- Beranda
- Stories from the Heart
PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)
...
TS
orcashop889
PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story)




Met malem Agan & Sista. Mohon ijin Gan Sis, Ane permisi ijin masuk buat nulis trit di forum ini. Sebelumnya Ane minta maap banget, kalo trit Ane masih berantakan bin gak beraturan. Harap dimaklumi masih newbie. Trit Ane nantinya mungkin akan panjang banget dan bikin capek Agan yang ngebaca. Moga-moga Agan kagak bosen ngikutin yak...Makanya Ane ntar akan bagi dalam beberapa posting.
Dipersilakan yang mau langsung gelar tikar, Gan Sis. Yang jual kacang rebus, kacang goreng, kopi, dan teh panas udah pada keliling.
Spoiler for The Nightmare Crew:
Ane mo bercerita seputar fenomena indigoyang kebetulan mampir pada diri ane sendiri. Cerita ini bener-bener

Walaupun Ane sekarang udah cukup berumur, tapi sampe hari ini, peristiwa demi peristiwa misteri yang Ane alami masih melekat erat di kepala.
Buat sebagian Agan Sista, mungkin mempunyai pendapat lain. Enak dong punya bakat indigo. Jadi bisa liat hantu, genderuwo cs, bisa melihat masa depan, dsb. Menurut Ane pribadi, malahan banyak gak enaknya, gan. Hidup rasanya kayak terus dikejar-kejar sesuatu yang gejeh. Merasa terasing dan dianggap aneh oleh lingkungan dimanapun kita berada.
Bagi Agan Sista yang kebetulan juga mengalami hal yang sama, tentunya punya pendapat dan penilaian sendiri. Ane sangat hormati perbedaan pendapat kita, dan Ane juga kagak mau berdebat untuk itu


Cerita akan Ane bagi dalam beberapa Part, session, dan Beside Story yang merupakan sumber informasi pendukung. Supaya Agan Sista nantinya kagak bingung dan mudah mencari sisi cerita yang meloncat, ato masih ada hubungannya dengan cerita sebelumnya.
Cerita berdasarkan dari kisah nyata yang benar-benar pernah dialami oleh TS, jadi cerita ini merupakan :
90% Fakta (kejadian masih
terekam kuat di benak TS disertai
beberapa orang saksi hidup)
5% Ingatan TS ( karena kejadian
sudah lama terjadi alias lupa-lupa
ingat)
5% Bumbu Cerita
Dengan berbagai pertimbangan, Ane terpaksa menyamarkan beberapa hal yang berkaitan dengan cerita, yaitu ; nama kota, tempat kejadian, nama orang, detail kondisi tokoh, dan beberapa fakta yang sangat spesifik.
Hal ini semata-mata Ane lakukan demi menjaga perasaan, kesopanan/etika, dan privacy pihak-pihak yang terkait dengan kejadian-kejadian nyata yang Ane alami. Untuk kaskuser yang kebetulan tahu kejadiannya, mohon dengan amat sangat hormat, agar tetap menjaga segala kerahasiaan informasi tersebut.




PROLOG
Kota Kecil
Ane dilahirkan kota S, sebuah kota kecil yang terletak di kaki gunung, tepatnya di wilayah Propinsi Jawa Timur. Seingat Ane, kehidupan yang Ane jalani dari bayi sampe umur 4 th lancar jaya aja, gan. Mulus kayak jalan tol ...
Ane juga bersyukur banget sama Allaah SWT, sebab Ane dilahirkan ditengah keluarga yang cukup berada tapi tetap sederhana. Kedua ortu Ane bekerja sebagai PNS dan masih ada pekerjaan sampingan di bidang pendidikan swasta. Jadi konsekwensi yang harus kita terima adalah waktu untuk bisa bersama anak-anak terasa kurang. Tiap hari bisa berkumpul bersama ortu bisa kami lakukan setelah jam 19:00 WIB.
