- Beranda
- Stories from the Heart
Andai Waktu Bisa Ku Putar
...
TS
putro4265
Andai Waktu Bisa Ku Putar
Assalamualaikum Wr, Wb 
Salam Sejahtera kpd seluruh penghuni forum SFTH dan yg lainnya di KASKUS 

Pada malam hari ini tertanggal 14-02-18, pukul 18:45, bertepatan pada hari kasih sayang, TS bermaksud menulis cerita yang berasal dari kisah nyata seorang teman, dan baru selesai jam 23:32, berhubung yg bersangkutan tdk sanggup menulis ceritanya sndri, maka TS lah yg akan menjadi mediator, mengapa?? Karena pengalamannya terbilang menarik menurut TS 

Spoiler for INDEX:
-Bagian Pertama-
Berhubung yg bersangkutan malu-malu kucing, jadi TS mendeskripsikan karakteristiknya menurut penilaian TS. Namanya Santi, usia 25tahun. Postur tubuh tinggi sedang, tdk gemuk tdk kurus, wajahnya sih manis tapi sayangnya dia pemalu dan selalu bersikap manja. (Mungkin hanya itu yg sanggup TS jelaskan mengenai Santi). Dimulai dri sini, TS akan memerankan Santi, tetapi tetap berdasarkan apa yg dia alami dan diceritakan ke TS.
Cerita dimulai ketika aku memasuki bangku SMP. Saat itu aku dianter sama ayah ke sekolah untuk pertama kalinya. Ketika aku hendak memasuki pintu gerbang, ada satu orang yang memandangiku tanpa aku sadari. Seorang anak laki-laki yang nantinya membawa pengaruh di kehidupanku kelak. Aku hanya berupaya memasuki sekolah dengan rasa malu dan bingung, aku berupaya mencari teman semasa SD ku yg mungkin juga bersekolah disini. Karena ini hari pertama memasuki sekolah, yg mana biasa disebut ospek, seluruh siswa-siswi baru dijemur dilapangan basket sekolah.
Sebelum acara ospek dimulai, aku hanya berdiri dibawah pohon sambil mengamati teman-teman baru yg belum aku kenal. Tiba-tiba ada satu orang yg datang menghampiriku, namanya Aini, teman yg satu sekolah denganku semasa SD.
"Santiiiii, kita satu sekolah lagi" sapa Aini yg berlari dan memelukku
"Aaaaaa.... Ainiiiiiii" blsku
"Nanti kita baris bareng yaa" bls Aini
"Iyaa, tadi aku cuman sendirian tolah-toleh cari teman2 SD" blsku
Ohh akhirnya aku sdh tdk sendiri dan terlihat seperti orang oon lagi. Aku senang dihampiri Aini, aku senang akhirnya ada yg mengajakku bicara, aku senang terlihat seperti murid-murid baru lainnya yg bertemu juga dg teman-teman SD nya di sekolah baru yg sama. Tiba akhirnya kami diminta berbaris dan dibagi menjadi beberapa gugus nantinya, sebelumnya kami menunggu sambutan dr kepala sekolah dulu, aku kira akan berlangsung singkat, tapi aku lupa sedang menginjakkan kaki dimana, yaaaa budaya ngaretnya itu loh. Sampai-sampai keringatku mengucur semakin banyak, aku nelihat Aini dan teman sekitarku pun juga sama.
Cukup lama aku rasa kami menunggu kepala sekolah, hingga dia naik ke podium dan mencoba menghibur siswa yg kepanasan, ya ampun pak, kami ini manusia, kami ini cewek, kami ini rapuh.

'Bruuukkkkk' tiba-tiba Aini jatuh pingsan di depanku, aku kaget Aini terjatuh di depanku, sontak aku menolongnya dan membopong ke UKS. Walau sebenarnya aku tdk diperkenankan meninggalkan lapangan, aku tetap memaksa menemani Aini. Aku merasa bersalah karena telat membantunya sebelum rubuh ke tanah. Lagipula aku juga capek dan dehidrasi karena kepanasan tadi, jadi sekalian saja aku iatirahat dan nemenin Aini di UKS.
