Kaskus

Story

juraganpengkiAvatar border
TS
juraganpengki
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)

GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..

Prolog

Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..

Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)

SIDE STORIES

Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...

Diubah oleh juraganpengki 15-07-2018 20:23
uang500ratusAvatar border
devanpancaAvatar border
iskrimAvatar border
iskrim dan 132 lainnya memberi reputasi
127
2.1M
8K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
juraganpengkiAvatar border
TS
juraganpengki
#1144
Kerajaan Jin...

“Apakah kau bersungguh-sungguh, Eyang?” Tanya gw dengan kedua mata membesar, berharap sosok yang saat ini rambut panjangnya sedang berkibar-kibar itu, hanya menguji keberanian gw..

“Tentu saja.. Mengapa kau bertanya, Ngger? Apakah kau takut? Itu masalah utama manusia.. Selalu saja ada keraguan dalam hatinya.. Yakin lah, Ngger.. Jika kau yakin dan menyerahkan seluruh jiwa raga mu dalam genggaman Kuasa Ilahi, niscaya segala sesuatu akan mungkin untuk terjadi, selama itu tidak merubah garis takdir yang sudah dituliskan Sang Maha Kuat” Jelas Raja Jin memberi wejangan untuk gw..

Gw sendiri hanya tertegun mendengar kalimat demi kalimat yang meluncur dari lisannya.. Tapi, tetap saja akal sehat gw menolak.. Apalagi jika melihat jelas letupan-letupan lava yang bergejolak dibawah sana..

“Yakinlah akan Kuasa Ilahi, Ngger.. Lagipula, atas izin Yang Maha Menentukan Takdir, aku tidak akan membiarkan dirimu melebur menjadi satu dengan kawah.. Sekarang bersiaplah, dalam hitungan ketiga, kita akan jatuh meluncur ke bawah.. Kau bisa menutup mata jika tak sanggup melihat, seperti manusia lain yang pernah ku ajak kesini.. Tapi, saranku tetaplah buka matamu, karena hal seperti ini tidak terjadi dalam kurun waktu ratusan tahun sekali, kecuali atas kehendakku sendiri”

Ucapan Raja Jin membuat gw kembali dikurung tanda tanya.. Maksud apa yang terkandung pada dua kalimat terakhirnya? Siapa manusia yang pernah diajak nya kesini, selain gw? Apakah Ki Suta sebelum moksa menjadi Jin? Atau manusia lain yang tidak gw ketahui?

“Bagaimana, apakah kau sudah siap? Jika ragu, lebih baik kau meminta ku untuk mengembalikan dirimu saja ke asalmu” Pertanyaan Raja Jin sedikit menggelitik rasa ego gw..

“Baiklah! Aku siap, Eyang” Ucap gw dengan membulatkan tekad, bahwa gw akan selamat meski harus menceburkan diri ke dalam kawah..

Sesaat, sosok yang masih mengenakan Jubah Hitam itu menyimpulkan senyuman kecilnya sambil menganggukan kepala dan menepuk bahu gw beberapa kali.. Lalu, untuk sejenak, beliau memejamkan kedua mata dan kembali membaca mantera..

Gw sempat kaget, saat telapak tangannya dengan keras menepuk kening gw.. Ingin mengeluh, tapi tak ada nyali yang tersisa.. Semua keberanian gw sudah gw simpan dan gw siapkan untuk melakukan hal yang tidak akan gw lupakan seumur hidup..

Beberapa saat sebelum melakukan tindakan yang bisa dibilang bunuh diri itu, tak lupa gw melafalkan do’a..Memohon keselamatan diri sendiri..

“Aku akan mulai berhitung.. Satu..” Hitungan Raja Jin terdengar terhenti, membuat gw yang sudah bersiap harus menelan ludah karena termakan rasa tegang..

“Dua..” Lagi-lagi suara sosok yang sepertinya sedang mempermainkan gw itu kembali terhenti..

Perasaan gw yang sudah bercampur aduk, antara takut, cemas dan tegang, semakin bertambah saat mendengar hitungan Raja Jin harus terhenti pada angka kedua.. Tatapan mata gw nanar memandang letupan lava dibawah sana, yang siap menerima dan melebur raga gw seketika..

Tanpa sadar, seluruh tubuh gw sudah gemetar dengan sendiri nya.. Hal itu menandakan rasa takut gw yang teramat sangat, sudah mulai menguasai..

“Tiga!” Tepat saat suara Raja Jin berhenti dihitungan ketiga, injakan kaki tak kasat mata yang selama ini menopang tubuh gw, hilang dalam sekejap..

