- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Yang Belum Berakhir
...
TS
drupadi5
Cerita Yang Belum Berakhir
Kisah kita berbeda kawan, suka duka kita tidak pernah sama, meski kita hidup berpuluh-puluh tahun jalan hidup kita pun tidak pernah melengkung ke arah yang sama, memainkan suatu cerita dengan peran yang berbeda-beda, yang nanti, entah kapan, hanya akan berujung pada suatu akhir dimana waktu bukan lagi milik kita....
tapi bagaimana jika akhir itu pun tidak berarti sebuah penyelesain dari cerita kita?
*****
02.30 am
Subuh ini, sepulang kerja, seperti biasa suami dan anakku udah pada pulas tertidur. Kulepaskan dulu helm, jaket, dan semua atribut pengaman dan pelindung, sebelum sedikit membasuh diri.
Menenangkan diri sejenak sebelum bertemu kasur, kubuka hape BB jadulku, ada satu notif kalau ada yg mengirim pesan lewat FB messenger. Langsung kubuka,
dah pake BB ya, boleh minta PIN mu?
Sebuah pesan singkat, tp cukup membuat jantungku berdesir aneh. Setelah berpikir sejenak, kubalas pesan itu...
Bole, ini PIN ku %^&$#@
Bukan tanpa alasan kuberikan contactku, hanya karena rasa penasaran yang telah terpendam bertahun-tahun dan... sebuah penyelesaian
*****
prologue
part 1 jadi mahasiswa
part 2 baksos
part 3 mas kayon
part 4 karena matras
part 4.2 obrolan pertama
part 5 karena pertanyaan dan jawaban konyol
part 6 kesurupan???
part 7 sopir dan assisten sopir
part 8 around me
part 9 mabuk
part 10 pasar loak
part 11 pelukis malam
part 12 baksos in action
part 13 yunita
2014
part 14 would you be
part 15 would you be (2)
part 16 would you be mine?
part 17 hilang
part 18 second chance...1
part 19 second chance...2
part 20 second chance...3
part 21 SMS
part 22 blind love
part 23 blind love 2
part 24 blind love 3
part 24 blind love 4 (17+)
part 25 blind love 5
part 26 blind love 6
part 27 siksaan 1
part 28 Mr. Lee
part 29 siksaan 2
part 30 following the flow (cinta tanpa logika)
part 31 following the flow (cinta tanpa logika 2)
part 32 heart breaker
part 33 kehilangan
part 34 solo fighter
part 35 kejutan
part 36 perbedaan itu (ngga) indah
2008
part 37 the next steps
part 38 dewa bisma
part 39 anak rantau
part 40 penantian
part 41 akhir dari penantian
2009
all i want
part 42 and story goes on...
part 43 nelangsa
part 44 a gift
part 45 trouble maker
part 46 trouble maker 2
part 47 tentang dewa
part 48 tentang dewa 2
part 49 is it real?
part 50 is it real? 2
part 51 rasa itu
part 52 jealouse
part 53 Jakerdah
part 54 drama queens
part 55 i feel you
part 56 ikatan
part 57 September 2006
part 58 july 2009
part 59 ujian pertama
part 60 ujian kedua
part 61 ujian yg sebenarnya
Part 62 Dewa Rasya
part 63 kembali
part 64 Namy
part 65 batas benci dan cinta
part 66 trouble maker
part 67 trouble maker 2
part 68 trouble maker 3
tapi bagaimana jika akhir itu pun tidak berarti sebuah penyelesain dari cerita kita?
*****
02.30 am
Subuh ini, sepulang kerja, seperti biasa suami dan anakku udah pada pulas tertidur. Kulepaskan dulu helm, jaket, dan semua atribut pengaman dan pelindung, sebelum sedikit membasuh diri.
Menenangkan diri sejenak sebelum bertemu kasur, kubuka hape BB jadulku, ada satu notif kalau ada yg mengirim pesan lewat FB messenger. Langsung kubuka,
dah pake BB ya, boleh minta PIN mu?
Sebuah pesan singkat, tp cukup membuat jantungku berdesir aneh. Setelah berpikir sejenak, kubalas pesan itu...
Bole, ini PIN ku %^&$#@
Bukan tanpa alasan kuberikan contactku, hanya karena rasa penasaran yang telah terpendam bertahun-tahun dan... sebuah penyelesaian
*****
prologue
part 1 jadi mahasiswa
part 2 baksos
part 3 mas kayon
part 4 karena matras
part 4.2 obrolan pertama
part 5 karena pertanyaan dan jawaban konyol
part 6 kesurupan???
part 7 sopir dan assisten sopir
part 8 around me
part 9 mabuk
part 10 pasar loak
part 11 pelukis malam
part 12 baksos in action
part 13 yunita
2014
part 14 would you be
part 15 would you be (2)
part 16 would you be mine?
part 17 hilang
part 18 second chance...1
part 19 second chance...2
part 20 second chance...3
part 21 SMS
part 22 blind love
part 23 blind love 2
part 24 blind love 3
part 24 blind love 4 (17+)
part 25 blind love 5
part 26 blind love 6
part 27 siksaan 1
part 28 Mr. Lee
part 29 siksaan 2
part 30 following the flow (cinta tanpa logika)
part 31 following the flow (cinta tanpa logika 2)
part 32 heart breaker
part 33 kehilangan
part 34 solo fighter
part 35 kejutan
part 36 perbedaan itu (ngga) indah
2008
part 37 the next steps
part 38 dewa bisma
part 39 anak rantau
part 40 penantian
part 41 akhir dari penantian
2009
all i want
part 42 and story goes on...