"Hehh bangun kamu, enak ya tidur di UKS?" sahut salah satu panitia ospek
"Aku capek dan haus mbak, temanku juga sampai pingsan tadi" blsku
"Yaudah sana cepet balik ke klsmu, cari sana gugusmu, yg pingsan cuman tmnmu aja kan?" bls panitia
"Iya mbak" blsku
Huuhhh senior seenaknya sendiri, harusnya saling mengertilah kalo sesama perempuan. Aku terpaksa meninggalkan Aini dan kasur UKS yg empuk dan menggoda
. Aku mencoba berjalan perlahan menuju papan pengumuman, rupanya aku masuk gugus bintang, dan Ainipun satu gugus denganku, hatiku sedikit tenang mengetahui hal ini, lalu aku mulai berjalan perlahan lagi menuju ruang kelas gugus bintang, aku melewati beberapa ruang kelas lain, sesekali aku perhatikan suasana didalamnya ada yg tegang, ada yg sedang bergembira, lalu apa yg mungkin terjadi di kelas gugusku ya? Ah pasti tdk jauh beda dg kelas lainnya itu. "Assalamualaikum" sahutku sambil memasuki ruang kelas gugusku dg nada lemas
"Waalaikumsalam" sambut panitia osis dan siswa di kls
"Dari mana kamu?" sahut salah satu panitia osis cewek
"Dari UKS mbak" blsku
"Oh kamu yg katanya keenakan tiduran disana sedangkan teman-temanmu yg lain masih berdiri kepanasan" bls panitia osisi itu
"-----" aku cuman diam tertunduk, aku malu sekali dikira bersikap semena-mena sewaktu ospek pagi tadi, mau menjelaskannya pun aku rasa percuma.
"Heh denger ya, sepulang ospek nanti, kamu harus bersihin ruang kelas ini, sapu dan pungutin sampah, itu hukumanmu!" bls panitia ospek
"Iya mbak" aku hanya mampu mebalas dg kata itu saja
"Yaudah duduk sana kamu" bls panitia itu
Lanjut jum'at~
Diubah oleh putro4265 05-03-2018 08:23
anasabila memberi reputasi
1
2.8K
14
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
putro4265
#12
-Bagian Keempat-
Setelah semua kejadian itu, kami menjadi lebih dewasa dalam berpikir. Bahkan kami dituntut untuk membuang perilaku kekanak-kanakan kami sewaktu SD dulu, memang harus sadar kalo kita sudah menginjak bangku SMP, yg artinya pelajaran yg akan diterima lebih sulit lagi tingkatannya. Aku rasa tidak banyak kesanku bersekolah di SMP dulu, juga aku mulai lupa hal apa saja dulu yg pernah aku alami.
Singkat cerita, kami berhasil naik kelas. Dan ketika setiap kenaikan kelas, seluruh siswa akan diacak dan ditempatkan dikelas yg berbeda dg teman yg berbeda juga, ya kalo sama artinya kan nggak naik kelas
. Saat aku naik ke kelas 8, aku berpisah dengan Aini dan si Anton. Aku rasa tidak ada kenangan yg perlu dikenang bagiku hingga kelas 9, kecuali saat ujian kenaikan kelas, yg pada saat itu aku juga pernah duduk sebangku dengan mbak Widari, cewek cantik yg Anton ceritakan itu. Mbaknya sih memang cantik, juga baik banget, aku pun terkejut pas si Anton juga menceritakan pengalamannya dengan mbak Widari. Saat itu aku lupa, entah saat ujian kenaikan kelas atau ujian semester, tapi aku juga pernah duduk sebangku dg mbak Widari, pokoknya penilaiannya si Anton memang nggak salah. Lalu dikelas 9, aku kembali satu kelas dg Aini lagi. Aku rasa sudah mulai terbiasa dg kehidupan SMP ini, hmmm begitu juga dg yg lain. Kalo kita tidak pandai beradaptasi dg lingkungan baru.
Singkat cerita aku pun berhasil lulus dengan NUM 3,80. Ya sudah bukan menjadi rahasia umum lah, kalo setiap sekolah akan berusaha membantu murid-muridnya lulus 100% sewaktu UN. Tapi kalo soal NUM, aku pernah mendengar jual-beli kunci jawaban. Entah itu untuk perorangan atau kelompok, tapi aku juga mendapat bocoran sama teman sekelas, dan akhirnya aku pun lulus dengan nilai yg bagus. Jadi aku mendaftar ke SMA Favorit dan berhasil masuk. Sedangkan si Aini dan Anton, mereka masuk ke SMA buangan, karena memang sekolah negeri di kotaku cuman ada 4, dan mereka berdua masuk ke sekolah yg baru dibangun.
