Kaskus

Story

chamelemonAvatar border
TS
chamelemon
Ngasudah.Titik.



Yaik.... Itu dia Tadi Original Soundtrack Cerita ini..


Disarankan membacanya melalui index


Quote:


Makasih bertubi tubi ndul...Ntap bener cover ambigram nya...
Kek nya ini cover pertama ambigram di kaskus dah emoticon-Leh Uga

Salutt....itu bikinnya pasti make mikir....Jozzzz lah pokokmen...
Ngasudah.Titik.


Oke dah.. ane coba ikutan meramaikan Jagad cerita cerita di SFTH ini.. ingat ye, ikut meramaikan saja, buat tambah tambah koleksi bacaan ente ente pada tuh.. bentuk partisipasi dah.

Quote:



Spoiler for All Packs:


emoticon-Sundul Gan (S)
All Packs


Great Thanks For Best Ten Audiences
The Best & Great Comments
Liquid From PM
Next Story
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 40 suara
Siapa yang lebih di favoritkan tidak untuk di favoritkan dalam cerita ini ? hehehe...
Kasih (Army Kasih)
8%
Mega ( Meganisti )
8%
Putri ( Putriholic )
20%
Bimbim ( Kembang Pasir )
3%
Otong ( Markotong )
8%
Sincan ( Onta Sesat )
45%
Chacha ( Marica Hey Hey )
10%
Diubah oleh chamelemon 03-09-2025 01:20
efti108Avatar border
tiokyapcingAvatar border
fevierbeeAvatar border
fevierbee dan 8 lainnya memberi reputasi
9
323.7K
2.1K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
chamelemonAvatar border
TS
chamelemon
#371


Pack Tigampat. Cindera Kasih


Ane sadari bahwa bekerja adalah bukan tujuan akhir dari pendidikan. Seperti pesen Babah alias Bokap ane yaitu pendidikan bukan untuk hidup, tapi
hiduplah untuk pendidikan. Sekarang ane menyadari pesan ini setelah
berumah tangga. Ternyata pendidikan berfungsi untuk membentuk pola pikir
manusia. Kalau tujuan akhir nya bekerja, nggak perlu pendidikan juga bisa,
banyak contohnya. Tapi pendidikan yang membentuk pola fikir dibutuhkan
dalam bekerja. Sayangnya, harga pendidikan masih di kotak-kotakan dan
belum tentu merata.

Ane yakin, sebenernya pendidikan itu nggak perlu formal kok. Apapun itu ilmu
yang ente emban, ya udah..., manfaatin aja. Kalo perlu jadilah expert atau legend disitu, pasti bakal di cap cerdas. Seperti jaman yang kian bergulir,
penduduknya pasti semakin cadas, namun tidak menutup kemungkinan akan
semakin bablas. Boleh bekerja keras, tapi juga dibutuhkan kerja cerdas,
sekali-kali butuh juga kerja nggak waras. Sekali lagi..., asal jangan bablas.

Itulah sekelumit idealisme ane, ketika membulatkan tekad meluncur ke kota
ini, kota yang mengenalkan ane kepada yang namanya Yang Kasih, Kos Luck
Nutt, Mega dan cerita-cerita lainnya nanti.

Ane menyadari, salah satu yang paling mahal harganya di bumi ini ternyata
adalah waktu. Ho'oh, waktu nggak akan bisa kita puter balik, yang nggak akan
bisa kita "pause and play". Kita cuma bisa mengingatnya, mereka ulang
kejadiannya.

Bagi ane, alat yang ampuh untuk mengingat akan waktu adalah gambar dan
musik. Ane sendiri sangat menyukai keDuanya. Gambar menceritakan kembali
waktu. Sedangkan musik adalah medium paling handal mengingat untuk
mengenang waktu. Karena akan terselip cerita yang berkaitan dengan musik.
Tapi setelah ane telaah lagi, ternyata belumlah lengkap. Ternyata ada lagi, yaitu
tulisan dan catatan.

Seperti mengenang waktu itu....

*** Another Flashback ***


Lumayan jauh sebelum kejadian gado-gado rasa racun....

