- Beranda
- Stories from the Heart
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
...
TS
juraganpengki
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3 / FINAL CHAPTER)

Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..
Prolog
Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..
Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)
SIDE STORIES
Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...

Cool Cover By Agan Linbara (Thanks, Bree)..
Prolog
Setelah bangun dari ‘Mati Suri’ karena memutuskan untuk mencoba membunuh diri sendiri untuk melindungi Kitab Langit dan melenyapkan Bayu Ambar, gw kembali ke dunia nyata.. Kehidupan gw sedikit jauh berbeda, karena pengalaman ‘Mati Suri’ itu berefek langsung pada kelebihan yang gw miliki.. Gw masih sama Anggie, meski ujian atas cinta kami masih saja mendera.. Ada musuh baru, tentu saja.. Tapi ada juga sahabat baru yang muncul.. Karena ini akhir dari cerita kami berempat..
Kembalinya Anak Ibu...
Pengorbanan Pedang Jagat Samudera...
Cintai Aku Sewajarnya, Yank...
Matinya Seorang Saudara (Versi Gw/Bimo)
Berkumpul Kembali...
Keanehan Yang Mulai Muncul...
Sambutan Ketiga Saudara Ke Reinata...
Sabar???
Cukup! Tinggalin Aku Sendiri!!!
Siapa Kau???
Aku Ikutin Kemauan Kamu...
Keputusan Sepihak Yang Pahit...
Semua Beban Menjadi satu
Semua Beban Menjadi Satu (2)...
Serangkum Rindu Untuk Ayah...
Munculnya Penguasa Laut Utara...
Bertemunya Dua Penguasa...
Sebuah Kesepakatan...
Ibu Kenapa Yah???
Lu Kenapa, Ka???
Wanted Dead Or Alive.. ANTON!!!
Mo 'Perabotan' Lu Hancur Apa Tanggung Jawab???
It's The End Of Us...
Di Kerjain Ibu...
Ridho!!!
Kelewatan!!!
Munculnya Dua Penjaga Gerbang Kerajaan Laut...
Dewi Arum Kesuma VS Dewi Ayu Anjani
Datangnya Sosok Seorang Pemisah Dan Shock Therapy Buat Gw...
Kerajaan Jin...
Terkuaknya Semua Jawaban...
Maafin Gw, Bree...
Pengakuan Suluh...
Akhirnya Boleh Gondrong...
Pernikahan Kak Silvi Yang Seharusnya Membuat Gw Bahagia...
Pernikahan Kak Silvi Yang seharusnya Membuat Gw Bahagia (2)...
Tunggu Pembalasan Gw!!!...
Ni Mas Linduri dan Banas Ireng...
Dua Sosok Penyelamat Misterius...
Ada Apa Sama Ridho?...
Kesalahan Fatal...
Kembalinya Jin Penjaga Ridho dan Suluh...
Akibat Terlalu Ikut Campur...
Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan...
Munculnya Viny Dan Sebuah Tantangan Bertarung...
Manusia Cabul...
Suara Penolong Misterius...
Bertemunya Kembali Sepasang Kekasih...
Terkuaknya Kebenaran...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar...
Kabar Baik Ayu Dan Prasangka Sekar (2)...
Jaket Dan Celana Jeans Robek Serta Sweater Hitam Kumal...
She's My True Love...
Dilema...
Pertengkaran Dengan Ibu...
Rambe Lantak...
Gendewa Panah Pramesti...
Akan Ku Balaskan Dendam Mu, Arum Kesuma!!!
Yang Hilang dan Yang Kembali...
Jawaban Ayu...
Mati Gw!!!
Aku Makin Sayang...
Nasihat Om Hendra...
Jera Mencuri...
Ajian Segoro Geni...
Pilihan Sulit...
Keputusasaan Anggie...
Kabar Baik dari Ridho dan Suluh...
Perjalanan Menuju Pembalasan Dendam...
Rawa Rontek...
Rawa Rontek 2 (Terbayarnya Dendam)...
Kedatangan Pak Sugi...
Orang Titipan...
Hukuman Paling Berat...
Tidurlah Di Pangkuan Ku...
Menjajal Kesaktian...
Menjajal Kesaktian (2)...
Pengakuan Mengejutkan Babeh Misar...
