Mati kah, Aku???

Untuk beberapa saat, semua pasang mata saling bertatapan.. Tiba-tiba, Raden Dwipa yang sudah terlihat tidak sabar, mengayunkan telapak tangannya ke arah raga gw yang masih dikuasai Bayu Ambar..

SETTTT...

Selarik sinar hitam melesat keluar dari telapak tangan Penguasa Pulau Tidung.. Sekar yang melihat sebuah Ajian mengandung tenaga dalam sangat tinggi sedang melesat secepat kilat ke arah raga gw, berniat melemparkan selendang emas nya untuk menggagalkan kesaktian Raden Dwipa.. Namun usahanya itu di gagalkan oleh pegangan tangan Nyi Durga Daksa, sambil menggelengkan kepala..

Dengan kedua mata melotot, Sekar hanya bisa pasrah melihat kesaktian Raden Dwipa yang sesaat lagi akan menghamtam tubuh gw dan juga Bayu Ambar..

DUARR!!!

Sebuah ledakan cukup hebat, terdengar diiringi pijaran bunga api besar, saat kesaktian Raden Dwipa membentur dinding gaib milik Bayu Barata, yang melindungi sekeliling tubuh gw..

“Percuma, kalian semua tidak akan mampu menembus Pagar Bumi tingkat tinggi milikku” Teriak Bayu Ambar yang di susul turunnya telapak tangan kiri, lalu mengarah ke sosok ketiga saudara gw lagi..

Seketika, tubuh Bimo, Suluh dan Ridho kembali seperti tercengkram sebuah tenaga gaib yang menarik tubuh mereka hingga melayang terangkat ke arah Bayu Ambar.. Naga Saksana, Nyai Lingga dan Rampak Tantra serta Nyi Laras Abang, langsung melompat untuk menyelamatkan ketiga anak yang mereka jaga..

“Jangan Keluar dari perlindungan tongkat ku, Jin Bodoh! Atau tubuh kalian akan hancur termakan racun hujan darah hitam, Ajian Ambar Getih” Bentak Jin Penjaga nya Reinata ke arah empat Jin Penjaga, yang terpaksa mengurungkan niat mereka..

“Tapi aku juga ingin menyelamatkan anak yang kujaga dari Ajian itu, Ki?” Teriak Nyi Laras Abang dengan wajah cemas, sambil sesekali menoleh ke arah Suluh, yang terus melayang perlahan mendekati Bayu Ambar..

“Buka mata mu, Nyi.. Tubuh ketiga anak manusia itu sengaja dilindungi Bayu Ambar, karena dia memerlukan raga sempurna mereka, terutama di bagian telapak tangan.. Gadis yang menguasai Ajian Bedhaya Jiwo disana pun juga dilindungi Bayu Ambar, entah apa alasannya” Timpal Ki Purwagalih seraya melemparkan pandangan ke arah Viny yang memang tidak tersentuh satu tetes pun air hujan darah, meski masih tergeletak tak sadarkan diri..

Ucapan sosok tuan rumah yang harus berlindung dari bencana yang mengancam keselamatan jiwa nya itu, memang benar.. Ketiga sosok saudara gw yang terus meronta dan melayang ke arah Bayu Ambar, memang tidak terkena jutaan tetes air hujan darah hitam, hasil dari Ajian Ambar Getih.. Tepat sejengkal di atas kepala mereka, terlihat samar-samar sebuah tameng transparan berukuran besar, yang menahan derasnya hujan darah hitam..

Rampak Tantra yang melihat Bimo sedang dalam posisi seperti itu, langsung mencabut sejumput alis emasnya, lalu hendak di lemparkan ke arah Bayu Ambar..

“Jangan lakukan hal itu, Rampak Tantra.. Salah-salah, tombak mu bisa melukai anak yang ku jaga” Cegah Naga Saksana, yang membuat Rampak Tantra meremas sejumput alis emasnya dalam genggaman tangan sambil mendengus kesal..

Gw yang melihat ketiga saudara sedang mencoba berontak dari cengkraman tangan gaib Bayu Ambar, semakin mengumpulkan hawa murni sukma untuk berontak dari jeratan rantai hitam.. Mendadak, gw merasakan Bayu Ambar menarik udara yang dikumpulkan dalam rongga mulut, lalu meniupkan nya ke arah Suluh, Bimo dan Ridho..

WUSSH..

Suara deru gelombang angin besar yang keluar dari rongga mulut gw, terdengar cukup jelas.. Di susul suara jeritan Suluh, dan pekik kesakitan Ridho serta Bimo..

KYAAA!!! AAAAGH!!!

Jerit kesakitan yang keluar dari mulut ketiga saudara saat terkena gelombang angin besar dari mulut gw, membuat sukma gw ikut merasakan rasa pilu teramat sangat.. Ketiga senjata sakti mereka pun seketika terlepas dari genggaman dan terlempar jauh ke arah berbeda..