Ane masih menunggu bus yang akan mengantarkan ane ke pulau sebrang,
pulau yang ane idamkan untuk idealisme ane waktu itu. Bener Ndul. Ane udah
punya idealisme waktu SMA, idealisme ane sangat dipengaruhi oleh pelajaran
Tata Negara. Sang Maestro, Bapak Sri Soemantri yang jadi landasan idealisme
ane, ditambah asupan Engkong Sigmund Freud. Dimana akhirnya ane berlabuh
disebuah jurusan Engkong Freud. Kan ngelantur kan jadinya mwehehehe...

Tapi beneran dah, ini ada kaitannya sama Someone dalam hati ane versus
Idealisme Geblek tersebut.

Bokap Nyokap cuma nganter dari rumah, nggak ikut ke pool bus antar pulau.
Jadinya, waktu itu ane cuma berangkat sendirian ke pool bus. Ane masih
ngelamun, ane akan jadi apa ya kelak? Apakah ane bisa mewujudkan idealisme
ane untuk jadi mentri. Serius ane Ndul! Cita-cita ane waktu itu pengen jadi
mentri, bukan benteng, kuda, atau seluncur, tapi mentri..., syukur-syukur jadi
mentri beneran hehehe...

Ditengah lamunan ane itu, ane dikejutkan dengan kedatangan "dia". Dialah
yang ane puja tapi nggak pernah kesampaian buat menyatakannya selama Tiga
tahun di SMA. Dialah sang cinta pertama ane, dia juga yang sempet buat ane
nggak tenang kalo tidur karna wajahnya nyangkut mulu di otak, dialah yang
sukses membuat ane giat ke sekolah, cuma buat liat senyumnya doank. Dialah
perempuan Lingkaran ane.

"Laiyen..," ucapnya ringan sambil berjalan setelah memarkirkan motornya.

Ane paham, ane paham dah.

Ente bingung kan? Soalnya, cuma doi doank yang manggil ane kayak gitu.

Leon..., dilafalkan jadi laiyen. Wuasudahlah mwehehehe....

Sedangkan panggilan sayang ane buat dia itu Bida, kependekan dari bidadari.
Walaupun, aslinya memang plesetan dari nama panggilannya, Rida dari Farida.

Sumpah Ndul, ane kalo ingat ini tuh, suka nyegir kude mwehehehe...

Kok yo, bisa-bisa nya, waktu itu tercetus panggilan kayak gitu. Ane paham kok, kalau anak-anak sekarang doyan manggil yang aneh-aneh sama pasangannya. Jujur, ane tuh yang paling gedek, kalo ada pasangan yang manggilnya udah macam suami istri. Jangan mentang-mentang udah kimpoi tapi belom nikah udah manggil nya macem-macem. Keep Flow mawon Brader.

Nah, untuk enak dibaca, ane gubah pake bahasa yang mudah dimengerti ya.

Kadang, makna nya bisa berubah kalo pake bahasa daerah tapi di transfer.

"Laiyen..." doi manggil lagi dan beranjak ke arah ane.

Doi semakin mendekat dan ane pun juga memberanikan diri buat menghampiri doi.

Sesoenggoehnya ane malah terkejut atas kedatangan doi yang tiba-tiba ini.
Aslinya, ane nggak mau ngabarin doi, kalo bakal berangkat buat nyebrang ke
Pulau ini. Eh tapi, doi yang malah nyamperin sampe ke Pool Bus antar pulau ini.

Ane jadi trenyuh eui.

"Iya, Da?"

"Jahat ya..., nggak ngabarin aku, kalo hari ini berangkatnya."

Seketika itu juga, bibir ane tercekat. Namun, masih berusaha untuk mengendalikan diri.

"Hmmm..., gimana ya," yang jelas, perasaan ane semakin bercampur aduk, ada
senengnya tapi ada juga merasa bersalahnya.

"Yen. Masa pacaran baru Dua minggu, aku udah ditinggalin sih?”

"Yahh..., nggak maksud kayak gitu, Da. Kamu sendiri kan, udah positif ketrima
jadi Mahasiswi Kesmas disini kan? Tapi aku kan lain, Da. Aku cuma bisa berdoa
yang terbaik buat kamu," ucap ane semakin lirih dan menatap wajahnya dengan seksama.

"Trus? Hubungan kita??! Kamu anggap apa, Yen?!! Ngambang??!! Gitu?!!" Tanya Rida bertubi-tubi dengan ritme semi melengking, mata kian berair di pelupuk mata.

