sudah 3,5 tahun aku sekolah disini, sebuah sekolah besar, luas yang terapit oleh hamparan sawah dan kali boyong yang cukup terkenal di daerah sini, sebuah sekolah di perkampungan daerah utara Sleman, DIY, sebuah sekolah yang menjadi awal mula teror yang kualami.

      "Yo ojo ngono lah dab"(Ya jangan begitu bro), kataku kepada temanku, "Yo iso lah, kowe kalah lah, kartu mu kewalik kok" (Ya kamu kalah lah, kartumu kan kebalik), kata temanku, dia adalah Ferry, temanku semasa sekolah, ya hanya sebatas teman, karena aku tidak pernah memiliki teman dekat disini. Permainan kartu "tamplek"" atau di tos kan, kemudian jika terbalik kalah sedang terkenal kala itu, itu yang kami mainkan semasa SD, selalu kami mainkan, walau kadang kami bermain bola. err.. mereka bermain bola dan aku tidak, berhubung aku tidak pernah bisa berolahraga dengan bola.

        Permainan seperti itu hanya sebagian yang kami lakukan, hingga kami sering bermain di tanggul buatan sekitar kali boyong dan mandi di kali boyong. "AS*! ADEM CUK!" (An**ng! dingin coy!) - umpat dendy setelah melompat kedalam air, seorang pentolan di kelas ku, seorang berbadan besar tapi paling bodoh dan sering berantem dengan siapapun, termasuk diriku.  semua teman laki2 ikut melompat tak terkecuali aku,memang dingin, dan cukup segar.
         
      Kami bermain hingga jam 3 sore dan sering kena marah guru karena hampir semua laki2 membolos jam pelajaran setelah sholat dan makan siang, namun yang paling aneh kuingat pada masa itu, siang2 jam 1 kami mandi di kali boyong, hingga satu hal, aku melihat seorang anak kecil berdiri menatap kearahku, menunjuk ke arahku dan bergumam sesuatu yang tidak kumengerti, dan lalu berlari kedalam hutan daerah boyong, sigap aku memakai lagi baju dan mengejar anak tadi, yang kukira mungkin adek kelas atau orang pondok (*sekolah ku bersebelahan dg pondok pesantren h*d*y*t*ll*h) sehingga aku berlari dan mengejar berharap bertemu anak tadi, tapi nihil kudapat, bocah tadi sudah hilang bak asap, hingga aku kembali ke kali boyong melihat teman2 ku disana masih bermain air, namun aku kembali ke SD ku.

        Hal paling bodoh yang kualami adalah bermain bersama temanku di tandon air setinggi 2 tingkat rumah, dan nahasnya, aku terjatuh dari tandon itu, tepat dadaku menabrak lingiran besi besar berwarna kining yang menjadi penyangga dai tower/ tandon air tadi, hingga aku tidak sadarkan diri. Namun, tanpa aku sadar, aku melayang lepas dari tubuhku sesaat, seorang berbaju putih, tinggi, memanduku berjalan dan berkata pada ku "kowe ojo wedi, kowe urung mati le, aku mung nuntun kowe, nge delok opo wae sek bakal kowe delok bar kowe sadar ngko, ojo wedi, kae kabeh ora bakal ganggu kowe nek ra mok ganggu sik le"(kamu jangan takut,  kamu belum mati nak, aku cuma memandu kamu melihat mereka yang ada setelah kamu sadar dan jangan takut, selama kamu tidak mengusik mereka, mereka juga tidak akan ganggu kamu). Hingga akhirny orang tadi memukul halus kepalaku dengan telapak tangan dan aku kembali ke dalam tubuhku, aku sadar, namun tanpa kutau aku sudah pingsan cukup lama dan ditidurkan di dalam kamar pondok pesantren.


         Setelah aku sadar baru aku tau, aku mengalami hal paling aneh, pondok yang tadinya sepi terasa begitu ramai, banyak orang yang mondar mandir, aku kira mereka memang penghuni pondok, hingga satu hal, aku melihat seorang duduk membungkuk di ujung kamar, tanpa dipedulikan siapapun, aku melihat dia tanpa orang lain melihat dia, hingga ustad pondok bertanya "delok opo we le" (liat apa kamu nak), aku hanya menjawab pelan "mboten pak, dede nopo2"(bukan apa2 pak), aku kembali menatap orang dipojokan tadi yang perlahan berdiri, dan gila! berjalan menembus tembok seakan dia hanya asap, yang membuatku merinding, cukup merinding hingga diam, aku berteriak ketakutan hingga semua disekitar ku, melihatku, mulai yang kasat mata hingga yang tak kasat mata, berpuluh2 jumlah mereka yang mengerikan maupun normal, membuatku mual dan muntah saat itu juga. hingga aku tenang dan aku sadar, mataku kini mulai menjadi mata yang terkutuk buat ku
Diubah oleh bakamonotong 23-02-2018 09:32
Suminten.
G.Faust
johny251976
johny251976 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
3.6K
5
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Tampilkan semua post
bakamonotongAvatar border
TS
bakamonotong
#1
PROLOG : KETIKA SEMUA MULAI BERUBAH
         Aku mengayuh sepeda secepat yang kumampu, melewati rimbunan pohon dan hamparan sawah, angin sejuk menyapu rambutku yang berkeringat, bukan jarak yang dekat untuk ukuran seorang anak SD kelas 4 pergi ke sekolah dengan sepeda yang memiliki jarak tempuh 4 km. namun cukup segar walaupun kulelah mengayuh, angin semilir perkampungan sangat membantuku menikmati lelah perjalanan ku.
        