Ridho dan Bimo dengan wajah pucat, nampak menggigit bibir sendiri untuk menahan rasa sakit.. Darah segar berwarna merah, terlihat mulai menetes dari hidung mereka masing-masing.. Sementara, Suluh nampak terkulai pingsan dengan wajah tertunduk dan ditutupi rambut sebahunya..

Dari arah berbeda, keempat Jin Penjaga mereka juga sempat terpekik, melihat ketiga anak yang seharusnya dijaga, mendapat serangan cukup hebat..

Kedua mata gw yang masih dalam pengaruh Bayu Ambar, menatap nanar saat Ridho terdengar lemah memanggil Suluh yang sudah terkulai pingsan dengan wajah pucat.. Sesaat, wajah Ridho yang mulai dibasahi airmata menatap wajah gw dalam-dalam.. Seakan-akan meminta gw untuk menghentikan Bayu ambar.. Bimo yang mencoba melepaskan diri dari cengkraman tangan gaib, terlihat mulai kehabisan tenaga..

Sejenak, tatapan Bayu Ambar dengan kedua mata gw beradu dengan tatapan Ridho..

“Bree, tolong kami..” Ucap suara lirih Ridho pun terdengar dalam batin gw sekaligus Bayu Ambar..

Seketika, gw menjerit sambil memusatkan hawa murni yang sudah terkumpul ke semua bagian rantai hitam yang menjerat kuat sukma gw..

BRAKKK!!!

Suara hancurnya rantai hitam terdengar jelas di telinga gw, akibat terkena hawa murni yang berhasil gw kumpulkan kembali, sejak beberapa kali percobaan tidak membuahkan hasil.. Rasa lemas seketika gw rasakan dari sukma yang sudah bebas, meski akhirnya mampu menghancurkan rantai hitam milik Bayu Ambar, hingga hancur berkeping-keping dan menguap menjadi asap hitam..

“Hebat! Rupanya kau berhasil melepaskan diri dari rantai hitam ku, anak muda.. Tapi percuma, aku tidak akan memberi sukma mu kesempatan untuk menguasai raga ini kembali.. Karena sebentar lagi, aku akan menggabungkan ketiga telapak tangan mereka dengan telapak tangan mu, dan setelah Kitab Langit muncul, aku akan melenyapkan bukan saja sukma kalian, tapi juga ruh kalian berempat” Bisik Bayu Ambar dalam batin kami..

Sejenak, gw terdiam mendengar ucapan Bayu Ambar, sambil mencoba mengumpulkan kembali sisa-sisa hawa murni dari sukma.. Lalu, ingatan gw kembali tertuju pada kilasan peristiwa masa depan, yang di tunjukkan Raden Dwipa dimana gw akan mati dalam pertarungan ini..

Gw sadar, jika gw mati maka Bayu Ambar juga akan mati.. Tapi, jika gw tidak melakukan apapun, maka Kitab Langit akan muncul dan gw juga akan tetap mati.. Sambil berfikir, gw mencoba memusatkan konsentrasi dengan kedua mata batin sukma yang terbuka, saat sebuah keputusan telah gw ambil..

“Pedang Jagat Samudera, dengarlah panggilan ku” Ucap gw dalam batin sukma sendiri, berusaha merasakan aura Pedang Sakti pemberian Ki Suta..

Beberapa kali gw mengulang panggilan ke Pedang tersebut, hingga akhirnya gw merasakan getaran halus di telapak tangan sukma, sekaligus melihat samar-samar bayangan Pedang Jagat Samudera yang sepertinya masih tertancap di sebuah batu..

Sebuah senyuman dari sukma gw tersungging, begitu melihat dan merasakan aura Pedang Jagat Samudera.. Tanpa pikir panjang gw langsung meminta sesuatu yang harus segera gw lakukan, dengan menggunakan bantuan Pedang tersebut..

“Pedang Jagat Samudera, aku minta tusuk jantung ku sekaligus, sekarang!! ” Pinta gw lewat batin, tanpa sepengetahuan Bayu Ambar..

Sesaat, gw merasakan getaran kuat di telapak tangan sukma gw sendiri, pertanda Pedang Jagat Samudera sepertinya menolak mentah-mentah permintaan gw barusan..

“Pedang Jagat Samudera, aku mohon kabulkan permintaan ku.. Atau Kitab Langit akan dikuasai iblis dalam raga ku” Pinta gw lagi ke Pedang itu..

Gw terdiam beberapa saat, menunggu balasan dari aura Pedang Jagat Samudera.. Mendadak, gw merasakan getaran halus namun terkesan lambat, laksana sebuah perasaan yang terasa sangat berat.. Sepertinya Pedang tersebut terpaksa mengabulkan permintaan gw barusan..

