- Beranda
- Stories from the Heart
PERTAMA : Akhir sebuah Awal (romance)
...
TS
d.p.library
PERTAMA : Akhir sebuah Awal (romance)
Permisis agan-agan saya mau share tulisan saya yang berjudul PERTAMA : Akhir sebuah Awal
nantinya cerita ini saya pasti akan tamat yang artinya tidak gantung, setiap paling lamaseminggu sekali akan saya update. tapi saya minta respone dan masukan dari agan-agan yang baca ya. semoga suka..... aaaamiiiiin
visit my blog : dplibrary27@blogger.co.id
instagram : dp.library
Email for bussiness : Dp.librarywriter@gmail.com
terima kasih smuanya
diharapkan banyak cendol dan ga banyak yang bata

nantinya cerita ini saya pasti akan tamat yang artinya tidak gantung, setiap paling lamaseminggu sekali akan saya update. tapi saya minta respone dan masukan dari agan-agan yang baca ya. semoga suka..... aaaamiiiiin
visit my blog : dplibrary27@blogger.co.id
instagram : dp.library
Email for bussiness : Dp.librarywriter@gmail.com
terima kasih smuanya
diharapkan banyak cendol dan ga banyak yang bata
Quote:
Quote:

Diubah oleh d.p.library 03-03-2018 15:55
anasabila memberi reputasi
1
19.3K
130
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
d.p.library
#23
CHAPTER 3
Dengan mata yang belum sepenuhnya normal, Rama mencoba unutk memastikan jam berapa sekarang. Sudah hampir jam 12 siang? Berarti lama juga gue tidur.Rama membatin. Ia memang tidak punya rencana apa-apa hari ini. Rama hanya ingin dirumah beristirahat dan menggantikan waktu tidur yang terbuang pada hari kerja. Rama memang jarang untuk keluar di hari sabtu dan minggu, menurutnya sudah cukup 5 hari ia menghabiskan waktu diluar rumahpada hari kerja. Ia hanya keluar jika ada suatu acara yang memang harus dihadiri. Tetapi, tidak untuk hari ini, Rama tidak ada acara apapun.
Rama mencoba untuk memeriksa handphone nya, hal yang dilakukan untuk memastikan kalau tidak ada hal penting mendadak yang mengharuskan ia keluar rumah.
5 missed call dari Dito? Ngapain nih orang nelfon gue pagi-pagi hari sabtu sampe 5 kali? Rama memutuskan untuk menelfon balik Dito, sahabatnya. Rama takut ada sesuatu yang penting yang ingin Dito sampaikan.
"Hallo, Dito speaking." Dito memberikan sedikit candaan kepada Rama yang menelfonnya.
“Halo, To, Kenapa telfon pagi-pagi? Sampai 5 kali lagi. Lo tau kan ini hari apa?”
“Wah bos baru bangun? Siang amat. Pantes di telfon nggak diangkat-angkat” Dito mencoba untuk meledek Rama dengan sebutan bos.
“iya nih, handphone nya gue silent, kenapa lo nelfon pagi-pagi? Ada yang penting?”
“Lo Udah baca whatsapp group SMP kita belom?”
“Belom To, Kenapa emang. Gue emang sengaja matiin notification di group, soalnya suka ganggu dan nyampah nggak jelas.”
“Iya sih emang. Itu teman kita si Randy, masih inget nggak? Dia ngundang semua anak-anak SMP untuk dateng ke acara pembukaan cafenya hari ini. Kan udah lama juga kita nggak ketemu sama teman-teman SMP, sekalian reuni kecil-kecilan. Gimana, dateng yuk. Gue liat di group juga banyak yang mau dateng kok.”
“Aduh To, rada males sih gue. Ditambah motor gue ditinggal di kantor kemaren karena mogok.” Rama berusaha untuk menolak ajakan Dito.
“Yaelah Ram, jarang-jarang juga kan bisa kumpul sama teman SMP. Ayolah, lo gue jemput. Masih kaku aja sih. Okey, jam 4 gue sampe rumah lo. Gimana?”
“Emang di daerah mana si To acaranya?” Rama sebenarnya sangat tidak ingin pergi ke acara itu. Tetapi Dito yang sedikit memaksa membuat Rama terus mencari alasan.