Pengajaran Ilmu Silat Betawi...
Di Kepret Babeh Misar Lagi...
Tasya...
Naga Caglak dan Bajing Item...
Misteri Sebuah Dendam...
Kekuatan Sejati Kitab Langit Bagian Matahari...
Perpisahan...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera...
Tanah, Air, Api dan Setetes Darah dari Jantung Seorang Putera (2)...
Kembalinya Ibu...
Empat Bayangan Hitam...
Siapa Ni Mas Laras Rangkuti???
Dendam Seorang Sahabat...
Ini Keputusan Yang Harus Gw Ambil...
Semua Pengorbanan Ini Demi Ibu...
Rapuh...
Kabar Mengejutkan Sekar dan Sebuah Restu...
Siasat Braja Krama...
Munculnya Kitab Langit...
Si Pembuka Kitab langit dan Sosok Asli Pak Sugi...
Rencana Yang Matang...
Lamaran Pribadi...
Keingintahuan Anggie...
Perubahan Rencana...
Hampir Terjebak...
Kekecewaan Sekar...
Dua Syarat Reinata...
Aku Harap Kamu dan Anggie Bahagia, Mam...
Rahasia Sepasang Suami Isteri...
Menitipkan Amanah...
Berkumpulnya Para Pembela Kitab Langit...
Siasat Ki Purwagalih...
Raja Jin Raja Muslihat (Nyesek, Bree)...
Pertukaran Tawanan...
Perang Gaib PunTak Terelakkan...
Sang Penyelamat Dari Utara...
Pertempuran Awal Dua Penguasa Kerajaan Gaib...
Bertekuk Lututnya Sekutu Braja Krama...
Pertarungan Dua Putera (Gugurnya Satu Sahabat Gaib)...
Krama Raja...
Braja Krama Versus Krama Raja...
Raja Licik...
Aku Lah Sang Pembuka...
Siasat Krama Raja dan Bayu Ambar...
Terbukanya Semua Ilmu Terlarang...
Sebuah Pengecualian...
Sri Baduga Maharaja...
Hilangnya Sebuah Pengecualian...
Hilangnya Sebuah Pengecualian (2)...
Sebuah Pengorbanan...
Pahlawan...
Sumpah...
Ilmu Pamungkas yang Terlarang...
Kabar Yang Mengejutkan...
Pulang...
Pulang (2)...
Sedikit Kisah Rio Sebelum Kisah Ini Tamat...
Terhalang Sumpah...
Bantuan Sahabat Baik...
Bachelor Party...
Keturunan Lain Sang Prabu...
Pembalasan Dendam Singgih...
Sepenggal Kisah Nyi Mas Roro Suwastri...
Tawaran Yang Mengejutkan...
Lawan Atau Kawan???
Terkuaknya Silsilah...
Sebuah Kebenaran...
Sebuah Kebenaran (2)...
Bertemunya Dua Keturunan Sang Prabu...
Pertempuran Dua Hati...
Cinta Pertama VS Cinta Terakhir Jagat Tirta...
Pengakuan Bayu Barata...
Ki Larang dan Nyi Mas Galuh Pandita???
Prana Kusuma...
Kau Benar Keturunan Kami, Ngger...
Our Big Day...
Insiden...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga...
Munculnya Para Tamu Tak Terduga (2)...
Dua Tamu Istimewa...
Semua Karena Cinta...
Keputusan Sekar Kencana...
Kena Gampar...
Bonyok!!!
RIBET!!!
Berdamai...
Keponakan Baru...
Malam Pertama dan Tiga Keanehan...
Ajian Warisan Para Leluhur (The Last Part/End Of All Chapters)
SIDE STORIES
Keturunan Yang Tersesat...
Keturunan Yang Tersesat (2)...
Diubah oleh juraganpengki 15-07-2018 20:23
iskrim dan 132 lainnya memberi reputasi
127
2.1M
8K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#134
Keanehan Yang Mulai Muncul...
“Suluh, panggil Ridho biar sembuhin mata nya Imam” Teriak Bimo dengan suara panik..
Dengan kedua mata terpejam dan menahan rasa sakit di kedua indera penglihatan, gw mendengar suara langkah kaki Suluh berderap dengan cepat.. Sepertinya saudara perempuan kami itu, berlari cepat memanggil Ridho di dapur..
