beanilla93Avatar border
TS
beanilla93
Vanilla
Hai agan-sis semua.
Setelah sering jadi silent reader, kayanya asik juga kalau saya mencoba share cerita juga.

Cerita ini 'based on true story'. Tapi ya mungkin dengan sedikit modifikasi. hehehe

Tapi kalo cerita ini bukan selera agan-sis, atau agan-sis merasa ceritanya aneh,
And you feel like you can't stand to read it anymore silahkan cari cerita lain.
Nggak usah sumpah serapah ya.
Karna buat saya mereka yg sumpah serapah itu, pikirannya sempit, kosa katanya terbatas.
Bingung mau komentar apa, ujungnya malah ngata-ngatain emoticon-Lempar Bata

Comment, critics and question allowed ya emoticon-Big Kiss

Spoiler for Prolog:


Indeks :
Part 1. Prolog
Part 2. Selected memories

Part 3. MY hero
Part 4. His journey
Part 5. Restriction
Part 6. The results

Part 7. First year
Part 8. We're classmate!
Part 9. The class president
Part 10. Embarrassing youth - intermezzo
Part 11. Wrong thought?
Part 12. Boom!
Part 13. Aftereffects
Part 14. "Manner maketh man"
Part 15. Reunion
Part 16. Let it loose
Part 17. Those shoulders
Part 18. The sunrise
Part 19. Present
Part 20. Year 7th

Part 21. Tom and jerry
Part 22. Crown Prince
Part 23. Amnesia
Part 24. "Okay, let's do that"
Part 25. Jalan belakang(back street)
Part 26. The castle
Part 27. Story about a long night
Part 28. The storm
Part 29. War
Part 30. Gotcha!
Part 31. End

Part 32. Abege
Part 33. Story of nasi goreng
Part 34. The reason behind cold martabak
Part 35. He knew it(all the time!)
Part 36. The betrayal
Part 37. Revealing the truth
Diubah oleh beanilla93 16-03-2018 06:46
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
20.1K
182
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42KAnggota
Tampilkan semua post
beanilla93Avatar border
TS
beanilla93
#160
Part 35. JHS

Nggak kerasa, besok adalah hari terakhir kami menjalani ulangan semester pertama kami di SMP. Suasana yang tentu berbeda karena ulangan di SMP sudah tidak seperti waktu SD lagi. Saat itu ulangannya sudah menggunakan lembar jawaban komputer, yang mengharuskan kami memiliki pensil dan juga penghapus khusus. Sesuatu yang waktu SD hanya kuperlukan saat try out dan menjelang ujian.

Setelah pertemuanku dengan Leo di kantin, aku selalu kucing-kucingan kalo jauh-jauh ngeliat Leo sedang berjalan ke arahku. Yes, aku yang biasa malah seneng nggak karuan kalo mau papasan sama Leo, sekarang malah menghindarinya.

Loh, kenapa Van?

Karena eh karena, aku masih bingung harus jawab apa kalo tiba-tiba Leo tanya, “Van, kamu kok belum sms aku sih?”. Bodo amat deh dibilang kegeeran apa gimana. Tapi lebih baik cari aman aja lah. Nggak selamanya kan aku bisa pura-pura lupa bawa hp dan lupa nomor hp?

Padahal ini adalah awal yang bagus untuk memulai hubungan baik dengan Leo, sebagai Vanilla. Bukan sebagai Merry seperti yang sudah aku lakukan beberapa bulan terakhir ini. Tapi ya mau gimana lagi, tepung beras udah jadi cendol.

Tapi kenapa Leo mau minta no hp Vanilla yak? Padahal dia juga masih rajin banget smsin Merry. Malah dia kekeuh banget ngajakin telpon dan ketemuan terus. Ini apa maksudnya, dia mau deketin dua cewek dalam waktu yang sama begitu? Yah walaupun orangnya sama aja si.

Aku sedang duduk di bangku panjang yang ada di samping kelas tempat kami tadi melaksanakan ulangan. Teman-temanku masih pada ngobrol di depan kelas. Tau deh ngobrolin apa.

Aku duduk di atas tumpukkan tas peserta ulangan. Bodo amat deh itu tas anak kelasku atau kelas lain. Saat itu kami dipasangkan dengan anak kelas 8e. Setiap ulangan memang begitu sistemnya. Jadi masing-masing kelasku dan kelas 8e dibagi ke dua kelas yang berbeda. Di tiap kelas, anak kelas 7 duduk sebangku dengan anak kelas 8. Biar nggak contekan.