“IBUUUUU!!!!” Suara teriakan gw yang memanggil Ibu, terdengar menggema di seantero gunung, seiring jatuhnya tubuh gw yang terus meluncur ke bawah, bersamaan dengan mulai hilangnya kesadaran..

“Ngger.. Bangunlah, kita sudah tiba” Suara seorang laki-laki yang baru-baru ini sering terdengar ditelinga gw, membuat kesadaran ini kembali..

Gw perlahan membuka mata dan mendapati diri, sedang tergolek di atas tanah berpasir.. Sosok Raja Jin nampak sudah berdiri dengan gagah disamping, sambil tersenyum memandang ke depan..

Perlahan, gw bangkit lalu dengan cepat memeriksa semua bagian tubuh.. Khawatir ada satu bagian yang terbakar karena terkena percikan lava.. Alhamdulillah, semua anggota tubuh gw masih sempurna seperti sedia kala, tak kurang suatu apapun (Aset penting soalnya Bree).. Setelah merasa semua baik-baik saja, gw lantas mengedarkan pandangan ke segala penjuru..

Aneh, di sekeliling gw hanya ada hamparan tanah berpasir nan tandus, tanpa ada sepotong tumbuhan pun yang tumbuh disana.. Semua yang terlihat hanya pasir dan pasir.. Terus, kemana perginya malam? Beberapa saat lalu, hari masih terasa gelap pertanda malam masih panjang.. Tapi, disini matahari sudah bersinar panas dan terik, membuat terang suasana di sekitar.. Apakah gw sudah masuk ke alam Jin didasar kawah?

“Dimana Istana mu, Eyang?” Tanya gw penasaran, sambil terus mengedarkan pandangan, mencoba mencari bangunan megah layak nya istana yang sempat disebutkan Raja Jin..

Tanpa menjawab pertanyaan gw, Raja Jin malah memukulkan dua telapak tangannya ke atas pasir yang terhampar dibawah..

DEMMM!!!!

Suara berdentum terdengar saat dua telapak tangan Raja Jin memukul hamparan pasir.. Seketika, tanah yang ditutupi jutaan kubik pasir berwarna putih gading itu, bergetar hebat.. Disusul dengan terdengarnya dua suara auman singa yang menggema..

Tiba-tiba, dari jarak sepuluh tombak di hadapan kami, muncul sebaris benda berwarna emas yang menyeruak dari bawah tanah berpasir.. Getaran tanah yang terasa semakin dahsyat laksana gempa bumi dengan skala richter tinggi, membuat gw harus setengah berlutut dengan kedua telapak tangan menapak di atas tanah, mencoba mencari keseimbangan..

Semakin lama, sebaris benda berwarna keemasan yang menyeruak dari bawah tanah, tampak berkilauan terkena sinar Matahari.. Bumi yang terasa bergoncang seiring munculnya benda misterius dari dalam tanah, membuat gw sempat terjatuh duduk.. Gw tertegun saat melihat benda tersebut ternyata adalah dua Pintu Gerbang dengan barisan pagar yang memanjang tak berujung..

Gerbang emas yang tingginya menjulang hingga menembus langit siang, dan panjang pagar atau benteng kokohnya nampak tak berbatas itu, terlihat berkilauan diterpa sinar sang surya.. Sementara, di belakang Gerbang gaib tersebut, hanya ada kegelapan aneh yang menyelimuti..

“Ini adalah Gerbang Istana Gaib ku, Ngger” Ucap Raja Jin dengan wajah menyunggingkan sebuah senyuman bangga..

Tiba-tiba, dua auman singa kembali terdengar bersahutan dan menggetarkan tanah berpasir tempat kami berpijak.. Gw yang merasa ada ancaman mendekat, langsung bangkit dan mengalirkan seluruh tenaga dalam ke kedua telapak tangan.. Perlahan namun pasti, dua telapak tangan gw mulai memendarkan sinar putih sebagai pertanda Ajian Tapak Jagat sudah siap..

“Jangan keluarkan Ajian mu, Ngger.. Suara mengaum yang kau dengar tadi adalah sambutan dari kedua Penjaga Gerbang Kerajaanku” Ucap Raja Jin dengan suara penuh wibawa..

Belum dua detik terlewati setelah Raja Jin selesai berucap, gw melihat sinar Matahari mendadak gelap karena tertutup oleh sesuatu.. Dua auman singa lagi-lagi terdengar, namun kali ini semakin kencang suaranya, pertanda makin dekatnya sosok yang disebut Raja Jin sebagai dua Penjaga Gerbang Kerajaan..