“Lu minggir dulu Bim.. Biar gw lihat mata nya Imam” Teriak Ridho yang sudah datang dengan suara yang juga menyiratkan rasa cemas..
“Aneh, darahnya udah berhenti keluar.. Padahal gw belom apa-apain, Mam” Ucap Ridho yang membuat gw sedikit lebih tenang..
Gw memang merasakan tidak ada lagi cairan yang mengalir keluar dari kedua mata.. Rasa sakit dan perih yang tadi sempat membuat gw meringis pun perlahan-lahan lenyap..
“Kita ke dokter aja yah, Mam.. Gw khawatir mata lu bermasalah.. Soalnya ada darah gitu yang keluar” Ucap Suluh dari sebelah kanan gw..
“Tunggu.. Tunggu.. Kita lihat dulu reaksi mata nya Imam.. Bree, coba lu buka mata lu.. Pelan-pelan tapi, Bree” Perintah Ridho dari arah depan..
Dengan sangat hati-hati, gw mencoba membuka kedua indera penglihatan.. Masih ada sedikit rasa perih yang tersisa, saat kedua kelopak mata gw perlahan-lahan naik ke atas.. Terpaan sinar matahari membuat kelopak mata gw kembali tertutup..
“Santai aja, Mam.. Kalo emang masih sakit kita bawa ke dokter aja” Ucap Bimo yang gw sambut dengan gelengan kepala..
“Udah ga sakit banget kek tadi, Bim.. Cuma agak silau aja.. Bentar, gw coba lagi buka mata” Jawab gw menyanggah kalimat Bimo..
Kembali gw berusaha menaikkan kedua kelopak mata.. Kali ini silaunya sinar matahari terpaksa gw tahan.. Sedikit demi sedikit, mata gw mulai terbuka lebar.. Pandangan mata gw sedikit tertutup bercak warna merah di kedua korneanya..
“Nih, Mam.. Coba lu cuci mata lu pake air.. Gw udah ambil dari kamar mandi pas panggil Ridho kesini” Kata Suluh sembari mengulurkan sebuah gayung plastik biru ke depan gw..
Tanpa banyak tanya, gw langsung meraih gagang gayung tersebut dan berjalan ketepi teras.. Persis dibawah pohon palem putri, gw mencuci kedua mata ini dengan air kolam.. Sesaat, gw kembali merasakan sensasi perih di dua bola mata..
Setelah merasa cukup, gw buang sisa air dalam gayung ke bawah pohon palem.. Lalu mencoba membuka mata lebar-lebar.. Oke! Tidak lagi ada bercak warna merah pada kornea mata gw.. Ini berarti tidak ada lagi sisa darah didalam kelopak mata.. Dengan perasaan sedikit lega, gw kembali memutar badan menghadap ketiga saudara gw yang masih berdiri, persis tiga langkah di belakang gw..
Gw tertegun melihat beberapa sinar hitam, emas dan merah muncul di beberapa bagian tubuh Suluh, Ridho dan Bimo.. Gw mencoba mengucek mata satu kali, lalu berusahamenajamkan pandangan ke arah ketiga saudara..
“Subhanallah...” Ucap gw dalam hati karena takjub akan apa yang sedang nampak di penglihatan gw saat ini..
Tanpa menggunakan ajian apapun, gw bisa melihat sosok Keris Sakti berluk sembilan bernama Keris Banyu Geledek, tertanam dalam telapak tangan Suluh.. Sementara, di lengan Ridho, Cambuk Langit Selatan milik saudara gw itu, nampak menggeliat-geliat indah dengan warna emasnya.. Dilain pihak, Tombak Geni yang bersemayam di dada Bimo terlihat dengan posisi tegak lurus ke atas.. Bahkan, batu mustika pemberian Penguasa Merapi pun dapat gw lihat dengan jelas tertanam di ujung ibu jari kanan Bimo..
Gw menelan ludah mengetahui keempat benda sakti tersebut dapat dengan jelas gw lihat, di tiap tubuh ketiga saudara..
“Woyy!!!” Ucap Ridho yang seketika menyadarkan gw dari ketertegunan..