part 43 nelangsa
part 44 a gift
part 45 trouble maker
part 46 trouble maker 2
part 47 tentang dewa
part 48 tentang dewa 2
part 49 is it real?
part 50 is it real? 2
part 51 rasa itu
part 52 jealouse
part 53 Jakerdah
part 54 drama queens
part 55 i feel you
part 56 ikatan
part 57 September 2006
part 58 july 2009
part 59 ujian pertama
part 60 ujian kedua
part 61 ujian yg sebenarnya
Part 62 Dewa Rasya
part 63 kembali
part 64 Namy
part 65 batas benci dan cinta
part 66 trouble maker
part 67 trouble maker 2
part 68 trouble maker 3
Diubah oleh drupadi5 23-11-2019 23:42
pulaukapok dan 10 lainnya memberi reputasi
11
37.5K
329
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
drupadi5
#43
Part 29 Siksaan 2
Banyak hal yg bisa kulakukan untuk mengalihkan pikiranku dari Mas Kayon.
Aku bisa tertawa2 ketika bersama dengan temanku. Menenangkan pikiran ketika bermeditasi dengan Mr. Lee, tiba2 lupa ingatan jika aku sudah latihan gitar dengan kelompokku di kediamannya.
Tapi ketika semua berakhir, berakhir pula short term memori lost-ku. Dan membawa pikiranku kembali ke Mas Kayon. Aku sudah seperti orang yg memiliki dua kepribadian. Saat hari terang aku bisa tertawa2 gembira, tapi saat hari gelap, terutama disaat aku sendiri, moodku tiba2 hancur lebur, bahkan bisa semalaman aku menangis saja.
Pernah kucoba, duduk meditasi saat aku sedang kacau. Bukannya malah tenang, airmataku malah jatuh semakin tak terkendali. Saat itu aku berucap dalam doa, bukan begini yg kumaksud dengan meminta padaMU hidup yg lebih berwarna Tuhan. Kenapa harus aku yg ngalamin ini? Kenapa?
Hatiku protes. Tidak terima.
*********
Buku2ku masih berserakan di atas meja, meski dosen sudah meninggalkan ruangan sekitar setengah jam yang lalu.
Aku merebahkan kepalaku di atas tumpukan2 bukuku. Malas sekali rasanya.
Sebuah tepukan pun tidak membuatku bergeming.
“Dy?! Lo tidur?” Masih tidak kuhiraukan Namy yg menepuk punggungku. “eh, lo sakit?” tanyanya lagi melihatku masih diam saja.
Kurasakan dia memutar agar bisa melihat wajahku. Cepat2 kupejamkan mataku.
“Dy....” kurasakan kehati2an di suara Namy ketika dia memanggilku.
“Duuaaahhh....” aku berteriak kencang dan sangat sukses mengagetkannya sampai dia agak melompat
“Sialan lo!!!Rese!!!kurang ajar kampret.....,” Namy memakiku dengan segala macam makian, dan aku tertawa terbahak2 melihat wajahnya yg bete banget.
“sakit lo ya!” masih saja dia mengumpat setelah tawaku mereda, dan wajahnya masih aja bete.
“sorry...sorry...aku lg kurang kerjaan hahahahaha,” lagi2 aku tertawa puas.
“happy bgt ya abis ngerjain orang,”sungutnya.
“hahahhahahahaha happy dong, biar suntuk ku ilang,” sahutku
“oh jadi lo mau nularin suntuk lo ke gw? Enak aja!!”
“hahahahahhaha.....”
“gw yakin abis ini lo ngga kan suntuk lagi,” katanya kemudian
“ya iya lah kan udah ku transfer suntuk ku ke kamu.”
“bukan itu! Tau ngga siapa yg gw liat tadi?” aku hanya mengangkat bahuku menandakan aku ngga tahu.
“si mas mu itu!!” dia tampak bersemangat sekali.
Aku meliriknya sekilas, “udah deh Nam, ngga mempan deh kamu coba2 balas dendam sama aku,” sahutku berpikir kalau dia sengaja mau ngerjain aku.
“yeeee... lo ya dibilangin ngga percaya. Gw ngga niat kali ngerjain lo!”
“ya ngga lah, kan bisa aja kamu niatan balas dendam gara2 tadi aku ngerjain td”
“ya udah klo lo ngga percaya. Sini gw buktiin omongan gw, ayo...” dia menarik tanganku keras sekali sampai2 hampir saja aku terjerembab jatuh, karena sebagian kakiku masih nyangkut di kaki meja.
“issssh...sakit Nam, kamu itu ya. Bentar dulu kenapa! Aku beresin ini dulu.”
“cepetan lah, ntar keburu orangnya ilang, ntar lo bilang gw bohong lagi!” cepat2 dia membantuku memasukkan buku2ku ke dalam tas. Asli ni anak ngawur n sembrono banget. Hancur2 deh buku2ku.
Lalu dia menarikku keluar dari gedung perkuliahan menuju ke gedung sekretariatan. Di depan ruang kajur jurusanku (kepala jurusan), dia melongok sana sini, mencari sesuatu. Dia berjalan melewati lorong2 yg di kanan kirinya adalah ruangan kajur dari jurusan2 yg lain.
