Kaskus

Story

dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 3: Kuliah Kerja Nyata?
Selamat datang di thread ketiga yang merupakan lanjutan dari Yaudah Gue Mati Ajadan Yaudah 2: Challenge Accepted.

Sebelumnya, ijinkan gue buat memperkenalkan diri. Bagi pembaca setia kisah gue, pastinya kalian udah enggak asing dengan nama Muhdawi. Tapi bagi pembaca yang baru masuk ke thread ini, pastinya kalian asing dengan nama yang enggak biasa itu. Perkenalkan, nama lengkap gue Muhammad Danang Wijaya. Biasanya orang-orang manggil gue Dawi yang diambil dari singkatan nama gue Muhdawi. Kalian bisa panggil gue Dawi, atau kalo mau ikut-ikutan manggil gue Sawi juga enggak masalah. Gue orangnya idem, apa yang lo mau, kalo gue bisa, pasti gue usahakan. Anyway, langsung aja masuk lebih dalam ke thread ini. Sekali lagi gue ucapkan, selamat datang di thread ini.

Quote:


Quote:


Spoiler for Sinopsis:


Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 16-10-2018 23:34
pulaukapokAvatar border
genji32Avatar border
andybtgAvatar border
andybtg dan 14 lainnya memberi reputasi
11
359.2K
1.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#537
kaskus-image
Dinda Khanistan


PART 47

“Lo suka sama Dinda?!” seru gue dan Cassie bersamaan.
“K-kenapa?!” lanjut Cassie. “Kenapa bisa?”
“Gimana ceritanya lo bisa suka sama dia?!” timpal gue.
Yansa melirik ke arah gue, “Cinta enggak pandang bulu, Bang.”
“Ya iya, cinta emang enggak pandang bulu, beda suku, beda agama, beda ras, semua bisa kejadian kalo soal cinta,” setuju gue. “Tapi lo tau kan kalo Luther naksir sama Dinda? Lo paham kan kalo Luther niat?”
“Eh?” gumam Cassie seperti cegukan. “LUTHER JUGA?!”
“Abang lo udah membocorkan rahasia percakapan pos ronda!” protes Yansa.
“Bukan salah gue!” sanggah gue. “Lo yang mancing-mancing gue!”
“Sejak kapan ngungkapin perasaan jadi sesuatu yang dirahasiakan?!”

Setelah percakapan basa-basi yang enggak penting selama perjalanan mencapai puncaknya, akhirnya Yansa cerita panjang lebar.
Yansa, dia udah suka sama Dinda dari waktu sebelum KKN. Bahkan dari pertama kali mereka ketemu di kampusnya, Yansa cerita kalo sebenernya dia langsung punya perasaan lebih ke Dinda. Dia suka sama Dinda, mungkin lebih dari sekedar suka pada pandangan pertama. Yah… mungkin semacam suka pada pandangan sebelum pertama. Mana mungkin ada yang kayak gitu! Mana mungkin? Coba lihat kisah cinta lain yang saling suka lewat facebook, bukannya itu bukti nyata kalo suka pada pandangan sebelum pertama itu beneran ada?

Tapi intinya bukan itu. Intinya, Yansa suka tapi enggak ambil tindakan sampai akhirnya muncul si kampret Luther. Yah…, gue tau. Luther emang perusak suasana. Asal ada dia, kedamaian pasti terusik. Asal ada dia, api berkobar sebesar-besarnya. Dan asal ada dia, huru-hara pasti terjadi. Dia memang tipe orang yang menjengkelkan, semacam manusia pengundang emosi.

Hal penting yang perlu digaris bawahi, Luther itu sebenernya keren. Begitu sadar kalo dia suka sama Dinda, dia langsung kasih perhatian lebih ke Dinda. Kalo dibandingin sama Yansa belum mengambil tindakan apa-apa, Luther yang sempat kalah start udah jauh di depan Yansa.
Kalo semisal kisah ini termasuk kategori drama, berarti emang bener dugaan gue kalo salah satu kunci dari drama adalah perasaan yang dipendam. Semakin lama perasaan dipendam, makin besar juga efek dramanya. Pelajaran yang bisa diambil dari kisah cinta Yansa, jangan pernah memendam perasaan kalo enggak mau drama.

Tapi kalo dipikir-pikir sebenernya ini lucu juga. Inget masalah gue, Peppy, dan Grace tiga tahun yang lalu? Ini mirip banget. Luther sebagai Dawi, Yansa sebagai Peppy, dan Dinda sebagai Grace. Kalo waktu itu Grace ditolak Dawi, di masa ini, Dawi yang kayaknya bakal kena tolak sama Grace. Setelah Dawi sakit hati merundung pilu dicampakan tak jelas, Grace dan Peppy akan hidup bahagia selamanya. Akhir dari cerita, akhir yang bahagia.

Tapi ini bukan drama. Ini jelas-jelas bukan sebuah drama. Kalo menurut gue, ini suatu kisah yang kita sebut–

“Super drama,” kata gue. “Ini bener-bener super drama.”
“Iya…, gue paham kalo ini udah terlanjur drama,” ucap Yansa bersahabat. “Makanya gue minta saran dari lo, Bang.”
“Super….” Gue lirik Yansa, “Drama.”
“Bang lo bisa enggak sih langsung lompat ke saran lo?” tanya Yansa yang tiba-tiba membabi-buta. “Gue capek! Gue capek dengerin lo ngomong ‘super drama-superdrama!’ Kalo dihitung-hitung, ini udah yang kesepuluh kalinya dalam dua menit lo ngomong kata terkutuk itu!”

Di masa lalu, sebagai Luther gue bakalan bodo amat sama perasaan Yansa. Gue suka sama Dinda, ya Dinda harus jadian sama gue. Tapi kali ini, kayaknya kesalahan yang pernah gue lakukan enggak seharusnya gue ajarkan pada adek tingkat gue ini. Mereka layak mendapatkan pengalaman yang lebih baik. Mereka layak mendapatkan masukan yang membangun dari orang yang udah lebih dulu pernah gagal.

“Kalo lo suka,” ucap gue kembali menyalakan tape. “Perjuangin.”
“Perjuangin?” tanya Yansa. “Tapi kan gue orang ketiga–”
“Bodo amat, Yan.” Gue besarkan volume tape, “Mau lo orang pertama, mau lo orang kedua, atau mau lo orang ketiga, yang namanya cinta itu harus diperjuangin.”

Yansa menatap gue tajam-tajam.

“Menurut gue, lo tuh sebenernya enggak perlu saran,” jelas gue. “Apalagi dari gue, enggak perlu banget. Yang lo cari ini cuma motivasi. Pembenaran atas tindakan lo jadi orang ketiga, ya kan?”
“Enggaklah, Bang,” sanggah Yansa. “Gue bukan orang kayak gitu.”
“Udahlah,” tambah gue. “Semua dalam cinta itu legal, apalagi kalo sama-sama suka.”
“Sama-sama suka?” gumam Yansa. “Tapi, Bang–”
“Bentar dulu,” potong gue mengambil hape yang barusan getar. “Gue angkat telepon dulu.”
Diubah oleh dasadharma10 03-02-2018 22:53
pulaukapok
pulaukapok memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.