“Ehh, Iya.. Kenapa, Bree?” Tanya gw sedikit menyiratkan rasa terkejut..
“Lu ga apa-apa, Bree? Koq malah bengong liatin kita bertiga” Tanya Ridho sembari menoleh ke arah Bimo dan pacarnya, Suluh..
Gw yang ditanya cuma memberi cengiran kuda sambil berjalan lagi ke arah bangku, lalu duduk di tempat semula.. Sebelum mendudukkan bokong diatas bangku, gw sempat elirik lagi ke arah Ridho, Suluh dan Bimo yang juga kembali hendak duduk.. Ridho sempat mengambil satu kursi plastik di garasi, karena tempat duduk memang hanya ada tiga..
“Mata lu ga sakit lagi, Mam?” Tanya Bimo seraya melempar pandang ke arah gw..
Gw menganggukan kepala, lalu kembali mengeluarkan sebatang rokok dari dalam bungkusannya..
“Emang banyak ya, Bim, darah yang keluar dari mata gw tadi?” Kata gw balik bertanya, lalu mulai menyalakan rokok yang sudah terselip di sela dua jari..
“Ga banyak sih.. Cuma panik aja gw ngeliat lu teriak kesakitan terus pas gw deketin sama Suluh, ternyata airmata lu warna nya merah” Jelas Bimo..
Ridho yang sudah kembali dari garasi, sengaja menempatkan bangku plastiknya persis di sebelah Suluh.. Tapi, gadis itu malah menyuruh Bimo untuk menukar tempat duduk, guna menghindari Ridho.. Gw sempat tersenyum melihat wajah memelas Ridho..
“Menurut gw, sebaiknya lu ke dokter mata, Mam.. Takutnya ada masalah di mata lu.. Habisnya sampe bisa keluar darah gitu.. Serem tau lietnya” Saran Suluh sambil memegangi lengan gw..
Gw sempat menoleh ke arah Suluh yang sengaja berniat membuat Ridho cemburu.. Ridho sendiri hanya bisa membesarkan kedua matanya..
“Hemm.. Pegang terus.. Elus-elus terus tuh tangan” Ejek Ridho yang membuat gw langsung memindahkan tangan kanan dari atas meja..
“Udah aah.. Jangan kek anak kecil lagi deh.. Gw mo ngomong serius nih” Ucap gw mencoba mencairkan suasana yang sedikit kaku antara Suluh dan Ridho..
Sejenak, kedua saudara gw yang saling mencinta itu terdiam.. Bimo yang duduk disebelah Ridho terus menatap gw, berharap ada kelanjutan dari pembicaraan gw barusan..
“Udah, Mam.. Ngomong aj.. Biarin aja mereka berdua.. Udah pada gede ini” Ujar Bimo sambil melirik ke arah Suluh yang terlihat mendengus sebal..
Gw sempat membuang abu yang sudah sedikit panjang di ujung rokok.. Lalu menegakkan posisi duduk dan menarik telapak tangan kanan Bimo..
“Ehh.. Lu mo ngapain, Mam?” Tanya Bimo dengan dahi berkerut karena penasaran..
“Pinjem tangan lu bentar” Jawab gw sembari menarik jempol kanan Bimo..
“Jangan ngomong lu mo col* pake tangan Bimo, Bree” Kata Ridho yang terdengar dibatin gw..
Seketika gw menendang kaki Ridho sekeras mungkin, dan langsung membuat saudara gw itu meringis kesakitan..
“Kalian bertiga kenapa sih, aneh banget dari tadi?” Tanya Suluh sambil menatap Ridho yang sedang mengelus kaki kanan nya..
“Cowo lu tuh.. Kalo nyeletuk ga pake otak” Jawab gw ke Suluh seraya melototi Ridho..
“Udah napa, guys.. Jangan sampe penasaran gw ilang nih.. Buruan, Mam.. Lu bilang apa yang lu mo omongin!” Seru Bimo yang membuat gw kembali fokus menatap ke arah ujung jempolnya..
“Batu Mustika pemberian Penguasa Merapi ada disini kan?” Tanya gw sambil menatap dalam-dalam wajah Bimo..
Dengan raut wajah menyiratkan rasa terkejut, Bimo membalas tatapan mata gw, lalu melempar pandangan ke Bimo juga Suluh..