“Terima kasih sudah menjadi pelindung raga ku selama ini, Sobat.. Semoga kita kembali bertemu di akhirat nanti, dan kau tidak menjelma lagi sebagai Pedang, melainkan sebagai seorang sahabat baik ku” Ucap gw dengan kedua mata mulai berkaca-kaca..

Getaran halus kembali terasa di telapak tangan kanan sukma gw sendiri.. Lalu, gw memejamkan kedua mata sukma dan memusatkan konsentrasi.. Beberapa kali, bayangan Ibu, Ayu dan Anggie melintas di benak sukma gw..

“Maafin Abang, Bu.. Maafin bang Imam, De.. Maafin aku, Yank..” Ucap gw lirih, karena terhanyut oleh rasa sedih luar biasa..

“Setan Alas, apa yang sedang kau lakukan sukma mu didalam sana, Bocah Tengik?? Mengapa air mata mengalir dari kedua mata mu?” Tanya Bayu Ambar sambil membentak..

Gw terkejut mendengar bentakan sekaligus pertanyaan sosok yang sedang menguasai raga gw saat ini.. Jika secara fisik airmata gw keluar bersamaan dengan mengalirnya airmata di sukma, itu artinya gw masih bisa merebut kembali raga meski untuk sesaat..

Dengan memusatkan seluruh hawa murni ke dalam batin dan berkonsentrasi penuh, gw mencoba merebut kembali kendali atas raga sendiri..

Perlahan-lahan, sukma gw mulai berhasil mengambil kendali atas sepasang kaki, naik ke perut, kedua tangan dan terus ke dada..

“Sialan, apa yang terjadi.. Heei!!!” Teriakan Bayu Ambar terdengar melemah, seiring sukma gw berhasil menguasai raga sendiri, dan menekan sukma nya agar menghilang meski untuk sesaat..

Seketika langit gelap kembali terang seiring terhentinya Ajian Ambar Getih, bersamaan dengan reda nya hujan darah hitam, karena pengaruh kekuatan Bayu Ambar perlahan lenyap saat sukmanya berhasil gw tekan..

Jin Penjaga nya Reinata, tersenyum mendengar sorak sorai sisa pasukan Jin yang mungkin merasa senang karena Ajian Ambar Getih telah musnah.. Lalu sosok Kakek Tua yang masih mengikat ujung Tongkat Putihnya dengan benang langit, menarik senjata sakti sekaligus pelindung miliknya, hingga melesat kembali dari angkasa ke dalam genggaman tangan..

Kedua mata gw yang sudah seutuhnya terkuasai sukma sendiri, menatap sendu ke arah Bimo, Ridho dan Suluh yang melayang turun ke bawah dan di tangkap langsung oleh Jin Penjaga mereka masing-masing.. Sekar dan beberapa sosok yang lain nampak bisa tersenyum lega, saat melihat gw mulai melayang turun sambil menyeka air mata..

“Bangsa*, aku tidak akan membiarkan mu menguasai raga yang seharusnya milik ku lebih lama lagi, anak muda!” Ucap suara lirih sukma Bayu Ambar dalam batin gw..

“Kang Mas, akhirnya kau berhasil mengalahkan Bayu Ambar” Kata Sekar yang juga terdengar dalam batin gw, saat sudah berpijak lagi diatas tanah padas..

Gw hanya bisa tersenyum getir, dan memandangi tiap sosok yang masing-masing sedang menatap wajah gw, termasuk Ki Suta.. Kecuali, Bimo dan Raden Dwipa.. Kedua nya nampak berusaha mengulum senyuman, meski kening mereka terlihat berkerut..

Mendadak, gw merasakan sukma Bayu Ambar mencoba kembali menguasai raga, bersamaan dengan kekuasaan sukma gw yang melemah.. Perlahan, tubuh gw kembali melayang dengan kedua mata mulai di selimuti warna merah lagi.. Sesaat, gw menarik nafas dalam-dalam sambil melirik ke arah Pedang Jagat Samudera yang masih tertancap di batu hitam..

“Keluarlah dari batu hitam, Pedang Jagat Samudera.. Tusuk jantung ku sekarang juga” Ucap gw dengan suara semakin lemah, karena tidak mau melewatkan kesempatan terakhir untuk melenyapkan Bayu Ambar..

Sesaat, Pedang Jagat Samudera nampak bergetar, lalu tercabut dengan sendiri nya dari batu hitam dan melesat secepat kilat ke arah raga gw, yang hampir seluruhnya dikuasai Bayu Ambar..

“BODOH!!! KAU BERNIAT MELENYAPKAN KU DENGAN CARA BUNUH DIRI!!!” Bentak Bayu Ambar lewat lisan gw, sambil mencoba menguasai kedua tangan gw untuk menangkis Pedang Jagat Samudera..

