- Beranda
- Stories from the Heart
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish
...
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish

Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 10:27
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
165.6K
793
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
congyang.jus
#308
Part 42
“bosen nih dirumah terus” isi pesan singkat dari Shinta
“mana ditinggal di rumah sendirian..” sebuah pesan dari Shinta kembali masuk sebelum gw membalas pesan sebelumnya. Di rumah sendirian.. sendirian..
“uhh kasihan, aku temenin ya? OTW bosque” balas gw
Secepat kilat gw memakai celana jeans, jaket, lalu berangkat ke rumah Shinta tanpa menunggu persetujuan darinya. Jalanan kota yang agak sepi di hari libur semakin mempersingkat waktu perjalanan gw. Warung rumahnya yang tertutup semakin memperkuat bukti jika Shinta hanya dirumah sendirian
Tok, tok, tok.. Gw ketuk pintu rumahnya.. Shinta mengintip dari tabir yang menjadi penutup antara ruang tamu dan ruang tengah. “sini masuk, ga ada siapa – siapa” ujarnya
Gw berjalan mengekor menuju ruang tengah “emangnya pada kemana?” tanya gw
“gatau, pas bangun udah pada pergi..” jawabnya
Gw menghempaskan pantat dan duduk bersandar di sofa, menghadap TV yang menayangkan acara nyanyi – nyanyi. Shinta duduk bersandar di lengan gw.
“kamu ga mau ngajak aku kemana gitu?” ucapnya memberikan kode
“lha mau kemana?” tanya gw
“terserah, asal sama kamu ehehe” jawabnya cengengesan
“yuk ke KUA, mumpung masih pagi..” balas gw
“rokok masih ngecer pake gayaan mau nikah” ejek Shinta
“wah, ngejek batman.. nih..” gw keluarin sebungkus rokok gudang garam yang berkurang beberapa batang dan sebuah korek cricket.
“sebenernya aku ga suka cowok perokok sih..” ucapnya
“cewek mah gitu. Bilangnya ga suka cowok perokok, tapi kalo ganteng juga diembat” ucap gw
Shinta tertawa keras “kalo ganteng kan bisa dijadiin pertimbangan haha”
Jadi kesimpulannya gan.. Pertama, jangan terlalu percaya omongan cewek yg bilang ga suka cowok perokok. Karena pada dasarnya, cowok perokok / tidak itu urusan nomor sekian.. Jika dihadapkan dua pilihan, cowo ganteng tapi perokok, atau cowo biasa aja tapi ga ngerokok, pasti cewek bakalan milih opsi yang pertama, right?. Jadi kesimpulan yang kedua, gw ganteng akowakwok
“udah pernah ke Medini?” tanya gw
“kebun teh itu ya?” tanya Shinta balik, gw ngangguk. Dibalas dengan gelengan dari kepala Shinta yang mengisyaratkan dia belum pernah berkunjung ke tempat yang gw maksud.
“kesana mau?” tanya gw
“mau..” jawabnya bersemangat
“yaudah masakin dulu, aku belum makan ehehe” pinta gw
“mie aja ya? Lagi males masak” tanya Shinta
“boleh deh..” jawab gw. Perasaan waktu dulu Shinta yg ngelarang gw makan mie instant. Ah sudahlah, wanita memang sulit dimengerti.
Shinta menuju dapur untuk memasak, gw masih duduk di tempat yang sama, menunggu orang yang sama, dengan perasaan yang sama. Ea ea ea.. Beberapa saat kemudian, Shinta kembali dengan membawa semangkok mie instant
“kok Cuma satu? Kamu ga sarapan dulu?” tanya gw
“tadi aku udah makan soto” jawabnya
Setelah gw makan, dan Shinta selesai bersiap – siap. Kami berdua berangkat menuju kebun teh medini yang lokasinya berada di Boja, Kab. Kendal. Berbekal GPS (Gunakan Penduduk Sekitar), kami berhasil menemukan perkampungan yang menjadi jalan masuk menuju lokasi. Awal masuk perkampungan, kami sudah dihadapkan dengan jalan aspal yang rusak parah. Kemudian kami diharuskan melewati jalan yang disamping kanan kiri terdapat perkebunan warga.. Lalu sisanya jalan dengan bebatuan besar – besar, itu batunya kalo buat tawuran manteb juga, langsung pecah kepala. Sedikit saran, kalau mau kesini jangan pakai motor matic, apalagi motor matic yang udah lama ga diservice.