“Daerah Dharmawangsa, deket juga kan nggak terlalu jauh.”
Rama coba berpikir sejenak. Dia memang sudah lama tidak berkumpul dengan teman-teman SMP nya ini. Mungkin memang ia harus datang. Ditambah Rama memang tidak punya acara apapun hari ini.
“Yaudah, lo jemput gue ya. Eh, tapi nanti mampir ke kantor gue sebentar ya. Gue mau liat motor gue, sekalian nitip ke security lagi, soalnya kemaren gue bilangnya mau diambil hari ini. Kan nggak jauh juga dari acaranya.” Kantor Rama yang di daerah Fatmawati memang tidak terlalu jauh dari acara yang Rama dan Dito ingin hadiri.
“Okey siap pak, jam 4 gue ke rumah lo ya. Masih kaku aja lo, kayak baru kenal satu dua hari deh sama gue.” Dito mencoba untuk bercanda dengan Rama.
Iya, memang Dito adalah sahabat Rama. Kalau ada orang yang sangat dekat dengan Rama, mengetahui rahasia dan berbagai kisah Rama, Dito lah orangnya. Dito sering dijadikan teman untuk berbagi cerita oleh Rama. Untuk Rama yang tertutup, ia hanya akan cerita masalahnya ke orang-orang tertentu, dan Dito lah salah satu orang itu. Mereka kenal sejak SMP, dan selalu bersama sampai ke SMA dan kuliah. Hanya ketika bekerja mereka berpisah, Dito lebih fokus untuk menjadi fotografer, sekarang ia bekerja di salah satu media cetak sebagai fotografer, selain itu ia juga punya usaha studio foto sendiri. Mereka memang memiliki banyak kesamaan, dari mulai suka barang-barang vintage, selera musik, sama-sama suka nonton bola dan banyak hal. Hanya soal cewek mereka berbeda. Dito lebih sering dekat dengan cewek. Tidak dengan Rama.
“Okey, yaudah To, gue tunggu ya.” Rama lalu memutuskan telponnya dengan Dito.
Sebenarnya kalau boleh memilih, ia hanya ingin di rumah hari itu. Ia ingin menikmati hari liburnya ini dengan bersantai di rumah, sambil mencoba mencari inspirasi. menulisnya Kalau saja yang mengajaknya bukan Dito, sahabat terbaiknya, mungkin Rama bisa saja menolaknya.
Siang itu Rama hanya duduk dikamarnya dan memandangi hujan yang sudah mulai turun dari balik jendela. Ditemani secangkir kopi hangat dan lagu yang sengaja diputar oleh Rama dari handphonenya, Rama hanya ingin menikmati suasana itu. Suasana siang yang terasa sangat tenang dan damai. Tetapi tidak dengan hatinya, hati Rama selalu mengingat dia. Dia yang sudah lama Rama berusaha untuk coba melupakannya, tetapi tidak pernah benar-benar bisa dilupakannya. Ditambah kejadian satu bulan lalu, pertemuan tidak sengaja itu, membuat kenangan itu kembali. Dia yang selalu menjadi orang yang spesial di hati Rama..... Vira.
Semesta seperti mendukung suasana hati Rama yang saat itu tidak dalam kondisi baik. Seakan membuka kembali kenangan lama yang sudah coba ia kubur, saat-saat bersama Vira, orang yang dulu sangat ia sayang.
Lamunan itu seakan membawa Rama mengingat kembali jauh ke belakang. Hal yang membuat Rama semakin teringat dengan Vira.
Hari itu sebenarnya ia sangat tidak berniat untuk melakukan apa-apa. Kalau boleh disuruh milih, ia lebih ingin tidur seharian dikamarnya. Menikmati suasana kamar yang diiringi lagu-lagu tahun 90an saat itu. Suasanya yang membuat Rama ingin terlelap di damainya siang itu. Dan tanpa Rama sadari, matanya seakan berat sekali, hingga akhirnya menutup. Rama kembali terlelap di tidurnya. Tidak terpengaruh dengan kopi yang sudah ia minum.