Sekuat tenaga, gw mencoba melawan pengaruh Bayu Ambar di kedua tangan, agar tidak sampai menggagalkan rencana gw.. Kedua tangan gw terasa bergetar hebat, seiring dada gw yang mulai membusung, siap di tembus oleh Pedang Jagat Samudera.. Tiba-tiba, seberkas sinar putih ikut melesat secepat kilat bersamaan dengan melesatnya Pedang Jagat Samudera, yang sama-sama tertuju ke jantung gw.. Dan...

CRASHHH...

Pedang Jagat Samudera dengan tepat menusuk jantung gw, seriring sinar putih yang ikut masuk ke arah jantung..

“BANGSAAAAA*!!!”

Suara teriakan Bayu Ambar terdengar Cumiakkan telinga gw, dan sukmanya seketika kehilangan kuasa atas raga gw.. Rasa sakit dan perih luar biasa mulai terbit dari dada kiri, yang sudah terbenam ujung Pedang Jagat Samudera.. Tangan kanan gw yang memegang sebagian Pedang, mulai dibanjiri darah merah, seiring tubuh gw kembali meluncur jatuh ke atas tanah..

“KANG MAS....”

Suara jeritan Sekar terdengar samar-samar di kedua telinga gw yang mulai kehilangan daya dengarnya.. Sesaat, gw merasa tubuh ini sudah berada dalam tangkapan seseorang.. Kedua mata gw yang kembali normal, memandangi wajah seorang wanita cantik yang saat ini, memangku raga gw dalam pangkuannya di atas tanah..

Dengan cepat, wanita cantik yang ternyata adalah Sekar, mencabut Pedang Jagat Samudera dari jantung gw..

“AARRG” Gw sempat mengerang kesakitan saat ujung Pedang pemberian Ki Suta dicabut oleh Sekar

“Sek...ar..” Ucap suara gw lirih, sambil mengulum senyuman diselingi rasa sakit dan menatap wajahnya yang sudah dibanjiri air mata..

“Kang Mas, mengapa kau lakukan itu?” Tanya Sekar dengan suara parau karena tenggelam dalam isak tangisnya..

“Sekar, tolong menepi.. Aku akan mengobati Imam” Kata Ridho yang menyeruak kerumunan sahabat yang mengelilingi gw..

“Bree.. Lu ga boleh mati, bree.. Pliss, jangan mati bree” Kata Ridho dengan wajah sudah dibasahi airmata, sambil menutupi luka tusuk di dada gw yang dibanjiri darah merah..

Gw tersenyum lemah ke arah Bimo dan Suluh yang sama-sama berlutut disebelah Ridho.. Suluh yang terisak memegangi tangan gw, sementara Bimo berkali-kali menyeka airmatanya sambil memperhatikan Ridho yang berusaha menyembuhkan luka gw..

“SIAL!! LUKA NYA GA MAU NUTUP, BIM!!!” Bentak Ridho sambil menatap nanar ke arah Bimo, lalu menyeka airmata dengan lengannya..

“Gw ga sang..gup.. Saa..kit ba..nget” Ucap gw terbata-bata karena merasakan sakit teramat sangat dari luka tusuk di dada..

“Gu..a.. ti..tip.. Nyo..kap ssaa..ma A..yu” Kata gw sambil memegang pergelangan tangan Ridho, yang langsung di jawab dengan gelengan kepalanya..

Suluh yang masih terisak sambil memegangi lengan gw, perlahan menjelma menjadi sosok Anggie, gadis yang amat gw cintai.. Sebuah senyuman manis sempat tersungging di wajah gw, lalu mencoba memegang tangan gadis itu dengan lemah..

“Beb, ma..afin.. A..ku.. Yah.. Ga bi..sa.. tep..atin Jaan..ji” .. Ucap gw masih dengan suara terbata-bata ke arah Anggie..

Tiba-tiba, sosok Almarhum Ayah muncul bersama seorang berjubah putih dengan wajah ditutupi sinar berwarna sama, sedang melayang di belakang ketiga saudara gw.. Gw tersenyum ke arah sosok laki-laki yang sangat gw rindukan itu.. Ayah yang juga memakai pakaian serba putih, terlihat membalas senyuman gw sambil mengulurkan tangan..

“A..yaaah...” Ucap gw lemah dengan sisa-sisa nafas yang sudah sampai di tenggorokan, disertai air mata berlinang..

“KALIAN SEMUA JANGAN DIEM AJA!! LAKUIN SESUATU BUAT SELAMETIN SAUDARA GW!!!” Bentak Bimo ke semua sosok, bersamaan dengan tertutupnya pandangan mata gw, dan perlahan-lahan hanya gelap yang terlihat, seiring terlepasnya nafas dari tenggorokan..