natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
I Am (NOT) Your Sister
Dear Warga SFTH.

Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.




Big thanks to quatzlcoatlfor cover emoticon-Smilie

Quote:
Diubah oleh natashyaa 20-01-2018 16:32
tukangdjagal
makola
imamarbai
imamarbai dan 6 lainnya memberi reputasi
7
461.8K
3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
#2920
F Part 90
Entah nanti gue pengen jadi apa (?)

Apa ya (?)

Asal masuk surga aja kali ya.

Tapi serius, itu sebuah pertanyaan yang benar-benar gak bisa gue jawab langsung. Ayah gue adalah seorang insinyur yang murtad karena malah banting stir menjadi seorang pengusaha yang sempat jaya namun kolaps akibat hutang perusahaannya yang menumpuk, namun hutang-hutang peninggalan ayah gue akhirnya bisa dibayar karena orang yang sempat berhutang juga kepada keluarga kami akhirnya membayar hutangnya, belum lagi ayah gue menyimpan beberapa deposito yang dirahasiakanya dan beberapa aset lainya. Sementara ibu adalah seorang mantan advokat sekaligus kurator. Dari kedua latar belakang pekerjaan kedua orang tua, gak ada satu niatpun ingin menjadi salah satu diantara mereka.

Sementara, ayah baru, maksud gue si Burhan, dia adalah seorang pejabat bank. Ah, apalagi ini, ingin sekali gue menghindar dari dunia tersebut.

“Kamu kenapa gak mengikuti jejak ibu kamu aja, ngambil ilmu hukum kuliahnya.”

“Gak deh pak, makasih. Hehehe” Jawab gue ke Mr. Driman

“Lah kenapa? Negara kita sekarang ini butuh sarjana hukum yang benar-benar jujur dan menjalankan profesinya dengan benar, sudah banyak kecacatan hukum di dalam negara kita ini, bapak kira kamu setidak bisanya memperbaiki kondisi negara ini.”

Wtf?!! Gue mengerutkan dahi ketika mendengar ucapan Mr. Dirman, ya kali gue ini seorang superhero yang sanggup memberantas segala bentuk tindakan pelanggaran hukum di Indonesia. No, no, no. gue gak mau, jangankan memperbaiki kondisi negara, kondisi diri gue juga belum tentu bisa diperbaiki.

“Tapi, selanjutnya sih terserah kamu Felisha, Bapak hanya menyarankan saja kepada kamu, toh yang ngejalaninya kan kamu ini nantinya.”

“Iya pak, hehehe.” Kata gue sambil ketawa gak ikhlas.
“Oya Stell, lu pengen jadi apa?” Tanya gue ke Stella yang sejak dari tadi memainkan hpnya.

“Apa Fe, bentar gak ada sinyal.”

“Ya pasti gak ada sinyalah, ini kan di hutan.” Kata gue.

“Lu pengen jadi apa nanti?” Tanya gue sekali lagi.

“Psikolog.”

“Hah?” Gue kaget sekaligus ingin ketawa. Gue pun jadi cengegesan sendiri mendengar jawaban Stella. Ya ampun seorang Stella ingin jadi psikolog, apa kata dunia? HAHAHA, asli deh gue ingin ketawa.

“Tapi gak tau deh” Lanjut dia lagi sambil masih memainkan hpnya.

…..

“Yaudah pak, kami pulang duluan ya pak.” Pamit gue kepada Mr. Dirman..

***

Di perjalanan pulang gue masih kepikiran nantinya gue mau jadi apa. Orang tua gue pernah bilang kalau gue bebas melakukan apa saja asalkan gue bisa bertanggung dan senang menjalaninya. Kalau boleh jujur sih masalah minat gue tuh ingin jadi arkeolog atau ahli sejarah. Seneng aja soalnya mempelajari sejarah, bacaan tentang yang berbau sejarahlah yang selalu membuat gue betah untuk membacanya sampai tamat. Apalagi sejarah yang dihubungkan dengan mitos peradaban kuno ataupun sejarah yang bernuansa sains fiksi. Imajinasi gue bisa melayang deh nantinya. hehe

Dalam hatipun nanti pas pulang ke rumah gue memantapkan diri untuk bilang ke ibu kalau gue ingin jadi seorang arkeolog, ilmuan, atau ahli sejarah.



Sesampainya di rumah sore hari, gue pun langsung menemui ibu di kamarnya.

“Darimana saja kamu?” Tanya ibu langsung pas gue masuk ke kamarnya.
“Pergi main.”
“Main mulu, mau jadi apa kamu?” Kata ibu.
“Arkeolog.” Jawab gue
“Atau gak ahli sejarah.”

“Apa?!” Kata ibu

“Gak salah denger aku?” Ibu menempelkan tanganya di kening gue seakan-akan gue orang gila.
“Iya bu, aku kuliah nanti ngambil sejarah aja tau arkelog.”

“TIDAK!”

“GAK BOLEH!”

“Ngapain kamu gali tulang ? Nyari rongsokan?”

JLEB!! Kok sakit banget ya denger omongan ibu seperti itu.

“Dulu ibu sempat bilang kalau aku bebas ngambil jurusan apa aja.” Kata gue

“Iya, tapi yang realistis aja!”

“Ibu mau kamu ambil manajemen atau sama kayak ibu, hukum.” Bentak ibu.

“Biasa aja kali ngomongnya.” Gue juga jadi emosi dibentakin ibu.

“Kamu berani ngelawan sama ibu?”

Gue diam saja sambil menatap ibu dengan emosi, begitu juga ibu yang sepertinya marah sama gue.

“Ibu???” Tiba-tiba saja terdengar suara yang masuk. Gue pun melihat ke arah pintu dan rupanya itu si Ani. Gue pun segera bergegas dan berjalan dengan cepat menuju keluar kamar ibu, dan tidak lupa gue membanting pintu kamar ibu saking emosinya tidak terima dengan nada omongan ibu gue sendiri.

Asli, sakit hati rasanya mendengar ucapan ibu gue tadi, mana janjinya yang ngebebasin gue untuk menjadi apa saja. Ibu pembohong, sambil memeluk bantal gue stress dan menangis saat itu juga di kasur.
pulaukapok
pulaukapok memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.