- Beranda
- Stories from the Heart
Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]
...
TS
roni.riyanto
Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]
SELAMAT DATANG DI THREAD HORROR ANE YANG SEDERHANA
![Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]](https://dl.kaskus.id/i.pinimg.com/736x/ac/9e/c8/ac9ec8d17096742f52ebfbdcc70fa7e7--dark-art-photography-creepy-photography.jpg)
Assalamualaikum wr.wb
Spoiler for Pembukaan:
![Mata Batin They Among Us Chapter 1 [End]](https://dl.kaskus.id/3.bp.blogspot.com/-ne_rDQngRD8/Vk1ychXHIHI/AAAAAAAAJFs/GTFL1J3f6Mw/s1600/hantu%2Bpocong%2Bmenyeramkan.jpg)
Quote:
imut ya gan 

Quote:
PROLOG
Quote:
Kamu percaya hantu?
Atau kamu pernah Bertemu dengan mereka ?
ini adalah Kisahku.
Namaku Roni seorang berusia dua puluh satu tahun yang berprofesi sebagai penulis.
berawal dari rasa penasaranku melihat dunia lain untuk bahan tulisan dibuku baruku.
aku nekat membuka mata batinku sendiri dengan mencoba banyak ritual.
hingga suatu hari mendapati diriku mulai dapat melihat keberadaan MEREKA.
Siapa sangka ternyata setelah aku membuka mata batinku masalah demi masalah muncul,
dan ternyata masalah tersebut mengancam keselamatanku dan adikku Sheril . .
Atau kamu pernah Bertemu dengan mereka ?
ini adalah Kisahku.
Namaku Roni seorang berusia dua puluh satu tahun yang berprofesi sebagai penulis.
berawal dari rasa penasaranku melihat dunia lain untuk bahan tulisan dibuku baruku.
aku nekat membuka mata batinku sendiri dengan mencoba banyak ritual.
hingga suatu hari mendapati diriku mulai dapat melihat keberadaan MEREKA.
Siapa sangka ternyata setelah aku membuka mata batinku masalah demi masalah muncul,
dan ternyata masalah tersebut mengancam keselamatanku dan adikku Sheril . .
Quote:
FAQ:
Q: cerita dan karakter disini nyata gan ?
A: alur dan karakter disini fiksi, namun semua kejadian mistisnya diangkat dari pengalaman nyata TS dan kawan2 TS.
Q: TS pernah bibuka mata batin ?
A: pernah
, namun sekarang sudah ditutup karena alasan risih, bukan takut 
Q: risih kenapa gan ?
A: risih karena dikit2 kaget,dikit2 mual dan risih pas mandi ditongrongin neng kunti.
Q: jadi ini cuma karangan gan ?
A: cerita utama memang dikarang, namun kejadian mistis yang dialami oleh karakter sepenuhnya nyata pernah dialami TS dan kerabat TS
tapi untuk keseimbangan cerita ane tambahin unsur Fiksi biar ceritanya lebih dapet
Q: kapan update nya gan ?
A: biasanya saya update jam 20.00-24.00 Karena TS sedang sekolah bahasa updatenya cuma bisa seminggu sekali gansis. Update tiap malam minggu
Q: cerita dan karakter disini nyata gan ?
A: alur dan karakter disini fiksi, namun semua kejadian mistisnya diangkat dari pengalaman nyata TS dan kawan2 TS.
Q: TS pernah bibuka mata batin ?
A: pernah
, namun sekarang sudah ditutup karena alasan risih, bukan takut 
Q: risih kenapa gan ?
A: risih karena dikit2 kaget,dikit2 mual dan risih pas mandi ditongrongin neng kunti.
Q: jadi ini cuma karangan gan ?
A: cerita utama memang dikarang, namun kejadian mistis yang dialami oleh karakter sepenuhnya nyata pernah dialami TS dan kerabat TS
tapi untuk keseimbangan cerita ane tambahin unsur Fiksi biar ceritanya lebih dapetQ: kapan update nya gan ?
A: biasanya saya update jam 20.00-24.00 Karena TS sedang sekolah bahasa updatenya cuma bisa seminggu sekali gansis. Update tiap malam minggu
Quote:
Kalau agan dimari suka cerita saya, mohon untuk
share gan dan juga komengnya 
yang udah iso boleh timpuk ane pake
share gan dan juga komengnya 
yang udah iso boleh timpuk ane pake

Selamat Membaca
Quote:
PENTING
Just Info untuk Thread ini ane akan buat tamat di chapter 1, untuk lanjutan ceritanya bisa dibaca nanti di chapter 2 yang akan di posting di thread baru segera.
Terima Kasih
INDEX PART
Kesan Pertama (pengenalan bagi Roni )