Di salah satu ruang kajur dia melongokkan kepalanya mencoba mengintip dari balik kaca yg ada di pintu ruangan.
“Nam!” panggilku setengah berbisik, kalau teriak asli bakalan kenceng banget karena suasananya lagi sepi bgt.
“sini!!” panggilku memberi isyarat supaya dia balik ke tempatku berdiri.
“kamu ngapain?” tanyaku begitu dia mendekat dan menariknya keluar dari sana.
“tadi gw ketemu dia di sana Dy, waktu gw keluar dari ruang kajur, gw liat dia masuk ke ruang kajurnya dia.” Jelasnya.
“tadinya kapan?” tanyaku lagi begitu kami duduk di bale bengong, ”ya pastinya udah balik lah dianya.”
“tapi beneran lho Dy, gw liat dia, sumpah!” katanya lagi berusaha meyakinkanku, rupanya dia masih menyangka aku ngga percaya dengan omongannya.
Aku ingin percaya, tapi hatiku menyangkal daripada nantinya aku kecewa karena terlalu berharap.
“ya sudahlah, kalaupun beneran dia, aku mau ngapain coba, dianya aja ngga peduli, ” kataku seolah2 untuk diriku sendiri.
“yah lo jangan gitu, temuin dialah, tanyain maunya dia apa?”
Aku tersenyum getir...apa ada gunanya bertanya? Batinku
“lagian kamu ya Nam, aku yg kangen kok bisa kamu yg berhalusinasi yak?” ujarku mencoba berkelakar mengusir rasa melow yg tiba2 muncul
“tuh kan lo masih aja ngga percaya!” sungutnya memasang wajah cemberut.
“hahahahhaha...” kembali aku tertawa puas melihat wajah kesalnya.
Diluar aku tertawa tapi hatiku meringis sakit. Apa bener dia udah ada di sini? Kenapa dia ngga ngabari aku?
Aku mengangkat kakiku dan duduk bersila sambil bersender di pilar di bale bengong ini.
“eh, lo masih ke tempatnya Mr. Lee?” tanya Namy, aku memang menceritakan semua tentang Mr. Lee kepadanya.
“Masih.”
“Trus, lo diapain aja?”
Aku memicingkan mata mendengar pertanyaannya yg seperti berkonotasi negatif, ”maksud lo apa Nam nanya gitu, kok kesannya aku ‘diapa2in’ dalam artian jelek?”
“hehehe sory sory, kan lo bilang sendiri, kalau kapan hari dia tiba2 cium lo.”
“oh..iya, sih, cuma ya ngga kayak di pikiranmu kali, dia itu ngga kaya hidung belang Nam, dia tahu dan ngerti harus bersikap gimana. Posisinya dan posisiku ada dimana dan bagaimana menyikapinya, ngga main labrak aja.”
“trus...lo sendiri ngga nanya tuh maksudnya dia apa pake cium2 lo seenaknya aja?”
“yah... aku ngga nanya, tapi dia langsung bilang, kalau dia suka sama aku. “
“seriusan lo??”
Aku mengangguk. “ya dia bilang, kalau dia suka aku, menurutku sih lebih karena aku selalu siap jadi pendengar yg baik setiap dia cerita apa pun juga. Dan aku bisa menerima semua yg dia ceritakan. Maksudnya, aku mengerti dan paham maksudnya apa. Karena menurut dia sendiri, ada beberapa teman atau muridnya yg dia rasa pernah cocok, tapi ternyata tidak sepaham dengannya. Yah mungkin, “
“trus setelah hari itu, lo tetep dateng ke sana? Trus lo gimana sama dia?”
“ya datenglah, aku kan muridnya, aku juga kerja sama dia. Aku sih biasa aja, dia juga begitu, ngga ada yg berubah. Malah dia jadi makin baik sama aku. Positif thinking aja sama dia, karena aku tahu latar belakangnya, ngga bakalan dia berani macem2. Makanya kmu ikut aja yuk latihan di sana sekalian biar kmu bisa main gitar,”
“ngga punya duitlah gw buat bayar lesnya, lo mah enak dikasi diskon mulu, lo bujuklah dia biar.....”
Namy ngga meneruskan kalimatnya, dia malah bengong menatap ke suatu arah dibelakang kami.
“Nam...” panggilku heran dengan tingkahnya. Namy memandangku dan memberi kode dengan matanya agar aku melihat ke belakangku.
Aku menoleh, dan kulihat dia. Dia disana dengan salah seorang temannya, sedang berbicara sesuatu. Biarpun dia membelakangiku, aku tahu betul itu dia. Cepat2 aku membalikkan badan seperti awal aku duduk.
“biar aja...” kataku pelan ke Namy yg terus aja memberiku isyarat agar mendekatinya.
Kalau tadi dia melihatku di sini, aku ingin tahu apa dia akan menyapaku. Kalau pun dia tidak melihatku, apa dia akan menghubungi dan memberi kabar kalau dia sudah ada di sini. Aku memang kangen sekali dengannya, tapi...aku hanya ingin tahu apa dia masih menganggapku ada.
“Dy, gw balik duluan ya..” tiba2 saja Namy berdiri
“yah sini aja dulu,” tahanku
“ngga ah. “ Namy berlalu pergi, aku mengikuti nya dengan tatapan heran dan barulah kusadari kenapa tiba2 dia mau pulang. Mas Kayon ada di sana, duduk di bangku yg ada di selasar gedung perkuliahan dengan beberapa teman2nya, sesekali melihat sekilas ke tempatku duduk.
