- Beranda
- Stories from the Heart
[HORROR] Cerita Dari Selatan
...
![phaltyfalty](https://s.kaskus.id/user/avatar/2014/06/16/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
phaltyfalty
[HORROR] Cerita Dari Selatan
Quote:
Para pembaca kaskus yang budiman, silahkan duduk santai di depan layar komputer agan. Kisah kisah daerah pantai selatan Pulau Jawa akan tersaji di bawah ini. Mohon bijak agan-agan untuk menikmati cerita ini. Pendapat terserah pada pembaca, dan mohon bijak menanggapi. Cerita ini bumbu bumbu, antara real dan fiksi(tentunya membuat lebih sedapp). Silahkan enjoy cerita dari selatan.
Sruput kopinya sambil mbaca
Sruput kopinya sambil mbaca
![coffee emoticon-coffee](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/31.gif)
![[HORROR] Cerita Dari Selatan](https://s.kaskus.id/images/2017/12/11/6904283_20171211071219.jpg)
Index cerita
Prologue
1st
2nd
3rd
4th
______
Part 5.1(camping dimulai)
Part 5.2
Part 5.3
Part 5.4
Part 5.5(camping berakhir)
Part 6.1 update 31/01/2018
Part 6.2 (wait for a moment...)
Quote:
Prologue
Ahh... Pansel Jawa. Nggak ramai seperti Pantura. Disini lebih adem dan tenang suasananya dibanding di utara sana. Kota kecematanku juga gak dilewatin jalan nasional. Aku lahir di sebuah kota kecamatan kecil, Asli wong Kxxxxx. Baru aja lulus kuliah di salah satu universitas ternama di Jabodetabek, aku kembali ke tanah ini buat mulai usaha ternak lobster, skalian bantuin keuangan keluarga. Aku sekarang tinggal sama ibu, bapak sudah meninggal. Tinggal adik namatin SMA di tahun terakhir ini. Kembalinya aku ke X (sebut saja kecamatannya itu) tak membuat lupa akan tanah ini. Kenangan kenangan indah sewaktu kecil sampai SMA, dan juga kenangan yang tak enak.
Keanehan keanehan sepanjang hidup tak akan selesai berurusan dengaku. Dari ketjil sampe zaman now masih aja... gak pernah selese!
Yup itu sekian dariku... sisanya lanjot gan
![Angkat Beer emoticon-Angkat Beer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/smiley_beer.gif)
Diubah oleh phaltyfalty 31-01-2018 10:54
![anasabila](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/06/30/avatar8914126_40.gif)
anasabila memberi reputasi
1
23K
Kutip
80
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![Stories from the Heart](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-51.png)
Stories from the Heart![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
31.6KThread•42.9KAnggota
Tampilkan semua post
![phaltyfalty](https://s.kaskus.id/user/avatar/2014/06/16/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
phaltyfalty
#46
Teror pun berlanjut...; Part 5.2
Aku pun terbangun dari kasurku. Malam itu begitu dingin. Tak kudapati adik kecil di sebelahku. Aku hanya terbaring di kamar yang gelap. Tampak ruang tengah remang-remang nyala lampu. Aku pun bangun melangkah keluar kamar. Kudapati jam berhenti di pukul 12 malam. Jarum detik tak bergerak sedikitpun. Aku berjalan menuju ke dapur. Kudapati ibu sedang memasak. "Bu?" tanyaku memulai. Ia pun membalikkan badannya. Kudapati bola matanya putih. Kukunya panjang sekali... Ia melotot kepadaku.
![[HORROR] Cerita Dari Selatan](https://s.kaskus.id/b/images/2017/12/17/6904283_20171217014021.jpg)
Sontak aku berlari, mahkluk itumengejar. Ku menuju pintu keluar rumah. Buru-buru ku tutup kembali pintu rumah. DI luar kudapati sangat gelap, dan orang-orang yang mengelilingi rumah ini. Orang-orang berpakaian adat jawa, kulihat mereka sudah seperti mayat. Matanya hitam. Mereka berjalan mengelilingi, dan menatapku. Aku pun langsung mengambil langkah seribu, ketakutan menjadi-jadi.
