- Beranda
- Stories from the Heart
.[[SINCE 2013]]. Kimi ga Katta: Having You (Trilogi)
...
TS
OblOOOOOOO
.[[SINCE 2013]]. Kimi ga Katta: Having You (Trilogi)
![.[[SINCE 2013]]. Kimi ga Katta: Having You (Trilogi)](https://s.kaskus.id/images/2018/01/25/2511688_201801250912110005.png)
Spoiler for Segelas Es Kosong:
Spoiler for Halaman Belakang Buku 1 & 2:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
Di Buku terakhir, siapakah yang akan menjadi pendamping Bagas di akhir cerita?
Diubah oleh OblOOOOOOO 15-11-2021 21:40
junti27 dan 14 lainnya memberi reputasi
13
130.5K
1.1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
OblOOOOOOO
#1020
91. Adjusting - Bagian II
”Gue lagi di ranjang nih, sama Luthfi! Sini rekamin.”
Gue langsung terbelalak mendengar itu
sambil cekikik tertawa membaca messagenya itu. Gue pun mematikan rokok gue dan beberes, mengambil kunci motor dan hendak pergi ke kosan Nino. Mungkin pikiran ini bisa di hilangkan ketika gue kesana.
Saat gue momotoran, ada air yg menetes netes kecil terasa di tangan gue. Saat itu, gue yang tak menyangka akan adanya hujan, di beri pertanda bahwa akan terkurung hujan di kosan Nino
Wah, ini nih, momen yang gue tunggu-tunggu.
Gue pun menancap gas lebih kencang lagi ketika gerimis mulai berjatuhan. Dari Sukawening ke Ciseke itu jaraknya agak jauh, mungkin 10 menitan. Dan saat itu, banyak truck dan angkot yang markir di pinggir jalan. Membuat jalan malam itu sedikit macet.
Seiring dengan bertambah dekatnya jarak gue dengan kosannya Nino, entah mengapa jantung gue semakin berdetak kencang. Seolah gue menghampiri maut
Pada akhirnya simpang terakhir pun terlihat. Gue membelokkan motor ke arah kosannya, membuka gerbangnya dan memasukkan motor.
Gue mendapati mobil merahnya Nino terparkir disana, dengan anggunnya bersama dengan gerimis yang semakin deras. Jaket gue agak basah dan lembab, jadi tanpa pikir panjang gue memarkirkan motor lalu berjalan ke kamar Nino yang ga jauh dari sana.
DAN, lampu kamarnya mati.
Anjir apa benar nih anak lagi ena ena di ranjang?
Bodohnya gue menempelkan telinga gue depan pintunya
Seolah tak ingin memergoki mereka yang sedang berbuat dosa. Sungguh, hati gue terluka jika benar mereka lagi di ranjang, tapi apa daya gue yang juga kasihan pada Nino akan menanggung malu jika gue memergoki mereka lalu menteriaki disana
Tapi gue ga denger suara apapun dari dalam. Gue coba ketuk pintu, tiga kali tapi tidak ada jawaban. Iseng gue coba tarik pelatuk pintunya tapi terkunci. Curiga gue semakin curiga. Akhirnya, dengan posisi menempelkan telinga ke pintu, gue coba telpon Nino.
”Tuuutttt” Bunyi suara telpon menyambung.
”Oy Gas, kenapa?” Jawab Nino dari balik telepon. Cepat juga dia mengangkat, tapi gue ga denger suara dari dalam.
”Eh lagi dimana lo?” Tanya gue to the point seraya mengangkat telinga gue dari pintu karena gue sadar dia ga di kosan.
”Jatos, kenapa?”
”Anjrit, kata lu di kosan!”
”Laaah, yang bilang kosan siapa?! Gue bilangnya di ranjang, budek lu ya.”
”....” Gue terdiam, kesel, kocak, campur emosi.
”Sama siapa lo ke Jatos?”
”Sama Luthfi laah”
”Ohhh”
”Kenapa? Cemburu lo?”
”....” Jantung gue deg degan saat ini, seraya mengucapkan kata itu. ”Iya.”
Gue hampa.
Jantung gue semakin deg-degan.
Diiringi suara hujan yang mengalir.
Telpon itu pun, gue matikan tanpa sadar. Gue berdiri lemas tersandar di pintu. Menghela nafas panjang sambil menatap blurnya langit.
———————
Sudut Pandang Jessie
”Lah hujan, kok Bagas belum balik sih? Dia kesini lagi ga ya?”, gue bergumam sambil melihat keluar kamar. Hujannya deres.