Rupanya tadi Namy tahu kalau Mas Kayon tahu kalau aku sedang ada di sana. Mungkin dia segera pergi supaya mas Kayon bisa menemuiku.
Justru aku berpikir akan sangat aneh kalau aku tetap di sini sendirian tanpa teman. Yah, egoku masih terlalu tinggi untuk menunjukkan padanya kalau aku sangat ingin bertemu dengannya. Tapi ini tidak hanya masalah ego tapi juga karena aku aku masih marah. (Meski kadar kangennya masih jauh lebih banyak). Dia yg pergi tanpa pamit, dan datang tanpa kabar, seharusnya dia lah yg menyapaku lebih dulu.
Kuputuskan untuk pergi ke kantin, yg siang ini lumayan ramai. Ada beberapa teman sejurusanku juga di sana, ada Nana and the genk juga. Tapi aku ngga gabung bareng mereka. Selesai aku membayar, maunya aku duduk tapi semua bangku penuh. Sekilas aku lihat mas Kayon ada di bangku luar bergabung dengan genknya Nana.
Aku memilih untuk balik ke bale bengong. Ada beberapa orang di sana, termasuk beberapa orang teman mas kayon tadi.
Aku duduk bengong sambil menikmati cemilan yg kubeli tadi.
Dadaku berdesir ketika kulihat mas Kayon muncul dr arah kantin. Aku menunduk menghindari pandangannya. Dia duduk di bale bengong tapi di sisi yg lain, menyapa ringan teman2nya tadi.
“Dy...” suara ini, lama sekali ngga denger suara ini.
“hai mas...” sapaku
“kamu apa kabar?”
Aku tersenyum tanpa menjawabnya. Apa dia ngga mikir sebelum bertanya soal kabarku
“minggu depan aku sidang,” katanya kemudian. “kemarin lalu aku pulang cari data2 tambahan dan ngurusin sedikit masalah di rumah,” jelasnya tanpa kuminta.
“oh ..iya...baguslah..,”sahutku sambil tersenyum sekilas. Aku ngga perlu penjelasannya sekarang, susah sekali ya hanya sekedar ngabarin aku, buat balas sms ku sekaliii saja.
Tapi aku senang akhirnya dia bisa maju sidang.
Suasana menjadi sangat canggung. Terlebih lagi aku selalu menanggapi singkat setiap omongannya.
“Dy... maaf ya.” Aku menghembuskan nafas panjang, seperti melepaskan beban yg sekian lama ingin di buang.
Aku hanya melihatnya sekilas dan tersenyum kecil.
Andai kamu tahu dan ngerasain apa yg kurasain, kata maaf itu ngga akan cukup.
“mas mau di sini dulu?” tanyaku lalu berdiri, “aku balik ya.”
“boleh nebeng sampe kost?”
Aku mengangguk. Karena hari ini aku bw mobil jadinya aku hanya antar mas Kayon sampe depan kost aja.
“ntar sore ada waktu Dy, “ tanyanya sebelum dia turun dr mobil.
“hm..aku udah ada janji mas sm temen," sahutku berbohong.
“oh gitu ya, maunya ngajakin kmu keluar
Kalau ngga bisa ya udah lain kali aja.”
“iya..” sahutku.
Sebenernya aku ada janji chat dengan Firdian malem ini. Ingat dengan Firdian? cowok kenalannya Yunita di chat yg akhirnya sering juga chat denganku bahkan justru aku yg jd deket dengan dia.
Jadi, selain ikutan latihan gitar dan ngajar private, aku juga jd suka chatting sebagai pelampiasan.
Salah satu teman dunia mayaku yg boleh di bilang deket adalah Firdian. Dia pendengar setia cerita2ku tentang mas Kayon, kesenangan, kesedihan, rasa kangenku, rasa frustasiku, tentang Mr. Lee, dan banyak lagi.
Bercerita dengan orang yg tidak ku kenal dan tidak pernah bertemu, membuatku bisa lebih terbuka. Seperti tidak ada beban untuk bercerita bahkan ke hal2 yg sensitif sekalipun.
Menjelang malam, aku sudah nongkrong di warnet tempat Namy kerja. Aku masuk ke dalam dengan semangkuk mie ayam di tangan.
“wah, thanks ya mie nya,” seloroh Namy ketika aku duduk di meja operator, dia menarik mangkok yg kuletakkan di meja.
“aish...enak aja beli sendiri sana!” aku ambil lagi mangkok mieku.
“eh, gimana tadi? Dia bilang apa ke lo?”
“maksudmu?” kataku sambil melahap mie ayamku
“si mas mu itu..., pura2 bego aja lo!”
Aku tersenyum. “gimana apanya? Ngga ada apa2 kok, biasa aja.”
“seriusan?”
Aku mengangguk.
“ngga ngasi penjelasan gitu ke lo, dia menghilang ke mana selama ini?”
“aku ngga perlu penjelasan. Udah telat. Ngga guna.”
“lo ngomong gitu ke dia?”
“ngga lah, aku masi bisa jaga perasaan org, ga jahat kaya gitu lah aku.”
“tapi kan biar dia tahu. Biar ngga seenaknya aja dia main tinggal kaya gitu.”