“Sumpah! Lu orang pertama yang tahu soal itu, Mam” Jawab Bimo dengan kedua mata masih membesar..
“Gw orang kedua, Bim” Sambar Ridho dengan celetukkannya..
“Diem lu, Dho!!!” Bentak gw bersamaan dengan Bimo..
Ridho hanya tersenyum getir untuk beberapa saat, lalu memindahkan bangku plastiknya ke sebelah Suluh.. Sementara, Suluh sendiri hanya bisa mendengus sebal karena tidak bisa menghindar dari pacarnya yang keseringan berlaku konyol..
“Gini, guys.. Gw mo ngomong serius.. Lu semua kan tadi liat gimana gw ngerasa sakit di mata.. Asli, mata gw perih banget.. Sampe ngeluarin darah juga kan.. Nah, pas gw buka mata.. Ga tau kenapa, gw bisa langsung lihat Senjata Sakti lu bertiga” Kata gw mencoba menjelaskan..
“Lah, itu kan emang biasa Bree..” Timpal Ridho yang dijawab dengan gelengan kepala gw..
“Bukan, Bree.. Biasa nya kan gw cuma bisa ngerasain aura nya doank.. Tapi sekarang gw bisa liat langsung posisi Senjata Sakti lu, termasuk Batu Mustika dari Penguasa Merapi yang ada di ujung jempol Bimo” Sanggah gw sambil melepas jempol Bimo..
Serempak, ketiga saudara gw itu saling tukar pandang.. Raut wajah mereka sama-sama menyiratkan keterkejutan..
“Itu artinya mata lu bisa liet keberadaan benda-benda nyata yang sifatnya gaib, Mam.. Hebat! Tapi kenapa bisa tiba-tiba gitu yah? Apa ada hubungannya sama Mati Suri nya lu yah?” Tanya Bimo seraya menatap kosong ke arah jempol nya sendiri..
“Bisa jadi, Bim.. Gw pernah baca artikel soal Mati Suri di web paranormal.. Ada beberapa orang yang mengalami pengalaman hampir mendekati kematian, pas bangun mempunyai kekuatan batin.. Kek bisa liat penampakan mahluk gaib, bisa meramal bahkan ada juga yang bisa sembuhin penyakit ringan seseorang.. Nah, mungkin itu juga terjadi sama lu, Mam?” Sela Suluh mencoba menganalisa..
Dilain pihak, Ridho terlihat senyum senyum sendiri sambil menatap gw dengan penuh arti..
“Kenapa lu senyum senyum, Bree.. Aneh lu” Celetuk gw ke arah Ridho, lalu kembali tertegun mencermati penjelasan dari Suluh..
“Buat lebih jelasnya, mendingan lu tanya Sekar kalo ga Bayu Barata aja, Mam.. Gw yakin mereka berdua lebih faham” Saran Bimo yang membuat gw menganggukan kepala..
Tiba-tiba, gw merasakan aura kuat yang gw sudah kenal betul berasal dari Jin Penjaga nya Reinata, mulai mendekati rumah.. Ketiga saudara gw nampak belum merasakan aura tersebut, hingga gw bangkit dari tempat duduk dan melihat Reinata sedang mengendarai sebuah mobil Yar*s berwarna Pink.. Sementara, sosok Kakek Tua jelmaan Jin Penjaganya gadis itu masih belum terlihat..
“Siapa tuh, Bree?” Tanya Ridho yang sudah berdiri disebelah, sambil menatap mobil pink yang mulai memasuki pekarangan rumah gw..
“Reinata, Bree.. Ga tau mo ngapain?” Jawab gw singkat, bersamaan dengan Hp yang bergetar dalam saku celana pendek gw..
Kedua mata gw langsung membesar begitu melihat isi pesan yang terkirim dari Anggie.. Isinya mengatakan bahwa pacar gw itu sedang on the way menuju rumah gw..
“Kenapa lagi lu?” Tanya Ridho seraya melirik wajah gw dari samping..
“Anggie juga mo kesini, Bree!?”
“Suluh, panggil Ridho biar sembuhin mata nya Imam” Teriak Bimo dengan suara panik..