Beberapa kali gw berpapasan dengan orang2 yang menggunakan jaket tebal dan tas gunung, mungkin habis turun dari gunung ungaran CMIIW. Setibanya disana kami berdua langsung berjalan bergandengan tangan menyusuri jalan setapak yang dikelilingi luasnya hamparan tanaman teh. Agak ngebosenin juga sih, kemana – mana liat nya teh doang haha. Selesai berjalan – jalan, kami berdua menuju sebuah gubuk yang berada di sana untuk sekedar beristirahat dan menikmati sejuknya udara di gunung ungaran dari sisi kabupaten Kendal.
“Capek?” tanya gw
“lumayan sih, jalannya naik turun” nafasnya sedikit ngos – ngosan menandakan bahwa ia memang kelelahan
Gw buka minuman botol yang tadi sudah kita siapkan sebelum memasuki area kebun teh “nih, minum dulu” gw berikan minuman tersebut ke Shinta.
“yang..” ucap gw
“kenapa?” balasnya tanpa menoleh, pandangannya masih asik menikmati pemandangan kota semarang dari atas
“kamu nyaman sama aku ga sih?”
“nyaman – nyaman aja sih. Emang kenapa? Kok tanya gitu?” kini mata kami saling menatap
“ya kan aku ga kayak cowok lainnya yang sering buat ceweknya ketawa mulu. Kita aja kalo jalan sering diem - dieman, dijalan juga jarang ngomong kayak orang lagi marahan” jelas gw
Shinta menundukan kepala, lalu tertawa kecil. “hehe.. aku bilangin ya, sifat orang emang beda – beda. Ada yang cerewet, ada juga yang jarang omong. Dan kamu itu type yang kedua. Bukan berarti aku nganggep kamu cuek ya, dari sikapmu juga udah keliatan kalo sebenernya kamu care sama orang disekitar, Cuma kamu lebih suka nunjukinnya dengan sikap bukan dengan kata – kata”
“dan itu semua udah cukup kok, kamu ga perlu maksain buat cari – cari topik obrolan yang ga penting kalo malah bikin kamu ga nyaman” lanjutnya
hening.. gw asik sendiri dengan lamunan gw, entah bagaimana dengan Shinta. Apa benar semua yang tadi dibicarakan olehnya? apa benar Shinta nyaman dengan keadaan seperti ini. Terkadang sisi pendiam gw membuat gw sedikit minder saat sedang berada di keadaan seperti ini. Gw melihat wajah Shinta, terlihat seperti ada yang mengganjal di hatinya
"soal tadi yang kamu bilang, kamu boong kan?" tebak gw
"aku mana berani boong sama kamu" balasnya
"heleh gombal" gw tersenyum menahan tawa. Rupanya Shinta sudah berani ngerayu gw. "lah itu mukanya kenapa murung?" lanjut gw
"ehmmm aku boleh nanya ga? tapi kamu jangan marah ya?" ujarnya, gw menganggukan kepala "serius loh ini.." lanjutnya
"iya iya, mau tanya apa sih" balas gw penasaran
"waktu kamu putus sama mantanmu itu move on nya berapa lama?" tanya Shinta
"cuma ga doyan makan 3 hari sih haha, abis itu dikit - dikit udah lupa" jawab gw
"oh yaudah.." balas Shinta
"gitu doang?" tanya gw. Ia menganggukan kepala "katanya serius, apanya yang serius.." lanjut gw
"ternyata kamu orangnya cuma main - main. Buktinya cepet banget move on. sakit hati adek bang" kedua tangannya dilipat, mukanya cemberut, bibirnya di manyun-manyunin khas orang pura - pura ngambek
"ya liat dulu putusnya gara - gara apa. kalo diselingkuhin wajar lah move on cepet" jelas gw. Ia masih dengan pose ngambek nya
"kamu tuh harusnya bersyukur aku cepet move on, jadi cintaku cuma buat kamu seorang hehe" gw nyengir kuda
"jijik, bahasanya lebay banget" ia tertawa keras
"kira - kira, kalau aku pergi kamu bakal bunuh diri ga ya?" lanjutnya masih tertawa, namun seperti tawa yang dibuat - buat
Gw mengerutkan dahi, mencoba mengartikan perkataan yang baru ia ucapkan
Sekitar jam 3 sore, kami berdua memutuskan untuk pulang. Tak lupa kami mampir ke penjual – penjual jajanan pinggir jalan sebagai buah tangan untuk orang dirumah.