“dia ngga perlu tahu, udah gede juga, ngga perlu di kasi tahu juga harusnya tahu lah mana yg bener n ngga.”
“tapi kan sikapnya nunjukkin ketidaktahuannya dia, Dy.”
“mungkin dia pura2 tidak tahu....atau tidak mau tahu.....terserah dia aja.”
“lo ngga mau gitu bicara baik2 sm dia soal hubungan kalian?”
Aku tersenyum. “klo dari aku, ngga ada yg perlu diomongin lagi. Perasaanku ke dia udah jelas. Aku omongin dan aku merealisasikannya dengan sikapku dia. Sekarang tinggal dia aja, mau terbuka apa ngga, mau ngomong apa ngga. Aku ngga mau maksa dia, biar dia yg mutusin sendiri.”
“sikapnya ke lo apa ngga cukup buat bukti in rasa sukanya ke lo?”
Aku lagi2 tersenyum, “sikap dia yg buat perasaan aku bak roller coster itu, maksudmu? Gimana aku bisa tau dari sikapnya kalau sebentar2 dia bawa aku naik, tp sebentar kemudian menghempaskan aku gitu aja.”
Namy terdiam. Tampak berpikir.
“ini masalahku, ngga usah pusing2 mikirinnya,” godaku, “ aku online ya...” langsung kumasuk ke salah satu bilik dan mulai masuk ke duniaku yg lain.
******
Lumayan lama aku chatting dengan Firdian. Dia bercerita tentang temannya, Putri, namanya. Tentang perkenalan mereka yg tanpa sengaja, lalu pertemuan2 mereka selanjutnya yg selalu diawali dengan sebuah kebetulan di angkutan umum.
Selesai dengan Firdian, iseng aku buka emailku. Ada satu pesan dari Mas Kayon, kulihat timingnya baru dikirim sekitar 5 menit yg lalu. Berarti dia online juga sekarang. Atau mungkin saja udah ngga lagi.
Kubuka pesannya, isinya hanya satu kata,
Maaf
Me
Kuklik tombol reply
Dimaafkan
Me too.
Send.
Kangen aku sama kamu mas, hanya saja rasa sakit ini membuatku takut mendekatimu lagi.
Hp ku tiba2 bergetar, sebuah pesan masuk.
Dari mas Kayon
Lagi buka email Dy? Online?
Iya
Punya YM?
Ada
Boleh minta?
Kuberikan ID YM ku padanya.
Buka YM mu ya.
Aku buka aplikasi YM dan sign in. Satu permintaan pertemanan dari sebuah ID. Aku add.
Dy...
Iya
Kamu lg di mana ini?
Di warnet, tempat temanku kerja
Katanya td ada acara, acaranya ngewarnet ya?
Bukan td ketemu teman, trus mampir sini, ngilangin suntuk. (bohong bo)
Suntuk kenapa?
Lagi mumet aja, banyak tugas, dan masalah.
Masalah apa?
Masalah hati
Karena aku ya
GR
Hahahahaha berarti bukan aku ya? Ada yg lain? Siapa?
Jadi mikirnya gitu ya?
Gitu gimana?
Ya gitu, mikir kalau ada yg lain di hati aku
Kan nebak aja
Apa mas pikir bisa segampang itu? Mungkin mas, iya. Tapi aku, ngga.
Aku log out.
Damn!
Aku bisa tertawa2 ketika bersama dengan temanku. Menenangkan pikiran ketika bermeditasi dengan Mr. Lee, tiba2 lupa ingatan jika aku sudah latihan gitar dengan kelompokku di kediamannya.
Tapi ketika semua berakhir, berakhir pula short term memori lost-ku. Dan membawa pikiranku kembali ke Mas Kayon. Aku sudah seperti orang yg memiliki dua kepribadian. Saat hari terang aku bisa tertawa2 gembira, tapi saat hari gelap, terutama disaat aku sendiri, moodku tiba2 hancur lebur, bahkan bisa semalaman aku menangis saja.
Pernah kucoba, duduk meditasi saat aku sedang kacau. Bukannya malah tenang, airmataku malah jatuh semakin tak terkendali. Saat itu aku berucap dalam doa, bukan begini yg kumaksud dengan meminta padaMU hidup yg lebih berwarna Tuhan. Kenapa harus aku yg ngalamin ini? Kenapa?
Hatiku protes. Tidak terima.
*********
Buku2ku masih berserakan di atas meja, meski dosen sudah meninggalkan ruangan sekitar setengah jam yang lalu.
Aku merebahkan kepalaku di atas tumpukan2 bukuku. Malas sekali rasanya.
Sebuah tepukan pun tidak membuatku bergeming.
“Dy?! Lo tidur?” Masih tidak kuhiraukan Namy yg menepuk punggungku. “eh, lo sakit?” tanyanya lagi melihatku masih diam saja.
Kurasakan dia memutar agar bisa melihat wajahku. Cepat2 kupejamkan mataku.
“Dy....” kurasakan kehati2an di suara Namy ketika dia memanggilku.
“Duuaaahhh....” aku berteriak kencang dan sangat sukses mengagetkannya sampai dia agak melompat
“Sialan lo!!!Rese!!!kurang ajar kampret.....,” Namy memakiku dengan segala macam makian, dan aku tertawa terbahak2 melihat wajahnya yg bete banget.
“sakit lo ya!” masih saja dia mengumpat setelah tawaku mereda, dan wajahnya masih aja bete.
