Ajian Ambar Getih...

Bayu Ambar seketika tersenyum meremehkan kemunculan sosok Kakek Tua, yang ternyata adalah Jin Penjaga nya Reinata.. Ki Purwagalih yang juga melihat kedatangan Jin Penjaga nya Reinata, tersenyum hangat menyambut seorang sahabat lama.. Sukma gw yang mulai mencoba mengumpulkan hawa murni sukma, untuk melepaskan diri dari jeratan rantai hitam, sedikit merasa lega melihat kehadiran sosok Jin Penjaga Reinata yang gw yakin akan memberi pertolongan..

“Rupanya kau Kakek Tua.. Mengapa kau mencampuri urusan ku? Apakah kau masih penasaran akan kesaktian ku yang pernah membuatmu terluka tempo hari?” Tanya Bayu Ambar sambil menunjuk wajah Jin Penjaga nya Reinata..

Sejenak, Kakek Tua bergamis putih itu memutar-mutar tongkat putihnya, lalu tersenyum ke arah Bayu Ambar..

“Sombong! Tidak pantas salah satu cucu Raja Jin bersikap seperti itu.. Kesaktian ku memang ada di bawah mu.. Bahkan aku yakin tak akan menang melawan mu, Ngger.. Tapi, naluriku memanggil untuk membela pemuda yang raga nya kau kuasai.. Ingat pepatah, Ngger.. Diatas langit masih ada langit.. Kau memang sakti, tapi aku yakin, pasti ada sosok yang jauh lebih tinggi kesaktian nya diatas mu..” Jawab Jin Penjaga nya Reinata dengan wajah dingin..

“Siapa? Kau??? HAHAHA” Tanya Bayu Ambar, disusul suara tawa mengejeknya yang terbahak-bahak..

Merasa diremehkan, Jin Penjaga nya Reinata menghela nafas sebagai tanda, bahwa sosok Kakek Tua bertongkat putih itu mencoba menahan amarah.. Namun masih berpikir dua kali untuk segera menyerang Bayu Ambar..

Sukma gw yang masih terikat kuat oleh rantai hitam dalam batin sendiri, semakin jengkel mendengar kalimat Bayu Ambar yang sangat angkuh.. Namun gw hanya bisa memaki kebodohan diri yang sudah meminta Bayu Ambar untuk menguasai raga.. Gw sangat berharap ada keajaiban yang membuat Jin Penjaga nya Reinata mampu melenyapkan sosok Bayu Ambar, tanpa harus mati seperti kilasan peristiwa yang ditunjukkan Raden Dwipa..

“Cukup lah tertawa, Ngger.. Mulai hadapi aku dengan seluruh kesaktian mu.. Aku yang sudah terlepas dari sumpah untuk tidak membunuh mahluk apapun, seperti sahabat ku Ki Purwagalih, akan sekuat tenaga menghadapi mu” Tantang Jin Penjaga nya Reinata dengan senyuman dingin..

Bayu Ambar yang sesekali masih tertawa, mendadak bungkam setelah mendengar tantangan Jin yang memiliki kekuatan setingkat dibawah nya barusan..

“Bagus.. Aku suka nyali mu yang sebesar kepalan tangan ku..Tapi sayang, aku sedang tidak mau main-main dengan mu, Kakek Tua.. Aku akan langsung menggunakan Ilmu Pamungkas ku untuk menyudahi permainan ini.. Setelah itu, aku akan menarik ketiga anak manusia disana, untuk menggabungkan ketiga telapak tangan mereka dengan telapak tangan pemuda ini, guna memunculkan Kitab Langit.. Dan kau tahu, pemuda ini akan mati tanpa harus ku bunuh raga nya” Jawab Bayu Ambar yang membuat batin gw berdesir..

Perlahan, Bayu Ambar nampak memejamkan kedua mata gw dengan mengangkat kedua telapak tangan yang terbuka ke arah langit.. Mulut gw pun mulai meracau membaca mantera aneh yang dilisankan Bayu Ambar.. Mendadak kedua mata gw kembali terbuka dan menatap angkasa, seiring dua sinar merah melesat dari telapak tangan ke arah langit..

Sesaat, Jin Penjaga nya Reinata memperhatikan sebuah pelindung gaib sangat kuat menyelimuti raga gw, yang membuatnya tidak bisa menyerang Bayu Ambar.. Lalu, pandangan Kakek Tua itu teralihkan ke atas langit yang semula berwarna kuning terbias sinar hangat matahari, mendadak berubah warna menjadi hitam pekat dengan kilatan petir yang menyambar dalam gumpalan awan gelap.. Suara guntur terdengar bergemuruh seakan hujan badai sebentar lagi akan melanda khusus di tempat kami semua berdiri..