"Aah!" teriakku. Aku terbangun dari tidurku. Kudapati si Gimbal masih tertidur. Adi sudah keluar dari tidur. Aku pun melangkah keluar tenda. Sudah kudapati api unggun berkobar di subuh itu untuk menghangatkan para pekemah. Sudah mulai bermunculan pekemah yang ingin menghangatkan diri. Aku pun langsung mendapati Adi yang berdiri di sana.
"Di..." sapaku muncul di sebelahnya. Adi hanya menengok sebentar dan melihat kembali ke dalam api. Aku pun ikut-ikutan menghangatkan diri. Angin tiba-tiba berhembus mengguncang kobaran api unggun. Percikan arang mengenai kakiku. Aku pun mundur sedikit. Adi pun terkekeh kecil melihatku. "Kamu gapapa?" tanyaku pada Adi. "Ya, sepertinya..." jawabnya sambil terus memandangi api. "Sepertinya? Kulihat semalam kamu seperti gelisah," kataku. Adi pun membalasku, "Semalam, Jeff, aku diliatin penunggu sini." "Sebaiknya tak perlu dibahas. Malam tadi sungguh tak mengenakan. Aku pun juga tak tenang saat tertidur di tenda," kataku menyudahi perkara. Adi pun mengangguk, seakan tahu apa yang terjadi tadi malam di sekitar tendaku.
Hari kedua, Jam 5 Pagi
Kaki langit mulai berwarna keemasan. Sementara Adi pergi untuk menunaikan ibadahnya. Aku pun yang masih berdiri di api unggun yang mulai padam mulai bersiap diri, menghadapi hari kedua. Sesekali aku gelisah rasanya, menghadap ke arah hutan itu. Namun tak ada yang mau muncul. Terkadang terpikir akan kegiatan nanti, dan memori tentang tadi saat ku terbangun masih saja membekas. Angin pantai masih saja meniup, apalagi membuat rambut hitamnya yang panjang berkibar-kibar. Aku pun menghela nafas panjang untuk menyudahi perenungan ini.
"Jeff, mau kemana?" tanya Amanda yang sejak Adi pergi sudah muncul di hadapanku. "Mau ke tenda, bebenah, sekalian siap-siap mandi. Kamu gak mandi?" tanyaku. "Nanti, bentar lagi," jawabnya kepadaku. Aku pun menatap ia, memberi tanda untuk kembali ke tenda. Aku pun berjalan menjauhi api unggun itu.
Berjalan di samping deburan ombak, aku kembali ke arah tenda. Gimbal pun sudah di depan tenda, duduk. "Eh, udah bangun..." sapaku pada Gimbal. "Iya..." jawabnya singkat sambil menatap pantai. Aku pun memasuki tenda. Terdapat Eko, temanku yang terakhir bangun pagi ini. "Jam berapa ini?" tanyanya. "5" jawabku. Ia pun sepertinya kembali sibuk mengurusi barangnya. Dan kini, aku juga kembali membereskan barang-barangku. Tas Backpack hitam besar...
Aku pun mencari Beberapa peralatan untuk mandi sekaligus baju ganti. Baju training putih sudah kudapatkan, serta sabun,handuk,odol dan peralatan lainnya yang tak perlu disebut. Selesainya, aku segera keluar untuk mencari bilik untuk mandi. Tampaknya Adi juga sudah kembali. "Jeff, tunggu aku ya. Mau mandi kan kamu?" katanya. "Iya nih. Oke, tak tunggu," jawabku. Aku pun duduk disebelah Gimbal yang masih melihat ufuk selatan. Aku pun juga ikut-ikutan Gimbal duduk. "Mbal, emang kenapa si Adi semalem?" tanyaku. "Ketakutan, Jeff. Dia diliatin ama setan(demit)" jawabnya. Aku pun tak membalasnya. Selang 2 menit, Adi pun keluar. "Yok?" katanya kepadaku. "Mbal, kamu ikut?" kata Adi. "Nanti aja Di," Kata Gimbal. Kami pun berdua menuju bilik kamar mandi yang semalam Adi tuju. Ternyata sesampainya di sana kamar mandi penuh. Kami pun terus menyusuri jalan berpasir untuk mencari kamar mandi lainnya.