Hampir semua tatapan disekitar ngeliatin kami bedua.

"Bida..., ini udah jadi pilihanku. Setidaknya, aku udah ngungkapin perasaanku
sama kamu. Dan kamu juga udah membalasnya kan? Bagiku itu udah cukup."
Ane masih berusaha meyakinkan doi.

"Tapi bagiku enggak..., kamu jahat, Yen!! ... kamu jahat!!!" Rida mulai menitikkan air mata.

Ane tuh udah diliatin calon penumpang lainnya dari dalam Bus.

Haisss...

Jadi pusat perhatian dah. Ane pegang tangannya, kemudian ngajak duduk di
sebelah ane. Doi pun akhirnya nurut.

Emosi Farida semakin menjadi-jadi, tatapannya nggak lepas ke arah ane. Ane
pegang tangannya dan tetap ngajak duduk di sebelah ane.

"Kamu tega ya, Yen. Kamu udah ungkapin cinta pas kelulusan, tapi harus begini akhirnya." Ucapnya dengan air mata yang udah mbleber ke pipinya.

"Huhft..., Da, kamu udah taukan, kalo Orang tua ku mungkin akan pindah dari sini ... Setaun atau Dua taun lagi. Da, kamu udah ... jadi cinta pertamaku, walau telat untuk ngungkapinnya, tapi bagiku itu cukup. Aku sebentar lagi
berangkat..., aku ucapin perpisahan disini ya. Tapi, kalau kita memang
berjodoh..., pasti akan bersatu di pelaminan, Da."

~ Hee.., hee.., hgghh ... hgghh ~

Rida tersedu-sedu. Menangis sambil menutup wajahnya. Nggak bisa berbuat
apa-apa. Ane jahat waktu itu? Ane akuin kalo ane jahat, udah bikin nangis anak orang. Tapi sori ya Ndul..., ane belom pernah ngelakuin yang nggak-nggak, jadi jahatnya ane, sebatas jahat sama perasaan doank, belum sampe jahat ke level perbuatan. Setidaknya sampe saat itu sih mwehehehe...

# SI ONTA GEBLEKK!!! #

Ane tetap membiarkan doi menangis. Ane belum berani ngapa-ngapain, selain
menyapu pandangan sekitar, dimana udah banyak pasang mata yang ngalihin
pandangannya ke arah ane sama Rida. Tatapan mereka beradu dengan kedua
biji mata yang ane punya, membuat ane semakin risih dibuatnya. Tapi, kayaknya nggak ngaruh buat Rida.

Dua minggu pacaran, lagi hangat-hangatnya, tapi ujung-ujungnya harus
dipisahkan oleh jarak. Padahal waktu itu udah ada hape, tapi ane sendiri yang
memutuskan untuk berkata enggak. Kasian anak orang, diberi harapan palsu,
soalnya bokap udah kasih tau bakal dipindah tugaskan lagi, bakal cabut dari
sini. Otomatis ane pulang kalo lebaran, ya nggak akan disini. Daripada doi
nunggu-nunggu tanpa kepastian, mending putus. Walaupun memang akan sakit pada akhirnya.

"Bida, kamu cari ganti ku ya. Sampai kapanpun, kamu tetap jadi cinta
pertamaku, Da."

"Tapi aku udah jawab kan, aku juga nungguin kamu nembak, Yen. Tiga taun.., itu bukan waktu yang sebentar, Yen. Aku mau ikut kamu kuliah disitu..., aku
mutusin ... hgghh ... hgghh ... buat pindah ... hghh ... kuliah." Rida semakin menggebu-gebu, nggak rela kalo bakal ane tinggalin.

Ane yang malah semakin gelagapan ketika mendengarnya.

"Lho? Kok gitu? Jangan, Da. Jangan..., kasihan orang tua mu. Yakinlah, kalo kita memang berjodoh, aku akan kesini, Da. Melamar mu, tapi itu bukan sekarang." Ane pegang kedua pangkal lengannya dan menatap wajahnya dengan khidmat.

"Kok gitu? Kamu nggak mau perjuangin aku? " Rida semakin ngotot, balik
ngeliatin ane dengan tegas.

~ NDIN! NDIN! ~

Haaiiiisss...

Ini dah, ini, pertanyaan sulit nan menyebalkan. Ane udah bingung waktu itu,
mana pak supir udah siap-siap mau berangkat pulak, yekan? Ane pun jadi
teringat sesuatu.