Suara riuh pasukan Jin kami yang selamat, terdengar panik melihat keadaan langit yang seharusnya mulai terang benderang, mendadak berubah hitam.. Terlebih suara gemuruh guntur diiringi kilat yang mulai menyambar semakin membuat panik sosok-sosok Jin dengan kesaktian rendah..

Wajah Jin Penjaga nya Reinata nampak masih mengamati gelapnya langit dengan sikap waspada, menunggu kesaktian apa yang saat ini sedang digunakan Bayu Ambar.. Dari wajahnya, sekilas tersirat rasa cemas yang sengaja di tutupi..

Tiba-tiba.. TES..

Baju gamis putih yang dikenakan Jin Penjaga nya Reinata, kejatuhan satu tetes cairan dari atas langit pada bagian bahu.. Kedua mata Kakek Tua itu langsung terbelalak, saat melihat cairan yang menetes di atas bahunya ternyata bukan tetesan air hujan, melainkan darah hitam berbau busuk yang mengandung racun paling jahat..

“Astaghfirullah, ini Ajian Ambar Getih” Pekik Kakek Tua itu dengan wajah pucat, sambil menempelkan ujung tongkat putihnya, ke atas luka hitam di bahu akibat terkena tetesan darah dari langit..

NYESSS..

Suara mendesis terdengar saat ujung tongkat putih milik Jin Penjaga Reinata, mengenai luka menghitam di bahu.. Sebuah asap hitam nampak mengepul dari luka yang untuk sesaat kemudian kembali memutih warna nya.. Pandangan Jin Penjaga nya Reinata lagi-lagi terbelalak, saat melihat ratusan tetes cairan hitam yang sama terjatuh laksana hujan darah dari langit..

“CEPAT BERLINDUNG DI BAWAH LINGKARAN TONGKAT KU!!!” Teriak Jin Penjaga nya Reinata sambil melompat ke arah beberapa sahabat, lalu melemparkan tongkat putihnya ke atas langit yang mulai meneteskan ribuan air hujan darah berwarna hitam..

Tongkat putih tersebut nampak berputar-putar di langit dengan jangkauan putar cukup luas, menciptakan gelombang sinar putih layak nya tameng raksasa, menahan tetesan hujan darah hitam yang mulai turun semakin deras..

Seketika, Raden Dwipa dan Senopati Jaka Wastra serta Bayu Barata yang berdiri di luar jangkauan tameng jelmaan tongkat putih Jin Penjaga nya Reinata, melompat masuk ke dalam tempat pertilndungan.. Sekar sempat mengibaskan selendang emasnya yang menghasilkan serangkuman gelombang angin dahsyat, untuk menghalau ratusan tetes hujan darah hitam..

Usahanya memang berhasil menghempaskan ribuan tetes darah hitam, namun lagi-lagi tetesan hujan berwarna hitam dan berbau busuk meluncur kembali semakin deras dari langit.. Melihat hal tersebut, Sekar yang tak mau mati konyol segera mengikuti langkah Raden Jagat dan Raden Dwipa serta Bayu barata, masuk ke dalam tempat perlidungan..

Di lain pihak, sosok lain seperti Nyi Durga Daksa dan Nyi Roro Ranggas serta Dewi Arum Kesuma, lebih memilih langsung melompat ke bawah putaran tongkat putih Jin Penjaga nya Reinata, tanpa mencoba mengeluarkan kesaktian mereka.. Sementara, ketiga saudara gw dengan Jin penjaga nya masing-masing dan Ki Braja Sapta serta Ki Purwagalih bersama Ki Suta, nampak dari awal berada dalam lindungan tameng raksasa jelmaan tongkat putih..

Puluhan pasukan Jin Bala bantuan dari Merapi yang sempat terkena tetesan hujan darah hitam di beberapa bagian, seketika menjerit saat anggota tubuh mereka langsung busuk dan tanggal dari raga.. Disusul suara auman kesakitan puluhan pasukan harimau milik Bayu Barata, yang menyatu dengan pekik kesakitan pasukan buaya putih Nyai Lingga dan kawanan manusia setengah ular, anak buah Nyi Durga Daksa..

Seketika, ketiga sosok pimpinan pasukan tersebut, menarik sisa pasukan nya yang selamat untuk menghilang.. Bimo yang melihat hal itu, langsung mengeluarkan batu mustika pemberian penguasa Merapi, dan melakukan hal sama..

Pandangan gw melalui kedua mata merah yang masih dikuasai Bayu Ambar, mengelilingi tiap penjuru tempat yang dipenuhi ceceran darah hitam.. Ratusan anggota tubuh seperti telinga, tangan, kaki serta kepala berserakan diatas tanah bercampur genangan darah hitam berbau busuk.. Diselingi suara mengerang ratusan jin yang sedang meregang nyawa..