“eh, udah pada di rumah” ucapnya saat melihat pintu rumahnya terbuka. Gw berhentikan motor, lalu ia turun.
“mampir dulu..” ajaknya
“kapan – kapan aja deh, udah sore” tolak gw secara halus
“hufft..” terlihat raut wajah kekecewaan darinya
Bapaknya Shinta keluar dari rumah saat gw hendak pamit pulang
“habis dari mana ja?..” tanya beliau
“jalan – jalan pak hehe..” jawab gw
“sini mampir dulu, ngopi – ngopi..” ajak beliau
“kapan – kapan aja deh pak, udah sore..” balas gw. Gw turun dari motor, lalu mencium tangan beliau. “pamit dulu pak, mau pulang..”
“ya, hati – hati ja..” ucap beliau
Lalu, gw menghampiri Shinta dan mencubit hidungnya pelan. “aku pulang dulu..”
“aw, sakit..” keluhnya. “see you..” lanjutnya dengan memberi senyum manis
Di perjalanan seperti ada yang mengganggu pikiran gw, sebelumnya Shinta tak pernah mengucapkan kata “see you”, “good bye” dan sejenisnya. Apalagi perkataanya yang ia ucapkan saat di medini, sebuah perkataan yang seakan memberikan sebuah kode.
“mana ditinggal di rumah sendirian..” sebuah pesan dari Shinta kembali masuk sebelum gw membalas pesan sebelumnya. Di rumah sendirian.. sendirian..
“uhh kasihan, aku temenin ya? OTW bosque” balas gw
Secepat kilat gw memakai celana jeans, jaket, lalu berangkat ke rumah Shinta tanpa menunggu persetujuan darinya. Jalanan kota yang agak sepi di hari libur semakin mempersingkat waktu perjalanan gw. Warung rumahnya yang tertutup semakin memperkuat bukti jika Shinta hanya dirumah sendirian
Tok, tok, tok.. Gw ketuk pintu rumahnya.. Shinta mengintip dari tabir yang menjadi penutup antara ruang tamu dan ruang tengah. “sini masuk, ga ada siapa – siapa” ujarnya
Gw berjalan mengekor menuju ruang tengah “emangnya pada kemana?” tanya gw
“gatau, pas bangun udah pada pergi..” jawabnya
Gw menghempaskan pantat dan duduk bersandar di sofa, menghadap TV yang menayangkan acara nyanyi – nyanyi. Shinta duduk bersandar di lengan gw.
“kamu ga mau ngajak aku kemana gitu?” ucapnya memberikan kode
“lha mau kemana?” tanya gw
“terserah, asal sama kamu ehehe” jawabnya cengengesan
“yuk ke KUA, mumpung masih pagi..” balas gw
“rokok masih ngecer pake gayaan mau nikah” ejek Shinta
“wah, ngejek batman.. nih..” gw keluarin sebungkus rokok gudang garam yang berkurang beberapa batang dan sebuah korek cricket.