Pada tahun - tahun '70 an masih belum seramai jaman now, gan. Apalagi kami hanya tinggal di kota kecil daerah pegunungan. Saat itu, yang bisa menikmati listrik masih segelintir orang, gan. Kendaraan roda dua, roda empat dan TV masih jarang yang punya.
Alhamdulilaah, keluarga Ane sudah bisa beli sebiji Colt, vespa, dan TV hitam putih (seingat ane merk Crown). Siaran TV pun cuman sebiji doang, yaitu TVRI. Yang ane ingat, siaran dimulai jam 17:00 dan berakhir jam 22:00. Acaranya cuman berita, dialog, dan kalaupun hiburan hanya malam minggu doang, gan.
Spoiler for tv hitam putih (sumber : google):
Bukan cuman itu gan, kota Ane pun jam 20:00 dah pada sepi. Toko dan rumah-rumah udah pada tutup. Jalan raya udah kayak kota hantu.
Spoiler for kabut kota (sumber : google):
Penerangan jalan raya masih pake lampu bohlam warna kuning. Cuman beberapa sudut kota yang diterangi lampu neon panjang. Jaman segitu dinginnya udara pegunungan masih terasa banget. Sering turun kabut kalo malam dan pagi hari. Agan bisa bayangin aja lah, kayak di film-film horror versi Hollywood
Yang paling bikin Ane merinding kalo sudah denger orang ronda malam, gan. Ronda malam biasanya mulai keliling jam 23:00. Suara kentongan bambu yang dipukul berirama terdengar menyeramkan ditengah sepinya malam di kota Ane. Masih ditambah suara lolongan Doki, anjing peliharaan bokap, yang bersahutan dengan anjing tetangga. Bulu kuduk tambah berdiri tegak, gan.
Spoiler for Kentongan bambu (sumber : google):
O,ya dari kecil Ane sudah dibiasakan tidur sendiri, meskipun dalam satu kamar ada kakak-kakak Ane. Tempat tidur Ane kebetulan berada tepat di bawah jendela samping rumah.
Spoiler for Jendela (sumber: google):
Jadi kalo ada orang lewat di samping rumah, pasti akan kedengaran langkah-langkah kakinya. Peronda malam sering banget lewat samping rumah kalo pas keliling. Bikin Ane tambah menggigil bin merinding, gan
Spoiler for kopi plus cangbus:
Part 1. Tamu Tak Diundang
Sebenarnya kehidupan Ane saat itu normal-normal aja.yah,...normal dan biasa, seperti anak-anak seusia Ane lainnya juga. Karena belum bersekolah (waktu itu Ane masih umur 4 tahun lebih), kegiatan Ane dirumah hanya bermain. Kebetulan Ane punya hobby menggambar, gan. Udah banyak banget tembok dan kertas kerja Nyokap yang jadi korban hobby Ane. Akhirnya Bokap membeli papan tulis kayu ( warna item) lengkap dengan kapur 1 box plus penghapus.
Spoiler for Papan Tulis kapur (sumber : google):
Jaman segitu belum ada whiteboard, gan. Jadi kalo selesai gambar, dijamin muka plus tangan Ane penuh dengan debu kapur.
Sampai suatu hari terjadi sebuah peristiwa yang membuat hidup Ane berubah drastis.
Kejadian ini terjadi kurang lebih 2 bulan sebelum Ane mulai masuk sekolah TK kecil.
Dimulai dari sebuah pagi hari yang cerah banget. Ane dah bangun, terus sikat gigi, mandi, sarapan dan menggambar...
Setelah ortu berangkat kerja dan kakak-kakak Ane juga pergi ke sekolah, tinggal Ane dan pengasuh yang ada di rumah. Pengasuh Ane namanya dherah(mungkin singkatan dari budhe Rah ). Seperti biasanya sekitar jam 08:00 dherah pergi ke pasar dan tinggalah ane sendirian di rumah. Seingat Ane, tak lama setelah dherah berangkat, Ane kebelet pipis. Selesai buang hajat di kamar mandi, Ane langsung menuju ke tempat favorit, yaitu papan tulis hitam tersayang....