Akhirnya ketemu! Kamar mandi agak sepian. Tempatnya agak tersembunyi, dikelilingi pohon. Kami pun mengantre hanya 1 orang. Si Eko ternyata di situ. Ia pun keluar, sudah berpakaian training rapi. "Berarti sejam lagi kita ngumpul," Kata Eko. "Iya." Balas Adi singkat. "Aku duluan ya?" kataku pada Adi. "Silahkan, tuan." Jawabnya dengan senyumnya yang khas. Aku pun mandi cepat pagi itu. Kamar mandi tak senyaman biasanya saat ku mandi. Tetapi tetap harus ku lakukan. Selesai ku mandi, kudapati Adi telah menghilang. Aku pun menengok di sekeliling daerah situ. Hanya ada pohon dan seorang tua di kejauhan. Ia memakai blangkon, berjalan membelakangiku.
"Adi!" kataku berteriak. Namun tak ada jawaban. 'mungkin kebelet pipis kali' pikirku. Aku pun kembali ke tenda. Kudapati Adi pun juga gak ada disitu. Gimbal pun juga telah pergi. Aku pun hanya membawa alat yang diinstruksikan pagi ini.
06.00, hari kedua
"Di, kamu dari mana aja?" tanyaku. "Habis mandi." Jawabnya singkat. Ia tampak terburu-buru memasuki tenda. Ia tampak mengambil barang yang diinstruksikan dengan tergesa-gesa. Aku pun hanya melihatinya. "Yok!" katanya. Cepat banget, pikirku. Kami pun berjalan menuju tempat berkumpulnya anak-anak pramuka. "Tadi kenapa?" tanyaku. "Aku diliatin makhluk semalam, Jeff. Dia muncul tiba-tiba di deket kamar mandi." Aku pun langsung menanya, "Yang pakai blangkon coklat?" Adi pun mengangguk. Aku hanya terdiam. Apa iya aku barusan melihat lelembut?
06.30, hari kedua
Kami pun pemanasan pagi itu. Setelah itu, guru-guru membimbing murid-murid SD ini tata cara penggunaan kompas. Aku pun sigap mengikutinya. Peta, juga sudah. Adi pun di sebelahku tampaknya kesulitan. Pagi itu, akan ada game pos, eksplorasi ke hutan dengan keterampilan kepramukaan.
08.00, hari kedua
"Udah siap, Man?" tanyaku. "Siap doong..." kata Amanda tersenyum. Aku pun berjalan menjauhi Amanda. Regu kami pun dibimbing seorang pembina, sebut saja Pak Ade. Kami pun memasuki komplek hutan tersebut, hutan pantai W. Di sebelah kananku ada Gimbal, yang masih sibuk membenarkan dasinya. Sementara, di kiriku seorang gugup yaitu Adi. Jalanan perlahan berubah menjadi tanah, dan pagi itu cuaca kurang mendukung. Mendung di bulan April muncul kembali. Inilah penghabis-habisan langit menurunkan hujan, pikirku. "Regu kijang!" kata Pak Ade. "Siap, Pak!" jawab kami serentak. "Jangan keluar jalur. Tetap ikuti jalur kalau tak mau tersesat," Kata Pak Ade mengistruksi regu kami. Akhirnya kami pun berjalan menuju pos pertama. Disini kami akan dilatih kode sandi. Selesainya, semua anak pun mengeluarkan kompasnya di regu kami. Parto pun mulai menginstruksikan pada kami tata cara penggunaan kompas. Kami pun berusaha memecahkan kode kompas untuk mengetahui posisi pos kedua. Baru setelah ini kami boleh lanjut jalan. Kami pun menyusuri jalanan hutan yang mulai berganti pasir menjadi tanah pada pagi itu. Adi pun terlihat gelisah. Kami pun tetap bersama, menuju pos 2, Kali O.