Sukma gw tertegun menyaksikan pemandangan sama persis, dengan kilasan peristiwa masa depan yang di tunjukan Raden Dwipa beberapa waktu silam.. Darah gw langsung berdesir dengan sendiri nya dan membuat Bayu Ambar mengerutkan dahi diwajah gw..

“Mengapa darah mu berdesir anak muda?” Tanya Bayu Ambar ke sukma gw yang masih terjerat rantai hitam, sambil terus menengadahkan kedua telapak tangan di atas langit..

Gw terdiam karena mencoba untuk memusatkan hawa murni dalam sukma, guna melepaskan diri dari jeratan rantai hitam.. Meski pun belum membuahkan hasil, namun gw tidak patah semangat karena enggan menyerah dengan keadaan yang jauh dari kata beruntung ini..

Sementara, Bayu Ambar yang sedang mengamati putaran tongkat putih milik Jin Penjaga nya Reinata, menyimpulkan senyuman menyeringai, seiring tenaga dalam di kedua telapak tangannya ditingkatkan..

TRELEEPP!!!

Sebuah kilat besar dari langit hitam, nampak menyambar ke arah tongkat putih yang menahan jutaan tetes air hujan darah hitam mengandung racun mematikan.. Sesaat sebelum kilat tersebut berhasil mengenai benda yang melindungi semua sahabat gw, Ki Purwagalih melepas sorban putihnya dari kepala lalu membuka ikatan sorban tersebut menjadi sepotong kain.. Secepat kilat, Ki Purwagalih melempar ujung kain putih dari sorbannya ke arah kilat yang menyambar..

Ujung kilat yang terlihat memercikkan api dari jutaan volt aliran listrik yang dikandungnya, nampak malah menyambar ujung kain putih yang pangkalnya masih berada di genggaman tangan Ki Purwagalih.. Dengan cepat, sosok tuan rumah arena pertempuran gaib itu, mengayunkan kain putih yang sudah tersambung dengan ujung kilat, lalu melompat satu tombak kesamping sambil melempar kain putihnya ke arah barat..

JEGEEERRR!!!

Kilat yang seharusnya menyambar Tongkat Putih, pelindung dari hujan darah hitam hasil Ajian Ambar Getih, langsung terlempar ke arah barat dan dengan tepat menghancurkan sebuah batu hitam besar seukuran gajah dewasa, hingga berkeping-keping.. Wajah Ki Purwagalih nampak pucat pertanda sosok tersebut sudah menguras sebagian tenaga dalamnya..

Di lain sisi, Bayu Ambar nampak mulai meradang.. Lalu sebuah teriakan dikeluarkannya dari lisan gw, sambil melompat berputar satu kali diudara dan kembali mengarahkan dua telapak tangan ke atas langit.. Perasaan dalam sukma gw yang melihat hal tersebut, mendadak berubah tidak enak..

Dua larik sinar merah yang terasa jauh lebih kuat tenaga nya, melesat ke atas langit dan seketika membuat angkasa semakin bertambah gelap.. Lambat laun, jutaan tetes darah hitam yang turun dari langit gelap, bertambah kian deras diiringi sambaran petir yang semakin sering menggelegar..

Bayu Ambar langsung tersenyum dingin saat melihat putaran Tongkat Putih milik Jin Penjaga nya Reinata melambat secara perlahan..

“Kau tidak akan bisa menahan lagi Ajian Ambar Getih milikku, Jin Kolot” Teriak Bayu Ambar ke arah Jin Penjaga nya Reinata, yang membuat semua pasang mata sahabat gw terbelalak..

Ucapan Bayu Ambar barusan memang benar.. Melihat putaran tongkat sakti nya melambat, Jin Penjaga Reinata nampak langsung memejamkan kedua mata dan merapalkan mantera dari mulutnya yang mulai berkomat kamit.. Lalu, Kakek Tua tersebut menunjuk ujung jari telunjuk tangan kanan nya ke atas..

Seketika, dari ujung telunjuk Jin Penjaga nya Reinata, melesat seutas benang putih yang seingat gw pernah digunakan oleh Ki Purwagalih untuk membelit tubuh gw saat masih berada dalam pengaruh Ajian Raja Pengasih.. Benang yang disebut dengan Benang Langit itu, langsung mengikat ujung Tongkat Putih..

Dengan cepat, Jin Penjaga nya Reinata memutar Benang Langit yang sudah terkait dengan ujung Tongkat.. Gerakan tongkat tersebut yang semula melambat, kembali berputar stabil, seiring semakin cepatnya putaran tangan Jin Penjaganya Reinata..

“Cepat cari cara lain atau tempat perlindungan berbeda.. Aku tidak sanggup menahan Ajian Ambar Getih terlalu lama” Perintah Jin Penjaga nya Reinata ke arah semua sosok sakti yang ada di bawah lindungan Tongkat Putihnya..