Kaskus

Story

dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 3: Kuliah Kerja Nyata?
Selamat datang di thread ketiga yang merupakan lanjutan dari Yaudah Gue Mati Ajadan Yaudah 2: Challenge Accepted.

Sebelumnya, ijinkan gue buat memperkenalkan diri. Bagi pembaca setia kisah gue, pastinya kalian udah enggak asing dengan nama Muhdawi. Tapi bagi pembaca yang baru masuk ke thread ini, pastinya kalian asing dengan nama yang enggak biasa itu. Perkenalkan, nama lengkap gue Muhammad Danang Wijaya. Biasanya orang-orang manggil gue Dawi yang diambil dari singkatan nama gue Muhdawi. Kalian bisa panggil gue Dawi, atau kalo mau ikut-ikutan manggil gue Sawi juga enggak masalah. Gue orangnya idem, apa yang lo mau, kalo gue bisa, pasti gue usahakan. Anyway, langsung aja masuk lebih dalam ke thread ini. Sekali lagi gue ucapkan, selamat datang di thread ini.

Quote:


Quote:


Spoiler for Sinopsis:


Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 16-10-2018 23:34
pulaukapokAvatar border
genji32Avatar border
andybtgAvatar border
andybtg dan 14 lainnya memberi reputasi
11
359.2K
1.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#536
kaskus-image
Luther Papua Suwandhono


PART 46

“Bener,” ucap Yansa pelan di sebelah gue. “Emang bener kata Luther.”
“Bener?” tanya gue. “Bener apanya?”
“Abang emang kelihatan kayak beneran ngambil Cassie dari mbak Melly.”
“Percakapan ronda enggak perlu dibawa-bawa ke permukaan,” ucap gue berusaha mengeluarkan mobil dari tempat parkir. “Hargai semangat ronda dong, Yan. Apa yang ada di ronda berakhir di ronda.”
“Oke…, paham,” setuju Yansa mengganti-ganti lagu di tape. “Tapi kalian berdua emang cocok–”
Gue injek rem dengan tiba-tiba, “Satu kata lagi gue cabutin bulu kaki lo!”

Gue sama Cassie cocok? Entahlah. Jujur aja gue enggak paham sama pemikiran anak-anak. Jelas-jelas mereka tau kalo gue udah punya Emil dan mereka juga mikir kalo Cassie itu lesbian, tapi kenapa mereka masih mikir ke arah sana? Terlebih lagi si Yansa, dia kan udah lihat sendiri kalo gue punya Emil, kenapa masih bahas hubungan sama Cassie coba? Apa faedahnya?

Kita di bukit Gancik enggak terlalu lama. Setelah naik turun kurang lebih satu jam, kita memutuskan buat pulang. Awalnya gue udah bayangin, nanti sampai rumah langsung ngadem sambil minum kopi. Begitu jam setengah satu pas, gue bisa lanjut makan siang makan masakan Echa. Gila...! Rasanya KKN gue kayak tinggal main rumah-rumahan nyata doang walaupun masih setengah bulan.

Tapi kampretnya, sewaktu kita balik ke jalan utama, rencana berubah seketika. Yansa memaksa kita buat pulang agak siangan. Alasannya, males gitu-gitu aja di rumah KKN. Apapun argumen gue buat ngajak dia pulang, dia bakalan cari alasan lain yang bikin gue sama Cassie mau nemenin dia buat muter-muterin Boyolali. Kekanak-kanakan? Banget.

“Puas sekarang?” tanya gue pada Yansa yang asik memainkan hape. “Mau dicari sampai kapan pun juga enggak bakalan ketemu, Disneyland Boyolali itu hoax.”
“Siapa juga yang nyariin Disneyland Boyolali,” bantah Yansa. “Gue cuma pengin muter-muter doang kota Boyolali doang.”
“Basi alasan lo, Yan,” canda gue. “Jujur aja ya, tadi gue juga sempat ketipu tuh sama google map yang tembusan dari jalan Magelang ke Boyolali. Itukan luas tuh jalan, kayak jalan antar provinsi gitu, gue udah terlanjur ngarep di situ beneran ada Disneyland.”
“Abang ketipu juga?” tanya Cassie yang nyambung tiba-tiba.
“B-bukannya ketipu,” sanggah gue. “Ngarep doang.”
“Bukannya sama aja, ya?”
“Udah biarin aja, Cass,” timpal Yansa. “Orang tua emang suka begitu.”
“Tengil lo, Yan,” canda gue.