“Woi, gila pak bos, masih tidur, untung gue sampe sini duluan, coba gue sampe jam 4, bisa telat kita.” Suara Dito sesaat membangungkan Rama.
“Lo udah dateng aja, ini baru jam berapa? Kita janjian jam 4 kan To.”
“Bapak liat sekarang udah setengah 4 dan lo masih tidur. Udah buruan mandi, gausah pake lama.”
Ternyata Rama sudah tertidur dua setengah jam, dan sekarang memang sudah pukul 15.30.
“yaudah gue mandi dulu ya, sabar, gue cepet kok.” Rama lalu meninggalkan Dito dikamarnya untuk mandi.
Rama memang tidak perlu waktu yang lama untuk mempersiapkan semuanya. Dan pukul 16.05 ia pun pergi dengan menggunakan mobil Dito. Hanya telat 5 menit dari waktu yang dijanjikan.
“Lo tidur seharian Ram, nggak produktif banget hidup lo. Pantes susah jodoh.” Dito meledek Rama karena hari ini yang Dito tahu Rama hanya tidur seharian.
“weekend, wajar lah. Lagian lo pake maksa-maksa gue ikut. Kenapa nggak pergi sendiri aja sih.”
“ya lo tau kan Ram, gue deketnya sama lo, nanti kalo disana yang lain pada nggak asik, gimana? Masa lo tega biarin sahabat lo sendirian ke acara teman SMP kita.”
“Bilang aja lo mau pamer kan kalo lo sekarang udah berubah? Lo senang aja nanti pas ketemu sama teman-teman SMP terus ada yang bilang, Dito ganteng banget sekarang. Iya kan? Ngaku lo!!” Rama sedikit memberikan penekanan di nada bicaranya kali ini, seperti ingin mendengar kebenaran dari Dito.
“Nah lo tau, lo emang paling ngerti gue Ram. Sekarang kita ke kantor lo dulu nih? Jangan lama-lama ya, nanti telat, gue ga suka telat.”
Hanya 30 menit waktu yang diperlukan saat itu dari rumah Rama untuk sampai ke kantornya. Ia langsung mengecek motornya apakah masih ada atau tidak. Dan ternyata motornya masih diam dan baik-baik saja di tempat semula. Hanya mesinnya yang tidak baik-baik. Mungkin Senin aja sekalian kantor dibawa ke bengkelnya.Lalu Rama menghampiri security yang sedang berjaga untuk bilang kalau ia menitipkan motor. Di kantor Rama memang selalu ada security yang berjaga setiap harinya. Hal itu karena gedung tempat Rama bekerja menjadi satu dengan kantor lainnya. Dan terkadang masih ada yang bekerja di Hari Minggu. Rama lalu meminta izin kepada security yang berjaga dan memberikan sedikit uang untuk membeli kopi dan rokok. Rama lalu melihat seseorang sedang berdiri di depan pintu masuk, seseorang yang ia kenal.
“Dini? Lagi ngapain? Hari Sabtu ke kantor?”
“Oh Rama, gue pikir siapa. Iya nih lagi nunggu dijemput, belum dateng-dateng juga dari tadi. Katanya macet. Nggak kok, gue cuma ngambil barang gue yang ketinggalan di kantor. Lo sendiri? Mau bawa motor ke bengkel ya?” Dini tersenyum saat melihat Rama. Senyum yang saat itu Dini sendiripun tidak tahu karena apa.
“nggak, gue cuma mau nitip motor ke security aja, gue lagi ada acara pembukaan cafe punya temen gue. Dan sekarang gue bareng temen gue juga. Mau ikut?”
“Hmm gausah deh Ram, nggak enak soalnya, lo sama teman-teman lo juga kan. Takut nanti malah ganggu.”
“Nggak sama sekali, justru sebenarnya ini acara teman SMP gue, udah lama banget, gue sendiri juga gatau masih ingat apa nggak sama yang lain. Dan gue cuma berdua kok sama teman gue di mobil. Ikut aja yuk, atau lo ada acara lain?” Rama mencoba mengajak Dini
“Nggak ada sih, emang tadinya gue mau langsung pulang. Tapi beneran nggak ganggu Ram?” Dini kembali memastikan hal itu, Ia tidak enak kalau nantinya malah membuat suasana menjadi canggung.