"Jeff, perasaanku gak enak" kata Gimbal. "Ah, perasaanmu aja" kataku. Parto pun berkata, "Awas ranting" katanya. Ah, sudah mulai banyak ranting. Medan juga mulai tak mendukung. Sepatu sekolahku terpaksa menerobos jalanan tanah becek. Debur ombak pantai di kejauhan sudah mulai samar-samar terdengar. "To, udah siap kan perbekalan kita siang ini?" tanyaku. "Udah, udah tak urus kok kalau masalah makanan. Kamu yang sendok garpu kan?" balas Parto. "Ya, ini aku udah bawa." "Yauda, ati-ati. Simpan di tasmu. Tadi aku ngelihat monyet. Siapa tau aja iseng" balas Parto.
Sudah berapa lama kami berjalan, rasanya lama sekali. Pos 2 ternyata baru lewat setengah perjalanan. Masih jauh berarti didepan. Sesekali terlihat guru-guru yang membimbing kami berdiri di tikungan untuk mengawasi kami. Kami sudah berjalan 15 menit lebih. Aku pun lebih memilih diam daripada mengobrol sepanjang perjalananku. Aku lihat teman-temanku asyik mengobrol dengan sesamanya. Eko dengan si Gimbal. Adi, mungkin aku tak melihatnya. Tiba-tiba, Parto berkata, "Mana si Adi?!" kami pun langsung bingung. Aku pun melihat di reguku, tak kudapati Adi dimana. Gimbal kebingungan juga. Abi, temanku mengusulkan cari. "Tadi terakhir aku lihat dia lagi benerin tali sepatunya" kata Abi. "Oke, jangan jauh-jauh. Kalian kembali ke sini. Aku tunggu 5 menit di titik ini." Kata Parto. Dia memang berjiwa leader, tampaknya. Kami pun berpencar, mencari Adi. Aku pun menembus pepohonan yang mulai rimbun. Gerimis yang mulai turun ditambah pepohonan yang rimbun membuat pencahayaan tampak kurang. Duh, dimana kamu Adi?
Adi(2), Hari kedua
![[HORROR] Cerita Dari Selatan](https://s.kaskus.id/b/images/2017/12/17/6904283_20171217013724.jpg)
Adi tampak gelisah pagi itu. Sudah sekitar 10 menit ia melakukan perjalanan ini. Tiba-tiba, tali sepatunya lepas. Ia berdiam diri, menginjakan sepatunya di akar pohon. Ia pun membetulkan tali sepatunya. Teman-temannya menjauh. Akhirnya selesai juga, pikirnya. Namun ia juga kebelet pipis. Ia pun berjalan minggir untuk pipis di sebuah pohon beringin. Ia tak permisi saat pipis di Ia pun kembali menyusuri jalan tersebut. Sepertinya, ia membuat kesalahan. Ia telah pipis dengan tanpa permisi dan memilih persimpangan yang salah. Jalannya kini lebih curam dan banyak akar keluar dari pepohonan. Jalan yang regu Kijang susuri akarnya tak sebesar tangan manusia. Ia melihat teman-temannya di kejauhan. Ia pun setengah berlari.