Saat itu yang gue pikirkan adalah Bagas. Kue yang i bawakan masih belum termakan. Gue barusan cuma makan satu. Masa dia kesini cuma mau ngasih gue kue doang?!
Reflek gue telpon Bagas saat itu, berharap gue bisa ketemu lagi dengan parasnya. Gue tau, Bagas mungkin mulai modus sama gue. Tapi, gue ga bisa jadiin dia pelampiasan. Malam ini, gue pengen curhat tentang Zul dan Faris.
”Halo, Kang. Lagi dimana?”, ujar gue langsung bertanya.
”Huh?” Suara kang Bagas sesayup sayup terdengar, seperti lemas dan menahan nafasnya. Gue denger gemiricik hujan dari balik teleponnya.
”Lagi berteduh? Kena hujan ya Kang? Jadi kesini lagi ga?”, tanya gue membabi buta pertanyaan.
”Iya, nanti gue kesana kalau udah reda.” Jawabannya polos, bener-bener tanpa intonasi.
”Oh, yaudah hati-hati Kang.”
Telepon pun ia matikan dari ujung sana, tempat ia berteduh tanpa ku tahu.
Gue pun berbaring di kasur sambil memandangi kantong plastik kue pancung yang ia beli itu. Gue berfikir, gue mulai berfikir kalau apa yang di lakukan Bagas ke gue ini cuma sebuah “kebaikan hati” dari seorang senior ke adik kelasnya. Atau Bagas memang mulai modus sama gue? Memang sih gue perhatiin akhir-akhir ini dia jadi sering ngechat, agak perhatian dan ya, sedikit gombal juga.
Biasanya, cowok-cowok kaya gini gue “makan”, tapi entah mengapa charismanya Bagas ini membuat gue ga berani “makan” dia. Seolah, dia kaya kakak gue. Tempat gue curhat sampai semalam malam hari, tentang tugas, dsb.
Kalau dia bener dengan niat ngemodusin gue, ada, ya ada sedikit celah mungkin dia bisa masuk.
Tapi, Bagas ga mungkin ngemodusin gue juga. Karena, hatinya masih ada di satu orang.
Jujur, gue sempar waver. Dia baik, dia buat gue bahagia, dia buat gue nyaman, dia buat gue bisa mulai cerita apa aja. Beda rasanya curhat ama temen-temen cewek gue, dibanding ama dia. Gue gak mau kehilangan kakak tingkat kaya doi.
Gue langsung terbelalak mendengar itu
sambil cekikik tertawa membaca messagenya itu. Gue pun mematikan rokok gue dan beberes, mengambil kunci motor dan hendak pergi ke kosan Nino. Mungkin pikiran ini bisa di hilangkan ketika gue kesana.Saat gue momotoran, ada air yg menetes netes kecil terasa di tangan gue. Saat itu, gue yang tak menyangka akan adanya hujan, di beri pertanda bahwa akan terkurung hujan di kosan Nino
Wah, ini nih, momen yang gue tunggu-tunggu.
Gue pun menancap gas lebih kencang lagi ketika gerimis mulai berjatuhan. Dari Sukawening ke Ciseke itu jaraknya agak jauh, mungkin 10 menitan. Dan saat itu, banyak truck dan angkot yang markir di pinggir jalan. Membuat jalan malam itu sedikit macet.
Seiring dengan bertambah dekatnya jarak gue dengan kosannya Nino, entah mengapa jantung gue semakin berdetak kencang. Seolah gue menghampiri maut
Pada akhirnya simpang terakhir pun terlihat. Gue membelokkan motor ke arah kosannya, membuka gerbangnya dan memasukkan motor.
Gue mendapati mobil merahnya Nino terparkir disana, dengan anggunnya bersama dengan gerimis yang semakin deras. Jaket gue agak basah dan lembab, jadi tanpa pikir panjang gue memarkirkan motor lalu berjalan ke kamar Nino yang ga jauh dari sana.
DAN, lampu kamarnya mati.
Anjir apa benar nih anak lagi ena ena di ranjang?
Bodohnya gue menempelkan telinga gue depan pintunya
Seolah tak ingin memergoki mereka yang sedang berbuat dosa. Sungguh, hati gue terluka jika benar mereka lagi di ranjang, tapi apa daya gue yang juga kasihan pada Nino akan menanggung malu jika gue memergoki mereka lalu menteriaki disana
Tapi gue ga denger suara apapun dari dalam. Gue coba ketuk pintu, tiga kali tapi tidak ada jawaban. Iseng gue coba tarik pelatuk pintunya tapi terkunci. Curiga gue semakin curiga. Akhirnya, dengan posisi menempelkan telinga ke pintu, gue coba telpon Nino.
