- Beranda
- Stories from the Heart
Dunia Para Monster [Zombie Apocalypse Story]
...
TS
irazz1234
Dunia Para Monster [Zombie Apocalypse Story]
Hello kaskuser dan momod tercintah 
Gw mau coba share cerita yang bertema horor.
Tapi horor bukan sembarang horor.
Horor kali ini temanya Zombie Apocalypse.
Mirip kyk resident evil, the last of us, the walking dead, dll.
Tema yg cukup jarang diulas ato dibuat threadnya di SFTH.
Apdet dirilis sesuka hati, tergantung moodnya TS
Kentang sih pasti ada, tapi gw usahain gak sampe busuk tuh kentang
Ga perlu lama-lama dah intronya, semoga semua pada suka
Selamat membaca

Gw mau coba share cerita yang bertema horor.
Tapi horor bukan sembarang horor.

Horor kali ini temanya Zombie Apocalypse.
Mirip kyk resident evil, the last of us, the walking dead, dll.
Tema yg cukup jarang diulas ato dibuat threadnya di SFTH.
Apdet dirilis sesuka hati, tergantung moodnya TS

Kentang sih pasti ada, tapi gw usahain gak sampe busuk tuh kentang

Ga perlu lama-lama dah intronya, semoga semua pada suka

Selamat membaca

Quote:
Diubah oleh irazz1234 06-03-2019 20:55
Karimake.akuna dan 12 lainnya memberi reputasi
13
36.3K
264
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
irazz1234
#42
Chapter 6
Pada hari Jumat pagi, Major datang menghampiri Alyssa sesaat setelah ia menghabiskan sarapan. Diane telah berangkat menuju sekolah ketika Major duduk disebelahnya dengan membawa secangkir kopi, lalu menunjukkan secarik kertas kewajahnya.
"Saatnya untuk mencoba perjanjian kita." Major berkata sambil tersenyum. "Seperti yang kamu minta, daftar barang persediaan yang dibutuhkan kota kecil kita."
Alyssa mengambil kertas itu lalu membaca daftar barang yang telah Major tulis diatasnya. Ada banyak sekali barang-barang langka, bahkan ada beberapa yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Untuk kedua kalinya setelah beberapa minggu, Alyssa berpikir kalau mungkin Major akan menjebaknya untuk yang kedua kali.
"Ada banyak sekali barang-barang yang cukup sulit didapat." Kata Alyssa tanpa mengalihkan pandangan dari daftar itu. "Aku gak janji bisa cari semua barang-barang ini. Tapi akan ku usahakan."
"Memang benar." Ucap Major sambil menyeringai. "Aku cuma penasaran gimana caranya kamu berhasil menyelesaikan tugas itu sendirian. Kita akan lihat sebaik apa dirimu saat kembali nanti."
"Cukup adil buatku." Kata Alyssa lalu melipat kertas daftar itu dan memasukannya kedalam saku. "Bisakah kamu meminta ke bagian dapur untuk memberi ku buah-buahan lebih banyak?"
Major terdiam sejenak, lalu berkata. "Kamu memang butuh itu, kulitmu terlihat sangat pucat. Kamu lagi sakit?"
"Aku gak apa-apa." Alyssa berkata. Ia ingat pesan Gabriel tentang apa yang harus ia makan untuk memulihkan lagi tubuhnya setelah darahnya diambil. "Aku juga mau ekstra dua potong ikan setiap makan siang."
"Boleh saja." Jawab Major sambil mengangguk. "Akan kuminta bagian dapur untuk membiarkanmu mengambil apapun yang kamu mau untuk bertugas nanti. Asal jangan kamu sia-siakan makanan itu."
"Tidak akan." Jawab Alyssa sambil menganggukkan kepalanya. "Aku tidak sebodoh itu."
Setelah mengambil makanan ekstra dari dapur. Alyssa menghabiskan harinya untuk tidur, dan menghabiskan semua ikan dan buah-buahan untuk memulihkan lagi tenaganya. Ketika Diane pulang dari sekolah, ia cukup terkejut melihat kakaknya masih berbaring di kasur.
"Aku gak apa-apa." Jawab Alyssa sambil bangkit terduduk. "Ini juga mau siap-siap berangkat."
Diane terdiam untuk sementara waktu. "Aku harap kamu gak jadi pergi."
"Aku tau kok." Jawab Alyssa lalu bangun dan langsung memeluk adiknya. "Aku janji sama kamu, tugas kali ini bakalan berbeda. Apa yang telah kupelajari disana akan menyelamatkanku sekarang. Aku cuma minta satu hal sama kamu."