Adi pun mendapati Jeffrey, Gimbal, Eko, dan teman-temannya. Mereka pun berjalan mengarah ke depan. Tatapan mereka kosong."Jeff" kata Adi menyapa "aku". Si "aku" hanya diam saja. Ia pun mengikuti. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri. Ia pun curiga. Ia pun melihat teman-temannya, semuanya berubah. Mata teman-temannya hitam, mereka serentak mengucapkan bahasa jawa kuno kepada Adi, yang kira-kira artinya begini: "Kamu telah memasuki wilayah kami tanpa ijin, dan kamu sudah mengganggu kami. Penghinaan terhadap kaum kami kalau kamu membuat hajat di tempat kami!" Adi pun sontak berlari. Kerumunan kelompok hitam itu mengejar Adi juga berlari. Adi pun tanpa sadar makin salah jalur, namun mendekati tempat kami tadi berhenti. "Toolongg!" katanya keras. Seperti dibungkam ia, tak ada yang mendengarnya. Ia pun berlari menerobos pohon-pohon tinggi, dan sampai akhirnya terpeleset. Makhluk lain itu pun mengerumuni ia, mengelilingi ia. Mata-mata hitam berkata kepadanya, marah. Adi pun terpojok di pohon besar. Suara-suara makhluk itu pun menjadi berat. "Kalian seenaknya memasuki wilayah kami, terutama kau, harus membayarnya!" kata-katanya kompak. "Pergi kalian" kata Adi sambil memukuli ranting. Ia pun menghadap ke pohon, ketakutan setengah mati saat itu. Ia pun mengintip kembali, melihat semua berubah menjadi makhluk astral ke bentuk wujudnya. Genderuwo, matanya merah menyala. Kuntilanak pun terkekeh kekeh. Mereka serentak berkumpul, menebarkan ketakutan yang mendalam. Adi trauma sekali menghadapi kejadian tersebut. Ia pun hanya membaca doa-doa sebisanya dia. Beberapa makhluk tersebut ada yang mengikuti perkataannya. "Kumohon, pergilah" "Ya Tuhan, tolonglah" "PERGILAH, KUMOHON!" Air mata sudah mulai membasahinya. Dan tiba-tiba gerimis turun. Semuanya kembali sunyi senyap. Adi yang masih memegang tongkat rantingnya memandang sekelilingnya hanya ada kensunyian. Makhluk-makhluk tersebut hilang. Ia pun lari ketakutan.
Aku pun berjalan menyusuri hutan. Melihat Adi berlari ketakutan, aku pun langsung mengejarnya. Ia pun tiba-tiba menyerangku dengan rantingnya. "PERGILAH, JANGAN GANGGU AKU!" Kata Adi teriak kepadaku. Ia pun terpeleset dan jatuh. Lengan kiriku, terbaret oleh serangan ranting Adi. "DI, Sadar! Ini aku, Jeffrey!" katanya. "JEFF?!" katanya. Matanya merah berkaca-kaca. Aku tahu saat itu dia dipenuhi ketakutan. "Ayoh, aku gendong kau." Aku pun membopongnya. Ia pun hanya bisa terdiam, ketakutan, trauma, mengeluarkan air mata saja. "Di, udah tenang" kataku membopongnya. Saat itu terasa lama sekali. Aku sudah menduga pasti ia melihat yang tidak bisa dinalar, sehingga ketakutannya begitu hebat. "Tolong, ini Adi!" teriakku saat aku kembali ke tempat Parto berdiri. Aku membopong Adi sudah layaknya seperti paramedis perang yang membawa korban perang yang terluka. Anggota kelompok satu per satu berdatangan. Gimbal pun juga sudah kembali dengan khawatir. "Adi!" katanya
.
"Ayoh, bantu dia!" kataku. Adi sudah tak sanggup berjalan. Tatapannya sekarang kosong setelah kami membopongnya. Kakinya lecet, darah keluar banyak. Kepalanya juga memar. Kami harus membopongnya ke pos 2. Perjalanan yang tadinya dipenuhi dengan hiruk pikuk kini hanya ada kesunyian dan gerimis hujan. Aku kuatir sekali pada Adi.
Medan yang berat kami lalui di perjalanan itu. Lama sekali rasanya baru sampai pos 2. Ada 2 guru yang mengikuti dan membantu kami, termasuk Pak Ade. Di pos 2, pinggir sungai, Adi yang sudah "hampa" segera direbahkan di tandu. Peralatan P3K sudah disiapkan. Adi pun akan diobati dahulu. Tujuan kami untuk merakit dan menyebrangi Kali O harus tertunda sementara. Temanku, Adi, terluka berat.
*Untuk update agak terlambat mohon maaf karena kesibukan TS di RL. Keep subscribe gan
Quote:
Aku pun terbangun dari kasurku. Malam itu begitu dingin. Tak kudapati adik kecil di sebelahku. Aku hanya terbaring di kamar yang gelap. Tampak ruang tengah remang-remang nyala lampu. Aku pun bangun melangkah keluar kamar. Kudapati jam berhenti di pukul 12 malam. Jarum detik tak bergerak sedikitpun. Aku berjalan menuju ke dapur. Kudapati ibu sedang memasak. "Bu?" tanyaku memulai. Ia pun membalikkan badannya. Kudapati bola matanya putih. Kukunya panjang sekali... Ia melotot kepadaku.