Aku menyenderkan punggungku dan menghadapkan wajahku ke atas sambil menutup mata. Gila, berasap betul otak rasanya. Lagian apa-apaan sih itu jadwalnya. Ulangan terakhir malah matematika? Gimana nggak berasap?

Saat aku masih berusaha memadamkan asap di kepalaku, tiba-tiba aku merasa ada orang yang duduk di pangkuanku. Kaget, sontak aku pun membuka mataku dan menemukan sesosok anak laki-laki yang dengan enaknya main duduk di pangkuan orang. Saking kagetnya aku sampe cuma melotot aja ngeliatian itu orang.

“Eh?” ucapnya.
“Woi yu! Enak banget lo main duduk di pangkuan orang aja!” celetuk teman-temannya.

Orang itu pun lantas berdiri dan berbalik menghadap ku yang masih melotot karena kaget.

“Astaga pantesan ko empuk. Maaf ya dek, mas tadi mau duduk di tumpukan tas. Tapi jalannya mundur, jadi nggak ngeliat.”

Pantesan ko empuk. ? emoticon-Kagets

Ini orang mau minta maaf tapi kata-katanya begitu banget. Dikata kasur kali ah. Lagian badan kurus begitu dikata empuk. Skenario macam apa yang sedang kau rencanakan duhai anak muda?

Aku lihat badge kelasnya berwarna merah yang menandakan kalau dia adalah anak kelas 8. Embuh 8 mana, nggak tertarik pengen tau.

Aku lihat badge namanya, dan ada nama ‘Wahyu Utomo’ terpatri disitu.

“Iya mas, nggak papa.” sahutku singkat tapi masih dengan wajah penuh angkara murka sih.
Sebenarnya hati ini emosi, cuma masih nggak bertenaga buat ngomel-ngomel.

“Maaf ya dek sekali lagi.” ucapnya dengan senyum yang kaku sambil garuk-garuk kepala.
Aku tidak menyahut dan hanya menganggukkan kepala singkat. Dan entah lah setelah itu dia mlipir kemana. Sekali lagi, masa bodo.

Aku pun mengambil buku catatan dari tasku, dan kembali pada posisi nyender-kepala-ngadep-plafon sambil nutupin wajah ku pake buku catatan.

“Hoahhhmmm. Akhirnya kita merdekaaahhhh...” ucap Beth yang dateng-dateng main duduk di sebelah kananku.

Tahu darimana Van kalo Beth duduk di sebelah kanan? Kan lagi tutup mata, nggak keliatan?

Kerasa ko bangkunya jadi rada miring ke sebelah kanan. Muehehe

“Iyaaaa. Martabak yu gengsss...” ucapku sambil mengangkat buku yang menutup wajah ku.

“Tungguin Nindya tuh, lagi nyamain jawaban sama Ares.” saut Diana yang dateng-dateng main duduk di pangkuanku.
“Elah, susah ya anak pinter. Padahal kan lembar jawaban toh udah di kumpul, mau gimana juga nggak bisa diubah lagi. Tunggu hasil aja udah. Ntar juga ketahuan nilainya.” sahutku sambil menyenderkan kepala ke punggung Diana.
“Yee,mana bisa lo nyamain diri lo sama Ares sama Nindya. Lo tu kebanyakan tawakkal nya kalo jawab. Nggak pake usaha. Ya iya lah pasrah.” sahut Beth sambil menoyor kepalaku.

Aku pun cuma nyengir.

Ya, aku bersyukur banget punya Ayah yang nggak terlalu mempermasalahkan nilai akademik anak-anaknya. Yang penting cukup, dan bisa lulus atau naik kelas. Nggak perlu-perlu banget deh dapet nilai 100 atau nilai sempurna. Jadi tinggal kesadaran anaknya aja, lagi pengen nyenengin orang tua apa nggak. Kalo lagi pengen, biasanya aku rajin belajar. Kalo lagi nggak, ya kaya kata Beth tadi. Banyakan tawakkalnya daripada usahanya emoticon-Big Grin Makanya aku nggak pernah ambil pusing sama yang namanya ulangan. Apalagi kalo emang pelajarannya aku nggak doyan-doyan banget.

Drt drt drt..drt drt..drt drt drt.. ponsel yang kusimpan di kantong rok ku bergetar tanda ada sms.

Aku pun meminta Diana berdiri dari pangkuanku dan mengeluarkan ponsel lalu membuka pesan yang masuk.