“sorry...sorry...aku lg kurang kerjaan hahahahaha,” lagi2 aku tertawa puas.
“happy bgt ya abis ngerjain orang,”sungutnya.
“hahahhahahahaha happy dong, biar suntuk ku ilang,” sahutku
“oh jadi lo mau nularin suntuk lo ke gw? Enak aja!!”
“hahahahahhaha.....”
“gw yakin abis ini lo ngga kan suntuk lagi,” katanya kemudian
“ya iya lah kan udah ku transfer suntuk ku ke kamu.”
“bukan itu! Tau ngga siapa yg gw liat tadi?” aku hanya mengangkat bahuku menandakan aku ngga tahu.
“si mas mu itu!!” dia tampak bersemangat sekali.
Aku meliriknya sekilas, “udah deh Nam, ngga mempan deh kamu coba2 balas dendam sama aku,” sahutku berpikir kalau dia sengaja mau ngerjain aku.
“yeeee... lo ya dibilangin ngga percaya. Gw ngga niat kali ngerjain lo!”
“ya ngga lah, kan bisa aja kamu niatan balas dendam gara2 tadi aku ngerjain td”
“ya udah klo lo ngga percaya. Sini gw buktiin omongan gw, ayo...” dia menarik tanganku keras sekali sampai2 hampir saja aku terjerembab jatuh, karena sebagian kakiku masih nyangkut di kaki meja.
“issssh...sakit Nam, kamu itu ya. Bentar dulu kenapa! Aku beresin ini dulu.”
“cepetan lah, ntar keburu orangnya ilang, ntar lo bilang gw bohong lagi!” cepat2 dia membantuku memasukkan buku2ku ke dalam tas. Asli ni anak ngawur n sembrono banget. Hancur2 deh buku2ku.
Lalu dia menarikku keluar dari gedung perkuliahan menuju ke gedung sekretariatan. Di depan ruang kajur jurusanku (kepala jurusan), dia melongok sana sini, mencari sesuatu. Dia berjalan melewati lorong2 yg di kanan kirinya adalah ruangan kajur dari jurusan2 yg lain.
Di salah satu ruang kajur dia melongokkan kepalanya mencoba mengintip dari balik kaca yg ada di pintu ruangan.
“Nam!” panggilku setengah berbisik, kalau teriak asli bakalan kenceng banget karena suasananya lagi sepi bgt.
“sini!!” panggilku memberi isyarat supaya dia balik ke tempatku berdiri.
“kamu ngapain?” tanyaku begitu dia mendekat dan menariknya keluar dari sana.
“tadi gw ketemu dia di sana Dy, waktu gw keluar dari ruang kajur, gw liat dia masuk ke ruang kajurnya dia.” Jelasnya.
“tadinya kapan?” tanyaku lagi begitu kami duduk di bale bengong, ”ya pastinya udah balik lah dianya.”
“tapi beneran lho Dy, gw liat dia, sumpah!” katanya lagi berusaha meyakinkanku, rupanya dia masih menyangka aku ngga percaya dengan omongannya.
Aku ingin percaya, tapi hatiku menyangkal daripada nantinya aku kecewa karena terlalu berharap.
“ya sudahlah, kalaupun beneran dia, aku mau ngapain coba, dianya aja ngga peduli, ” kataku seolah2 untuk diriku sendiri.
“yah lo jangan gitu, temuin dialah, tanyain maunya dia apa?”
Aku tersenyum getir...apa ada gunanya bertanya? Batinku
“lagian kamu ya Nam, aku yg kangen kok bisa kamu yg berhalusinasi yak?” ujarku mencoba berkelakar mengusir rasa melow yg tiba2 muncul
“tuh kan lo masih aja ngga percaya!” sungutnya memasang wajah cemberut.
“hahahahhaha...” kembali aku tertawa puas melihat wajah kesalnya.
Diluar aku tertawa tapi hatiku meringis sakit. Apa bener dia udah ada di sini? Kenapa dia ngga ngabari aku?
Aku mengangkat kakiku dan duduk bersila sambil bersender di pilar di bale bengong ini.
“eh, lo masih ke tempatnya Mr. Lee?” tanya Namy, aku memang menceritakan semua tentang Mr. Lee kepadanya.
“Masih.”
“Trus, lo diapain aja?”
Aku memicingkan mata mendengar pertanyaannya yg seperti berkonotasi negatif, ”maksud lo apa Nam nanya gitu, kok kesannya aku ‘diapa2in’ dalam artian jelek?”
“hehehe sory sory, kan lo bilang sendiri, kalau kapan hari dia tiba2 cium lo.”
“oh..iya, sih, cuma ya ngga kayak di pikiranmu kali, dia itu ngga kaya hidung belang Nam, dia tahu dan ngerti harus bersikap gimana. Posisinya dan posisiku ada dimana dan bagaimana menyikapinya, ngga main labrak aja.”
“trus...lo sendiri ngga nanya tuh maksudnya dia apa pake cium2 lo seenaknya aja?”
“yah... aku ngga nanya, tapi dia langsung bilang, kalau dia suka sama aku. “
“seriusan lo??”