1. Dunia lain
2. Buka Mata Batin
3. Penghuni Rumah
4. Hantu Penglaris
5. Hantu Anak Kecil
Sisipan sekilas Linda
POPI
6. Hantu Siswi
7. Hantu Penunggu Sekolah
8. Dijilat Hantu /
9. Hantu Toilet
SHERIL
10. Hantu Toilet 2
Biografi Karakter
11. Jurig Kincir 1..
12. Jurig Kincir 2 ..
Sisipan Real Story si Bray
13. Jurig Kincir (Sheril)
LINDA
14. Uyut Catam
15. Rumah Linda
16. Saingan Linda (Sheril)
17. Kematian Linda
GALIH
18. Kemah di Curug 18 Januari 2018
19. Sesajen 19 Januari 2018
20. Sesajen part Dua 20 Januari 2018
21. Sesajen part Tiga 21 Januari 2018
22. Buntelan kecil 27 Januari 2018
Cerpen Cheesecake
23. buntelan kecil dua 7 Februari 2018
24. Wanita ? 11 Februari 2018
25. Wanita Dua 24 Februari 2018
AYU
26. Kemah lagi 10 Maret 2018
27. Sareupna 17 Maret 2018
28. Bingung 24 Maret 2018
SHERIL (2)
29.Mimpi (Sheril) 26 Maret 2018
30. Rumah Anggi (Sheril) 31 Maret 2018
31. Siapa? (Sheril) 15 April 2018
RONI1. Dunia lain
2. Buka Mata Batin
3. Penghuni Rumah
4. Hantu Penglaris
5. Hantu Anak Kecil
Sisipan sekilas Linda
POPI
6. Hantu Siswi
7. Hantu Penunggu Sekolah
8. Dijilat Hantu /
9. Hantu Toilet
SHERIL
10. Hantu Toilet 2
Biografi Karakter
11. Jurig Kincir 1..
12. Jurig Kincir 2 ..
Sisipan Real Story si Bray
13. Jurig Kincir (Sheril)
LINDA
14. Uyut Catam
15. Rumah Linda
16. Saingan Linda (Sheril)
17. Kematian Linda
GALIH
18. Kemah di Curug 18 Januari 2018
19. Sesajen 19 Januari 2018
20. Sesajen part Dua 20 Januari 2018
21. Sesajen part Tiga 21 Januari 2018
22. Buntelan kecil 27 Januari 2018
Cerpen Cheesecake
23. buntelan kecil dua 7 Februari 2018
24. Wanita ? 11 Februari 2018
25. Wanita Dua 24 Februari 2018
AYU
26. Kemah lagi 10 Maret 2018
27. Sareupna 17 Maret 2018
28. Bingung 24 Maret 2018
SHERIL (2)
29.Mimpi (Sheril) 26 Maret 2018
30. Rumah Anggi (Sheril) 31 Maret 2018
31. Siapa? (Sheril) 15 April 2018
32. Ikan? 22 April 2018
33. Bayangan 29 April 2018
34. Masa Lalu 7 mei 2018
35. HATI 16 Mei 2018 ( Late Post)
36. Kakak 7 Juli 2018(Sheril)
37. Kakak-2 14 Agustus 2018(Sheril)
38. Perjalanan 3 Oktober 2018(Sheril)
BEGINNING
39. Permulaan 27 Oktober 2018(Sheril)
Teaser Chapter 2
Selamat pagi/siang/malam gansis yang suka mampir ke Thread ini, ane cuma mau bilang maaf karena ane baka vacum di dunia perinternetan untuk waktu yang bakalan lama. sebenernya udah ada lanjutan chapter 2 cuma ane ngerasa sangsi buat postingnya karena belum selesai 100%. jadi buat agan dan sista yang nunggu kelanjutannya harus berlapang dada karena ane mau vacum karena suatu alasan.
Terimakasih
Salam Kentang
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 80 suara
Gimana Ceritanya Gan ?
Bagus Ceritanya Serem.
65%
Lumayan Seram,
28%
Boring Gan .
8%
Diubah oleh roni.riyanto 10-01-2019 16:41
sulkhan1981 dan 9 lainnya memberi reputasi
8
306.9K
Kutip
1.7K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
roni.riyanto
#884
Quote:
Selama 2 tahun buntelan ini berada dilaciku tanpa pernah aku tau isinya apa, aku merasa semakin penasaran. Perlahan dengan hati-hati kubuka buntelan kecil atau lebih mirip dompet tradisional (kanjut kundang -> googling aja). kutarik talinya dengan hati-hati karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
“KYAAAAAAAAAA”
Sheril Menjerit keras dari arah kamarnya.
Part 22
Mendengar Sheril berteriak dengan relfleks aku langsung berlari kearah kamarnya, aku merasa sangat khawatir. Pintu kamarnya tertutup rapat, aku mencoba membukanya dengan cepat, secepat orang berlari disaat mereka cepirit.
“Dek? Kenapa Dek?”
Didalam kamar Sheril terlihat sedang duduk melingkar bersama Yuli,Rian dan Kakek-Nenek. Mereka sedang bermain kuis ABC lima dasar.
“Kenapa Kak? Ko kaya orang panic gitu?” ujar Sheril dengan santai.
Kulihat mereka semua menatap kearahku dengan heran, aku merasa canggung sendiri.
“Tadi kamu kenapa teriak Dek? Kenceng banget lagi !”
“Oh tadi, tadi lagi main ABC lima dasar. Yang kalah pinggangnya dicubit Kak, Geli banget”
Aku hanya melongo mendengar jawaban Sheril, kemudian perlahan aku memegang knop dan menutup pintunya. Sedetik kemudian aku membuka lagi pintunya.
“Dek, mending hukumannya ganti . Kamu dikerjain mereka Tuh !”
Setelah beres berbicara kututup kembali pintu dan menuju kamar, aku tertawa sendiri jika ingat kejadian tadi. Mubazir sudah tenaga yang kugunakan untuk berlari kencang dari kamarku.
“Zzzzt….Zzzzt” HP ku bergetar ada sms masuk.
“Hahahahaha” terdengar suara tertawa ramai dikamar sebelah.
Dikamar aku teringat akan buntelan kecil tadi, namun buntelan tersebut tidak ada diatas meja.
“Tadi seinget gue, gue simpen disini deh…Kok gak ada?” gumamku dalam hati.
Kucoba meluaskan pandangan namun tidak menemukannya juga, kucari dalam laci meja kerja tidak ada, dikolong kasur juga tidak ada.
“ Kemana tuh buntelan yah ? gumamku sambil memegang janggutku yang tipis (setipis peluang dia menjadi istriku
)
Tiba-tiba tercium bau kemenyan, bau yang sama dengan aroma buntelan ketika pertama kali kucium didekat air terjun. Kucoba menelusuri baunya dengan menggunakan indra penciumanku, bau tersebut menuju kearah belakang dispenser yang ada disebelah meja kerja.