Dari Leo.
Quote:


Aku pun tersenyum membaca balasan pesan terakhir yang dikirim Leo. Halu banget ini cowok. Mana bisa dia keluar sekolah terus ngedatengin ke ‘sekolah’ Merry sekarang? Orang belum pada dibolehin pulang. Wahaha Lucu emang si Leo nih. Bales apaan yak smsnya?

Quote:


“Leo Van!” seru Beth tiba-tiba yang membuat aku mengangkat wajahku yang dari tadi terfokus ke layar ponsel.

Yang diserukan Beth benar. Leo sedang berjalan ke arah kelas ini dari kelas seberang. Kami cuma terpisah sebidang lapangan basket. Wait, ngapain dia? Mau kemana? Ke sini? Ngapain ke sini? Katanya mau ngedatengin Merry? Merry mah di SMP Delima, bukan disini.

Aku pun panik dan menarik Diana untuk kembali duduk di pangkuanku, aku juga meminta Beth dengan tubuhnya yang besar untuk menutupiku. Selanjutnya, aku cuman menyembunyikan kepalaku di punggung Diana, dengan kedua tangan yang melingkar memeluk pinggang Diana. Oke, kamuflase sempurna.

Aku memejamkan mataku dengan sekuat tenaga.

Sial. Apa aku ketahuan?

“Dia lagi ngapain Di?” tanyaku sambil berbisik pada Diana.
“Dia manggil Ares tuh Van. Duh, anjir lah. Kenapa gue ikutan gugup juga ini?” sahut Diana.
“Tau nih. Gue juga. Ngapain lagi Leo ke sini? Lo ketahuan ya Van?” timpal Beth.
“Nggak tauu gueee. Perasaan nggak ada tanda-tanda Leo mergokkin kalo Merry itu Vanilla deh.”
“Lah terus dia ngapain ke sini ya Di?” tanya Beth pada Diana.
“Ya lo tanyain sono! Gue mah mana tau. Lo pikir gue paranormal apa bisa baca pikiran orang!” sahut Diana sewot.
“Eh udah lo berdua jangan pada berisik! Malah menarik perhatian woy!” perintahku sambil berbisik.

Untung mereka berdua nurut dan nggak ngomong apa-apa lagi.

Nggak lama aku liat Nindya yang berjalan ke arah kami dengan muka bingung. Ya gimana nggak bingung, 3 temennya lagi duduk dengan formasi yang sangat membingungkan begitu. Tuh, saking bingungnya ts aja ampe masukkin berapa kali kata bingung tuh dalam satu paragraf.

Aku pun hanya menggerakkan mulutku membentuk kata ‘Leo’ tanpa suara sambil menunjuk-nunjuk ke arah terakhir aku melihat Leo. Untungnya Nindya pinter dan responsif dengan langsung bergabung di formasi membingungkan tadi, supaya kamuflase ku makin aman.

Yang nggak ku sadari adalah, bahwa definisi ‘aman’ menurut kami ternyata malah membuat kami jadi pusat perhatian orang-orang.

“Cil, ada yang nyariin nih.” ucap seseorang yang dari panggilan dan suaranya dapat aku kenali sebagai Ares.

Aku masih diem dan ngumpet aja. Seolah-olah kamuflaseku masih bekerja.

Aku pun nyubit pelan paha Diana dan Beth buat ngasih kode supaya dia ngelakuin sesuatu untuk menyelamatkanku. Aku juga mengirimkan sinyal SOS pada Nindya yang ada di sampingku.

“Eh, Vanilla lagi ke toilet res. Nggak ada disini.” sahut Beth setelah membalikkan badannya menghadap Ares.
“Iya res, nggak ada disini pokoknya. Nggak ada.” timpal Diana.
“Eh res, soal cerita nomor 5 tadi gimana kata lo ngerjainnya?” ucap Nindya ikut-ikutan.

Lah ini kenapa jadi pada begini, udah kaya kuis cerdas cermat aja pada nyaut semua emoticon-Nohope

“Pada kenapa sih lo pada?” tanya Ares yang aku yakin pasti dengan muka bingung.
“Van, ada yang nyariin woy.” ucap Ares setelah berhasil menemukan wajahku yang sembunyi di belakang Diana.

Aku pun cuma nyengir sambil menepuk pelan Diana, sebagai tanda biar dia berdiri. Bubar udah bubar. Kamuflase gagal.

“Siapa yang nyariin gue cil?” tanyaku pada Ares.
“Noh.” sahutnya pendek sambil menunjuk ke arah Leo yang sedang tersenyum ke arahku.
“Ohh, ada apaan katanya nyariin gue?”
“Ya meneketehee cill. Lo tanya aja sendiri.” sahutnya.

