Kaskus

Story

dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 3: Kuliah Kerja Nyata?
Selamat datang di thread ketiga yang merupakan lanjutan dari Yaudah Gue Mati Ajadan Yaudah 2: Challenge Accepted.

Sebelumnya, ijinkan gue buat memperkenalkan diri. Bagi pembaca setia kisah gue, pastinya kalian udah enggak asing dengan nama Muhdawi. Tapi bagi pembaca yang baru masuk ke thread ini, pastinya kalian asing dengan nama yang enggak biasa itu. Perkenalkan, nama lengkap gue Muhammad Danang Wijaya. Biasanya orang-orang manggil gue Dawi yang diambil dari singkatan nama gue Muhdawi. Kalian bisa panggil gue Dawi, atau kalo mau ikut-ikutan manggil gue Sawi juga enggak masalah. Gue orangnya idem, apa yang lo mau, kalo gue bisa, pasti gue usahakan. Anyway, langsung aja masuk lebih dalam ke thread ini. Sekali lagi gue ucapkan, selamat datang di thread ini.

Quote:


Quote:


Spoiler for Sinopsis:


Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 16-10-2018 23:34
pulaukapokAvatar border
genji32Avatar border
andybtgAvatar border
andybtg dan 14 lainnya memberi reputasi
11
359.3K
1.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#524
kaskus-image
Yansa Soekarno


PART 45

Hari ke-sembilan belas. Masih kayak biasanya, Echa sama Dinda ribet ngurusin makan satu rumah, Bull sama Melly merangkum laporan yang keteteran karena ditinggal rapat, dan juga Luther yang asik dugem sama anak-anak desa. Suatu pemandangan yang bener-bener normal di rumah KKN.

Soal Cassie, enggak seperti yang gue perkirakan sebelumnya, semuanya enggak berjalan dengan baik. Dia bener-bener nempel ke gue. Bahkan sampai soal tidur yang padahal jelas-jelas Melly satu kamar, dia masih maksa buat satu ruangan sama gue. Apapun yang terjadi. dia harus ngelihat gue. Serem, kan? Enggak, sebenernya enggak seserem itu. Diperhatiin sama cewek cakep terus-terusan, siapa coba yang enggak mau?

Jujur aja, awalnya gue pikir penderita DPD itu sama simpelnya kayak ketergantungan anak kecil pada babysitter saat orang tuanya pergi. Begitu Melly balik ke sisi Cassie, gue pikir hubungannya dengan gue bakal diputus. Tapi ternyata, DPD enggak sebercanda itu.

“Pantes aja si Melly marah besar sama gue,” gumam gue.
“Melly?” sahut suara dari belakang gue. “Mbak Melly kenapa, Bang?”
“Eh, lo Yan,” kata gue menggeser duduk. “Enggak, si Melly enggak kenapa-kenapa.”
“Hari ini mau ngapain, Bang?” tanya Yansa mencocol tempe ke gelas di tangan kirinya. “Kalo mau pergi ajak gue, ya? Bosen gue di rumah.”
“Gatau deh, Yan. Udah enggak ada kerjaan juga.” Gue perhatikan gelas yang dibawa Yansa, “Lo … itu apaan, sih?”
“Ini?” ucap Yansa mengangkat gelasnya. “Sop.”
“Sop? Minuman apaan tuh? Kok bisa dicocolin tempe?”
“Ya sop biasa,” jawab Yansa enteng.
“Sop biasa?” tanya gue makin penasaran. “Maksud lo sop pada umumnya?”
“Iya sop biasa,” ucap Yansa mencocol tempe. “Sop pada umumnya.”
“Kok pake gelas?”
“Mangkoknya kotor semua,” jawabnya mengunyah tempe. “Daripada cuci mangkok kelamaan, mending pake gelas.”
“Demi apa makan sop pake gelas–”
“Fungsinya sama, Bang,” potong Yansa. “Air mengalir ke segala tempat.”
“Kok gue curiga kalo lo diajarin sama Luther, ya?”
“Eh?! Kok abang tau?”
“Segala hal aneh di rumah ini kan berasal dari Luther.”
“Iya juga, sih.”

Setelah memakan tempe cocol sop gelas tiga lembar, dengan santainya di meminum segelas sop. Mungkin rasanya sama kayak minum es cendol. Iya, mungkin sama. Bedanya, cendolnya diganti kembang kol sama wortel, udah gitu bukannya dipake gula jawa tapi dipakein kaldu ayam. Seger enggak, sedep iya.

“Ambil gambar, yok?” ajak gue tiba-tiba.
“Ambil gambar?” tanya Yansa memastikan. “Ayok! Abang siapin mobil, biar gue yang pinjem kameranya sama Dinda.”
“Yaudah gih sana.” Gue matikan rokok gue, “Kalo enggak bawa kameranya Dinda juga gapapa, gue ada kamera, kok.”

Karena emang pagi ini emang langitnya lagi bagus banget, gue akhirnya mengajak Yansa buat muter-muter kota Boyolali buat ambil gambar. Kita berdua, ah… maksud gue bertiga jalan ke arah Disneyland Boyolali. Tempatnya keren, banyak bule dan warga desa berbaur naik wahana di sana-sini. Kora-kora dipadu ombak banyu, hot dog dipadu pisang goreng, dan juga susu murni disedot bule.