Meskipun beda sekolah, aku tetap menjaga hubungan baik dg Aini. Bagiku Aini itu sahabat sejatiku, dia satu-satunya orang yg mendatangiku saat pertama masuk SMP dulu, dia yg bantuin aku menjalani hukuman dari mbak osis, pokoknya dia selalu bantu aku kalo aku ada masalah. Jadi ketika kami sudah memasuki bangku SMA, aku selalu datang menjemput Aini pakai motor. Karena aku pun tau kalo jarak sekolahnya Aini dg jalan raya untuk naik angkot, itu sekitar 1km. Walau sebenernya sekolahnya ya dekat sih sama jalan raya, cuman angkot ke kota nggak lewat sekolahnya.
Sedangkan Aini keadaannya lemas dan nggak bisa melakukan aktivitas berat. Saat itu sih sebenernya sudah banyak yg pakai sepeda motor ke sekolah, tapi ada juga yg masih belum mampu, alhasil ya jalan kaki, naik angkot atau pakai sepeda ontel. Suatu ketika pas aku jemput Aini ke sekolahnya pakai motor, aku bertemu seseorang yg menarik perhatianku. Saat itu Aini nggak mau tak ajak boncengan, karena dia merasa nggak enak sama teman-temannya yg juga jalan kaki, jadinya aku cuman bisa naikin motor pelan-pelan dibelakangnya mereka. Aku lihat di kaca spion, ada cowok brewokan yg aku anggap keren dan cowok bangetlah. Aku masih belum tahu siapa namanya, entah kenapa aku penasaran sama cowok itu. Dan ketika kami sudah sampai di jalan raya, aku paksa Aini ikut aku boncengan pakai motorku. Ahh pasti Aini kenal sapa itu cowok, jadi aku tanyain aja siapa namanya nanti ke Aini di jalan.
"Aiiii, ayo dong bareng aku, dari tadi aku cuman ngikutin kamu aja dari sekolah" sahutku sambil cemberut
"Hehe, kamu sih jemput pakai motor, coba kalo pakai mobil, kan kita bisa ikut semua San" bls Aini
"Hmmm kan aku belum bisa pakai mobil, ayo dong, nanti aku beliin jus deh" blsku
"Beneran yaa?? Yaudah, deh. Ehh aku bareng temenku aja ya, dia ada perlu sama aku katanya" bls Aini sambil pamitan ke temen-temennya
Pas kita udah boncengan, tanpa basa-basi aku langsung tanya frontal ke Aini tentang cowok itu
"Eh Eh, Aii, kamu tau nggak cowok yg ada dibelakang kita tadi??" sahutku
"Hah cowok?? Yg mana San?" bls Aini
"Itu yg jalan kaki dibelakangmu, kan dia juga naik angkot bareng kan di pertigaan sana?" blsku
"Oh, lupa aku sih namanya, soalnya aku nggak satu kelas sama dia, kamu suka sama dia San?" bls Aini
"Enggak sih. Cuman heran aja kok dia cowok sendiri yg jalan kaki, barengan juga sama cewek-cewek, nggak takut tuh kamu Aii?" blsku
"Emm dia emang sering jalan kaki sih, rumahnya beda kecamatan sama kita, cuman searah aja pulangnya, lagian dia bareng sama mbak sepupunya kok" bls Aini
"Ohh aku kira itu pacarnya yg disebelahnya itu" blsku
"Kalo kamu mau, besok aku tanyakan ya siapa namanya. Aku liat kamu penasaran sama dia" bls Aini
"Hehe, kamu nih tau aja yg tak pikirin" blsku
"Tapi jangan lupa janjimu tadi, aku haus nih" bls Aini
"Iya iya, tuh didepan ada yg jualan jus" blsku
Jus favoritnya Aini adalah Jus Alpukat, kalo aku sih pesen Jus Jeruk aja hehe
. Rumahku dg Aini jaraknya sekitar 3km, begitu juga sekolahnya, ya harus berkorban lah demi sahabat, juga demi cowok itu
. Lalu keesokan harinya, aku jemput Aini seperti biasa digerbang sekolah. Tapi kali ini, Aini udah janji mau pulang bareng langsung. Biar aku bisa tanya-tanya ke Aini lebih banyak. Aku yakin Aini pasti nggak akan kecewain sahabatnya ini.