Ternyata buntelan tersebut ada dibelakang dispenser, aku merasa bingung karena posisinya terapit tembok dan juga dispenser, jika jatuh mana mungkin bisa ada diposisi seperti ini?
Segera kuambil buntelan tersebut, baunya semakin tercium, namun ada satu hal yang ganjil. Jika kuperhatikan dengan teliti, tali yang mengikat ujung buntelan tersebut menjadi terikat kencang kembali, padahal tadi aku sangat yakin sudah membukanya sedikit.
Aku berjalan kearah meja kerja dan memperhatikan buntelan ini, aku masih terheran-heran dengan buntelan ini.
“Gue yakin banget nih buntelan tadi udah gue buka dikit, napa sekarang begini. Pake muncul lagi bau menyannya
Aku memutuskan untuk membuka kembali buntelan ini, namun ada hal yang aneh saat akan kubuka buntelan ini, talinya sangat kencang dan tidak dapat ditarik.
“Hmmmpp….Hmmmmp…buset dah napa gak bisa ditarik ini tali, tadi pas pertama gue tarik gampang banget ”
Aku menjadi penasaran dengan isi buntelan ini, apalagi setelah terjadi hal aneh dimana si tali menjadi kencang sendiri. Tiba-tiba buntelan tersebut menjadi mengembang seolah seperti balon yang sedang ditiup, karena kaget dengan refleks kulempar buntelan tersebut.
Kulihat dengan seksama buntelan tersebut sekarang mirip dengan sebuah balon kecil dengan tali diujungnya. Buntelan tersebut bergerak-gerak seperti ada sesuatu yang berusaha keluar, hal tersebut terjadi mungkin selama lima detik sebelum kembali diam seperti sedia kala.
Aku semakin merasa penasaran sebenarnya apa isi dari buntelan ini, dan sekarang bau menyan dari buntelan tersebut hilang dan tak tercium lagi. Kudekati buntelan itu dengan perlahan, khawatir tiba-tiba meledak atau semacamnya.
“Krek !”
Aku mendengar suara dari dalam buntelan tersebut, suaranya kecil namun karena dikamarku hening aku jadi bisa mendengarnya dengan jelas. Sesuai dengan kebiasaanku jika aku merasa takut, aku akan melakukannya dengan cepat, begitu pula ketika aku mengabil buntelan ini. Dan ternyata tidak terjadi apa-apa.
Kupegang dan mencoba menekan buntelan tersebut, sangat keras seperti batu. Aku menggunakan tenagaku untuk menekannya namun bentuknya sama sekali tidak berubah, aku tidak patah arang dan mencoba cara lain untuk membuka buntelan ini saking penasarannya.
Kuambil gunting dilaci dan segera mencoba menggunting buntelan tersebut, dan nihil tidak tergores sama sekali. Aku beranjak dan keluar dari kamar dan berjalan menuju gudang, disana ada om Six Pack yang berdiri seperti biasanya.
Aku kembali kekamar dengan membawa golok, gunting rumput dan jug palu besar, ibarat didalam kartun aku merasa tertantang untuk membuka buntelan ini. Pertama aku mencoba mengirisnya dengan golok, dan dilanjutkan dengan memotongnya mirip dengan posisi memenggal (menggal buntelan udah gak waras kali gue ya
)
Percobaan menggunakan Golok tidak membuahkan hasil, langkah berikutnya adalah dengan menggunakan gunting rumput. Kuambil buntelan tadi dan menempatkannya dalam posisi terjepit mata pisau gunting rumput, lalu dilanjutkan dengan menekannya dengan sekuat tenaga.
Aku mencoba mengerahkan semua tenaga yang kumiliki saking penasaranya, aku pikir tak apa penasaran dengan isi buntelan ini daripada penasaran bagaimana kabar sang mantan yang sudah menyakitiku. Aku mengerahkan tenaga sampai-sampai mataku terpejam dan terasa ada sesuatu yang akan keluar dari pantatku.
Kulepaskan buntelan dari apitan gunting dan mengambil palu, kuambil selimut dari kasur dan menyimpannya dilantai, kemudian kuletakan buntelan itu diatasnya.
“Kampret bener ini buntelan bikin gue capek sama penasaran aja”
Aku mencoba mengambil ancang-ancang untuk mengumpulkan tenaga sebelum memukulkan palu ini. Aku menghitung dalam hati, dan pada saat hitungan ketiga aku mengayunkan Paluku dengan sisa tenaga yang kumiliki.
“Bug….Bug…Bug !” tiga kali kuayunkan Palu dengan keras.
Dan ternyata hasilnya masih nihil, apakah aku harus mengadakan sayembara untuk mengetahui isi buntelan ini? Barang siapa yang bisa membuka buntelan ini, jika perempuan akan kunikahi, dan jika laki-laki akan kujadikan saudara.
“ Elah udah kayak dayang sumbi aja gue” gumamku dengan kesal.
Aku menyerah untuk membuka buntelan ini, memang aku sangat penasaran dengan isinya. Lebih penasaran daripada kabar si mantan sudah menikah atau belum.
“Kaka ngapain?”
Aku terkejut karena mendaapati Sheril sudah berdiri diambang pintu sambil menyeritkan dahinya.
“Eh gak ngapa-ngapain Dek?”
“Itu kenapa kok banyak perkakas disini?”
Aku merasa bingung harus menjelaskan bagaimana kepada Sheril, entah mengapa aku malah merasa seperti pencuri yang tertangkap basah.
“Emm ini dek, nganu emmm”
Seperti wanita penuh pengertian, Sheril berlalu meninggalkanku begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Aku menghela nafas karena merasa lega, tanpa sadar aku berkeringat dingin. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 16.00, dan aku harus segera menuju rumah Galih karena besok aku akan berkemah dengan Grupnya.
