- Beranda
- Stories from the Heart
Where the fvck are you?
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
palinglembut
#22
5.75
Dan menurut gue, semua ini terlalu bullshit.
Gue bahkan nggak tahu apa-apa soal Mia.
Ketika gue pacaran sama dia, yang dia lakukan hanya bercanda, menjadi orang yang bahagia di samping gue, dan meladeni semua yang otak mesum gue inginkan.
Dia sempat berusaha menunjukan buku gambarnya ke gue, tapi gue―dengan sambil lalu―hanya melihat tiap halamannya dengan cepat tanpa mengomentari. Astaganaga, gue jahat banget waktu itu. pikir gue bertahun-tahun kemudian.
Mungkin dari situ perasaan bersalah itu datang.
Mungkin karena gue hanya memanfaatkan dia sebagai objek seksual, dan bukannya menjadi cowok yang mendengarkan setiap titik noda hitam dan bercak-bercaknya didalam hati Mia.
Mungkin itu sebabnya sampai detik ini, gue berusaha jadi cowok yang paling setia, paling baik, paling penyayang―semua karena perasaan bersalah gue karena nggak bisa menjadi cowok yang terbaik bagi Mia.
Berjuta-juta kemungkinan menggerayapi tenggorokan, menuntut untuk dikeluarkan.
Sampai akhirnya notifikasi Line muncul.
Hei, met. masih inget gue?
dan apa yang gue harapkan, kali ini benar terwujud.
Mia menghubungi gue lewat Line, pada pukul dua siang di Jakarta yang sedang panas-panasnya.
***
Dan menurut gue, semua ini terlalu bullshit.
Gue bahkan nggak tahu apa-apa soal Mia.
Ketika gue pacaran sama dia, yang dia lakukan hanya bercanda, menjadi orang yang bahagia di samping gue, dan meladeni semua yang otak mesum gue inginkan.
Dia sempat berusaha menunjukan buku gambarnya ke gue, tapi gue―dengan sambil lalu―hanya melihat tiap halamannya dengan cepat tanpa mengomentari. Astaganaga, gue jahat banget waktu itu. pikir gue bertahun-tahun kemudian.
Mungkin dari situ perasaan bersalah itu datang.
Mungkin karena gue hanya memanfaatkan dia sebagai objek seksual, dan bukannya menjadi cowok yang mendengarkan setiap titik noda hitam dan bercak-bercaknya didalam hati Mia.
Mungkin itu sebabnya sampai detik ini, gue berusaha jadi cowok yang paling setia, paling baik, paling penyayang―semua karena perasaan bersalah gue karena nggak bisa menjadi cowok yang terbaik bagi Mia.
Berjuta-juta kemungkinan menggerayapi tenggorokan, menuntut untuk dikeluarkan.
Sampai akhirnya notifikasi Line muncul.
Hei, met. masih inget gue?
dan apa yang gue harapkan, kali ini benar terwujud.
Mia menghubungi gue lewat Line, pada pukul dua siang di Jakarta yang sedang panas-panasnya.
***
0