Dari atas langit, gw melihat sesuatu nampak melayang turun menutupi sinar terik matahari.. Kedua tangan yang sudah tak terisi Ajian Tapak Jagat sesuai anjuran Raja Jin, gw gunakan untuk menutupi mata dari silaunya cahaya matahari, saat bayangan hitam yang menutupinya sesekali meloloskan sinar menyilaukan Sang Raja Siang..

Tak lama kemudian, dua ekor Singa berbulu emas dan bersayap perak, dengan ukuran tubuh tiga kali ukuran gajah dewasa, menapakkan delapan kaki nya diatas tanah berpasir tepat 10 tombak di hadapan kami, persis di depan Gerbang Gaib.. Gw sempat terpana melihat kemunculan dua sosok yang baru pertama kali seumur hidup gw lihat.. Kepala gw mendongak ke atas, sebab sedikit merasa kesulitan untuk melihat seperti apa persisnya wajah kedua singa itu, karena tinggi nya postur tubuh mereka..

Akan tetapi, gw kembali dibuat takjub saat melihat tubuh dua singa bersayap tersebut perlahan-lahan mengecil dan mulai diselimuti asap putih.. Kemudian, setelah asap putih perlahan sirna, dua Singa Penjaga Gerbang Istana Gaib sudah menjelma menjadi dua laki-laki gagah berambut emas yang panjangnya sampai sebatas mata kaki..

Dua laki-laki berwajah tampan dan mirip satu sama lain itu, hanya mengenakan celana hitam sebatas lutut dan bertelanjang dada.. Terlihat sekali otot-otot menyembul di tubuh bagian atas dua laki-laki jelmaan dua singa, yang kemungkinan adalah saudara kembar.. Sebuah salam hormat mereka berikan ke arah gw dan Raja Jin..

“Kalian tetap lah disini, Singo Baraya.. Jaga Gerbang Istana ku” Perintah Raja Jin yang langsung disambut dengan anggukan kepala kompak Singo Baraya..

Kemudian, dua laki-laki gagah tersebut berjalan mundur dengan kepala tertunduk dan mulai membuka Gerbang Istana Kerajaan Gaib yang di pimpin Raja Jin.. Suara menggema terdengar ke segala penjuru, seiring dua pintu Gerbang perlahan-lahan terbuka lebar..

Kedua mata gw kembali terbelalak, saat melihat kegelapan yang semula tampak di balik gerbang, lambat laun berubah terang dan menampilkan sebuah istana megah layaknya istana raja dalam cerita pengantar tidur anak-anak.. Meski masih terlihat dari jarak jauh, tapi kemegahan istana itu sudah nampak dari tempat gw berdiri..

“Masuk lah, Ngger..” Ucap Raja Jin yang langsung menyadarkan gw dari ketertegunan..

Sambil menganggukan kepala, gw melangkah masuk melangkahi Gerbang Gaib, pembatas Istana dengan dunia luar.. Gw sempat berdiri tertegun setelah memasuki Gerbang Gaib dan melihat ke arah depan..

Suasana diluar dan bagian dalam Gerbang, sungguh sangat berbeda.. Jika diluar Gerbang gw merasa matahari bersinar dengan teriknya, bahkan gw sempat merasa kegerahan.. Tapi setelah melewati Pembatas Gerbang Gaib, semua sangat bertolak belakang.. Sinar Matahari masih sama terik, namun sama sekali tidak terasa membakar di kulit..

Selain itu hembusan udara diluar Gerbang Gaib yang terasa mengandung hawa panas dan sedikit masih berbau belerang.. Mendadak berganti dengan hembusan angin sejuk nan segar yang membawa bau harum, saat dua kaki gw sudah menapak masuk ke dalam Gerbang Gaib..

Hamparan rumput hijau yang terbentang rapi memanjang, nampak sangat kontras dengan hamparan pasir yang ada diluar Gerbang Gaib.. Dari sini, gw melihat jarak cukup jauh yang harus gw tempuh untuk dapat mencapai Istana megah Raja Jin..

“Ada apa, Ngger? Mengapa langkah mu terhenti?” Tanya Raja Jin dengan wajah yang sangat nyaman untuk dilihat..

“Tidak ada apa-apa, Eyang.. Aku hanya sedang merasakan perbedaan luar biasa antara di luar dan dalam Gerbang Gaib Istana” Jawab gw disusul sebuah senyuman yang tersimpul..

Dalam hati, sebenarnya gw merasa akan memakan waktu lama untuk tiba di depan Istana Raja Jin.. Karena jaraknya yang masih sangat jauh di depan.. Disisi lain, gw sudah tidak sabar untuk melihat keindahan bangunan megah ratusan tombak di depan sana.. Tapi, tekad gw yang sudah bulat, memaksa diri ini untuk melanjutkan perjalanan menyusuri hamparan rumput hijau nan lembut terasa saat dipijak..