       Aku bersekolah di suatu sekolah swasta yang saat itu belum lama buka, aku adalah salah satu murid pertama sekolah itu, dimana hanya ada kelas 1 dan kelas 2 saat buka dahulu. Kini aku di kelas 4 SD, sudah 3,5 tahun aku sekolah disini, sebuah sekolah besar, luas yang terapit oleh hamparan sawah dan kali boyong yang cukup terkenal di daerah sini, sebuah sekolah di perkampungan daerah utara Sleman, DIY, sebuah sekolah yang menjadi awal mula teror yang kualami.

      "Yo ojo ngono lah dab"(Ya jangan begitu bro), kataku kepada temanku, "Yo iso lah, kowe kalah lah, kartu mu kewalik kok" (Ya kamu kalah lah, kartumu kan kebalik), kata temanku, dia adalah Ferry, temanku semasa sekolah, ya hanya sebatas teman, karena aku tidak pernah memiliki teman dekat disini. Permainan kartu "tamplek"" atau di tos kan, kemudian jika terbalik kalah sedang terkenal kala itu, itu yang kami mainkan semasa SD, selalu kami mainkan, walau kadang kami bermain bola. err.. mereka bermain bola dan aku tidak, berhubung aku tidak pernah bisa berolahraga dengan bola.

        Permainan seperti itu hanya sebagian yang kami lakukan, hingga kami sering bermain di tanggul buatan sekitar kali boyong dan mandi di kali boyong. "AS*! ADEM CUK!" (An**ng! dingin coy!) - umpat dendy setelah melompat kedalam air, seorang pentolan di kelas ku, seorang berbadan besar tapi paling bodoh dan sering berantem dengan siapapun, termasuk diriku.  semua teman laki2 ikut melompat tak terkecuali aku,memang dingin, dan cukup segar.
         
      Kami bermain hingga jam 3 sore dan sering kena marah guru karena hampir semua laki2 membolos jam pelajaran setelah sholat dan makan siang, namun yang paling aneh kuingat pada masa itu, siang2 jam 1 kami mandi di kali boyong, hingga satu hal, aku melihat seorang anak kecil berdiri menatap kearahku, menunjuk ke arahku dan bergumam sesuatu yang tidak kumengerti, dan lalu berlari kedalam hutan daerah boyong, sigap aku memakai lagi baju dan mengejar anak tadi, yang kukira mungkin adek kelas atau orang pondok (*sekolah ku bersebelahan dg pondok pesantren h*d*y*t*ll*h) sehingga aku berlari dan mengejar berharap bertemu anak tadi, tapi nihil kudapat, bocah tadi sudah hilang bak asap, hingga aku kembali ke kali boyong melihat teman2 ku disana masih bermain air, namun aku kembali ke SD ku.

        Hal paling bodoh yang kualami adalah bermain bersama temanku di tandon air setinggi 2 tingkat rumah, dan nahasnya, aku terjatuh dari tandon itu, tepat dadaku menabrak lingiran besi besar berwarna kining yang menjadi penyangga dai tower/ tandon air tadi, hingga aku tidak sadarkan diri. Namun, tanpa aku sadar, aku melayang lepas dari tubuhku sesaat, seorang berbaju putih, tinggi, memanduku berjalan dan berkata pada ku "kowe ojo wedi, kowe urung mati le, aku mung nuntun kowe, nge delok opo wae sek bakal kowe delok bar kowe sadar ngko, ojo wedi, kae kabeh ora bakal ganggu kowe nek ra mok ganggu sik le"(kamu jangan takut,  kamu belum mati nak, aku cuma memandu kamu melihat mereka yang ada setelah kamu sadar dan jangan takut, selama kamu tidak mengusik mereka, mereka juga tidak akan ganggu kamu). Hingga akhirny orang tadi memukul halus kepalaku dengan telapak tangan dan aku kembali ke dalam tubuhku, aku sadar, namun tanpa kutau aku sudah pingsan cukup lama dan ditidurkan di dalam kamar pondok pesantren.


         Setelah aku sadar baru aku tau, aku mengalami hal paling aneh, pondok yang tadinya sepi terasa begitu ramai, banyak orang yang mondar mandir, aku kira mereka memang penghuni pondok, hingga satu hal, aku melihat seorang duduk membungkuk di ujung kamar, tanpa dipedulikan siapapun, aku melihat dia tanpa orang lain melihat dia, hingga ustad pondok bertanya "delok opo we le" (liat apa kamu nak), aku hanya menjawab pelan "mboten pak, dede nopo2"(bukan apa2 pak), aku kembali menatap orang dipojokan tadi yang perlahan berdiri, dan gila! berjalan menembus tembok seakan dia hanya asap, yang membuatku merinding, cukup merinding hingga diam, aku berteriak ketakutan hingga semua disekitar ku, melihatku, mulai yang kasat mata hingga yang tak kasat mata, berpuluh2 jumlah mereka yang mengerikan maupun normal, membuatku mual dan muntah saat itu juga. hingga aku tenang dan aku sadar, mataku kini mulai menjadi mata yang terkutuk buat ku
Diubah oleh bakamonotong 23-02-2018 09:32
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.