“sebenernya aku ga suka cowok perokok sih..” ucapnya
“cewek mah gitu. Bilangnya ga suka cowok perokok, tapi kalo ganteng juga diembat” ucap gw
Shinta tertawa keras “kalo ganteng kan bisa dijadiin pertimbangan haha”
Jadi kesimpulannya gan.. Pertama, jangan terlalu percaya omongan cewek yg bilang ga suka cowok perokok. Karena pada dasarnya, cowok perokok / tidak itu urusan nomor sekian.. Jika dihadapkan dua pilihan, cowo ganteng tapi perokok, atau cowo biasa aja tapi ga ngerokok, pasti cewek bakalan milih opsi yang pertama, right?. Jadi kesimpulan yang kedua, gw ganteng akowakwok
“udah pernah ke Medini?” tanya gw
“kebun teh itu ya?” tanya Shinta balik, gw ngangguk. Dibalas dengan gelengan dari kepala Shinta yang mengisyaratkan dia belum pernah berkunjung ke tempat yang gw maksud.
“kesana mau?” tanya gw
“mau..” jawabnya bersemangat
“yaudah masakin dulu, aku belum makan ehehe” pinta gw
“mie aja ya? Lagi males masak” tanya Shinta
“boleh deh..” jawab gw. Perasaan waktu dulu Shinta yg ngelarang gw makan mie instant. Ah sudahlah, wanita memang sulit dimengerti.
Shinta menuju dapur untuk memasak, gw masih duduk di tempat yang sama, menunggu orang yang sama, dengan perasaan yang sama. Ea ea ea.. Beberapa saat kemudian, Shinta kembali dengan membawa semangkok mie instant
“kok Cuma satu? Kamu ga sarapan dulu?” tanya gw
“tadi aku udah makan soto” jawabnya
Setelah gw makan, dan Shinta selesai bersiap – siap. Kami berdua berangkat menuju kebun teh medini yang lokasinya berada di Boja, Kab. Kendal. Berbekal GPS (Gunakan Penduduk Sekitar), kami berhasil menemukan perkampungan yang menjadi jalan masuk menuju lokasi. Awal masuk perkampungan, kami sudah dihadapkan dengan jalan aspal yang rusak parah. Kemudian kami diharuskan melewati jalan yang disamping kanan kiri terdapat perkebunan warga.. Lalu sisanya jalan dengan bebatuan besar – besar, itu batunya kalo buat tawuran manteb juga, langsung pecah kepala. Sedikit saran, kalau mau kesini jangan pakai motor matic, apalagi motor matic yang udah lama ga diservice.
Beberapa kali gw berpapasan dengan orang2 yang menggunakan jaket tebal dan tas gunung, mungkin habis turun dari gunung ungaran CMIIW. Setibanya disana kami berdua langsung berjalan bergandengan tangan menyusuri jalan setapak yang dikelilingi luasnya hamparan tanaman teh. Agak ngebosenin juga sih, kemana – mana liat nya teh doang haha. Selesai berjalan – jalan, kami berdua menuju sebuah gubuk yang berada di sana untuk sekedar beristirahat dan menikmati sejuknya udara di gunung ungaran dari sisi kabupaten Kendal.
“Capek?” tanya gw
“lumayan sih, jalannya naik turun” nafasnya sedikit ngos – ngosan menandakan bahwa ia memang kelelahan
Gw buka minuman botol yang tadi sudah kita siapkan sebelum memasuki area kebun teh “nih, minum dulu” gw berikan minuman tersebut ke Shinta.
“yang..” ucap gw
“kenapa?” balasnya tanpa menoleh, pandangannya masih asik menikmati pemandangan kota semarang dari atas
“kamu nyaman sama aku ga sih?”