Aku segera membereskan benda-benda yang kugunakan untuk membuka buntelan ini. Dan setelahnya aku menuju kamar Sheril untuk menanyainya, apakah dia mengizinkan aku berkemah atau tidak.
“Dek, lagi ngapain?” kulihat Sheril masih bermain ABC lima dasar.
“Iya kak kenapa?” jawabnya sambil memutarkan badannya yang sedang duduh bersila dan menoleh kearahku.
Aku lantas masuk dan hendak duduk dikasurnya.
“Eh Kaka mau ngapain jangan duduk dikasurku ah”
Sheril berkata demikian sembari menahan dan mendorong badanku yang hendak akan duduk dikasurnya, dan tampak jelas wajahnya memerah dengan mata melihat kearah lain.
“Hmmm Adek gue udah jadi gadis sekarang yah, udah gak mau kasurnya gue tidurin” gumamku dalam hati.
“Kaka duduknya disini aja” ujarnya sembari memberikan sebuah kursi plastic kecil untuk balita.
Dan aku ingat betul ketika Sheril berumur lima tahun, dia merengek dan menangis sejadi-jadinya karena ingin memilki kursi ini. Padahal waktu itu Mama dan Papa sudah membelikan kursi dari kayu yang jauh lebih bagus, dan aku ingat perkataan Sheril kenapa dia ingin memiliki kursi plastic ini.
“Dek, Kaka besok mau kemah. Kamu gak apa-apa kaka tinggal?”
“Terus ntar aku disini sama siapa kak? Kaka tega ninggalin aku kemah? Egois ih !” ujarnya sedikit ketus.
“Lah tadi emangnya gak inget kamu yang nyaranin kakak buat ngelakuin hal yang kakak suka? Gak inget?
Merasa terpojok, Sheril tidak menjawab dan hanya mengembungkan pipinya sambil menatap kesal, kedua tangannya memegang bahunya satu sama lain.
“Kamu nanti sementara nginep dirumah Tante Tuti gimana?”
“Aku gak biasa kak nginep dirumah orang!” jawabnya masih dengan ketus.
“Ya udah gimana kalo kamu ngundang temen kamu buat nginep disini?”
Sheril mengempiskan pipinya dan mendelikan matanya kearah lain, sementara teman-teman ghaibnya hanya diam melihat kami berdua mengobrol.
“Beneran Kak?”
“Iya beneran, tapi harus cewek lagi yah !”
Sedetik kemudian aku memencet hidungnya yang mungil, dia nampak kesakitan dan berontak melepaskan tanganku.
“Ih apaan sih Kak “
“Adek kakak udah jadi Gadis yah”
“Ya iyalah masa mau kecil terus Kak”
Aku hanya tertawa kecil mendengar jawabannya.
“Kaka berangkatnya kapan?”
“Nanti abis maghrib dek”
Mendengar jawabanku Sheril kembali mengembungkan pipinya dan matanya kembali mendelik kearah lain.
“Hahahahaha”
Penghuni Ghaib rumah ini tertawa melihat perilaku Sheril.
“Kamu kenapa manyun lagi Dek?”
“Tau ah”
“Hahahahaha” Kembali penghuni rumah mentertawakan kami.
Aku memutar otak mencari jawaban agar bisa meluluhkan Sheril dan mendapatkan izinnya.
“Dek ?”
“Apa!!?” jawabnya dengan ketus.
“Kamu kan bisa liat Yuli dkk, kan ada mereka, kamu gak bakal ngerasa sepi kan?”
Sheril melihatku dan mengempiskan pipinya, dia terlihat seperti mempertimbangkan, beberapa kali dia melihat kearahku dan kearah Yuli dkk secara bergantian. Dan suasana menjadi hening.
“Ya udah kakak boleh kemah, tapi 3 hari aja yah gak boleh lebih?”
“Iya dek Cuma 3 hari kok gak lebih” jawabku sambil tersenyum.
“Janji?” ujarnya sambil mengarahkan jari kelingkingnya kepadaku.
“Iya kakak Janji dek” akhrinya kami sepakat.
Aku segera beranjak dan kembali kekamarku, aku lalu menyiapkan segala sesuatu yang kubutuhkan untuk berkemah. Karena peralatanku ada dirumah Galih, aku hanya membawa baju salin saja.
Setelah shalat maghrib aku segera berpamitan kepada Sheril dan penghuni rumah yang lain, wajah Sheril tersenyum senang, mungkin karena melihatku mau keluar dari rumah untuk mencari kesenangan agar bisa segara move on.
“Ada yang ketinggalan gak Kak?”
Mendengar Sheril berkata demikian aku lantas mengecek barang bawaan.
“Baju ada,obat ada,baju dalem ada, obat ada, HP ada,..eh Dompet ketinggalan dek !”
Sheril kemudian berbalik arah dan hendak mengambil mungkin.
“Dek, biar kakak aja yang ngambil” ujarku menghentikannya.
Sheril hanya mengangguk, aku segera masuk kedalam kamar untuk mengambil dompetku. Dikamar aku mencari keberadaan dompetku, rupanya ada diatas meja kerja, dan saat mengambil dompet. Pandanganku tertuju kepada buntelan yang tergeletak diatas gallon dispenser.
Beberapa detik aku memandangi buntelan tersebut, seperti ada sesuatu yang membisikan, aku merasa harus membawa buntelan ini. Entah mengapa aku merasa harus membawa buntelan ini. Dan pada akhirnya aku membawa buntelan ini dan memasukannya kedalam tas.