Namun sesampai di tempat itu, Ane terkejut bukan kepalang.
Papan tulis dan dinding tembok tempat bersandarnya papan tulis kesayangan Ane telah lenyap...!!!
Yang terlihat didepan Ane sekarang adalah semacam pawon (Jawa; ruangan dapur jaman old yang berukuran luas). Ane sontak bingung dan sekilas pikiran Ane meraba - raba dimana Ane sekarang. Salah ruangan, mimpi, ato lagi berimajinasi....
Ruangan dapur tersebut berlantaikan tanah keras, dengan beberapa cagak kayu (Jawa; kayu balok penyangga atap rumah), dan mereka memasak menggunakan angklo (Jawa; tungku yang terbuat dari tanah liat) serta kayu bakar. Terlihat juga peralatan masak yang mereka gunakan masih terbuat dari tanah liat dan kayu.
Spoiler for Pawon Jaman Old (sumber : google):
Di dalam dapur tersebut terlihat banyak sekali orang yang sedang beraktifitas memasak. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan, anak- anak dan hanya terlihat 2-3 laki-laki. Perempuan - perempuan yang ada didapur tersebut rata-rata berumur paruh baya dan memakai kain jarik lurik(Jawa; kain kebaya bermotif). Anak - anak mereka terlihat tidak berpakaian dan sibuk bermain bersama. Beberapa laki-laki terlihat di pojok ruangan sedang sibuk mengangkut kayu bakar dan mengaduk sebuah kuali (Jawa; belanga besar yang terbuat dari tanah liat)
Diantara rasa bingung, takut, heran, dan ingin tahu, Ane cuman bisa berdiri mematung di depan ruangan tersebut. Sampai terlihat salah seorang perempuan terlihat tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Ane. Entah apa yang ada di pikiran Ane waktu itu, Ane langsung masuk ke dapur besar tersebut.
Ada sebuah keanehan yang sebenarnya Ane rasakan. Saat di luar ruangan dapur tersebut (jarak ane berdiri dari tembok yang telah berganti dengan ruangan dapur tersebut hanya -/+ 1 meter) sama sekali tidak terdengar keributan ataupun suara-suara aktifitas kesibukan mereka. Akan tetapi setelah Ane masuk, baru Ane bisa mendengar suara-suara alat dapur, canda tawa perempuan dan jerit tangis dari anak-anak yang sedang bermain.
Tunggu dulu.....!!! Masih ada keanehan lagi, gan. Suara-suara tersebut ternyata tidak terdengar langsung di telinga Ane, tapi hanya terdengar di cuping telinga. Ane hanya mendengar suara mereka secara sayup-sayup, seakan suara tersebut berasal dari tempat yang jauh. Suara obrolan para perempuan tersebut juga terdengar semacam gumaman yang tidak jelas.
Ane langsung menghampiri perempuan yang memanggil ane tadi, gan. Terlihat dia sedang sibuk memotong sesuatu. Sambil terus melakukan aktifitasnya, dia mengatakan bahwa mereka sibuk memasak untuk persiapan acara pernikahan. Dengan tersenyum manis (sumpah gan, perempuan tersebut masih terlihat cantik meskipun usianya sudah paruh baya), dia mengelus kepala Ane dan menyuruh Ane untuk segera pulang.
Saat dia berbicara langsung dengan Ane, suara perempuan ini sangat jelas terdengar di telinga. Lembut dan sangat keibuan banget. Terlihat beberapa anak mendekat ke Ane, mungkin mereka ingin mengajak bermain bersama. Tapi segera dihalau oleh beberapa ibu mereka dan menyuruh anak-anak tersebut tidak menghalangi jalan Ane.