“nyaman – nyaman aja sih. Emang kenapa? Kok tanya gitu?” kini mata kami saling menatap
“ya kan aku ga kayak cowok lainnya yang sering buat ceweknya ketawa mulu. Kita aja kalo jalan sering diem - dieman, dijalan juga jarang ngomong kayak orang lagi marahan” jelas gw
Shinta menundukan kepala, lalu tertawa kecil. “hehe.. aku bilangin ya, sifat orang emang beda – beda. Ada yang cerewet, ada juga yang jarang omong. Dan kamu itu type yang kedua. Bukan berarti aku nganggep kamu cuek ya, dari sikapmu juga udah keliatan kalo sebenernya kamu care sama orang disekitar, Cuma kamu lebih suka nunjukinnya dengan sikap bukan dengan kata – kata”
“dan itu semua udah cukup kok, kamu ga perlu maksain buat cari – cari topik obrolan yang ga penting kalo malah bikin kamu ga nyaman” lanjutnya
hening.. gw asik sendiri dengan lamunan gw, entah bagaimana dengan Shinta. Apa benar semua yang tadi dibicarakan olehnya? apa benar Shinta nyaman dengan keadaan seperti ini. Terkadang sisi pendiam gw membuat gw sedikit minder saat sedang berada di keadaan seperti ini. Gw melihat wajah Shinta, terlihat seperti ada yang mengganjal di hatinya
"soal tadi yang kamu bilang, kamu boong kan?" tebak gw
"aku mana berani boong sama kamu" balasnya
"heleh gombal" gw tersenyum menahan tawa. Rupanya Shinta sudah berani ngerayu gw. "lah itu mukanya kenapa murung?" lanjut gw
"ehmmm aku boleh nanya ga? tapi kamu jangan marah ya?" ujarnya, gw menganggukan kepala "serius loh ini.." lanjutnya
"iya iya, mau tanya apa sih" balas gw penasaran
"waktu kamu putus sama mantanmu itu move on nya berapa lama?" tanya Shinta
"cuma ga doyan makan 3 hari sih haha, abis itu dikit - dikit udah lupa" jawab gw
"oh yaudah.." balas Shinta
"gitu doang?" tanya gw. Ia menganggukan kepala "katanya serius, apanya yang serius.." lanjut gw
"ternyata kamu orangnya cuma main - main. Buktinya cepet banget move on. sakit hati adek bang" kedua tangannya dilipat, mukanya cemberut, bibirnya di manyun-manyunin khas orang pura - pura ngambek
"ya liat dulu putusnya gara - gara apa. kalo diselingkuhin wajar lah move on cepet" jelas gw. Ia masih dengan pose ngambek nya
"kamu tuh harusnya bersyukur aku cepet move on, jadi cintaku cuma buat kamu seorang hehe" gw nyengir kuda
"jijik, bahasanya lebay banget" ia tertawa keras
"kira - kira, kalau aku pergi kamu bakal bunuh diri ga ya?" lanjutnya masih tertawa, namun seperti tawa yang dibuat - buat
Gw mengerutkan dahi, mencoba mengartikan perkataan yang baru ia ucapkan
Quote:
Sekitar jam 3 sore, kami berdua memutuskan untuk pulang. Tak lupa kami mampir ke penjual – penjual jajanan pinggir jalan sebagai buah tangan untuk orang dirumah.
“eh, udah pada di rumah” ucapnya saat melihat pintu rumahnya terbuka. Gw berhentikan motor, lalu ia turun.
“mampir dulu..” ajaknya
“kapan – kapan aja deh, udah sore” tolak gw secara halus
“hufft..” terlihat raut wajah kekecewaan darinya
Bapaknya Shinta keluar dari rumah saat gw hendak pamit pulang
“habis dari mana ja?..” tanya beliau
“jalan – jalan pak hehe..” jawab gw
“sini mampir dulu, ngopi – ngopi..” ajak beliau
“kapan – kapan aja deh pak, udah sore..” balas gw. Gw turun dari motor, lalu mencium tangan beliau. “pamit dulu pak, mau pulang..”
“ya, hati – hati ja..” ucap beliau
Lalu, gw menghampiri Shinta dan mencubit hidungnya pelan. “aku pulang dulu..”
“aw, sakit..” keluhnya. “see you..” lanjutnya dengan memberi senyum manis
Di perjalanan seperti ada yang mengganggu pikiran gw, sebelumnya Shinta tak pernah mengucapkan kata “see you”, “good bye” dan sejenisnya. Apalagi perkataanya yang ia ucapkan saat di medini, sebuah perkataan yang seakan memberikan sebuah kode.
Diubah oleh congyang.jus 26-12-2017 01:29
japraha47 dan 10 lainnya memberi reputasi
11