sore yang tenang
Quote:
Semuanya seakan-akan berjalan secara otomatis, aku langsung membuka seragam Wina perlahan-lahan. Tanganku meraba bagian perutnya lalu kearah pinggang, naik ke punggung dan melepas ikatan yang menampung gundukan miliknya.
“yang gantian sih”, kata Luna yang mulai menciumi leherku.
Tapi terlihat Wina tidak mau mengalah sama sekali, mungkin dia ingin melanjutkan balas dendamnya, akupun tidak bisa melakukan apapun. Tangan Luna menarik tanganku, perlahan aku membuka kancing baju Luna. tanganku penuh sekarang, kanan di Wina kiri di Luna. desahan mereka berduapun meramaikan rumah ini.
“langsung aja yang”, kata Wina yang berdiri dan melepas semua yang masih tersisa.
Aku masih sibuk dengan Luna, tanpa menunggu lama Wina membuka celana dan boxerku.
“sabar sih Win”, kata Luna
“ga bisa Lun, lu mungkin bisa sabar tapi gua ga”, kata Wina
“udah sih, jangan ribut yang”, kataku
“kamu sama aku foreplay, aku sama Wina lanjut. Ok, gentian ko yang”, lanjutku
“tapi aku juga mau yang, kalo Wina duluan kan curang jadinya”, kata Luna
“yang kasih waktu 5 menit, ok?”, tanyaku ke Wina
“5 menit ya”, katanya
Aku tau setinggi apa keinginan Wina, di bandingkan dengan Luna. menjinakkan Wina akan memakan waktu yang agak lama. Akupun memfokuskan diriku pada Luna, tapi Wina tidak tinggal diam, sesekali dia tetap membuatku sibuk.
“yang jangan di situ”, kata Luna saat aku menyentuh miliknya.
Akupun merebahkan Luna di sofa, tanpa membuang waktu akupun memasukkan punyaku. Perlahann tapi pasti aku mulai menggerakan pinggangku. Luna memegang tanganku erat dan lenguhannya semakin tak terkontrol. Wina menarik daguku lalu mencium bibirku lembut., sampai akhirnya Luna mengeluarkan suara tertahan, terlihat dia menggigit bibir bawahnya. Bisa kurasakan milikku terasa di pijat lembut oleh milik Luna.
“yang jangan gerak, sumpah geli”, kata Luna
“terus gimana kan ini masih di dalem?”, tanyaku
“bentar yang bentar”, katanya sambil mengatur nafas
Akupun dengan perlahan mundur hingga keluar semua dan duduk di karpet.
“siapa suruh istirahat yang, sini”, kata Wina menariku ke sofa yang satunya
“bersih-bersih dulu yang”, kataku
“1 menit. Ayo”, katanya menarikku kea rah kamar mandi
Akupun membersihkan punyaku seadanya lalu keluar kamar mandi.
“tuhkan jadi kecil, kedinginan nih yang”, kata Wina
Diapun langsung nunduk dan mulai menghangatkan punyaku dengan mulutnya. Tak menunggu lama, punyaku langsung bangkit lagi. Tidak perlu ku ceritakan secara detail apa saja yang ku lakukan dengan Wina karena pada intinya sama saja, hanya waktunya yang lebih lama. Setelah selesai semuanya akupun ke kamar mandi untuk membersihkan semuanya. Setelah selesai aku kembali ke ruang tamu, di sana hanya ada Luna sedangkan Wina sedang ke kamarnya.
“yang”, kata Luna
“apa yang?”, tanyaku
Luna langsung memelukku.
“kenapa yang?”, tanyaku
“ga ko ga ada apa-apa”, katanya
“seriusan yang”, kataku
“aku mau bilang makasih yang, kamu masih mentingin aku di banding Wina”, katanya
Akupun melepaskan pelukannya, dan menggandengnya duduk dekat tangga.
“yang, aku pernah bilang dulu sama kamu kalau kamu itu yang aku utamain, kamu juga bilang kan waktu kita udah nerima Wina, kalau kamu mau paling di utamain. Aku emang ga janji yang, tapi aku berusaha buat ngebuktiinya sama kamu. Walaupun sekali dua kali aku ga bisa bohong kadang mentingin Wina dulu di banding kamu”, kataku
“iya aku ngerti ko yang. Dari dulu sampe sekarang kamu udah ngebuktiin ke aku kalau kamu kaya gimana. Bohong kalo aku bilang ga ada masalah sama hubungan kita, sampai sekarang pun kalau ngeliat kamu mesra sama Wina aku tetep ga suka yang, tapi sikap kamu yang bisa bikin aku tenang”, katanya bersandar di bahuku.
“aku ga ngerti yang perasaan kamu, Wina atau siapapun yang aku tau itu kita cukup berusaha buat orang yang kita sayang itu nyaman.”, kataku
Akupun menghela nafas panjang
“mana ada sih yang cewe atau cowo yang mau di duain, apa lagi statusnya masih kaya kita gini. Kamu tau kan aku sempet nolak dulu tapi kamu yang terima dari situ aku tau kalau aku harus berusaha lebih buat ngejaga kepercayaan kamu”, kataku
“jadi kepercayaan dari aku ga penting?”, tanya Wina yang tiba-tiba sudah di belakangku.
“bukannya gitu yang”, kataku
Wina langsung merangkul leherku dari belakang.
“aku tau ko yang. Aku ga nyangka bisa ngelakuin semua ini sama kamu, apa lagi harus share kamu sama Luna. banyak perasaan yang harus aku atau Luna korbanin Cuma buat kamu. Tapi pengorbanan kamu juga ga bisa di bohongin yang, caranya kamu ngebagi waktu kamu, pikiran kamu, kasih sayang kamu. Kamu yang nyoba adil walaupun itu hampir mustahil. Aku seneng”, kata Wina
Sore itu pun menjadi ajang renungan untuk kami bertiga. Tapi semua orang pasti tau. Kalau semua awal pasti harus berakhir.