"Apapun itu." Jawab Diane.
"Jauhi atapnya." Alyssa berkata kepadanya. "Ruangan atas gak boleh kamu masukin selama aku pergi hingga aku kembali dari tugas."
"Kenapa?" Diane bertanya.
"Aku gak bisa jelasin sekarang." Alyssa menjawab. "Tapi ini hal yang sangat penting buatku bertahan hidup."
"Baiklah." Jawab Diane lalu memeluk kakaknya lagi. "Aku janji."
Setelah Diane pergi ke kamarnya untuk tidur, Alyssa segera bergegas mengambil tas nya lalu pergi ke atap. Ketika sampai disana, Alyssa lalu mengunci pintunya menggunakan gembok agar tak ada orang yang bisa naik kesini. Dirinya membutuhkan privasi yang lebih. Major telah memberinya lokasi yang sangat strategis untuk bertemu dengan Gabriel karena atap bangunan itu tidak dapat dilihat dari bangunan sekelilingnya.
Alyssa mengeluarkan lampu suar dari kantongnya, pemberian dari Gabriel untuk memberitahunya jika ia sudah siap untuk bertemu. Rencana aslinya adalah untuk bertemu diluar setelah ia pergi agak jauh dari gerbang, tapi menurutnya bertemu di atap lebih aman. Butuh beberapa menit bagi Gabriel untuk terbang dan mendarat di atap.
"Apakah disini aman?" Gabriel bertanya dengan cepat.
"Cukup aman kurasa." Jawab Alyssa. "Ini adalah atap bangunan milikku. Kupikir akan lebih aman bagi kita bertemu disini daripada diluar."
"Aku menyukainya." Angguk Gabriel setuju. "Senang mendengar dirimu aman disini jika aku tidak bisa datang tepat waktu."
"Aku juga mikirin hal itu." Alyssa berkata. "Tapi bukan berarti aku gak percaya sama kamu."
"Jangan percaya padaku." Ujar Gabriel mengakui. "Aku ini seorang monster."
"Maksudku bukan begitu." Alyssa melanjutkan, "Aku ngerti kalau sesuatu bisa aja terjadi. Aku gak minta kamu jadi sempurna, tapi kepercayaan itu didapat seiring berjalannya waktu. Bahkan untuk seorang monster sekalipun."
"Aku hargai itu." Kata Gabriel sambil melepas tas besar yang ia gendong di punggung. "Aku bawakan persediaan lebih untuk kotamu.
"Wow, makasih banget!" Alyssa berkata lalu mengambil tas itu. "Aku pikir kita mau pergi bareng-bareng. Tetua kota udah ngasih daftar barang yang harus dicari."
"Kita masih bisa melakukannya." Jawab Gabriel lalu menatap Alyssa. "Tapi aku harus makan dulu."
"Aku punya dua kantong darah." Jawab Alyssa lalu mengeluarkan kantong itu dari dalam tasnya.
"Aku ambil satu kantong untuk sekarang." Ucap Gabriel yang lalu mengambil satu kantong darah dari tangan Alyssa.
Gabriel mengeluarkan selang kecil dari dalam kantong lalu menghisapnya perlahan, dan tidak butuh waktu lama hingga ia menyedot kantong darah itu sampai habis.
"Kamu yakin gak mau satu kantong lagi?" Tanya Alyssa sambil menyodorkan kantong yang lain.
"Cukup satu saja dulu." Jawab Gabriel. "Simpan kantong itu dan barang-barang yang lain disini sampai kita kembali.
"Kita mau pergi kemana?" Ucap Alyssa dengan rasa penasaran.
"Itu adalah kejutan." Gabriel menjawab dengan senyum menggoda.
"Oh gitu." Ucap Alyssa agak terkesan. "Kusimpan dulu barang-barang ini, lalu kembali lagi. Tunggu sebentar."
Alyssa kembali ke atap setelah menyembunyikan bahan persediaan yang dibawakan oleh Gabriel, lalu menyimpan kantong darah yang lain di kulkas. Dengan segera ia kembali ke atap dan mengunci pintunya dengan gembok. Setelah mereka siap, Gabriel melingkarkan tangannya di pinggang Alyssa dengan perlahan.
Alyssa tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya ketika mereka meninggalkan atap dan melayang diudara. Karena lampu suarnya telah terbakar habis, tidak akan ada yang dapat melihat mereka terbang dari atap, apalagi lampu kota sengaja dimatikan untuk mencegah zombie-zombie itu menghancurkan tembok pembatas mereka.