Dengan kedua mata terpejam dan menahan rasa sakit di kedua indera penglihatan, gw mendengar suara langkah kaki Suluh berderap dengan cepat.. Sepertinya saudara perempuan kami itu, berlari cepat memanggil Ridho di dapur..
“Lu minggir dulu Bim.. Biar gw lihat mata nya Imam” Teriak Ridho yang sudah datang dengan suara yang juga menyiratkan rasa cemas..
“Aneh, darahnya udah berhenti keluar.. Padahal gw belom apa-apain, Mam” Ucap Ridho yang membuat gw sedikit lebih tenang..
Gw memang merasakan tidak ada lagi cairan yang mengalir keluar dari kedua mata.. Rasa sakit dan perih yang tadi sempat membuat gw meringis pun perlahan-lahan lenyap..
“Kita ke dokter aja yah, Mam.. Gw khawatir mata lu bermasalah.. Soalnya ada darah gitu yang keluar” Ucap Suluh dari sebelah kanan gw..
“Tunggu.. Tunggu.. Kita lihat dulu reaksi mata nya Imam.. Bree, coba lu buka mata lu.. Pelan-pelan tapi, Bree” Perintah Ridho dari arah depan..
Dengan sangat hati-hati, gw mencoba membuka kedua indera penglihatan.. Masih ada sedikit rasa perih yang tersisa, saat kedua kelopak mata gw perlahan-lahan naik ke atas.. Terpaan sinar matahari membuat kelopak mata gw kembali tertutup..
“Santai aja, Mam.. Kalo emang masih sakit kita bawa ke dokter aja” Ucap Bimo yang gw sambut dengan gelengan kepala..
“Udah ga sakit banget kek tadi, Bim.. Cuma agak silau aja.. Bentar, gw coba lagi buka mata” Jawab gw menyanggah kalimat Bimo..
Kembali gw berusaha menaikkan kedua kelopak mata.. Kali ini silaunya sinar matahari terpaksa gw tahan.. Sedikit demi sedikit, mata gw mulai terbuka lebar.. Pandangan mata gw sedikit tertutup bercak warna merah di kedua korneanya..
“Nih, Mam.. Coba lu cuci mata lu pake air.. Gw udah ambil dari kamar mandi pas panggil Ridho kesini” Kata Suluh sembari mengulurkan sebuah gayung plastik biru ke depan gw..
Tanpa banyak tanya, gw langsung meraih gagang gayung tersebut dan berjalan ketepi teras.. Persis dibawah pohon palem putri, gw mencuci kedua mata ini dengan air kolam.. Sesaat, gw kembali merasakan sensasi perih di dua bola mata..
Setelah merasa cukup, gw buang sisa air dalam gayung ke bawah pohon palem.. Lalu mencoba membuka mata lebar-lebar.. Oke! Tidak lagi ada bercak warna merah pada kornea mata gw.. Ini berarti tidak ada lagi sisa darah didalam kelopak mata.. Dengan perasaan sedikit lega, gw kembali memutar badan menghadap ketiga saudara gw yang masih berdiri, persis tiga langkah di belakang gw..
Gw tertegun melihat beberapa sinar hitam, emas dan merah muncul di beberapa bagian tubuh Suluh, Ridho dan Bimo.. Gw mencoba mengucek mata satu kali, lalu berusahamenajamkan pandangan ke arah ketiga saudara..
“Subhanallah...” Ucap gw dalam hati karena takjub akan apa yang sedang nampak di penglihatan gw saat ini..
Tanpa menggunakan ajian apapun, gw bisa melihat sosok Keris Sakti berluk sembilan bernama Keris Banyu Geledek, tertanam dalam telapak tangan Suluh.. Sementara, di lengan Ridho, Cambuk Langit Selatan milik saudara gw itu, nampak menggeliat-geliat indah dengan warna emasnya.. Dilain pihak, Tombak Geni yang bersemayam di dada Bimo terlihat dengan posisi tegak lurus ke atas.. Bahkan, batu mustika pemberian Penguasa Merapi pun dapat gw lihat dengan jelas tertanam di ujung ibu jari kanan Bimo..
Gw menelan ludah mengetahui keempat benda sakti tersebut dapat dengan jelas gw lihat, di tiap tubuh ketiga saudara..