Ane sempet ngeliat Pak Sopir yang sudah duduk di singgasananya, kernet
disebelahnya juga udah nyengir geblek. Ada pula penumpang Bus lain yang
ngeliatin kami, sambil nyedot teh pucuk-pucuk.

"Ini,..." Ane ngeluarin isi tas dan ngeluarin isi dompet, foto ane masih
baheula,foto yang suka diselipin di dompet gitu dah Ndul.

Doi pun ngeluarin isi tasnya. Oiya, ane belom cerita kalo doi bawa tas
sekolahnya pas dateng kesini. Pakaiannya juga waktu itu masih pake pakaian
SMA, ane yakin pasti doi habis legalisir. Doi ngeluarin sejenis buku, cukup
tebal, berwarna coklat dan ada gemboknya. Udah macam buku keramat aja
dah,pake gembok segala. Tapi kuncinya malah diiket di gemboknya.

"Ini..., juga buat kamu. Aku nggak akan bisa ngelupain kamu, kalo ini masih aku yang pegang. Sebaiknya buat kamu aja, semuanya hampir tentang kamu," ucapnya dengan tangis yang mulai mereda.

Akhirnya kita tukeran Cindera Kasih gitu dah mwehehehe...

Entahlah, terserah ente pada mau bilangnya apaan juga. Yang jelas kita tukeran. Ane kasih foto, doi kasih diary buat ane. Itu sudah!

"Dengan ini, kita resmi putus ya." Ucap ane.

Ane berdiri beranjak ke arah bus. Doi pun ikut berdiri, tapi...

Doi meluk ane Ndul. Erat. Iya, yakin dah ane.., ente nyebutnya drama kan? Bodo amat dah. Pfffttt!

Doi masih nangis di dada ane. Sopir dan penumpang lain udah naik ke bus, bus nya juga udah nyala. Ane yakin dah, bakal jadi topik hangat ini dibus nantinya.

Akhirnya, ane membuka dekapannya dan mengacak acak rambutnya.
Memberikan senyuman terakhir dan berangkat ke arah bus. Ane masih
ngeliatin doi, ane cium cindera kasih nya itu. Rida masih menangis, walau
mencoba tersenyum, sejenak kemudian mencium entuh foto ane.

Bus pun berangkat, pandangan ane nggak bisa lepas dari sosok Bida dari luar
jendela bus. Doi masih berdiri mematung dan menangis tanpa suara, cuma
lelehan air mata.

Ane buka diary nya, di halaman terkakhir tertulis...

~
Untukmu Leon ku...
Bintang timur berpijar terang, disitulah aku.
Remang fajar menyongsog pagi, disitulah kamu.
Cahaya Aurora.
Disitulah kita, Semoga.
Aku mencintaimu Chandra Leon, selamanya.
Dari Perempuan Lingkaranmu. Sang Bida.
~

# Oi Tilde! Mual nggak Lu?! #
~ Ho’oh Tag! ~
# Jijik? #
~ Parah Tag! ~

Ck! BUJANGINAM! Ente bedua!

Ane lanjut, sikit lagi ini! Ah elah!

Tak terasa, air mata ane menetes, tapi nggak pake hgghh juga sih. Ane duduk di pojok kiri paling belakang, ditemani seorang bapak, kumisan tebel yang
kayaknya ikut ngintip diary nya Bida. Tapi sebodo amat lah!

Disini ane nggak akan expause Bida juga, karena Bida punya cerita sendiri.
Yang jelas kalo ane bilang cantik, jelaslah Ndul. Doi mantan wakil ketua Osis,
sang mayoret utama kalo lagi pawai kemerdekaan trus pengibar sang saka
Merah Putih juga. Pokoknya mah, Pesona nya adalah pesona sejuta prestasi.

Ee..., malah hatinya nyangkut ke ane, seorang hipokrit, pecicilan, tengil, suka
makan Lima bayar Dua, pokoknya mah terkenal gebleknya ane di sekolah.

Begitulah Pesona geblek Onta Sesat Ndul mwehehehe...

*** End Of Another Flashback ***


Entah itu karma atau bukan? Yang jelas, posisi putus nya tuh sama. Tapi ane
ngerasa, kalo putus sama Yang Kasih itu tuh, lebih berasa nyesek nya Ndul...,
berat.