“Nggak, yaudah yuk. Sini gue bawain barangnya.” Rama lalu berjalan ke arah mobil Dito sambil membawakan barang bawaan Dini. Di depan mobil, ia membukakan pintu belakang untuk Dini. Sikap yang biasa saja sebenarnya, tetapi itu untuk Rama, tidak untuk Dini. Dini hanya tersenyum kecil saat itu.
“To gue ajak teman kantor gue ikut ya. Gapapa kan. Kenalin To, ini Dini, teman sekaligus bos gue di kantor.”
“Gapapa lah, Oh ini bos lo, pantesan Rama betah kerja lama-lama di kantor, bosnya cantik gini. Gue juga mau kerja di tempat lo, nggak ada lowongan ya?” Dito memberikan sedikit nada humor kali ini, memang sudah menjadi kebiasaan Dito kalau ngomong selalu ceplas-ceplos dan membuat suasana cair. Dito memang pandai mencairkan suasana.
”Hai, gue Dini. Gapapa ya gue ikut? “ Dini kembali mencoba meyakinkan
“Gapapa Din, Kalau yang ikut cantik kayak gini sih gapapa. Lo juga belum pernah liat si Rama nyanyi kan? Nanti disana Rama bakalan nyanyi, dan gue yang main gitarnya. Bakalan keren banget.”
“Nyanyi?” Kali ini Dini tampak bingung sambil melirik ke arah Rama.
Rama yang menyadari omongan Dito tampak kebingungan, lalu ia melihat ke arah Dito dengan tatapan yang sedikit melotot, “Nyanyi? Jangan bilang lo maksa gue ikut karena emang udah diminta dari awal sama Randy untuk ngisi acara di pembukaan cafenya?”
Tawa Dito pun pecah kali ini “Hahahaha, iya, makanya gue maksa lo. Kalo lo gue bilang dari awal pasti gamau, makanya gue nggak bilang. Lagian udah lama kita nggak manggung bareng, terakhir pas perpisahan SMP kan? Udah santai aja, gausah panik gitu.”
“Gimana gue nggak panik tiba-tiba gue disuruh nyanyi sama lo, Mau jadi apa ntar kita.”
Rama dan Dito memang satu band saat masih SMP, tetapi itu sudah lama sekali. Walaupun band mereka saat itu memenangkan cukup banyak festival band, dan memiliki beberapa penggemar. Terutama yang berasal dari SMP mereka dan kebanyakan wanita, tetapi itu sudah lama tidak pernah mereka lakukan. Mungkin Dito tidak selama itu, di SMA Dito juga masih sering ngeband, tetapi Rama tidak. Maka hal itu cukup membuat Rama kaget dan gugup. Terlebih sekarang yang akan melihat bukan dari teman SMPnya saja, tetapi ada teman Randy lain yang ia tidak kenal.
Rama Nyanyi? Dini sedikit berbisik sambil tertawa, melihat dua orang sahabat yang sedang berdebat ini.
Jalanan Jakarta hari itu cukup macet, memang sudah menjadi kebiasaan di hari sabtu orang banyak yang keluar rumah untuk menikmati libur akhir pekannya. Sebenarnya hanya perlu waktu 30 menit dari kantornya Rama untuk sampai ke cafe temannya ini, tetapi macet membuat waktu yang harus mereka tempuh menjadi lebih lama. Dan pukul 19.20 mereka tiba di cafe temannya itu. Sebenarnya banyak orang yang mereka tidak kenal saat itu, mereka juga sudah lupa dengan wajah-wajah yang mereka lihat. Untuk Dito, ia bisa saja sok kenal dan sok akrab dengan orang lain, tetapi tidak untuk Rama.
“Kita duduk sini aja yuk Din, biarin Dito lagi keliling gatau kemana. Ya emang gitu orangnya.”
“Iya gapapa kok, tapi Dito tuh Rame ya orangnya, nggak kayak lo yang kaku.” Dini memberi senyum ketika ia berbicara.
“Iya, kita temenan udah dari SMP, terus bareng-bareng terus sampe kuliah. Makanya kita sahabatan banget.”