Beberapa langkah sudah gw ambil bersama Raja Jin yang masih berjalan beriringan disamping.. Awalnya gw tidak menyadari bahwa suatu keanehan sedang terjadi.. Barulah saat gw melihat ke arah depan, Istana megah yang gw tuju ternyata mulai terlihat jelas.. Gw sempat kembali menghentikan langkah, lalu menoleh ke belakang..

Aneh, gw merasa baru melangkahkan kedua kaki beberapa langkah.. Tapi, mengapa gw sudah melewati setengah perjalanan.. Gerbang Gaib yang ada dibelakang pun, sudah mulai samar terlihat, karena jarak gw dan Raja Jin ternyata telah cukup jauh.. Asli, gw gagal paham banget disini..

“Teruskan langkah mu, Ngger.. Sebentar lagi kita sampai” Ucap Raja Jin yang sudah berada dua langkah di hadapan gw..

Kepala gw mengangguk untuk mengiyakan perintah beliau, lalu berlari hendak menyusul..

DEG...

Saat gw berlari, sosok Raja Jin malah menjauh.. Lagi-lagi gw menghentikan apa yang sedang gw lakukan, lalu mencoba memecahkan keanehan yang mulai terkuak di benak gw.. Sekali lagi gw berlari hendak menyusul sosok Raja Jin, dan benar, sosok nya terlihat semakin menjauh.. Gw segera menghentikan lari, dan mengubahnya dengan berjalan pelan, langkah demi selangkah.. Gw melihat ke depan, sosok Raja Jin sudah kembali dekat dan hanya terpisah satu langkah di hadapan..

“Ternyata benar, semakin gw lari, semakin bertambah jauh rasanya perjalanan.. Tapi jika gw cuma jalan pelan-pelan, maka perjalanan pun makin terasa dekat dan cepat..”

“Itu artinya, kau tidak harus terburu-buru dalam menjalani atau melakukan sesuatu, Ngger.. Ingat pepatah, alon-alon asal kelakon” Ucap Raja Jin yang kembali berjalan disebelah gw, sekaligus menjawab apa yang ada dibenak ini..

Tanpa terasa, kami berdua sudah tiba di bagian pertama Istana Raja Jin.. Dari sini, gw coba jelaskan apa yang gw lihat meski gw yakin, kalimat yang tertuang dalam tulisan gw, sama sekali tidak bisa mewakili indahnya Istana Raja Jin..

Istana Raja Jin terbagi menjadi tiga bagian dengan empat menara tinggi menjulang yang beratapkan masing-masing kubah biru.. Bagian pertama adalah bangunan utama beratap kubah berwarna sama, tapi besarnya puluhan kali lipat dari atap kubah di empat menara..

Bangunan itu terletak di tengah dan merupakan bangunan yang paling megah dengan warna dinding keemasan.. Puluhan tiang besar berwarna putih gading nampak berdiri kokoh untuk menopang bagian depan bangunan utama.. Di sisi kiri dan kanan tiap tiang, gw melihat dua prajurit berbadan tinggi besar, berompi hitam dengan celana hitam sebatas betis, sedang berdiri tegap memegangi tombak.. Semua prajurit tersebut, nampak menundukkan kepala tanda hormat, saat gw dan Raja Jin berjalan melewati..

Disamping kiri dan kanan bangunan utama, terdapat dua bangunan lain yang juga tak kalah kokoh, dengan posisi memanjang, seperti mengapit bangunan utama.. Puluhan tiang besar juga nampak berdiri menopang di bagian depan dua bangunan tersebut, bersamaan dengan tertanamnya satu pohon besar berdaun merah yang juga tumbuh besar didepan tiap tiang..

“Bangunan yang ada ditengah itu adalah Istana utama ku, Ngger.. Disana lah Singgasana ku berada” Ucap Raja Jin sambil berjalan memangku tangan di belakang..

“Ada berapa tiang besar yang menopang istana mu, Eyang?” Tanya gw yang sempat menghitung jumlah tiang besar nan kokoh yang berderet rapi di depan, disamping kiri dan kanan..

Raja Jin sempat tersenyum mendengar pertanyaan konyol yang barusan gw lisan kan..

“Sembilan Puluh Sembilan, Ngger.. Sesuai dengan jumlah Nama Mulia Rabb kita” Jawab Raja Jin yang membuat gw tertegun, persis di depan dua buah pintu sangat besar yang dijaga dua prajurit bertubuh tinggi kekar dan berpenampilan sedikit berbeda dengan kawanannya yang lain..
Araka
sampeuk
dodolgarut134
dodolgarut134 dan 17 lainnya memberi reputasi
16
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.