Bercanda. Di Boyolali enggak ada Disneyland. Siapapun orang yang membuat berita hoax ini gue kutuk tujuh turunan biar bulu ketiaknya panjang sebelah. Biar tau rasa kalo cari informasi real yang berujung hoax itu lebih menyakitkan daripada memiliki bulu ketiak panjang sebelah.

“Papa,” ucap seorang anak kecil polos.
“Ya, Nak?” jawab seorang bapak berwibawa dengan sabarnya.
“Kenapa bulu ketek adek panjang sebelah?”
Dengan berat hati si bapak menjawab, “Kakek….”
“Kakek? Kakek kenapa, Pa?!”
“Kakek kamu!” seru si Bapak sambil mengusap air mata. “Dia penyebar hoax!”
“TIDAK...!” teriak pasangan bapak dan anak itu menggema di perumahan mereka tinggal.

Akhirnya bapak dan anak itu gantung diri pake bulu ketiak masing-masing. Kisah tragis yang mengharukan dari sebuah keluarga keturunan penyebar hoax.

Tunggu, tapi kan barusan gue juga menyebarkan cerita hoax soal Disneyland Boyolali. Apa gue juga bakalan..., enggak! Maksud gue kutukan itu hanya terjadi ke orang selain gue! Selain gue!

Bukit Gancik, berbekal GPS dan informasi dari orang di jalan sekenanya kita nekat naik. Soal jalan, sebenernya kalo menurut Yansa jelek banget dan bikin pusing. Tapi berhubung jalan ke desa KKN lebih parah dari ini jadi kita bisa tahan dikit-dikit. Maafkan kita pak RW, enggak ada maksud menjelek-jelekkan desa anda. We proud, we love, desa KKN kita. Bercanda, gue benci desa KKN gue.

Sekitar pukul sembilan lebih dua puluh kita sampai di tempat tujuan. Karena kita bawa mobil, terpaksa kita parkir agak jauhan karena jalannya naik dan enggak aman buat mobil. Awalnya sih semangat waktu jalan kaki, tapi begitu banyak pengunjung lain lewatin kita naik motor, lama-lama jadi bete juga. Semangat jalan kaki luntur, akhirnya kita belok ke kerumunan warga yang memang menyewakan motor. Sungguh masa muda yang terbuang sia-sia.

Gempornya kaki yang enggak seberapa terbayar dengan pemandangan di bukit Gancik. Bener-bener bagus banget tempatnya. Kalo beberapa tahun sebelumnya gue pernah ke kali biru, bukit gancik enggak kalah bagus. Menurut gue malah sebelas dua belas meski tempatnya bener-bener berbeda.

“Worth banget, Bang!” kata Yansa. “Ini kalo gue ngajak gebetan ke sini, gue tembak juga pasti langsung diterima.”
“Lebay lo, Yan,” komentar Cassie.
“Yaelah, enggak percaya banget lo, Cass,” ucap Yansa. “Lo sebagai cewek, diajak bang Dawi ke sini, seneng enggak? Jujur, deh!”
“Ya senenglah!” jawab Cassie senyum malu-malu ke arah gue.

Gue cuma senyum nanggepin bercandaan mereka berdua.

Sementara Yansa muter ke sana-sini buat ambil foto, gue sama Cassie nungguin di dalam bangunan yang dibuat menyerupai pondok. Meski cuma kecil, tapi cukup kalo cuma buat berteduh dari sinar matahari. Waktu berduaan sama Cassie enggak gue sia-siain gitu aja. Sambil sesekali mengambil foto pemandangan sekitar, gue mulai bertanya pada Cassie.

“Ah…, Cass,” panggil gue pelan. “Gue perhatiin lo kok jadi jarang bareng-bareng sama Melly?”
“Iya, dia lagi sibuk ngerjain laporan,” jawab Cassie.
“Oh….” Gue arahkan kamera ke tempat lain, “Tapi kalian enggak lagi marahan, kan?”
“Enggak.”
“Malemnya,” ucap gue menatap mata Cassie. “Kenapa enggak mau tidur deket dia?”
“Abang keberatan ya kalo Cassie deket sama abang?”
“Y-ya bukannya gitu,” jawab gue membuang muka. “Cuma enggak enak aja kalo dilihatin anak-anak lo jadi deket banget sama gue.”
“Gausah perduliin anak-anak, Bang,” kata Cassie keluar dari pondokan.
“Terus?” Gue arahkan kamera ke arah Cassie, “Apa yang harus gue peduliin?”
“Peduliin apa yang perlu diperduliin aja,” jawab Cassie sambil tersenyum.

Bersamaan dengan senyuman Cassie, angin berhembus lumayan kencang. Rambut Cassie yang hitam sebahu terayun ke samping. Secara reflek jari telunjuk gue menekan tombol shutter. Cewek di depan gue bener-bener….
Diubah oleh dasadharma10 03-02-2018 22:54
pulaukapok
JabLai cOY
JabLai cOY dan pulaukapok memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.