"Eh eh, gimana Aii? Udah tanya belum siapa nama cowok itu??" sahutku sambil boncengan dimotor
"Loh tadi kan ada Ahmad di gerbang, kenapa nggak kamu tanya langsung?" bls Aini
"Hah Ahmad? Oh jadi namanya Ahmad" blsku
"Haha kamu malu ya?" bls Aini
"Ya malu lah, aku kan beda sekolahan, itu tadi juga lagi rame sama temen-temen sekolahmu, kalo diliatin gimana?" blsku
"Ya kan kamu pakai baju, masa masih malu Sin?" bls Aini
Singkat cerita (Karena si Sinta gak mau umbar dicerita ini gimana dia jadian sama Ahmad), aku dan Ahmad jadian. Dan sejak saat itu sih, aku lebih sering pulang bareng Ahmad ketimbang sama Aini. Kadang aku juga nganter dia ke sekolah, kadang juga cuman jemput terus pacaran dibawah pohon mangga
. Awal mula pacaran sih aku seneng aja, bisa dibilang Ahmad pacar pertamaku
. Tapi kami tidak pernah melakukan hal-hal yg tidak berkenan kok, bahkan pegangan tangan aja nggak pernah hehe.
Hubungan kami berjalan sekitar 6 bulan. Dan singkat cerita, aku mulai merasa nggak nyaman sama Ahmad. Sikapnya tuh mulai semena-mena, mulai dari minta dijemput, minta dianterin, minta dibeliin minum, minta dibuatin bekal, banyak deh, belum lagi dia selalu aja pakai jaket buluk warna ijo yg baunya buat aku nggak tahan dimotor pas boncengan. Ukhh cowok tuh kenapa sih baunya nggak enak banget??? Kok nggak kayak cewek yg baunya wangi, terus pakaiannya bersih (Ya kalo wangi kayak cewek, kita bisa melambai dong
). Bahkan nih pernah aku sindir masalah jaketnya, malah dianya yg tersinggung terus aku dicuekin. Kalo cewek udah dicuekin pas lagi sayang-sayangnya, nggak bisa tidur semaleman, makan pun juga nggak selera. 
Setelah kami baikan lagi, aku berusaha menjaga perasaannya Ahmad, ya meski tetep aja dia nggak mau nyuci jaketnya itu. Jadi ya mau nggak mau aku harus cari-cari alasan biar nggak sering-sering ketemu minta anter jemput, emang aku Ojek apa
. Memang sempat renggang sih, tapi ya gimana, dianya sendiri juga nggak mau koreksi diri, masa iya jalan sama cewek kok pakaiannya begitu, mana betah cewek sama dia.
Tapi sebelum hubungan kami berakhir, aku sempat didekati sama teman sekolahnya, namanya si Dani, tapi beda kelas, dan dia temen main bareng game online sama si Anton itu. Saat itu sih cuman sekedar SMS aja, aku nggak menanggapi serius omongannya. Tapi ya namanya juga cewek, kalo awalnya nggak nyaman sama pacarnya, lalu didekati sama cowok lain lalu dikasih perhatian, mana bisa tahan
. Lalu entah gimana ceritanya, saat temennya si Dani mulai sering SMS sama aku, itu ketahuan sama Ahmad. Kalo dari ceritanya Anton sih, mereka sempat berkelahi di sekolah. Bahkan aku pun nggak tau kalo Ahmad kelahi sama Dani. Lalu pada akhirnya aku mutusin Ahmad begitu aja, mungkin sekarang ini aku kena Karma nya si Ahmad
.
Setelah semua kejadian itu, kami menjadi lebih dewasa dalam berpikir. Bahkan kami dituntut untuk membuang perilaku kekanak-kanakan kami sewaktu SD dulu, memang harus sadar kalo kita sudah menginjak bangku SMP, yg artinya pelajaran yg akan diterima lebih sulit lagi tingkatannya. Aku rasa tidak banyak kesanku bersekolah di SMP dulu, juga aku mulai lupa hal apa saja dulu yg pernah aku alami.