Spoiler for Mulustrasi:
![[HORROR] Cerita Dari Selatan](https://s.kaskus.id/images/2017/12/17/6904283_20171217014021.jpg)
Sontak aku berlari, mahkluk itumengejar. Ku menuju pintu keluar rumah. Buru-buru ku tutup kembali pintu rumah. DI luar kudapati sangat gelap, dan orang-orang yang mengelilingi rumah ini. Orang-orang berpakaian adat jawa, kulihat mereka sudah seperti mayat. Matanya hitam. Mereka berjalan mengelilingi, dan menatapku. Aku pun langsung mengambil langkah seribu, ketakutan menjadi-jadi.
"Aah!" teriakku. Aku terbangun dari tidurku. Kudapati si Gimbal masih tertidur. Adi sudah keluar dari tidur. Aku pun melangkah keluar tenda. Sudah kudapati api unggun berkobar di subuh itu untuk menghangatkan para pekemah. Sudah mulai bermunculan pekemah yang ingin menghangatkan diri. Aku pun langsung mendapati Adi yang berdiri di sana.
"Di..." sapaku muncul di sebelahnya. Adi hanya menengok sebentar dan melihat kembali ke dalam api. Aku pun ikut-ikutan menghangatkan diri. Angin tiba-tiba berhembus mengguncang kobaran api unggun. Percikan arang mengenai kakiku. Aku pun mundur sedikit. Adi pun terkekeh kecil melihatku. "Kamu gapapa?" tanyaku pada Adi. "Ya, sepertinya..." jawabnya sambil terus memandangi api. "Sepertinya? Kulihat semalam kamu seperti gelisah," kataku. Adi pun membalasku, "Semalam, Jeff, aku diliatin penunggu sini." "Sebaiknya tak perlu dibahas. Malam tadi sungguh tak mengenakan. Aku pun juga tak tenang saat tertidur di tenda," kataku menyudahi perkara. Adi pun mengangguk, seakan tahu apa yang terjadi tadi malam di sekitar tendaku.
Hari kedua, Jam 5 Pagi
Kaki langit mulai berwarna keemasan. Sementara Adi pergi untuk menunaikan ibadahnya. Aku pun yang masih berdiri di api unggun yang mulai padam mulai bersiap diri, menghadapi hari kedua. Sesekali aku gelisah rasanya, menghadap ke arah hutan itu. Namun tak ada yang mau muncul. Terkadang terpikir akan kegiatan nanti, dan memori tentang tadi saat ku terbangun masih saja membekas. Angin pantai masih saja meniup, apalagi membuat rambut hitamnya yang panjang berkibar-kibar. Aku pun menghela nafas panjang untuk menyudahi perenungan ini.
"Jeff, mau kemana?" tanya Amanda yang sejak Adi pergi sudah muncul di hadapanku. "Mau ke tenda, bebenah, sekalian siap-siap mandi. Kamu gak mandi?" tanyaku. "Nanti, bentar lagi," jawabnya kepadaku. Aku pun menatap ia, memberi tanda untuk kembali ke tenda. Aku pun berjalan menjauhi api unggun itu.
Berjalan di samping deburan ombak, aku kembali ke arah tenda. Gimbal pun sudah di depan tenda, duduk. "Eh, udah bangun..." sapaku pada Gimbal. "Iya..." jawabnya singkat sambil menatap pantai. Aku pun memasuki tenda. Terdapat Eko, temanku yang terakhir bangun pagi ini. "Jam berapa ini?" tanyanya. "5" jawabku. Ia pun sepertinya kembali sibuk mengurusi barangnya. Dan kini, aku juga kembali membereskan barang-barangku. Tas Backpack hitam besar...