Mereka terbang diudara hanya kurang lebih setengah jam, tapi rasanya sangat lama sekali. Alyssa tidak tahu seberapa cepat mereka terbang, tapi cahaya lampu kota di kejauhan dengan cepat menjadi menyilaukan setelah mereka hampir tiba di tujuan. Cahaya lampu kota itu dengan perlahan menjadi sangat terang begitu mereka mendekat.
Ketika mereka hampir terbang diatas kota, Alyssa tidak percaya akan apa yang ia lihat. Sebuah kota besar yang dikelilingi dinding tembok yang menakjubkan. Dinding itu hampir setinggi dua puluh meter dan membentang jauh mengelilingi seluruh kota. Dia tidak pernah melihat daerah perkotaan yang begitu luas.
"Bersiaplah untuk mendarat." Gabriel memberitahunya sambil terbang rendah melintasi tembok menuju atap bangunan yang bentuknya kurang lebih sama dengan bangunan atap miliknya. Satu hal yang membedakan adalah atap ini ditandai dengan sebuah huruf V yang sangat besar.
" Apa maksudnya itu?" Ucap Alyssa sambil menunjuk ke arah huruf V besar di atap.
"Itu artinya Vampire." Jawab Gabriel. "Kota ini mengetahui keberadaan kami. Sering juga kami melakukan transakai perdagangan dengan mereka. Kaum kami yang dapat terbang juga memberikan jasa pelayanan khusus bagi mereka yang membutuhkan. Vampire diizinkan untuk memasuki kota dengan mendarat pada bangunan yang telah ditentukan, atau masuk melewati gerbang seperti yang lainnya. Bangunan lain yang bertanda M untuk manusia, lalu P untuk penyihir."
"Penyihir?" Alyssa berkata tanpa mampu menghilangkan keterkejutannya.
"Jangan berbicara kepada mereka." Gabriel menjawab. "Mereka tidak bisa dipercaya. Jangan pernah."
"Kita sebenernya ada dimana sih?" Tanya Alyssa sambil memandangi cahaya kota.
"Kota yang benar-benar tidak pernah tertidur." Gabriel menjawab, "Ini adalah Kota New Lycan, kota para serigala."
Alyssa tidak percaya apa yang baru saja ia dengar. Gabriel memang pernah menyebut tentang Lycanthrope sebelumnya, bahkan menunjukkan kota-kota yang tidak dihuni manusia. Ia mengira kalau siluman serigala itu hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Menetap di satu tempat, tinggal bersama di dalam hutan dan bukannya di dalam kota.
Kota itu lebih besar dari apa yang terlihat dari kejauhan. Ada beberapa gedung pencakar langit yang mungkin sudah dibangun sebelum perjangkitan virus terjadi. Dengan banyaknya kota yang terbengkalai ditinggalkan penduduknya, para serigala itu mungkin membersihkan salah satunya lalu mengambil alih kota tersebut. Terlihat sungguh menawan, namun ia tidak dapat mengingat kota apa ini sebelumnya, dirinya masih terlalu kecil untuk mengingat seperti apa Kota-kota tersebut sebelum virus zombie menyebar.
"Dimana kita sekarang?" Tanya Alyssa. "Maksudnya kota apa ini sebelum berubah menjadi New Lycan?"
"Aku tidak yakin apa kamu bisa mengenalinya atau tidak." Gabriel berkata sambil berjalan mendekati tempat Alyssa berdiri, lalu menunjuk sesuatu di kejauhan, "Apakah kamu lihat yang disana itu?"
Alyssa melihat kearah yang ditunjuk oleh Gabriel. "Apakah itu kubah?"
"Ya." Jawab Gabriel membenarkan. "Dulu itu disebut Gerbang Kubah"
"Oh iya! Aku pernah baca." Ucap Alyssa girang karena ia bisa mengingatnya. "Ini kota Saint Louis!"
"Kau benar." Kata Gabriel. "Tapi mereka lebih suka kalau kamu menyebutnya New Lycan. Kubah itulah alasannya mengapa kaum Lycan memilih kota ini, bentuk kubah itu mengingatkan mereka akan bulan. Mereka bahkan menamakan kubah itu bulan perak, sebagai lokasi diadakannya hari kebesaran mereka.
"Apa kamu pernah ngelihat?" Tanya Alyssa sambil membayangkan seperti apakah hari kebesaran siluman serigala.