Singkat cerita, kami berhasil naik kelas. Dan ketika setiap kenaikan kelas, seluruh siswa akan diacak dan ditempatkan dikelas yg berbeda dg teman yg berbeda juga, ya kalo sama artinya kan nggak naik kelas
. Saat aku naik ke kelas 8, aku berpisah dengan Aini dan si Anton. Aku rasa tidak ada kenangan yg perlu dikenang bagiku hingga kelas 9, kecuali saat ujian kenaikan kelas, yg pada saat itu aku juga pernah duduk sebangku dengan mbak Widari, cewek cantik yg Anton ceritakan itu. Mbaknya sih memang cantik, juga baik banget, aku pun terkejut pas si Anton juga menceritakan pengalamannya dengan mbak Widari. Saat itu aku lupa, entah saat ujian kenaikan kelas atau ujian semester, tapi aku juga pernah duduk sebangku dg mbak Widari, pokoknya penilaiannya si Anton memang nggak salah. Lalu dikelas 9, aku kembali satu kelas dg Aini lagi. Aku rasa sudah mulai terbiasa dg kehidupan SMP ini, hmmm begitu juga dg yg lain. Kalo kita tidak pandai beradaptasi dg lingkungan baru. Singkat cerita aku pun berhasil lulus dengan NUM 3,80. Ya sudah bukan menjadi rahasia umum lah, kalo setiap sekolah akan berusaha membantu murid-muridnya lulus 100% sewaktu UN. Tapi kalo soal NUM, aku pernah mendengar jual-beli kunci jawaban. Entah itu untuk perorangan atau kelompok, tapi aku juga mendapat bocoran sama teman sekelas, dan akhirnya aku pun lulus dengan nilai yg bagus. Jadi aku mendaftar ke SMA Favorit dan berhasil masuk. Sedangkan si Aini dan Anton, mereka masuk ke SMA buangan, karena memang sekolah negeri di kotaku cuman ada 4, dan mereka berdua masuk ke sekolah yg baru dibangun.
Meskipun beda sekolah, aku tetap menjaga hubungan baik dg Aini. Bagiku Aini itu sahabat sejatiku, dia satu-satunya orang yg mendatangiku saat pertama masuk SMP dulu, dia yg bantuin aku menjalani hukuman dari mbak osis, pokoknya dia selalu bantu aku kalo aku ada masalah. Jadi ketika kami sudah memasuki bangku SMA, aku selalu datang menjemput Aini pakai motor. Karena aku pun tau kalo jarak sekolahnya Aini dg jalan raya untuk naik angkot, itu sekitar 1km. Walau sebenernya sekolahnya ya dekat sih sama jalan raya, cuman angkot ke kota nggak lewat sekolahnya.
Sedangkan Aini keadaannya lemas dan nggak bisa melakukan aktivitas berat. Saat itu sih sebenernya sudah banyak yg pakai sepeda motor ke sekolah, tapi ada juga yg masih belum mampu, alhasil ya jalan kaki, naik angkot atau pakai sepeda ontel. Suatu ketika pas aku jemput Aini ke sekolahnya pakai motor, aku bertemu seseorang yg menarik perhatianku. Saat itu Aini nggak mau tak ajak boncengan, karena dia merasa nggak enak sama teman-temannya yg juga jalan kaki, jadinya aku cuman bisa naikin motor pelan-pelan dibelakangnya mereka. Aku lihat di kaca spion, ada cowok brewokan yg aku anggap keren dan cowok bangetlah. Aku masih belum tahu siapa namanya, entah kenapa aku penasaran sama cowok itu. Dan ketika kami sudah sampai di jalan raya, aku paksa Aini ikut aku boncengan pakai motorku. Ahh pasti Aini kenal sapa itu cowok, jadi aku tanyain aja siapa namanya nanti ke Aini di jalan.
"Aiiii, ayo dong bareng aku, dari tadi aku cuman ngikutin kamu aja dari sekolah" sahutku sambil cemberut
"Hehe, kamu sih jemput pakai motor, coba kalo pakai mobil, kan kita bisa ikut semua San" bls Aini
"Hmmm kan aku belum bisa pakai mobil, ayo dong, nanti aku beliin jus deh" blsku
"Beneran yaa?? Yaudah, deh. Ehh aku bareng temenku aja ya, dia ada perlu sama aku katanya" bls Aini sambil pamitan ke temen-temennya
Pas kita udah boncengan, tanpa basa-basi aku langsung tanya frontal ke Aini tentang cowok itu

"Eh Eh, Aii, kamu tau nggak cowok yg ada dibelakang kita tadi??" sahutku
"Hah cowok?? Yg mana San?" bls Aini
"Itu yg jalan kaki dibelakangmu, kan dia juga naik angkot bareng kan di pertigaan sana?" blsku
"Oh, lupa aku sih namanya, soalnya aku nggak satu kelas sama dia, kamu suka sama dia San?" bls Aini