Aku pun mencari Beberapa peralatan untuk mandi sekaligus baju ganti. Baju training putih sudah kudapatkan, serta sabun,handuk,odol dan peralatan lainnya yang tak perlu disebut. Selesainya, aku segera keluar untuk mencari bilik untuk mandi. Tampaknya Adi juga sudah kembali. "Jeff, tunggu aku ya. Mau mandi kan kamu?" katanya. "Iya nih. Oke, tak tunggu," jawabku. Aku pun duduk disebelah Gimbal yang masih melihat ufuk selatan. Aku pun juga ikut-ikutan Gimbal duduk. "Mbal, emang kenapa si Adi semalem?" tanyaku. "Ketakutan, Jeff. Dia diliatin ama setan(demit)" jawabnya. Aku pun tak membalasnya. Selang 2 menit, Adi pun keluar. "Yok?" katanya kepadaku. "Mbal, kamu ikut?" kata Adi. "Nanti aja Di," Kata Gimbal. Kami pun berdua menuju bilik kamar mandi yang semalam Adi tuju. Ternyata sesampainya di sana kamar mandi penuh. Kami pun terus menyusuri jalan berpasir untuk mencari kamar mandi lainnya.
Akhirnya ketemu! Kamar mandi agak sepian. Tempatnya agak tersembunyi, dikelilingi pohon. Kami pun mengantre hanya 1 orang. Si Eko ternyata di situ. Ia pun keluar, sudah berpakaian training rapi. "Berarti sejam lagi kita ngumpul," Kata Eko. "Iya." Balas Adi singkat. "Aku duluan ya?" kataku pada Adi. "Silahkan, tuan." Jawabnya dengan senyumnya yang khas. Aku pun mandi cepat pagi itu. Kamar mandi tak senyaman biasanya saat ku mandi. Tetapi tetap harus ku lakukan. Selesai ku mandi, kudapati Adi telah menghilang. Aku pun menengok di sekeliling daerah situ. Hanya ada pohon dan seorang tua di kejauhan. Ia memakai blangkon, berjalan membelakangiku.
"Adi!" kataku berteriak. Namun tak ada jawaban. 'mungkin kebelet pipis kali' pikirku. Aku pun kembali ke tenda. Kudapati Adi pun juga gak ada disitu. Gimbal pun juga telah pergi. Aku pun hanya membawa alat yang diinstruksikan pagi ini.
06.00, hari kedua
"Di, kamu dari mana aja?" tanyaku. "Habis mandi." Jawabnya singkat. Ia tampak terburu-buru memasuki tenda. Ia tampak mengambil barang yang diinstruksikan dengan tergesa-gesa. Aku pun hanya melihatinya. "Yok!" katanya. Cepat banget, pikirku. Kami pun berjalan menuju tempat berkumpulnya anak-anak pramuka. "Tadi kenapa?" tanyaku. "Aku diliatin makhluk semalam, Jeff. Dia muncul tiba-tiba di deket kamar mandi." Aku pun langsung menanya, "Yang pakai blangkon coklat?" Adi pun mengangguk. Aku hanya terdiam. Apa iya aku barusan melihat lelembut?
06.30, hari kedua
Kami pun pemanasan pagi itu. Setelah itu, guru-guru membimbing murid-murid SD ini tata cara penggunaan kompas. Aku pun sigap mengikutinya. Peta, juga sudah. Adi pun di sebelahku tampaknya kesulitan. Pagi itu, akan ada game pos, eksplorasi ke hutan dengan keterampilan kepramukaan.