Ane hanya perlu berjalan beberapa langkah saja untuk keluar dari ruang dapur besar tersebut ( -/+ 8 langkah). Begitu kaki Ane sampai di ujung ruangan dapur tersebut, Ane disilaukan oleh sebuah cahaya yang sangat terang, gan. Secara reflek, Ane memejamkan mata dan membalikkan badan untuk menghindari silau cahaya tersebut. Disaat itu juga Ane kaget setengah mati. Ruangan dapur tersebut sudah lenyap dari pandangan, dan hanya terlihat tembok dan papan tulis hitam kesayangan Ane.
Bersamaan dengan itu, terdengar suara pintu depan terbuka dan masuklah dherah yang baru saja pulang dari pasar. Dengan rasa takut dan tubuh gemetar, Ane langsung berlari menghampiri dherah yang tentunya menjadi sangat panik melihat keadaan Ane. Dherah berusaha menenangkan Ane dan memberikan air minum agar kondisi ane segera pulih.
Setelah Ane tenang, dherah berusaha bertanya tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi. Terus terang, perasaan bingung dan takut saat itu seperti menghalangi Ane untuk menceritakan tentang kejadian tadi. Akhirnya dherah menyerah dan berhenti mencerca dengan pertanyaan - pertanyaan seputar kejadian yang menimpa Ane selama dia pergi kepasar.
Setelah Ane sedikit tenang, dherah mulai masuk ke dapur untuk memulai aktifitas rutin yaitu memasak. Saat itulah Ane kembali menggigil ketakutan dan kebingungan yang luar biasa.
Ane sudah hafal banget dengan segala aktifitas dherah di rumah selama 24 jam. Dan Ane sangat tau banget kalo dherah datang dari pasar berarti jam sudah menunjukkan pukul 10:30...!!! Secara refleks, Ane melihat jam dinding di dapur, dan apa yang sudah Ane sangka memang betul terjadi. Jam dinding tersebut menunjukkan pukul 11:10...
Berarti.......
Berarti, dimana waktu yang hilang dari jam 08:00 saat dherah berangkat ke pasar sampai dengan jam 10:30 bersamaan dia datang dari pasar?? .... Sedangkan Ane mengalami kejadan aneh tersebut hanya dalam hitungan menit saja kok. Mungkin hanya sekitar 2 menit-an sampai Ane menyadari tembok dan papan tulis kayu sudah terlihat kembali.
Sejak saat itulah, Ane selalu bertanya-tanya dan mencoba mencari jawaban tentang kejadian tersebut. Sampai pada akhirnya Ane pasrah, dan kejadian tersebut tetap menjadi rahasia masa kecil yang Ane simpan rapat-rapat hingga Ane dewasa.
BERSAMBUNG

PERSINGGAHAN. Sebuah Catatan Perjalanan Singkat (Based On True Story) Prolog dan Part 1. Tamu Tak Diundang
Part 2. Teman Ghaib (session 1) Si Hitam
Part 2. Teman Ghaib (session 2) Berkenalan
Part 3. Si Cantik (session 1) Kemunculan
Part 3. Si Cantik (session 2) Keakraban
Part 3. Si Cantik (session 3) Berpisah
Part 4. Terror Si Two Face
Part 5. Dimandikan Genderuwo
Part 6. Urban Legend (session 1) Kota Mati
Part 6. Urban Legend (session 2) Gentayangan
Part 7. Pasukan Ghaib
Beside Story 1
Beside Story 2
Beside Story 3
Part 8. Perjanjian Berdarah (session 1) Sakaratul Maut
Part 8. Perjanjian Berdarah (session 2) Langit Kembali Membara
Part 9. Sang Hyang Antaboga (session 1) Migrasi
Part 9. Sang Hyang Antaboga (session 2) Lorong Hitam
Part 9. Sang Hyang Antaboga (session 3) Jawaban
Part 9. Sang Hyang Antaboga (session 4) Mendung di Lereng Gunung M
Part 10. Terseret Masa Lalu (session 1) Paduan Suara
Part 10. Terseret Masa Lalu (session 2) Lost in Mall
Part 10. Terseret Masa Lalu (session 3) Memory Yang Tertinggal
Part 11. Cambuk Ghaib (session 1) Bukit Misterius
Part 11. Cambuk Ghaib (session 2) Tirai Ghaib





Diubah oleh orcashop889 20-03-2018 16:22
anasabila memberi reputasi
1
19.9K
120
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
orcashop889
#39
Part 5. Dimandikan Genderuwo
Setelah Ane sembuh dan mulai bersekolah kembali, bayangan ketakutan Ane pada si two face seolah lenyap begitu saja. Ane memulai aktifitas belajar dan bermain dengan normal kembali. Ane hanya menemui beberapa peristiwa aneh yang tidak terlalu mengganggu kehidupan rutin Ane. Waktu terus berjalan dengan cepat, dan Ane akhirnya sampai juga di bangku kelas tiga dengan prestasi yang semakin maju.
