"Sesaat lagi kereta akan memasuki stasiun terakhir, para penumpang yang akan turun diharap memeriksa kembali barang bawaannya, terimakasih"

Pengumuman ini gw denger sesaat setelah kereta meninggalkan stasiun weleri. Stasiun weleri yang terletak tepat sebelum stasiun poncol adalah stasiun kecil di kabupaten kendal. Tadi beberapa penumpang turun distasiun ini dan momen turunnya penumpang ini sempet gw abadikan karena berbarengan dengan momen terbitnya matahari.

Para prami (pramugari kereta) mulai memasuki gerbong gerbong buat ngambil selimut dan bantal sewaan penumpang. Dan gw melewatkan momen ini karena gw tertidur gak lama setelah kereta berangkat dan baru bangun 10 menit sebelum kereta masuk stasiun weleri.

Sebelum ini, gw punya banyak pengalaman moto prami prami kereta di stasiun gambir dalam rangka lomba foto kereta api. Info yang gw dapet adalah prami-prami ini, terutama yang masih muda, umurnya baru sekitar 20 tahunan. Dan sebagian besar mereka berasal dari daerah-daerah dijawa tengah dan jawa timur. Jalan jalan terus? Iya. Mereka juga dikasih mess transit khusus buat istirahat seandainya jadwal kerja mereka punya jeda waktu yang lama buat transit.

Mess transit para prami untuk daerah jakarta itu ada deket museum fatahilla di kota tua. Kota tua, tempat yang terdiri dari bangunan bangunan klasik jakarta tempo dulu, adalah tempat tujuan utama wisata jakarta buat para pendatang. Semakin sering gw kesini, buat ngeskate dan kadang sekedar buat duduk mengirup udara segar sambil ngeliatin keramaian, semakin banyak pendatang yang gw temui yang gw tau dari logat ngomong mereka. Ditempat ini ada semacam komunitas pengamen. Komunitas ini mewajibkan para pengamen resmi mereka memakai dresscode topi hijau. Jadi pengamen yang gak pake topi hijau itu bukan pengamen resmi kota tua. Semua serba ditertibkan karena katanya dulu banyak komplain dari pengunjung yang dateng tentang penataan objek wisata kota tua.

Kenapa tempat ini enak dipake untuk sekedar duduk duduk menghirup udara segar? Ntahlah. Museum fatahillah ini didepannya ada semacam lahan kosong yang udah dikeramik untuk para pengunjung nongki. Lahan kosong ini gak main main luasnya. Ya hampir sama kayak luas lapangan bola. Disini biasanya gw tiduran sambil ngerokok dan ngeliatin langit malam diantara keramaian. Dan saat saat kayak gini yang bikin seenggaknya perasaan gw bebas dari tuntutan kehidupan.

Kereta ini sebentar lagi bakal nyampe semarang, kota tujuan gw buat solo travelling dalam rangka mempersiapkan diri untuk perjalanan ke khatmandu. Beberapa menit setelah pengumuman dibuat, bangunan bangunan kota semarang mulai melintas di kaca jendela kereta. Sepanjang rel menuju semarang poncol gw liat banyak banget gerbong tua kereta dipajang, mungkin dengan sengaja, dalam rangka menghormati perjalanan perkereta apian selama ini.

Stasiun semarang poncol katanya merupakan salah satu stasiun perintis di indonesia. Maksud nya perintis mungkin stasiun poncol ini salah satu dari beberapa stasiun yang pembangunannya lebih awal dibanding pembangunan stasiun lain.

Beberapa menit sebelum kereta berenti dikejauhan gw liat kalau kereta ini sudah memasuki wilayah stasiun, bangunan kuno dengan atap besi besar menaungi 5 jalur kereta dibawahnya. Dari yang gw liat cuaca semarang hari ini lagi bagus. Dan tepat jam 07.10 kereta ini berenti dan para penumpang mulai bangun dan antri buat turun dari kereta

Gerbong satu, gerbong terujung dari kereta ini ternyata kebagian tempat turun yang jauh banget dari peron. Buat gerbong yang masih deket dengan peron biasanya disediain tangga buat turun kebawah, tapi karena lokasi gerbong satu terlalu ujung mungkin petugas gak mau susahsusah buat bawa tangga kesini.

Beberapa penumpang memutuskan buat loncat langsung dari kereta ke permukaan berbatu buat turun dari kereta. Gw yang bawa papan skate punya masalah buat ngelakuin ini karena papan skate yang lagi gw tenteng jelas bakal berperan dalam mengganggu keseimbangan tubuh gw waktu loncat.

"Duluan aja pak, nanti saya terakhir aja" gw mempersilahkan bapak belakang gw buat duluan karena gw masih harus mempersiapkan mental buat bisa loncat kebawah.

"Iya mas" si bapak senyum dan sambil berpegangan ke sisi pinggir pintu dia loncat dan mendarat dengan sempurna disana.

Setelah antrian keluar mulai menipis, Gw yang ngerasa kalau udah kehabisan waktu gak bisa menundanunda momen peloncatan buat turun. Setelah antrian depan gw loncat, gw menghirup nafas panjang dan heup.

Akhirnya gw menginjakkan kaki gw pertama kali disini, dikota semarang.