Aku mengangguk. “ya dia bilang, kalau dia suka aku, menurutku sih lebih karena aku selalu siap jadi pendengar yg baik setiap dia cerita apa pun juga. Dan aku bisa menerima semua yg dia ceritakan. Maksudnya, aku mengerti dan paham maksudnya apa. Karena menurut dia sendiri, ada beberapa teman atau muridnya yg dia rasa pernah cocok, tapi ternyata tidak sepaham dengannya. Yah mungkin, “
“trus setelah hari itu, lo tetep dateng ke sana? Trus lo gimana sama dia?”
“ya datenglah, aku kan muridnya, aku juga kerja sama dia. Aku sih biasa aja, dia juga begitu, ngga ada yg berubah. Malah dia jadi makin baik sama aku. Positif thinking aja sama dia, karena aku tahu latar belakangnya, ngga bakalan dia berani macem2. Makanya kmu ikut aja yuk latihan di sana sekalian biar kmu bisa main gitar,”
“ngga punya duitlah gw buat bayar lesnya, lo mah enak dikasi diskon mulu, lo bujuklah dia biar.....”
Namy ngga meneruskan kalimatnya, dia malah bengong menatap ke suatu arah dibelakang kami.
“Nam...” panggilku heran dengan tingkahnya. Namy memandangku dan memberi kode dengan matanya agar aku melihat ke belakangku.
Aku menoleh, dan kulihat dia. Dia disana dengan salah seorang temannya, sedang berbicara sesuatu. Biarpun dia membelakangiku, aku tahu betul itu dia. Cepat2 aku membalikkan badan seperti awal aku duduk.
“biar aja...” kataku pelan ke Namy yg terus aja memberiku isyarat agar mendekatinya.
Kalau tadi dia melihatku di sini, aku ingin tahu apa dia akan menyapaku. Kalau pun dia tidak melihatku, apa dia akan menghubungi dan memberi kabar kalau dia sudah ada di sini. Aku memang kangen sekali dengannya, tapi...aku hanya ingin tahu apa dia masih menganggapku ada.
“Dy, gw balik duluan ya..” tiba2 saja Namy berdiri
“yah sini aja dulu,” tahanku
“ngga ah. “ Namy berlalu pergi, aku mengikuti nya dengan tatapan heran dan barulah kusadari kenapa tiba2 dia mau pulang. Mas Kayon ada di sana, duduk di bangku yg ada di selasar gedung perkuliahan dengan beberapa teman2nya, sesekali melihat sekilas ke tempatku duduk.
Rupanya tadi Namy tahu kalau Mas Kayon tahu kalau aku sedang ada di sana. Mungkin dia segera pergi supaya mas Kayon bisa menemuiku.
Justru aku berpikir akan sangat aneh kalau aku tetap di sini sendirian tanpa teman. Yah, egoku masih terlalu tinggi untuk menunjukkan padanya kalau aku sangat ingin bertemu dengannya. Tapi ini tidak hanya masalah ego tapi juga karena aku aku masih marah. (Meski kadar kangennya masih jauh lebih banyak). Dia yg pergi tanpa pamit, dan datang tanpa kabar, seharusnya dia lah yg menyapaku lebih dulu.
Kuputuskan untuk pergi ke kantin, yg siang ini lumayan ramai. Ada beberapa teman sejurusanku juga di sana, ada Nana and the genk juga. Tapi aku ngga gabung bareng mereka. Selesai aku membayar, maunya aku duduk tapi semua bangku penuh. Sekilas aku lihat mas Kayon ada di bangku luar bergabung dengan genknya Nana.
Aku memilih untuk balik ke bale bengong. Ada beberapa orang di sana, termasuk beberapa orang teman mas kayon tadi.
Aku duduk bengong sambil menikmati cemilan yg kubeli tadi.
Dadaku berdesir ketika kulihat mas Kayon muncul dr arah kantin. Aku menunduk menghindari pandangannya. Dia duduk di bale bengong tapi di sisi yg lain, menyapa ringan teman2nya tadi.
“Dy...” suara ini, lama sekali ngga denger suara ini.
“hai mas...” sapaku
“kamu apa kabar?”
Aku tersenyum tanpa menjawabnya. Apa dia ngga mikir sebelum bertanya soal kabarku
“minggu depan aku sidang,” katanya kemudian. “kemarin lalu aku pulang cari data2 tambahan dan ngurusin sedikit masalah di rumah,” jelasnya tanpa kuminta.
“oh ..iya...baguslah..,”sahutku sambil tersenyum sekilas. Aku ngga perlu penjelasannya sekarang, susah sekali ya hanya sekedar ngabarin aku, buat balas sms ku sekaliii saja.
Tapi aku senang akhirnya dia bisa maju sidang.
Suasana menjadi sangat canggung. Terlebih lagi aku selalu menanggapi singkat setiap omongannya.
“Dy... maaf ya.” Aku menghembuskan nafas panjang, seperti melepaskan beban yg sekian lama ingin di buang.
Aku hanya melihatnya sekilas dan tersenyum kecil.
Andai kamu tahu dan ngerasain apa yg kurasain, kata maaf itu ngga akan cukup.
“mas mau di sini dulu?” tanyaku lalu berdiri, “aku balik ya.”
“boleh nebeng sampe kost?”
Aku mengangguk. Karena hari ini aku bw mobil jadinya aku hanya antar mas Kayon sampe depan kost aja.
“ntar sore ada waktu Dy, “ tanyanya sebelum dia turun dr mobil.
“hm..aku udah ada janji mas sm temen," sahutku berbohong.
“oh gitu ya, maunya ngajakin kmu keluar
Kalau ngga bisa ya udah lain kali aja.”
