Sebelum cerita ke program bahasa, saya cerita sedikit tentang kelasku di kelas dua. Ada sedikit kelucuan saat kelas satu (sepuluh) nama kelasku "generasi teladan dan tertepan" dan berbanding terbalik dengan saat kelas dua (sebelas), nama kelasnya menjadi kelas "pemberontak" karena kelasku sendiri sering ribut saat belajar hingga salah satu guru mengatakan

"Kalian itu selalu ribut saja saat belajar, seperti pemberontak"

Entah itu bermula dari ide siapa hingga kelas "pemberontak" terbentuk. Yang jelas aku terkadang heran kenapa mereka mau-maunya dinamain kelas "pemberontak"

Kembali ke cerita program bahasa, pihak sekolah ingin sekali mengadakan hari bahasa di sekolah. Dipilihlah kelas dua untuk jadi pelopornya, dimulailah siapa yang ingin ikut mendaftar, hasilnya... laki-laki hanya dua orang yg ikut, selebihnya perempuan. Terus terang ini bikin grogi ditambah orang yang aku suka ikut juga.

Pernah suatu ketika maju kedepan baca teks

"One day....... #$^#/&/$^*;/^&(*^^&*,........."

Entah kenapa lidahku sedikit kelu dan kulihat tanganku... Astaga! Bergetar hebat para perempuan yang mendengarkan malah ketawa-ketawa terlebih saat kertas yang kupengang dan ku baca di depan mereka malah jatuh, aku tambah malu sembari berkata dalam hati

" sial.. mengapa demam panggung itu datang lagi?"

Bukan hanya tangan yang bergetar, kaki pun ikut bergetar bahkan sepertinya badan pun ikut bergetar, demam panggungku masih terlalu akut

Di akhir semester dari tim bahasa ada yang tampil pas perpisahan kakak kelas, namun aku saat itu tak ikut. Namun meski begitu aku menutup semester ini dengan bahagia karena peringkat pertama lagi dan naik ke kelas tiga (kelas dua belas)

Last season return again!