Aku segera keluar dari kamar dan tak lupa menutupnya, aku berjalan keluar rumah. Disana Sheril dan yang lainnya sedang berdiri didepan menunggu kepergianku, ketika aku sampai diambang pintu Yuli Rian dan yang lain tiba-tiba menatapku dengan tatapan rasa takut dan menunduk.
“Dek kakak pergi dulu ya !”
“Iya Kak, hati-hati dijalannya jangan ngelamun !”
“Iya Dek kamu tenang aja”
Aku kemudian berjalan kearah motorku dan menyalakannya, untuk beberapa saat aku diam untuk memanaskan motorku.
“Kak !!” Sheril memanggilku setengah teriak, dan saat kutoleh kearahnya
“Cup!!”
Sheril mencium pipiku, terasa hangat dan basah. Aku tidak mampu berkata apapun, rasanya tidak terasa dicium oleh seorang Adik. Kutatap wajah Sheril dengan seksama, wajahnya merona. Namun aku hanya melemparkan senyum kepadanya.
“Ya udah kakak berangkat yah, Assalamualaikum !”
“Waalaikum salam, hati-hati kak !”
Akhirnya aku bisa pergi untuk berkemah dengan teman lamaku Galih, senang rasanya hatiku bisa meluangkan waktu untuk menghibur diriku sendiri. Malam ini cerah dan aku dapat dengan jelas melihat bintang-bintang yang menggantung dilangit.
Sepanjang perjalanan seperti biasa aku melihat penampakan-penampakan, dan ketika melewati makam aku sengaja menyetel music dengan volume maksimal agar tidak mendengar suara yang tidak ingin aku dengar. Dan beberapa kali aku berpapasan dengan hantu dijalan, namun anehnya kali ini mereka semua memandangku dengan rasa segan, malah seperti merasa takut.
“Aiyay iyay menkuri pampam pampam” Hp ku berdering dengan keras.
Kutekan tombol diheadset untuk mengangkat telfon dan karena memakai helm, kupikir si penelfon bisa mendengar suaraku dengan jelas.
“Halo !” jawabku.
“Ron lu dimana?” rupanya Galih, aku mengenali suaranya.
“lagi dijala Lih, napa gitu?”
“Nanya aja Ron, oh iya,,, besok kita kemah enam orang lagi Ron. Udah pada dateng dimari”
Aku menghentikan motorku agar bisa mengobrol lebih jelas, kebetulan sedang berada dijalan yang cukup terang sehingga aku tidak begitu khawatir dengan pembegal.
“Enam orang Lih? Siapa aja?”
“Formasi kaya dulu Ron, Yana sama Ipin”
“Yana sama Ipin? Cuma berempat dong kalo gitu?”
“Iya cowoknya empat kalo diitung gue sama elu, yang duanya lagi cewek !”
Aku sedikit terkejut mendengarnya, karena sebelumnya kami belum pernah mengajak perempuan untuk berkemah.
“Siapa ceweknya Lih?”
“Ceweknya dua, Bini gue maksa ikut Ron, katanya khawatir gue selingkuh. Etdah
”
“Terus satu laginya siapa Lih?” tanyaku dengan heran.
“Temen bini gue Ron,temen pas kuliah. Dan dua-duanya kagak ditamatin, cantik Ron ceweknya. Buat elu aja deh nih
”
“Ya udah tunggu gue disana, gue lanjut nyetir”
Aku menutup telepon dari Galih dan melanjutkan perjalanan, setelah menempuh perjalanan cukup jauh akhirnya aku sampai di rumah Galih. Sebuah Rumah berwarna Pink dengan model sederhana namun besar dengan halaman luas didepannya, gerbangnya terbuka dan aku langsung masuk kedalam. Diteras rumah tampak Yana,Ipin dan Galih sedang duduk sambil ngopi.
“Assalamualaikum” ujarku dengan teriak.
“Waalaikum salam” jawab mereka serentak.
“Bang sehat bang?” Tanya Yana kepadaku, aku hanya mengacungkan jempol.
“Elah pelit amat lu cuman jawab juga Ron” ujar Galih ketus.
Untuk kedua kalinya aku mengacungkan jempol, Galih dan yang lain tertawa.
“Eh pada ngetawain apa nih?”
Aku mendengar suara perempuan, suara yang kukenal yaitu suara istri Galih. Aku menoleh kearahnya dan ternyata benar, namun dia tidak sendiri , dia bersama seorang Gadis muda yang sangat cantik.
BERSAMBUNG.
“KYAAAAAAAAAA”
Sheril Menjerit keras dari arah kamarnya.
Part 22
Mendengar Sheril berteriak dengan relfleks aku langsung berlari kearah kamarnya, aku merasa sangat khawatir. Pintu kamarnya tertutup rapat, aku mencoba membukanya dengan cepat, secepat orang berlari disaat mereka cepirit.
“Dek? Kenapa Dek?”
Didalam kamar Sheril terlihat sedang duduk melingkar bersama Yuli,Rian dan Kakek-Nenek. Mereka sedang bermain kuis ABC lima dasar.
“Kenapa Kak? Ko kaya orang panic gitu?” ujar Sheril dengan santai.
Kulihat mereka semua menatap kearahku dengan heran, aku merasa canggung sendiri.
“Tadi kamu kenapa teriak Dek? Kenceng banget lagi !”
“Oh tadi, tadi lagi main ABC lima dasar. Yang kalah pinggangnya dicubit Kak, Geli banget”
Aku hanya melongo mendengar jawaban Sheril, kemudian perlahan aku memegang knop dan menutup pintunya. Sedetik kemudian aku membuka lagi pintunya.
“Dek, mending hukumannya ganti . Kamu dikerjain mereka Tuh !”
Setelah beres berbicara kututup kembali pintu dan menuju kamar, aku tertawa sendiri jika ingat kejadian tadi. Mubazir sudah tenaga yang kugunakan untuk berlari kencang dari kamarku.