Suatu hari, Ane diajak dherah (pengasuh Ane) pulang ke kampung halamannya. Kami berencana menginap semalam di rumahnya. Kampung halaman dherah sebenarnya tidak terlalu jauh dengan kota. Akan tetapi karena saat itu masih belum banyak kendaraan umum yang lewat, maka kami harus berangkat dengan berjalan kaki.
Kami berdua berangkat selepas ashar, karena dherah harus menyelesaikan semua pekerjaan rumah terlebih dahulu. Ane diberi beberapa potong roti dan susu kotak oleh Nyokap sebagai bekal selama perjalanan. Setelah berpamitan, kami berdua segera berangkat agar tidak kemalaman di jalan.
Di jalan, kami saling bercerita tentang beberapa hal untuk mengisi waktu sepanjang perjalanan kami. Dherah bercerita tentang masa kecilnya dahulu ketika masih hidup di desa. Sangat mengasyikkan mendengarkan cerita tentang situasi desa saat jaman belum seperti saat ini.
O,ya umur dherah sebenarnya bisa dibilang sudah paruh baya. Mungkin saat itu dia sudah berumur sekitar 45 tahun. Rambut ubannya sudah mulai terlihat banyak bermunculan. Dan dia sudah mengasuh Ane sejak umur dua tahun. Memang saat itu Ortu sering sekali keluar kota, sehingga dherah diperlukan untuk menjaga kami di rumah.
Singkat cerita, kami berdua akhirnya sampai juga di pintu desa menjelang maghrib. Suasana desa saat itu sudah sepi dan sangat gelap. Maklum, listrik belum banyak masuk desa tersebut. Dari jalan utama desa, kami masih harus masuk lagi ke jalan-jalan makadam (jalan tanah dan batu) yang sangat gelap. Di sepanjang jalan masuk tersebut, masih banyak kebun dan tanah kosong yang dipenuhi dengan pohon-pohon besar.
Kami berjalan dengan perlahan dan hati-hati karena takut terpeleset. Sesekali kami bertemu dengan penduduk desa yang berjalan sambil membawa obor atau ublik (Jawa; semacam lentera kecil) sebagai penerangan.
Untuk sampai di rumah dherah, ternyata kami harus melewati kuburan desa yang sangat besar. Kondisi kuburan desa saat itu sangat gelap dan menakutkan. Ditengah-tengah kuburan desa tersebut berdiri beberapa pohon kamboja tua yang sangat besar dan di depan kuburan tersebut tumbuh pohon beringin besar.
Suasana sangat sunyi dan mencekam di sekitar kuburan tersebut. Yang terdengar hanya bunyi Jangkerik, Burung Kukubeluk(sejenis burung hantu kecil), dan angin yang menderu-deru. Tampak di samping sebuah pohon kamboja ada sebuah bilik bambu yang sudah bobrok, dan didalamnya terlihat panduso (tandu pengangkat mayat) yang berwarna putih teronggok begitu saja.
Tak terasa tangan Ane semakin erat berpegangan pada tangan dherah. Bulu kuduk Ane semakin berdiri, ketika melihat bayangan pohon kamboja yang bergerak-gerak terkena angin. Menurut Ane saat itu, bayangan itu terlihat seperti cakar penyihir raksasa yang akan meraih kami berdua. Tak terasa sampailah kami berdua di dekat pohon besar yang berada tepat di depan kuburan desa tersebut. Tiba-tiba......