“Woyy!!!” Ucap Ridho yang seketika menyadarkan gw dari ketertegunan..
“Ehh, Iya.. Kenapa, Bree?” Tanya gw sedikit menyiratkan rasa terkejut..
“Lu ga apa-apa, Bree? Koq malah bengong liatin kita bertiga” Tanya Ridho sembari menoleh ke arah Bimo dan pacarnya, Suluh..
Gw yang ditanya cuma memberi cengiran kuda sambil berjalan lagi ke arah bangku, lalu duduk di tempat semula.. Sebelum mendudukkan bokong diatas bangku, gw sempat elirik lagi ke arah Ridho, Suluh dan Bimo yang juga kembali hendak duduk.. Ridho sempat mengambil satu kursi plastik di garasi, karena tempat duduk memang hanya ada tiga..
“Mata lu ga sakit lagi, Mam?” Tanya Bimo seraya melempar pandang ke arah gw..
Gw menganggukan kepala, lalu kembali mengeluarkan sebatang rokok dari dalam bungkusannya..
“Emang banyak ya, Bim, darah yang keluar dari mata gw tadi?” Kata gw balik bertanya, lalu mulai menyalakan rokok yang sudah terselip di sela dua jari..
“Ga banyak sih.. Cuma panik aja gw ngeliat lu teriak kesakitan terus pas gw deketin sama Suluh, ternyata airmata lu warna nya merah” Jelas Bimo..
Ridho yang sudah kembali dari garasi, sengaja menempatkan bangku plastiknya persis di sebelah Suluh.. Tapi, gadis itu malah menyuruh Bimo untuk menukar tempat duduk, guna menghindari Ridho.. Gw sempat tersenyum melihat wajah memelas Ridho..
“Menurut gw, sebaiknya lu ke dokter mata, Mam.. Takutnya ada masalah di mata lu.. Habisnya sampe bisa keluar darah gitu.. Serem tau lietnya” Saran Suluh sambil memegangi lengan gw..
Gw sempat menoleh ke arah Suluh yang sengaja berniat membuat Ridho cemburu.. Ridho sendiri hanya bisa membesarkan kedua matanya..
“Hemm.. Pegang terus.. Elus-elus terus tuh tangan” Ejek Ridho yang membuat gw langsung memindahkan tangan kanan dari atas meja..
“Udah aah.. Jangan kek anak kecil lagi deh.. Gw mo ngomong serius nih” Ucap gw mencoba mencairkan suasana yang sedikit kaku antara Suluh dan Ridho..
Sejenak, kedua saudara gw yang saling mencinta itu terdiam.. Bimo yang duduk disebelah Ridho terus menatap gw, berharap ada kelanjutan dari pembicaraan gw barusan..
“Udah, Mam.. Ngomong aj.. Biarin aja mereka berdua.. Udah pada gede ini” Ujar Bimo sambil melirik ke arah Suluh yang terlihat mendengus sebal..
Gw sempat membuang abu yang sudah sedikit panjang di ujung rokok.. Lalu menegakkan posisi duduk dan menarik telapak tangan kanan Bimo..
“Ehh.. Lu mo ngapain, Mam?” Tanya Bimo dengan dahi berkerut karena penasaran..
“Pinjem tangan lu bentar” Jawab gw sembari menarik jempol kanan Bimo..
“Jangan ngomong lu mo col* pake tangan Bimo, Bree” Kata Ridho yang terdengar dibatin gw..
Seketika gw menendang kaki Ridho sekeras mungkin, dan langsung membuat saudara gw itu meringis kesakitan..
“Kalian bertiga kenapa sih, aneh banget dari tadi?” Tanya Suluh sambil menatap Ridho yang sedang mengelus kaki kanan nya..
“Cowo lu tuh.. Kalo nyeletuk ga pake otak” Jawab gw ke Suluh seraya melototi Ridho..
“Udah napa, guys.. Jangan sampe penasaran gw ilang nih.. Buruan, Mam.. Lu bilang apa yang lu mo omongin!” Seru Bimo yang membuat gw kembali fokus menatap ke arah ujung jempolnya..
“Batu Mustika pemberian Penguasa Merapi ada disini kan?” Tanya gw sambil menatap dalam-dalam wajah Bimo..