"Belum pernah." Gabriel mengakui. "Kurasa tidak seorang pun yang pernah melihatnya. Pada saat bulan purnama, semua orang selain lycan tidak diperbolehkan berada di dalam kota. Meskipun dengan pengecualian, aku sendiri pun tidak dibolehkan."
Sebelum Gabriel sempat menjelaskan lebih jauh, empat orang pria datang menghampiri mereka di atap. Mereka mengenakan pakaian seragam seperti petugas polisi, dan dengan tenang melangkah berjalan menghampiri.
"Tolong tunjukkan identitas anda." Salah seorang dari mereka bertanya.
Gabriel mengeluarkan dompet dari sakunya dan mengambil sebuah kartu kecil dan menyerahkannya ke petugas tersebut. "Ini dia."
Petugas itu mengamati kartu yang diberikan Gabriel sejenak, lalu membungkuk kecil menunjukkan rasa hormat. "Senang melihat anda kembali ke New Lycan."
"Senang bisa kembali kesini." Ucap Gabriel. "Saya ingin memberitahukan anda bahwa teman saya disini belum memiliki kartu identitas, tapi dia adalah tamu saya."
"Sudah berapa lama dia berubah menjadi vampire?" Petugas yang lain bertanya.
"Dia bukan vampire," Gabriel menjawab. "Dia manusia."
Petugas tadi menatap Alyssa lekat-lekat. "Kulitnya sangat pucat."
"Saya tahu." Jawab Gabriel lalu merangkul Alyssa. "Sudah saya peringatkan padanya tentang itu. Saya akan membawanya ke Gregor's Dinner nanti malam. Daging rusa yang segar akan membuatnya sehat kembali."
"Rencana yang bagus." Petugas itu berkata lalu menganggukkan kepalanya. "Dan dia harus punya kartu identitas."
"Apakah kantornya masih buka?" Gabriel bertanya. "Jika iya, maka kami akan pergi kesana sebelum pergi berbelanja."
"Saya menganjurkan anda untuk melakukan hal itu, pak." Petugas itu menjawab. "Anda akan dibolehkan untuk berbelanja lebih banyak barang jika anda memiliki dua buah kartu."
"Saran yang bagus." Ucap Gabriel sambil menepuk pundak petugas itu dengan ramah. "Terima kasih."
"Terima kasih kembali." Jawab petugas itu tanpa menghiraukan apa yang dilakukan Gabriel. "Anda hanya punya waktu dua hari sebelum bulan purnama. Silahkan nikmati kunjungan anda disini sebelum hari itu tiba."
"Kami butuh kamar untuk malam ini." Kata Gabriel sambil tersenyum. "Tapi kami akan kembali pulang besok malam sebelum bulan purnama muncul."
"Baiklah, pak." Jawab petugas itu sambil membungkuk hormat. "Silahkan ikuti saya menuju lift."
Alyssa dan Gabriel mengikuti petugas-petugas itu menuju lift. Salah seorang dari mereka mengganti kartunya dan membukakan pintu untuknya. "Ruang kamar anda akan telah siap begitu anda kembali, pak."
"Terima kasih." Jawab Gabriel, lalu mereka berdua masuk kedalam lift.
"Silahkan nikmati kunjungan anda di New Lycan." Salah satu dari petugas itu berkata sebelum pintu lift nya tertutup.
"Dimana para lycan berada?" Alyssa bertanya sesaat setelah liftnya bergerak.
"Mereka tadi itu adalah Lycan." Jawab Gabriel.
"Tapi mereka kelihatan kayak manusia?" Alyssa bertanya, agak bingung.
"Karena hari ini bukan bulan purnama." Gabriel menjawab. "Sebelum bulan purnama muncul, mereka akan terlihat normal seperti orang kebanyakan. Kamu gak akan pernah bisa melihat mereka dalam wujud manusia serigala, karena tak ada yang boleh berada di dalam kota ketika waktu perubahan wujud terjadi."
"Oh, kayaknya seru banget." Kata Alyssa sambil memandang Gabriel. "Itu artinya semua orang akan terlihat normal selama kita ada disini?"
"Kurang lebih begitu." Kata Gabriel sambil terkekeh. "Tapi kita harus ambil kartu identitasmu dulu."
"Aku gak pernah punya kartu identitas sebelumnya." Ujar Alyssa mengakui.
"Aku akan menyimpan kartu milikmu." Kata Gabriel, "Kamu hanya pernah mengunjungi New Lycan bersamaku. Jadi lebih baik aku yang menyimpannya agar tak satupun orang dikotamu yang tau."
"Aku setuju." Alyssa mengangguk. "Kartunya kamu yang simpan."