“iya..” sahutku.
Sebenernya aku ada janji chat dengan Firdian malem ini. Ingat dengan Firdian? cowok kenalannya Yunita di chat yg akhirnya sering juga chat denganku bahkan justru aku yg jd deket dengan dia.
Jadi, selain ikutan latihan gitar dan ngajar private, aku juga jd suka chatting sebagai pelampiasan.
Salah satu teman dunia mayaku yg boleh di bilang deket adalah Firdian. Dia pendengar setia cerita2ku tentang mas Kayon, kesenangan, kesedihan, rasa kangenku, rasa frustasiku, tentang Mr. Lee, dan banyak lagi.
Bercerita dengan orang yg tidak ku kenal dan tidak pernah bertemu, membuatku bisa lebih terbuka. Seperti tidak ada beban untuk bercerita bahkan ke hal2 yg sensitif sekalipun.
Menjelang malam, aku sudah nongkrong di warnet tempat Namy kerja. Aku masuk ke dalam dengan semangkuk mie ayam di tangan.
“wah, thanks ya mie nya,” seloroh Namy ketika aku duduk di meja operator, dia menarik mangkok yg kuletakkan di meja.
“aish...enak aja beli sendiri sana!” aku ambil lagi mangkok mieku.
“eh, gimana tadi? Dia bilang apa ke lo?”
“maksudmu?” kataku sambil melahap mie ayamku
“si mas mu itu..., pura2 bego aja lo!”
Aku tersenyum. “gimana apanya? Ngga ada apa2 kok, biasa aja.”
“seriusan?”
Aku mengangguk.
“ngga ngasi penjelasan gitu ke lo, dia menghilang ke mana selama ini?”
“aku ngga perlu penjelasan. Udah telat. Ngga guna.”
“lo ngomong gitu ke dia?”
“ngga lah, aku masi bisa jaga perasaan org, ga jahat kaya gitu lah aku.”
“tapi kan biar dia tahu. Biar ngga seenaknya aja dia main tinggal kaya gitu.”
“dia ngga perlu tahu, udah gede juga, ngga perlu di kasi tahu juga harusnya tahu lah mana yg bener n ngga.”
“tapi kan sikapnya nunjukkin ketidaktahuannya dia, Dy.”
“mungkin dia pura2 tidak tahu....atau tidak mau tahu.....terserah dia aja.”
“lo ngga mau gitu bicara baik2 sm dia soal hubungan kalian?”
Aku tersenyum. “klo dari aku, ngga ada yg perlu diomongin lagi. Perasaanku ke dia udah jelas. Aku omongin dan aku merealisasikannya dengan sikapku dia. Sekarang tinggal dia aja, mau terbuka apa ngga, mau ngomong apa ngga. Aku ngga mau maksa dia, biar dia yg mutusin sendiri.”
“sikapnya ke lo apa ngga cukup buat bukti in rasa sukanya ke lo?”
Aku lagi2 tersenyum, “sikap dia yg buat perasaan aku bak roller coster itu, maksudmu? Gimana aku bisa tau dari sikapnya kalau sebentar2 dia bawa aku naik, tp sebentar kemudian menghempaskan aku gitu aja.”
Namy terdiam. Tampak berpikir.
“ini masalahku, ngga usah pusing2 mikirinnya,” godaku, “ aku online ya...” langsung kumasuk ke salah satu bilik dan mulai masuk ke duniaku yg lain.
******
Lumayan lama aku chatting dengan Firdian. Dia bercerita tentang temannya, Putri, namanya. Tentang perkenalan mereka yg tanpa sengaja, lalu pertemuan2 mereka selanjutnya yg selalu diawali dengan sebuah kebetulan di angkutan umum.
Selesai dengan Firdian, iseng aku buka emailku. Ada satu pesan dari Mas Kayon, kulihat timingnya baru dikirim sekitar 5 menit yg lalu. Berarti dia online juga sekarang. Atau mungkin saja udah ngga lagi.
Kubuka pesannya, isinya hanya satu kata,
Maaf
Me
Kuklik tombol reply
Dimaafkan
Me too.
Send.
Kangen aku sama kamu mas, hanya saja rasa sakit ini membuatku takut mendekatimu lagi.
Hp ku tiba2 bergetar, sebuah pesan masuk.
Dari mas Kayon
Lagi buka email Dy? Online?
Iya
Punya YM?
Ada
Boleh minta?Kuberikan ID YM ku padanya.
Buka YM mu ya. Aku buka aplikasi YM dan sign in. Satu permintaan pertemanan dari sebuah ID. Aku add.
Dy...
Iya
Kamu lg di mana ini?
Di warnet, tempat temanku kerja
Katanya td ada acara, acaranya ngewarnet ya?
Bukan td ketemu teman, trus mampir sini, ngilangin suntuk. (bohong bo)
Suntuk kenapa?
Lagi mumet aja, banyak tugas, dan masalah.
Masalah apa?
Masalah hati
Karena aku ya
GR
Hahahahaha berarti bukan aku ya? Ada yg lain? Siapa?
Jadi mikirnya gitu ya?
Gitu gimana?
Ya gitu, mikir kalau ada yg lain di hati aku
Kan nebak aja
Apa mas pikir bisa segampang itu? Mungkin mas, iya. Tapi aku, ngga.
Aku log out.
Damn!
pulaukapok memberi reputasi
1