“Zzzzt….Zzzzt” HP ku bergetar ada sms masuk.
Quote:
Kak maksudnya aku dikerjain mereka gimana?
Quote:
Ya iyalah Dek, emang kamu pikir mereka bakal ngerasa geli pas kamu pencet pinggang mereka?
Quote:
hmmmmm haha iya aku baru sadar kak
“Hahahahaha” terdengar suara tertawa ramai dikamar sebelah.
Dikamar aku teringat akan buntelan kecil tadi, namun buntelan tersebut tidak ada diatas meja.
“Tadi seinget gue, gue simpen disini deh…Kok gak ada?” gumamku dalam hati.
Kucoba meluaskan pandangan namun tidak menemukannya juga, kucari dalam laci meja kerja tidak ada, dikolong kasur juga tidak ada.
“ Kemana tuh buntelan yah ? gumamku sambil memegang janggutku yang tipis (setipis peluang dia menjadi istriku
)Tiba-tiba tercium bau kemenyan, bau yang sama dengan aroma buntelan ketika pertama kali kucium didekat air terjun. Kucoba menelusuri baunya dengan menggunakan indra penciumanku, bau tersebut menuju kearah belakang dispenser yang ada disebelah meja kerja.
Ternyata buntelan tersebut ada dibelakang dispenser, aku merasa bingung karena posisinya terapit tembok dan juga dispenser, jika jatuh mana mungkin bisa ada diposisi seperti ini?
Segera kuambil buntelan tersebut, baunya semakin tercium, namun ada satu hal yang ganjil. Jika kuperhatikan dengan teliti, tali yang mengikat ujung buntelan tersebut menjadi terikat kencang kembali, padahal tadi aku sangat yakin sudah membukanya sedikit.
Aku berjalan kearah meja kerja dan memperhatikan buntelan ini, aku masih terheran-heran dengan buntelan ini.
“Gue yakin banget nih buntelan tadi udah gue buka dikit, napa sekarang begini. Pake muncul lagi bau menyannya
Aku memutuskan untuk membuka kembali buntelan ini, namun ada hal yang aneh saat akan kubuka buntelan ini, talinya sangat kencang dan tidak dapat ditarik.
“Hmmmpp….Hmmmmp…buset dah napa gak bisa ditarik ini tali, tadi pas pertama gue tarik gampang banget ”
Aku menjadi penasaran dengan isi buntelan ini, apalagi setelah terjadi hal aneh dimana si tali menjadi kencang sendiri. Tiba-tiba buntelan tersebut menjadi mengembang seolah seperti balon yang sedang ditiup, karena kaget dengan refleks kulempar buntelan tersebut.
Kulihat dengan seksama buntelan tersebut sekarang mirip dengan sebuah balon kecil dengan tali diujungnya. Buntelan tersebut bergerak-gerak seperti ada sesuatu yang berusaha keluar, hal tersebut terjadi mungkin selama lima detik sebelum kembali diam seperti sedia kala.
Aku semakin merasa penasaran sebenarnya apa isi dari buntelan ini, dan sekarang bau menyan dari buntelan tersebut hilang dan tak tercium lagi. Kudekati buntelan itu dengan perlahan, khawatir tiba-tiba meledak atau semacamnya.
“Krek !”
Aku mendengar suara dari dalam buntelan tersebut, suaranya kecil namun karena dikamarku hening aku jadi bisa mendengarnya dengan jelas. Sesuai dengan kebiasaanku jika aku merasa takut, aku akan melakukannya dengan cepat, begitu pula ketika aku mengabil buntelan ini. Dan ternyata tidak terjadi apa-apa.
Kupegang dan mencoba menekan buntelan tersebut, sangat keras seperti batu. Aku menggunakan tenagaku untuk menekannya namun bentuknya sama sekali tidak berubah, aku tidak patah arang dan mencoba cara lain untuk membuka buntelan ini saking penasarannya.
Kuambil gunting dilaci dan segera mencoba menggunting buntelan tersebut, dan nihil tidak tergores sama sekali. Aku beranjak dan keluar dari kamar dan berjalan menuju gudang, disana ada om Six Pack yang berdiri seperti biasanya.
Aku kembali kekamar dengan membawa golok, gunting rumput dan jug palu besar, ibarat didalam kartun aku merasa tertantang untuk membuka buntelan ini. Pertama aku mencoba mengirisnya dengan golok, dan dilanjutkan dengan memotongnya mirip dengan posisi memenggal (menggal buntelan udah gak waras kali gue ya
)Percobaan menggunakan Golok tidak membuahkan hasil, langkah berikutnya adalah dengan menggunakan gunting rumput. Kuambil buntelan tadi dan menempatkannya dalam posisi terjepit mata pisau gunting rumput, lalu dilanjutkan dengan menekannya dengan sekuat tenaga.
Aku mencoba mengerahkan semua tenaga yang kumiliki saking penasaranya, aku pikir tak apa penasaran dengan isi buntelan ini daripada penasaran bagaimana kabar sang mantan yang sudah menyakitiku. Aku mengerahkan tenaga sampai-sampai mataku terpejam dan terasa ada sesuatu yang akan keluar dari pantatku.
Kulepaskan buntelan dari apitan gunting dan mengambil palu, kuambil selimut dari kasur dan menyimpannya dilantai, kemudian kuletakan buntelan itu diatasnya.
“Kampret bener ini buntelan bikin gue capek sama penasaran aja”
Aku mencoba mengambil ancang-ancang untuk mengumpulkan tenaga sebelum memukulkan palu ini. Aku menghitung dalam hati, dan pada saat hitungan ketiga aku mengayunkan Paluku dengan sisa tenaga yang kumiliki.
“Bug….Bug…Bug !” tiga kali kuayunkan Palu dengan keras.