"Enggak sih. Cuman heran aja kok dia cowok sendiri yg jalan kaki, barengan juga sama cewek-cewek, nggak takut tuh kamu Aii?" blsku
"Emm dia emang sering jalan kaki sih, rumahnya beda kecamatan sama kita, cuman searah aja pulangnya, lagian dia bareng sama mbak sepupunya kok" bls Aini
"Ohh aku kira itu pacarnya yg disebelahnya itu" blsku
"Kalo kamu mau, besok aku tanyakan ya siapa namanya. Aku liat kamu penasaran sama dia" bls Aini
"Hehe, kamu nih tau aja yg tak pikirin" blsku
"Tapi jangan lupa janjimu tadi, aku haus nih" bls Aini
"Iya iya, tuh didepan ada yg jualan jus" blsku
Jus favoritnya Aini adalah Jus Alpukat, kalo aku sih pesen Jus Jeruk aja hehe
. Rumahku dg Aini jaraknya sekitar 3km, begitu juga sekolahnya, ya harus berkorban lah demi sahabat, juga demi cowok itu
. Lalu keesokan harinya, aku jemput Aini seperti biasa digerbang sekolah. Tapi kali ini, Aini udah janji mau pulang bareng langsung. Biar aku bisa tanya-tanya ke Aini lebih banyak. Aku yakin Aini pasti nggak akan kecewain sahabatnya ini. "Eh eh, gimana Aii? Udah tanya belum siapa nama cowok itu??" sahutku sambil boncengan dimotor
"Loh tadi kan ada Ahmad di gerbang, kenapa nggak kamu tanya langsung?" bls Aini
"Hah Ahmad? Oh jadi namanya Ahmad" blsku
"Haha kamu malu ya?" bls Aini
"Ya malu lah, aku kan beda sekolahan, itu tadi juga lagi rame sama temen-temen sekolahmu, kalo diliatin gimana?" blsku
"Ya kan kamu pakai baju, masa masih malu Sin?" bls Aini
Singkat cerita (Karena si Sinta gak mau umbar dicerita ini gimana dia jadian sama Ahmad), aku dan Ahmad jadian. Dan sejak saat itu sih, aku lebih sering pulang bareng Ahmad ketimbang sama Aini. Kadang aku juga nganter dia ke sekolah, kadang juga cuman jemput terus pacaran dibawah pohon mangga
. Awal mula pacaran sih aku seneng aja, bisa dibilang Ahmad pacar pertamaku
. Tapi kami tidak pernah melakukan hal-hal yg tidak berkenan kok, bahkan pegangan tangan aja nggak pernah hehe. Hubungan kami berjalan sekitar 6 bulan. Dan singkat cerita, aku mulai merasa nggak nyaman sama Ahmad. Sikapnya tuh mulai semena-mena, mulai dari minta dijemput, minta dianterin, minta dibeliin minum, minta dibuatin bekal, banyak deh, belum lagi dia selalu aja pakai jaket buluk warna ijo yg baunya buat aku nggak tahan dimotor pas boncengan. Ukhh cowok tuh kenapa sih baunya nggak enak banget??? Kok nggak kayak cewek yg baunya wangi, terus pakaiannya bersih (Ya kalo wangi kayak cewek, kita bisa melambai dong
). Bahkan nih pernah aku sindir masalah jaketnya, malah dianya yg tersinggung terus aku dicuekin. Kalo cewek udah dicuekin pas lagi sayang-sayangnya, nggak bisa tidur semaleman, makan pun juga nggak selera. 
Setelah kami baikan lagi, aku berusaha menjaga perasaannya Ahmad, ya meski tetep aja dia nggak mau nyuci jaketnya itu. Jadi ya mau nggak mau aku harus cari-cari alasan biar nggak sering-sering ketemu minta anter jemput, emang aku Ojek apa
. Memang sempat renggang sih, tapi ya gimana, dianya sendiri juga nggak mau koreksi diri, masa iya jalan sama cewek kok pakaiannya begitu, mana betah cewek sama dia. Tapi sebelum hubungan kami berakhir, aku sempat didekati sama teman sekolahnya, namanya si Dani, tapi beda kelas, dan dia temen main bareng game online sama si Anton itu. Saat itu sih cuman sekedar SMS aja, aku nggak menanggapi serius omongannya. Tapi ya namanya juga cewek, kalo awalnya nggak nyaman sama pacarnya, lalu didekati sama cowok lain lalu dikasih perhatian, mana bisa tahan
. Lalu entah gimana ceritanya, saat temennya si Dani mulai sering SMS sama aku, itu ketahuan sama Ahmad. Kalo dari ceritanya Anton sih, mereka sempat berkelahi di sekolah. Bahkan aku pun nggak tau kalo Ahmad kelahi sama Dani. Lalu pada akhirnya aku mutusin Ahmad begitu aja, mungkin sekarang ini aku kena Karma nya si Ahmad
.0