Yansa sama Cassie ketawa sewaktu tau kalo berhasil nge-bully gue yang lebih tua dari mereka. Terdengar payah, tapi gue seneng komunikasi saling ejek kayak gini.

“Oke deh,” kata gue kembali membuka obrolan. “Gue percaya kalo lo beneran enggak lagi diem-diem ngajakin cari Disneyland.”
“Nah…, gitu dong.”
“Tapi kalo lo emang beneran enggak lagi cari tempat,” lanjut gue. “Terus daritadi lo tuh cari apaan? Enggak mungkin kan beneran cuma pengin muter-muter doang?”
“Yaudah deh, gue terus terang,” kata Yansa. “Gue cari waktu, Bang?”
“Cari waktu?” gumam Cassie.
“Cari waktu gimana maksud lo?” tanya gue meminta diperjelas.
“Ya cari waktu,” kata Yansa lagi. “Cari waktu yang pas buat minta saran dari abang.”
“Saran? Saran apaan?” tanya gue. “Kalo soal kuliah gue enggak ikut-ikutan. Gue aja lulus telat malah lo mintain saran.”
“Sok tau banget sih lo, Bang,” keluh Yansa. “Kelamaan bergaul sama Luther sih lo.”
“Terus lo mau minta saran tentang apa? Kenapa harus gue?” tanya gue lagi. “Kalo lo cari yang dewasa, kan pak Maif lebih dewasa dari gue.”
“Only take advice from someone you are willing to trade places with,” kata Yansa sok keren.
“Cuma menerima saran di tempat lo mau berdagang?” tanya gue coba mengartikan.
“Cuma menerima saran dari orang yang kamu mau bertukar tempat, Bang,” sambung Cassie.
“Oh… gitu,” ucap gue. “Ya maaf... bahasa Inggris gue jelek, bukan bahasa ibu soalnya.”
“Itu enggak penting,” potong Yansa. “Yang penting itu saran dari abang.”
“Yaudah…, lo mau minta saran soal apa?” tanya gue lebih dalam.
“Bang,” ucap Yansa mantap. “Apa yang bakal lo lakuin kalo ternyata lo jadi orang ketiga.”
“G-gimana? Jadi orang ketiga?”
“Jadi orang ketiga,” kata Yansa mengulangi. “Gimana reaksi abang?”
“Reaksi, ya?” gumam gue. “Ya engggak gimana-gimana sih, Yan. Tunggu ini kenapa–”
“Enggak gimana-gimana?” potong Yansa. "Abang ini gimana, sih?”
“Bentar deh, Yan,” kata gue. “Ini kenapa gue lebih merasa diinterogasi daripada kasih saran, ya? Lo bisa enggak sih kalo cerita dulu baru minta saran?”

Yansa memandang gue tajam. Dari tatapannya gue bisa tau kalo dia sedang mencari sesuatu. Mungkin kepercayaan? Bisa jadi. Mungkin … bisa jadi bukan.

“Oke,” kata Yansa mantap. “Gue bakal cerita.”

Gue fokuskan seluruh indra gue pada bibir Yansa, begitu juga dengan Cassie. Tiap gerakan bibirnya, terasa mengeluarkan suatu bentuk komunikasi. Mungkin karena dia mahasiswa komunikasi. Atau mungkin, guenya aja yang lebay.

Yansa mendehem pelan, lalu menatap gue tajam, “Gue suka sama Dinda.”
Reflek gue langsung mematikan tape mobil, “Apaan?”
Yansa kembali mendehem, “Gue suka sama Dinda!”
Diubah oleh dasadharma10 03-02-2018 22:54
pulaukapok
JabLai cOY
JabLai cOY dan pulaukapok memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.