Dan ternyata hasilnya masih nihil, apakah aku harus mengadakan sayembara untuk mengetahui isi buntelan ini? Barang siapa yang bisa membuka buntelan ini, jika perempuan akan kunikahi, dan jika laki-laki akan kujadikan saudara.
“ Elah udah kayak dayang sumbi aja gue” gumamku dengan kesal.
Aku menyerah untuk membuka buntelan ini, memang aku sangat penasaran dengan isinya. Lebih penasaran daripada kabar si mantan sudah menikah atau belum.
“Kaka ngapain?”
Aku terkejut karena mendaapati Sheril sudah berdiri diambang pintu sambil menyeritkan dahinya.
“Eh gak ngapa-ngapain Dek?”
“Itu kenapa kok banyak perkakas disini?”
Aku merasa bingung harus menjelaskan bagaimana kepada Sheril, entah mengapa aku malah merasa seperti pencuri yang tertangkap basah.
“Emm ini dek, nganu emmm”
Seperti wanita penuh pengertian, Sheril berlalu meninggalkanku begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Aku menghela nafas karena merasa lega, tanpa sadar aku berkeringat dingin. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 16.00, dan aku harus segera menuju rumah Galih karena besok aku akan berkemah dengan Grupnya.
Aku segera membereskan benda-benda yang kugunakan untuk membuka buntelan ini. Dan setelahnya aku menuju kamar Sheril untuk menanyainya, apakah dia mengizinkan aku berkemah atau tidak.
“Dek, lagi ngapain?” kulihat Sheril masih bermain ABC lima dasar.
“Iya kak kenapa?” jawabnya sambil memutarkan badannya yang sedang duduh bersila dan menoleh kearahku.
Aku lantas masuk dan hendak duduk dikasurnya.
“Eh Kaka mau ngapain jangan duduk dikasurku ah”
Sheril berkata demikian sembari menahan dan mendorong badanku yang hendak akan duduk dikasurnya, dan tampak jelas wajahnya memerah dengan mata melihat kearah lain.
“Hmmm Adek gue udah jadi gadis sekarang yah, udah gak mau kasurnya gue tidurin” gumamku dalam hati.
“Kaka duduknya disini aja” ujarnya sembari memberikan sebuah kursi plastic kecil untuk balita.
Dan aku ingat betul ketika Sheril berumur lima tahun, dia merengek dan menangis sejadi-jadinya karena ingin memilki kursi ini. Padahal waktu itu Mama dan Papa sudah membelikan kursi dari kayu yang jauh lebih bagus, dan aku ingat perkataan Sheril kenapa dia ingin memiliki kursi plastic ini.
“Dek, Kaka besok mau kemah. Kamu gak apa-apa kaka tinggal?”
“Terus ntar aku disini sama siapa kak? Kaka tega ninggalin aku kemah? Egois ih !” ujarnya sedikit ketus.
“Lah tadi emangnya gak inget kamu yang nyaranin kakak buat ngelakuin hal yang kakak suka? Gak inget?
Merasa terpojok, Sheril tidak menjawab dan hanya mengembungkan pipinya sambil menatap kesal, kedua tangannya memegang bahunya satu sama lain.
“Kamu nanti sementara nginep dirumah Tante Tuti gimana?”
“Aku gak biasa kak nginep dirumah orang!” jawabnya masih dengan ketus.
“Ya udah gimana kalo kamu ngundang temen kamu buat nginep disini?”
Sheril mengempiskan pipinya dan mendelikan matanya kearah lain, sementara teman-teman ghaibnya hanya diam melihat kami berdua mengobrol.
“Beneran Kak?”
“Iya beneran, tapi harus cewek lagi yah !”
Sedetik kemudian aku memencet hidungnya yang mungil, dia nampak kesakitan dan berontak melepaskan tanganku.
“Ih apaan sih Kak “
“Adek kakak udah jadi Gadis yah”
“Ya iyalah masa mau kecil terus Kak”
Aku hanya tertawa kecil mendengar jawabannya.
“Kaka berangkatnya kapan?”
“Nanti abis maghrib dek”
Mendengar jawabanku Sheril kembali mengembungkan pipinya dan matanya kembali mendelik kearah lain.
“Hahahahaha”
Penghuni Ghaib rumah ini tertawa melihat perilaku Sheril.
“Kamu kenapa manyun lagi Dek?”
“Tau ah”
“Hahahahaha” Kembali penghuni rumah mentertawakan kami.
Aku memutar otak mencari jawaban agar bisa meluluhkan Sheril dan mendapatkan izinnya.
“Dek ?”
“Apa!!?” jawabnya dengan ketus.
“Kamu kan bisa liat Yuli dkk, kan ada mereka, kamu gak bakal ngerasa sepi kan?”
Sheril melihatku dan mengempiskan pipinya, dia terlihat seperti mempertimbangkan, beberapa kali dia melihat kearahku dan kearah Yuli dkk secara bergantian. Dan suasana menjadi hening.
“Ya udah kakak boleh kemah, tapi 3 hari aja yah gak boleh lebih?”
“Iya dek Cuma 3 hari kok gak lebih” jawabku sambil tersenyum.
“Janji?” ujarnya sambil mengarahkan jari kelingkingnya kepadaku.
“Iya kakak Janji dek” akhrinya kami sepakat.
Aku segera beranjak dan kembali kekamarku, aku lalu menyiapkan segala sesuatu yang kubutuhkan untuk berkemah. Karena peralatanku ada dirumah Galih, aku hanya membawa baju salin saja.
Setelah shalat maghrib aku segera berpamitan kepada Sheril dan penghuni rumah yang lain, wajah Sheril tersenyum senang, mungkin karena melihatku mau keluar dari rumah untuk mencari kesenangan agar bisa segara move on.