Ketika mereka keluar dari gedung setelah turun dari lift, Alyssa melihat begitu banyak orang berlalu-lalang di jalanan kota. Ratusan orang nampak sedang berjalan-jalan. Disana ada toko bunga, pedagang pinggir jalan, dan bahkan ada tukang hotdog.
"Apa aku boleh beli hotdog?" Alyssa bertanya sambil menunjuk kearah tukang hotdog itu.
"Tidak, tidak boleh." Kata Gabriel lalu menarik lengannya dan menggiringnya kearah yang ia ingin tuju. "Aku larang kamu makan apapun disini tanpa seijinku."
"Kok gitu?" Alyssa bertanya, sedikit merasa kesal karena dilarang.
"Tukang yang tadi itu menjual hotdog dari zombie." Jawab Gabriel. "Ingat kalau mereka itu dapat mencerna daging zombie tanpa terinfeksi, tapi kamu tidak."
Alyssa benar-benar lupa akan hal kecil tersebut. "Maaf."
"Tidak apa-apa." Gabriel berkata sambil tersenyum kearahnya. "Aku tau tempat terbaik yang menyajikan daging segar dan bukan yang berasal dari mayat hidup. Kamu akan menyukainya."
"Biar kutebak." Kata Alyssa, "Setelah aku dapat kartu identitasku, kan?"
"Hal itu sangat penting, kamu tahu?" Kata Gabriel lalu mengajak Alyssa masuk kedalam bangunan seperti gedung pemerintahan.
Saat mereka berjalan menuju lobi, Gabriel mengambil pena dan selembar formulir lalu mulai mengisinya. Dia melirik kearah Alyssa, "Kapan kamu dilahirkan?"
"26 Agustus 2050." Jawab Alyssa.
"Setidaknya kamu bisa berhitung." Kata Gabriel sambil meneruskan mengisi formulir. "Aku akan mendaftarkanmu sebagai warga disalah satu apartemenku di Nashville. Dengan cara itu tidak akan ada seorang pun yang tahu darimana kamu berasal."
"Baiklah." Alyssa berkata sambil menunggu dengan sabar.
Beberapa saat kemudian, mereka mengambil nomor urut dan menunggu kasir administrasi kembali. Tidak sampai menunggu terlalu lama hingga nomor anfrian mereka dipanggil. Gabriel lalu menyerahkan formulir yang telah diisi kepada kasir dan menunggu data Alyssa selesai diproses.
"Kamu bayar pakai apa?" Alyssa bertanya.
"Mata uang Lycan. Lycan Dollar." Jawab Gabriel lalu menunjukkan kepada kasir kartu identitas miliknya.
Petugas kasir itu lalu memeriksa kartu identitas milik Gabriel lalu mengembalikan lagi kepadanya. "Kartu identitas Nona ini akan selesai diproses dan dapat diambil dalam tiga puluh hari. Aku akan memberikanmu kertas tanda bukti untuk sementara."
Alyssa mengambil kertas yang diberikan kasir itu lalu memeriksanya. "Kamu mendaftarkan aku jadi anggota keluarga?"
"Aku berusia lebih dari tiga ratus tahun." Gabriel berkata sambil tersenyum. "Mungkin saja kita memiliki hubungan keluarga yang sangat jauh."
"Mungkin juga." Kata Alyssa lalu menyerahkan lembar tanda bukti itu kepada Gabriel yang kemudian memasukannya kedalam saku. "Kita mau pergi kemana sekarang?"
"Kita akan mencari makanan dan kemudian melanjutkan pergi berbelanja." Kata Gabriel sambil memimpin jalan keluar dari gedung pemerintahan. "Setelah semuanya selesai, kita akan beristirahat di ruang kamar yang telah kita pesan sebelumnya lalu menerbangkan kamu pulang besok malam."
"Supaya kamu tidak terbakar sinar matahari?" Alyssa mencoba menebak.
Gabriel kemudian berhenti dan melihat kearahnya. "Secara teknis hal itu tidak benar, tapi kami tidak ingin orang lain mengetahuinya. Kami ingin pandangan orang-orang akan hal itu tetap terjaga menjadi sebuah mitos. Jika ada orang yang berhasil membuktikan mitos tersebut, semua orang akan menjadi panik dan bahkan kaum kami sendiri."
"Apa itu benar?" Alyssa bertanya dengan tenang.
"Kita akan membahas ini dilain waktu." Kata Gabriel yang lalu menggandeng tangannya. "Ayo kita cari makan."
Araka dan kudo.vicious memberi reputasi
3