“Oh pantes. Kalian lucu kalo lagi berdebat.”
Sambil menunggu pesanan minum yang mereka pesan, mereka larut dalam obrolan. Obrolan yang sebenarnya tidak penting, tetapi menyenangkan. Rasanya Dini tidak ingin cepat-cepat menyudahi malam itu. Tiba-tiba terdengar sesuatu...
“Cek, cek, 1,2,3. Oke ya. Selamat malam semua. Perkenalkan gue Dito teman SMPnya Randy. Pertama-tama gue mau ngucapin selamat ke Randy karena pembukaan cafenya ini. Cafe nya keren banget Ran. Oh iya malam ini gue akan membawakan beberapa lagu yang akan menemani kalian. Eh sorry, bukan gue, kita. Gue panggilin teman gue dulu ya, kasih tepuk tangan buat Rama....” Suara Dito seperti mengagetkan Rama. Kenapa Dito yang tiba-tiba ngilang, sekarang muncul dipanggung dan memanggil namanya.
“anjrit, Dito ngapain bikin malu.” Rama tampak sangat gugup saat itu, tetapi tepuk tangan dan sorakan dari orang yang menonton tidak mungkin membuat Rama menolaknya.
Dini yang melihat Rama gugup pun tertawa “haha, yaudah Ram, sana naik ke panggung, udah tenang aja, walupun gue nggak pernah dengerin lo nyanyi, tapi gue yakin bagus.” Seakan naluri yang membuat Dini berkata seperti itu, naluri juga yang membuat Dini berani untuk memegang tangan Rama untuk menenangkannya.
"Maaf ya Din, lo gapapa gue tinggal sendiri dulu?"
"Gapapa kok Ram." Sambil tersenyum Dini mengucapkan hal itu.
Dan Rama pun akhirnya naik berdiri diatas panggung kecil.
“Hmm Halo semua, sebenarnya gue dikerjain sama teman gue Dito, Gue beneran gatau kalo dateng kesini dan bakal disuruh nyanyi. Tapi gue coba ya, jadi kalo jelek harap dimaklumi.” Rama memberikan sedikit sambutan sebelum ia mulai menyanyi. Lalu ia tampak berbisik dengan Dito yang saat itu memegang gitar, mereka membahas lagu apa yang akan dimainkan. Dan tidak perlu waktu yang lama, alunan melodi sudah terdengar lembut mengawali lagu yang akan mereka nyanyikan. Petikan gitar dari Dito seakan membuat suasana cafe malam itu terdiam.
Mereka memilih lagu yang berjudul Mrs.Cold dari Kings of Convenience sebagai lagu pembuka mereka. (sambil di play lagunya biar hanyut dalam suasana)
Suara Rama terdengar lembut malam ini. dengan diiringi petikan gitar dari Dito, dan beberapa kali suara Dito pun terdengat di part-part tertentu. Penampilan mereka berdua membuat orang yang menontonnya hanyut dalam suasana malam itu. Mereka sangat menikmati pertunjukkan itu. Demikian juga Dini. Mata wanita itu dari tadi tidak lepas dari sosok pria yang menyanyi diatas panggung. Ia melihat Rama sangat berbeda malam ini. kharisma yang Rama keluarkan diatas panggung membuat nya semakin kagum. Ternyata Rama bisa nyanyi dan suaranya enak banget. Batinnya seperti berkata kalau ia ingin tahu Rama lebih banyak lagi. Masih banyak hal yang akan membuat seorang Dini kagum kepada Rama. Seakan ia ingin menjadikan malam itu tidak pernah berakhir. Rama yang ia kenal sangat kaku, ternyata memiliki banyak hal yang ia tidak tahu.Dan malam ini sudah cukup membuat Dini mengenal Rama dari sisi yang berbeda. Hal itu membuat Dini senang, bahkan sangat senang malam itu. Dini hanya ingin menikmati malam itu, malam yang membuat ia terasa sangat nyaman. Malam yang membuat ia tidak berhenti tersenyum karena sosok pria yang bernyanyi diatas panggung.
Apa iya gue suka............... Dini mencoba berbicara dengan hatinya.
Diubah oleh d.p.library 19-01-2018 17:42
0