Dengan raut wajah menyiratkan rasa terkejut, Bimo membalas tatapan mata gw, lalu melempar pandangan ke Bimo juga Suluh..
“Sumpah! Lu orang pertama yang tahu soal itu, Mam” Jawab Bimo dengan kedua mata masih membesar..
“Gw orang kedua, Bim” Sambar Ridho dengan celetukkannya..
“Diem lu, Dho!!!” Bentak gw bersamaan dengan Bimo..
Ridho hanya tersenyum getir untuk beberapa saat, lalu memindahkan bangku plastiknya ke sebelah Suluh.. Sementara, Suluh sendiri hanya bisa mendengus sebal karena tidak bisa menghindar dari pacarnya yang keseringan berlaku konyol..
“Gini, guys.. Gw mo ngomong serius.. Lu semua kan tadi liat gimana gw ngerasa sakit di mata.. Asli, mata gw perih banget.. Sampe ngeluarin darah juga kan.. Nah, pas gw buka mata.. Ga tau kenapa, gw bisa langsung lihat Senjata Sakti lu bertiga” Kata gw mencoba menjelaskan..
“Lah, itu kan emang biasa Bree..” Timpal Ridho yang dijawab dengan gelengan kepala gw..
“Bukan, Bree.. Biasa nya kan gw cuma bisa ngerasain aura nya doank.. Tapi sekarang gw bisa liat langsung posisi Senjata Sakti lu, termasuk Batu Mustika dari Penguasa Merapi yang ada di ujung jempol Bimo” Sanggah gw sambil melepas jempol Bimo..
Serempak, ketiga saudara gw itu saling tukar pandang.. Raut wajah mereka sama-sama menyiratkan keterkejutan..
“Itu artinya mata lu bisa liet keberadaan benda-benda nyata yang sifatnya gaib, Mam.. Hebat! Tapi kenapa bisa tiba-tiba gitu yah? Apa ada hubungannya sama Mati Suri nya lu yah?” Tanya Bimo seraya menatap kosong ke arah jempol nya sendiri..
“Bisa jadi, Bim.. Gw pernah baca artikel soal Mati Suri di web paranormal.. Ada beberapa orang yang mengalami pengalaman hampir mendekati kematian, pas bangun mempunyai kekuatan batin.. Kek bisa liat penampakan mahluk gaib, bisa meramal bahkan ada juga yang bisa sembuhin penyakit ringan seseorang.. Nah, mungkin itu juga terjadi sama lu, Mam?” Sela Suluh mencoba menganalisa..
Dilain pihak, Ridho terlihat senyum senyum sendiri sambil menatap gw dengan penuh arti..
“Kenapa lu senyum senyum, Bree.. Aneh lu” Celetuk gw ke arah Ridho, lalu kembali tertegun mencermati penjelasan dari Suluh..
“Buat lebih jelasnya, mendingan lu tanya Sekar kalo ga Bayu Barata aja, Mam.. Gw yakin mereka berdua lebih faham” Saran Bimo yang membuat gw menganggukan kepala..
Tiba-tiba, gw merasakan aura kuat yang gw sudah kenal betul berasal dari Jin Penjaga nya Reinata, mulai mendekati rumah.. Ketiga saudara gw nampak belum merasakan aura tersebut, hingga gw bangkit dari tempat duduk dan melihat Reinata sedang mengendarai sebuah mobil Yar*s berwarna Pink.. Sementara, sosok Kakek Tua jelmaan Jin Penjaganya gadis itu masih belum terlihat..
“Siapa tuh, Bree?” Tanya Ridho yang sudah berdiri disebelah, sambil menatap mobil pink yang mulai memasuki pekarangan rumah gw..
“Reinata, Bree.. Ga tau mo ngapain?” Jawab gw singkat, bersamaan dengan Hp yang bergetar dalam saku celana pendek gw..
Kedua mata gw langsung membesar begitu melihat isi pesan yang terkirim dari Anggie.. Isinya mengatakan bahwa pacar gw itu sedang on the way menuju rumah gw..
“Kenapa lagi lu?” Tanya Ridho seraya melirik wajah gw dari samping..
“Anggie juga mo kesini, Bree!?”
dodolgarut134 dan 18 lainnya memberi reputasi
19