"Krocok.....krocok....krocok...!!!"
Bersamaan dengan bunyi tersebut, kami berdua menjadi basah kuyup tersiram air yang mengucur dengan deras dari atas pohon besar tersebut. Secara reflek kami berdua meloncat menjauh dari kucuran air tersebut. Saat itu, Ane kira hujan turun dengan tiba-tiba. Tapi setelah tersadar dari rasa kaget, Ane mencium bau yang sangat tidak sedap dan menyengat dari tubuh kami berdua.
Setika Ane melihat ke arah atas pohon besar tadi. Terlihat sesosok mahkluk hitam yang bermata merah sedang berjongkok di balik dedaunan pohon. Ane juga mendengar dengus nafas yang besar dan berat dari mahkluk tersebut. Dengan sangat ketakutan ane segera memeluk dherah untuk meminta perlindungan.
Secara tiba-tiba dherahmenarik kain jarik (kain panjang bermotif batik) penutup tubuh bawahnya hingga lepas, dan dengan setengah berteriak dia mengucapkan beberapa kalimat dalam Bahasa Jawa yang tidak Ane mengerti. Secepat kilat dherah menyabetkan kain jariknya ke arah mahkluk hitam menyeramkan tersebut.
"Krosak....grubyak...!!!"
Seketika mahkluk tersebut terjungkal dan jatuh ke belakang terkena angin sabetan kain dherah. Dalam sekejap mahkluk tersebut tiba-tiba menghilang dari pandangan Ane. Segera kami berdua pergi dari tempat tersebut setelah dherah memakai kainnya kembali.
Sesampai di rumah dherah, Ane dimandikan dan disuruh cepat tidur setelah makan malam. Seingat Ane, keesokan harinya Ane dibawa ke tempat "orang pintar" di desa tersebut untuk dimandikan dengan air bunga dan dibaca-bacain doa. Selepas dhuhur kami berdua kembali pulang ke kota dengan menumpang dokar (bendi, kereta yang ditarik oleh kuda)



Suatu hari, Ane diajak dherah (pengasuh Ane) pulang ke kampung halamannya. Kami berencana menginap semalam di rumahnya. Kampung halaman dherah sebenarnya tidak terlalu jauh dengan kota. Akan tetapi karena saat itu masih belum banyak kendaraan umum yang lewat, maka kami harus berangkat dengan berjalan kaki.
Kami berdua berangkat selepas ashar, karena dherah harus menyelesaikan semua pekerjaan rumah terlebih dahulu. Ane diberi beberapa potong roti dan susu kotak oleh Nyokap sebagai bekal selama perjalanan. Setelah berpamitan, kami berdua segera berangkat agar tidak kemalaman di jalan.
Di jalan, kami saling bercerita tentang beberapa hal untuk mengisi waktu sepanjang perjalanan kami. Dherah bercerita tentang masa kecilnya dahulu ketika masih hidup di desa. Sangat mengasyikkan mendengarkan cerita tentang situasi desa saat jaman belum seperti saat ini.
O,ya umur dherah sebenarnya bisa dibilang sudah paruh baya. Mungkin saat itu dia sudah berumur sekitar 45 tahun. Rambut ubannya sudah mulai terlihat banyak bermunculan. Dan dia sudah mengasuh Ane sejak umur dua tahun. Memang saat itu Ortu sering sekali keluar kota, sehingga dherah diperlukan untuk menjaga kami di rumah.
Singkat cerita, kami berdua akhirnya sampai juga di pintu desa menjelang maghrib. Suasana desa saat itu sudah sepi dan sangat gelap. Maklum, listrik belum banyak masuk desa tersebut. Dari jalan utama desa, kami masih harus masuk lagi ke jalan-jalan makadam (jalan tanah dan batu) yang sangat gelap. Di sepanjang jalan masuk tersebut, masih banyak kebun dan tanah kosong yang dipenuhi dengan pohon-pohon besar.