“Ada yang ketinggalan gak Kak?”
Mendengar Sheril berkata demikian aku lantas mengecek barang bawaan.
“Baju ada,obat ada,baju dalem ada, obat ada, HP ada,..eh Dompet ketinggalan dek !”
Sheril kemudian berbalik arah dan hendak mengambil mungkin.
“Dek, biar kakak aja yang ngambil” ujarku menghentikannya.
Sheril hanya mengangguk, aku segera masuk kedalam kamar untuk mengambil dompetku. Dikamar aku mencari keberadaan dompetku, rupanya ada diatas meja kerja, dan saat mengambil dompet. Pandanganku tertuju kepada buntelan yang tergeletak diatas gallon dispenser.
Beberapa detik aku memandangi buntelan tersebut, seperti ada sesuatu yang membisikan, aku merasa harus membawa buntelan ini. Entah mengapa aku merasa harus membawa buntelan ini. Dan pada akhirnya aku membawa buntelan ini dan memasukannya kedalam tas.
Aku segera keluar dari kamar dan tak lupa menutupnya, aku berjalan keluar rumah. Disana Sheril dan yang lainnya sedang berdiri didepan menunggu kepergianku, ketika aku sampai diambang pintu Yuli Rian dan yang lain tiba-tiba menatapku dengan tatapan rasa takut dan menunduk.
“Dek kakak pergi dulu ya !”
“Iya Kak, hati-hati dijalannya jangan ngelamun !”
“Iya Dek kamu tenang aja”
Aku kemudian berjalan kearah motorku dan menyalakannya, untuk beberapa saat aku diam untuk memanaskan motorku.
“Kak !!” Sheril memanggilku setengah teriak, dan saat kutoleh kearahnya
“Cup!!”
Sheril mencium pipiku, terasa hangat dan basah. Aku tidak mampu berkata apapun, rasanya tidak terasa dicium oleh seorang Adik. Kutatap wajah Sheril dengan seksama, wajahnya merona. Namun aku hanya melemparkan senyum kepadanya.
“Ya udah kakak berangkat yah, Assalamualaikum !”
“Waalaikum salam, hati-hati kak !”
Akhirnya aku bisa pergi untuk berkemah dengan teman lamaku Galih, senang rasanya hatiku bisa meluangkan waktu untuk menghibur diriku sendiri. Malam ini cerah dan aku dapat dengan jelas melihat bintang-bintang yang menggantung dilangit.
Sepanjang perjalanan seperti biasa aku melihat penampakan-penampakan, dan ketika melewati makam aku sengaja menyetel music dengan volume maksimal agar tidak mendengar suara yang tidak ingin aku dengar. Dan beberapa kali aku berpapasan dengan hantu dijalan, namun anehnya kali ini mereka semua memandangku dengan rasa segan, malah seperti merasa takut.
“Aiyay iyay menkuri pampam pampam” Hp ku berdering dengan keras.
Kutekan tombol diheadset untuk mengangkat telfon dan karena memakai helm, kupikir si penelfon bisa mendengar suaraku dengan jelas.
“Halo !” jawabku.
“Ron lu dimana?” rupanya Galih, aku mengenali suaranya.
“lagi dijala Lih, napa gitu?”
“Nanya aja Ron, oh iya,,, besok kita kemah enam orang lagi Ron. Udah pada dateng dimari”
Aku menghentikan motorku agar bisa mengobrol lebih jelas, kebetulan sedang berada dijalan yang cukup terang sehingga aku tidak begitu khawatir dengan pembegal.
“Enam orang Lih? Siapa aja?”
“Formasi kaya dulu Ron, Yana sama Ipin”
“Yana sama Ipin? Cuma berempat dong kalo gitu?”
“Iya cowoknya empat kalo diitung gue sama elu, yang duanya lagi cewek !”
Aku sedikit terkejut mendengarnya, karena sebelumnya kami belum pernah mengajak perempuan untuk berkemah.
“Siapa ceweknya Lih?”
“Ceweknya dua, Bini gue maksa ikut Ron, katanya khawatir gue selingkuh. Etdah
”“Terus satu laginya siapa Lih?” tanyaku dengan heran.
“Temen bini gue Ron,temen pas kuliah. Dan dua-duanya kagak ditamatin, cantik Ron ceweknya. Buat elu aja deh nih
”“Ya udah tunggu gue disana, gue lanjut nyetir”
Aku menutup telepon dari Galih dan melanjutkan perjalanan, setelah menempuh perjalanan cukup jauh akhirnya aku sampai di rumah Galih. Sebuah Rumah berwarna Pink dengan model sederhana namun besar dengan halaman luas didepannya, gerbangnya terbuka dan aku langsung masuk kedalam. Diteras rumah tampak Yana,Ipin dan Galih sedang duduk sambil ngopi.
“Assalamualaikum” ujarku dengan teriak.
“Waalaikum salam” jawab mereka serentak.
“Bang sehat bang?” Tanya Yana kepadaku, aku hanya mengacungkan jempol.
“Elah pelit amat lu cuman jawab juga Ron” ujar Galih ketus.
Untuk kedua kalinya aku mengacungkan jempol, Galih dan yang lain tertawa.
“Eh pada ngetawain apa nih?”
Aku mendengar suara perempuan, suara yang kukenal yaitu suara istri Galih. Aku menoleh kearahnya dan ternyata benar, namun dia tidak sendiri , dia bersama seorang Gadis muda yang sangat cantik.
BERSAMBUNG.
Quote:
MAAF AGAN KALO MISAL DIPART INI ADA TYPO DSB,, SOALNYA NGETIKNYA AGAK BURU-BURU . MOHON PENGERTIANNYA 

Diubah oleh roni.riyanto 27-01-2018 19:58
sulkhan1981 memberi reputasi
2
Kutip
Balas