”Tuuutttt” Bunyi suara telpon menyambung.
”Oy Gas, kenapa?” Jawab Nino dari balik telepon. Cepat juga dia mengangkat, tapi gue ga denger suara dari dalam.
”Eh lagi dimana lo?” Tanya gue to the point seraya mengangkat telinga gue dari pintu karena gue sadar dia ga di kosan.
”Jatos, kenapa?”
”Anjrit, kata lu di kosan!”
”Laaah, yang bilang kosan siapa?! Gue bilangnya di ranjang, budek lu ya.”
”....” Gue terdiam, kesel, kocak, campur emosi.
”Sama siapa lo ke Jatos?”
”Sama Luthfi laah”
”Ohhh”
”Kenapa? Cemburu lo?”
”....” Jantung gue deg degan saat ini, seraya mengucapkan kata itu. ”Iya.”
Gue hampa.
Jantung gue semakin deg-degan.
Diiringi suara hujan yang mengalir.
Telpon itu pun, gue matikan tanpa sadar. Gue berdiri lemas tersandar di pintu. Menghela nafas panjang sambil menatap blurnya langit.
———————
Sudut Pandang Jessie
”Lah hujan, kok Bagas belum balik sih? Dia kesini lagi ga ya?”, gue bergumam sambil melihat keluar kamar. Hujannya deres.
Saat itu yang gue pikirkan adalah Bagas. Kue yang i bawakan masih belum termakan. Gue barusan cuma makan satu. Masa dia kesini cuma mau ngasih gue kue doang?!
Reflek gue telpon Bagas saat itu, berharap gue bisa ketemu lagi dengan parasnya. Gue tau, Bagas mungkin mulai modus sama gue. Tapi, gue ga bisa jadiin dia pelampiasan. Malam ini, gue pengen curhat tentang Zul dan Faris.
”Halo, Kang. Lagi dimana?”, ujar gue langsung bertanya.
”Huh?” Suara kang Bagas sesayup sayup terdengar, seperti lemas dan menahan nafasnya. Gue denger gemiricik hujan dari balik teleponnya.
”Lagi berteduh? Kena hujan ya Kang? Jadi kesini lagi ga?”, tanya gue membabi buta pertanyaan.
”Iya, nanti gue kesana kalau udah reda.” Jawabannya polos, bener-bener tanpa intonasi.
”Oh, yaudah hati-hati Kang.”
Telepon pun ia matikan dari ujung sana, tempat ia berteduh tanpa ku tahu.
Gue pun berbaring di kasur sambil memandangi kantong plastik kue pancung yang ia beli itu. Gue berfikir, gue mulai berfikir kalau apa yang di lakukan Bagas ke gue ini cuma sebuah “kebaikan hati” dari seorang senior ke adik kelasnya. Atau Bagas memang mulai modus sama gue? Memang sih gue perhatiin akhir-akhir ini dia jadi sering ngechat, agak perhatian dan ya, sedikit gombal juga.
Biasanya, cowok-cowok kaya gini gue “makan”, tapi entah mengapa charismanya Bagas ini membuat gue ga berani “makan” dia. Seolah, dia kaya kakak gue. Tempat gue curhat sampai semalam malam hari, tentang tugas, dsb.
Kalau dia bener dengan niat ngemodusin gue, ada, ya ada sedikit celah mungkin dia bisa masuk.
Tapi, Bagas ga mungkin ngemodusin gue juga. Karena, hatinya masih ada di satu orang.
Jujur, gue sempar waver. Dia baik, dia buat gue bahagia, dia buat gue nyaman, dia buat gue bisa mulai cerita apa aja. Beda rasanya curhat ama temen-temen cewek gue, dibanding ama dia. Gue gak mau kehilangan kakak tingkat kaya doi.
uang5ratus dan g.gowang memberi reputasi
2


. Selamat buat Kalian yang menjadi Best 3 buat tahun ini.
![.[[SINCE 2013]]. Kimi ga Katta: Having You (Trilogi)](https://s.kaskus.id/images/2019/05/12/2511688_20190512083535.jpg)
Seketika kepala gue ditampol pake sebuah kepalan tangan.

biar lebih banyak bapernya ![.[[SINCE 2013]]. Kimi ga Katta: Having You (Trilogi)](https://s.kaskus.id/images/2018/01/25/2511688_201801250913370673.png)

![.[[SINCE 2013]]. Kimi ga Katta: Having You (Trilogi)](https://s.kaskus.id/images/2019/05/12/2511688_20190512093202.jpg)