Kami berjalan dengan perlahan dan hati-hati karena takut terpeleset. Sesekali kami bertemu dengan penduduk desa yang berjalan sambil membawa obor atau ublik (Jawa; semacam lentera kecil) sebagai penerangan.
Untuk sampai di rumah dherah, ternyata kami harus melewati kuburan desa yang sangat besar. Kondisi kuburan desa saat itu sangat gelap dan menakutkan. Ditengah-tengah kuburan desa tersebut berdiri beberapa pohon kamboja tua yang sangat besar dan di depan kuburan tersebut tumbuh pohon beringin besar.
Spoiler for Ilustrasi Kuburan Desa (sumber : google):
Suasana sangat sunyi dan mencekam di sekitar kuburan tersebut. Yang terdengar hanya bunyi Jangkerik, Burung Kukubeluk(sejenis burung hantu kecil), dan angin yang menderu-deru. Tampak di samping sebuah pohon kamboja ada sebuah bilik bambu yang sudah bobrok, dan didalamnya terlihat panduso (tandu pengangkat mayat) yang berwarna putih teronggok begitu saja.
Tak terasa tangan Ane semakin erat berpegangan pada tangan dherah. Bulu kuduk Ane semakin berdiri, ketika melihat bayangan pohon kamboja yang bergerak-gerak terkena angin. Menurut Ane saat itu, bayangan itu terlihat seperti cakar penyihir raksasa yang akan meraih kami berdua. Tak terasa sampailah kami berdua di dekat pohon besar yang berada tepat di depan kuburan desa tersebut. Tiba-tiba......
"Krocok.....krocok....krocok...!!!"
Bersamaan dengan bunyi tersebut, kami berdua menjadi basah kuyup tersiram air yang mengucur dengan deras dari atas pohon besar tersebut. Secara reflek kami berdua meloncat menjauh dari kucuran air tersebut. Saat itu, Ane kira hujan turun dengan tiba-tiba. Tapi setelah tersadar dari rasa kaget, Ane mencium bau yang sangat tidak sedap dan menyengat dari tubuh kami berdua.
Setika Ane melihat ke arah atas pohon besar tadi. Terlihat sesosok mahkluk hitam yang bermata merah sedang berjongkok di balik dedaunan pohon. Ane juga mendengar dengus nafas yang besar dan berat dari mahkluk tersebut. Dengan sangat ketakutan ane segera memeluk dherah untuk meminta perlindungan.
Spoiler for Ilustrasi Genderuwo (sumber asli : google):
Secara tiba-tiba dherahmenarik kain jarik (kain panjang bermotif batik) penutup tubuh bawahnya hingga lepas, dan dengan setengah berteriak dia mengucapkan beberapa kalimat dalam Bahasa Jawa yang tidak Ane mengerti. Secepat kilat dherah menyabetkan kain jariknya ke arah mahkluk hitam menyeramkan tersebut.
"Krosak....grubyak...!!!"
Seketika mahkluk tersebut terjungkal dan jatuh ke belakang terkena angin sabetan kain dherah. Dalam sekejap mahkluk tersebut tiba-tiba menghilang dari pandangan Ane. Segera kami berdua pergi dari tempat tersebut setelah dherah memakai kainnya kembali.
Sesampai di rumah dherah, Ane dimandikan dan disuruh cepat tidur setelah makan malam. Seingat Ane, keesokan harinya Ane dibawa ke tempat "orang pintar" di desa tersebut untuk dimandikan dengan air bunga dan dibaca-bacain doa. Selepas dhuhur kami berdua kembali pulang ke kota dengan menumpang dokar (bendi, kereta yang ditarik oleh kuda)
BERSAMBUNG



Diubah oleh orcashop889 15-02-2018 22:52
sulkhan1981 dan dewa67 memberi reputasi
2