Setelah mendengar kata "sakti" tersebut. Hal pertama yang ane lakukan adalah membuka kembali diary yang udah mulai usang tersebut. Entahlah, seperti ada konektivitas antara kata putus sama diary itu.

Ane berusaha mengingat jelas wajah Rida, tapi nggak sekuat wajah Yang Kasih. Ane hanya berusaha tegar dengan merebahkan diri di tempat tidur buluk ane. Sayup-sayup terdengar suara adzan Maghrib. Lampu kamar ane masih belum dinyalakan, pintu setengah terbuka. Sedangkan, diluar udah pada nyala semua lampunya.

Apakah Id, Ego dan Super Ego dari Engkong Freud bisa membantu ane keluar
dari siksaan batin ini? Entahlah..., yang ane lakukan hanya rebahan di kasur
sambil memeluk diary usang tersebut.

Hati ane mellow Ndul. Bawa’annya bad mood level semenjana dah.

Belum lagi mikirin kerjaan di Rico.net. Selasa kemarin ane mulai masuk jaga,
seharusnya hari ini ane jaga lagi. Tapi ane mo pake apa kesana? Jalan kaki?
Modyaro wae! Ngebis? Pulangnya gimana? Pinjem motor anak kos? Pasti
kepake semua.

Haissss....

Bingung dah, mau ngabarin Bang Rico buat nggak masuk, tapi kok ya,
mendadak banget. Tapi kayaknya mau nggak mau dah, ane harus ngabarin Bang Rico.

~ Tet tek tet ~

# Oi TILDE! Bisa lurus dikit nggak sih?! #

~ Tut.. tut... tut... ~

Nggak diangkat, ane coba sekali lagi dah.

"Hallo, Can. Baru aja mau gue telpon, kata Ilham, koe urung sampe sini."

"Duh iya, Bang. Aku ijin hari ini ya, Bang.”

"Kok ndadak gitu, Can?!!" Bang Rico terkesan agak sewot.

"Beneran, nggak ada maksud buat mendadak, Bang. Tapi ada beneran ada
urusan mendadak, Bang.”

"Yo oke, kali ini nggak apapa. Tapi lain kali, jangan gitu, Can!!"

"Iya, Bang. Iya.., aku mohon maaf ya, Bang."

" Yo wis.."

~ Klik! ~

Langsung dimatiin sepihak oleh Bang Rico.

Hmmm..., ane menghela nafas. Kalo ada urusan mendadak, pasti nggak enak
juga sama Bang Mawan. Akhirnya ane memutuskan untuk mandi dan keluar
jalan kaki sendiri buat cari makan. Setidaknya keluar dari keadaan penat ini.

Kelar mandi, penghuni kos-kosan masih entah berantah pada kemana. Ane
langkah kan kaki, cari makan aja dah. Urusan hubungi Mbak Kasih ntaran aja
dah. Iya Ndul, sekarang manggilnya Mbak Kasih lagi dah...

Pasang headset ? Udah...

Udud ? Rokok Jayuminten, mayan masih setengah bungkus.

Sendal? Swallow buluk.

Parfum ? Kagak pakek.

Hape? Kok yo pas, lagunya malah Seize The Day.

Mancal? Yak! Udah laper akut.

Jalan kaki keluar gerbang...

Pokoknya, jangan makan Capcay, Bakso, Sate, Lelean, Angkringan dulu. Masih

segar ingatan diri ini akan dirinya.

Tapi Makan apa ya? Kayaknya nasi Padang aja dah.

~
Seize the day or die regretting the time you lost
It's empty and cold without you here, too many people to ache over

I see my vision burn, I feel my memories fade with time
But I'm too young to worry
These streets we travel on will undergo our same lost past

I found you here, now please just stay for a while
I can move on with you around
I hand you my mortal life, but will it be forever?
I'd do anything for a smile, holding you 'til our time is done
We both know the day will come, but I don't want to leave you

I see my vision burn, I feel my memories fade with time
But I'm too young to worry (a melody, a memory, or just one picture)

Seize the day or die regretting the time you lost
It's empty and cold without you here, too many people to ache over


Seize the day - A7X
~
Diubah oleh chamelemon 16-09-2025 02:30
yusufchauza
khodzimzz
itkgid
itkgid dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.