Aku pun tersenyum kecut pada ketiga sahabatku dan menampilkan wajah ‘wish me luck ya gengs’, yang mereka respon dengan senyum yang nggak kalah kecutnya.

Setelah itu aku pun berbalik dan berjalan menuju orang itu.

Ya orang itu, yang udah aku tipu berbulan lamanya dan sekarang lagi senyum-senyum mencurigakan sambil ngelipat kedua tangannya di depan dada.

Ocehan Ares pada ketiga sahabatku tentang betapa absurdnya kami tadi pun makin lama makin terdengar samar di telingaku, yang menandakan kalau aku semakin jauh dari mereka dan semakin dekat dengan Leo.
Quote:


Dan aku pun membiarkan diriku ditarik sama Leo menuju kantin(menuju mana aja juga ikut aja sih kalo Leo yang narik emoticon-Malu (S)emoticon-Smilie.
“Kantin kemaren aja ya? Kantin aku biasa kebanyakan setannya, pasti berisik.” tanya Leo sambil melihat ke arah kantin dia biasa nongkrong.

Yang dimaksud ‘setan’ oleh Leo adalah teman-temannya di klub basket tentunya. Yang udah pada senyum-senyum nggak jelas ditambah teriak-teriak yang nggak kalah nggak jelasnya pas ngeliat aku sama Leo jalan berdua.

“Ciyeeehhh Leooooo. Sama siapa Leoo??”
“Duilehh, udah main pegang tangan orang aja itu.”

Pegang tangan?

Aku pun refleks melihat ke pergelangan tanganku yang ternyata masih ada tangan Leo melingkar di situ. Rupanya semenjak Leo narik aku pas ngajak ke kantin tadi, Leo belum lepas tangannya. Dan begonya, aku nggak sadar sama sekali. Lantaran lagi sibuk mikirin alasan buat ngeles ke Leo tentang ‘Merry’.

Sadar aku ngeliatin tangannya, Leo pun melepas pegangannya dan berpindah dari yang awalnya berjalan di depanku menjadi berjalan di belakangku sambil mendorong ku pelan.
“Udah, nggak usah diladenin suara-suara setan itu.” ucapnya. Aku pun cuma meresponnya dengan anggukan.

Sesampainya di kantin, aku langsung duduk dan sengaja mojok biar nggak menarik perhatian(nggak ada alasan lain yeemoticon-Big Grin). Leo nyuruh aku nunggu aja, dan biar dia yang mesen katanya.

“Disini emang jarang ada cowok nya ya? Yang belanja cewek semua.” ucapnya setelah kembali dan duduk di sampingku.
Quote:


Jadi ternyata, Leo udah tau kalau Merry itu adalah Vanilla sejak kita smsan bahas masalah SD. Setelah aku dengan ikhlas nya malah ngasih tau kalau aku sekolah di SD Anggrek dan kenal sama Ares. Ya Leo tinggal tanya Ares aja, siapa sebenarnya sosok dibalik nomor hape yang ngesms dia dan ngaku sebagai Merry itu. Terus, aku juga baru sadar kalau ‘kecil’ itu adalah panggilan antara aku dan Ares doang(Ares kecil=tinggi badannya, Vanilla kecil =berat badannya). Jadi ya voila, ketahuan lah. Pinter banget ya Leo. Atau emang Vanilla nya yang kelewat oon. Nggak bakat emang tipu-tipu orang. Aku emang putih bersih jujur apa adanya. *apaan ini*

Aku pun cuma bisa melongo setelah dengar cerita dibalik terbongkarnya identitas palsuku oleh Leo. Berarti saat Leo bayarin aku makan di kantin itu Leo udah tau kalo aku adalah Merry?

“Udah tau dong. Makanya aku iseng datengin kamu terus minta no hape. Pengen liat apakah kamu akan membuka rahasia kamu sendiri atau nggak. Sayangnya kamu sadar dan malah ngeles lupa nomor hp. Padahal lucu kali ya kalo kamu langsung ketahuan waktu itu.
Gimana ya muka kamu? Mana nggak ada temen-temen kamu yang bisa ngelindungin kaya tadi. Ahaha” ucapnya sambil tertawa.

Ah, rupanya Leo juga sadar akan kamuflase aku dan teman-temanku barusan. Cuma kami aja yang ngerasa kalau kamuflase kami tadi sempurna kayanya.

Aku pun hanya merespon Leo dengan senyum masam sambil mengaduk es milo ku lalu meminumnya.

Quote:
Diubah oleh beanilla93 21-02-2018 07:12
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.