08.00, hari kedua
"Udah siap, Man?" tanyaku. "Siap doong..." kata Amanda tersenyum. Aku pun berjalan menjauhi Amanda. Regu kami pun dibimbing seorang pembina, sebut saja Pak Ade. Kami pun memasuki komplek hutan tersebut, hutan pantai W. Di sebelah kananku ada Gimbal, yang masih sibuk membenarkan dasinya. Sementara, di kiriku seorang gugup yaitu Adi. Jalanan perlahan berubah menjadi tanah, dan pagi itu cuaca kurang mendukung. Mendung di bulan April muncul kembali. Inilah penghabis-habisan langit menurunkan hujan, pikirku. "Regu kijang!" kata Pak Ade. "Siap, Pak!" jawab kami serentak. "Jangan keluar jalur. Tetap ikuti jalur kalau tak mau tersesat," Kata Pak Ade mengistruksi regu kami. Akhirnya kami pun berjalan menuju pos pertama. Disini kami akan dilatih kode sandi. Selesainya, semua anak pun mengeluarkan kompasnya di regu kami. Parto pun mulai menginstruksikan pada kami tata cara penggunaan kompas. Kami pun berusaha memecahkan kode kompas untuk mengetahui posisi pos kedua. Baru setelah ini kami boleh lanjut jalan. Kami pun menyusuri jalanan hutan yang mulai berganti pasir menjadi tanah pada pagi itu. Adi pun terlihat gelisah. Kami pun tetap bersama, menuju pos 2, Kali O.
"Jeff, perasaanku gak enak" kata Gimbal. "Ah, perasaanmu aja" kataku. Parto pun berkata, "Awas ranting" katanya. Ah, sudah mulai banyak ranting. Medan juga mulai tak mendukung. Sepatu sekolahku terpaksa menerobos jalanan tanah becek. Debur ombak pantai di kejauhan sudah mulai samar-samar terdengar. "To, udah siap kan perbekalan kita siang ini?" tanyaku. "Udah, udah tak urus kok kalau masalah makanan. Kamu yang sendok garpu kan?" balas Parto. "Ya, ini aku udah bawa." "Yauda, ati-ati. Simpan di tasmu. Tadi aku ngelihat monyet. Siapa tau aja iseng" balas Parto.
Sudah berapa lama kami berjalan, rasanya lama sekali. Pos 2 ternyata baru lewat setengah perjalanan. Masih jauh berarti didepan. Sesekali terlihat guru-guru yang membimbing kami berdiri di tikungan untuk mengawasi kami. Kami sudah berjalan 15 menit lebih. Aku pun lebih memilih diam daripada mengobrol sepanjang perjalananku. Aku lihat teman-temanku asyik mengobrol dengan sesamanya. Eko dengan si Gimbal. Adi, mungkin aku tak melihatnya. Tiba-tiba, Parto berkata, "Mana si Adi?!" kami pun langsung bingung. Aku pun melihat di reguku, tak kudapati Adi dimana. Gimbal kebingungan juga. Abi, temanku mengusulkan cari. "Tadi terakhir aku lihat dia lagi benerin tali sepatunya" kata Abi. "Oke, jangan jauh-jauh. Kalian kembali ke sini. Aku tunggu 5 menit di titik ini." Kata Parto. Dia memang berjiwa leader, tampaknya. Kami pun berpencar, mencari Adi. Aku pun menembus pepohonan yang mulai rimbun. Gerimis yang mulai turun ditambah pepohonan yang rimbun membuat pencahayaan tampak kurang. Duh, dimana kamu Adi?
Adi(2), Hari kedua
![[HORROR] Cerita Dari Selatan](https://s.kaskus.id/images/2017/12/17/6904283_20171217013724.jpg)
Adi tampak gelisah pagi itu. Sudah sekitar 10 menit ia melakukan perjalanan ini. Tiba-tiba, tali sepatunya lepas. Ia berdiam diri, menginjakan sepatunya di akar pohon. Ia pun membetulkan tali sepatunya. Teman-temannya menjauh. Akhirnya selesai juga, pikirnya. Namun ia juga kebelet pipis. Ia pun berjalan minggir untuk pipis di sebuah pohon beringin. Ia tak permisi saat pipis di Ia pun kembali menyusuri jalan tersebut. Sepertinya, ia membuat kesalahan. Ia telah pipis dengan tanpa permisi dan memilih persimpangan yang salah. Jalannya kini lebih curam dan banyak akar keluar dari pepohonan. Jalan yang regu Kijang susuri akarnya tak sebesar tangan manusia. Ia melihat teman-temannya di kejauhan. Ia pun setengah berlari.
Adi pun mendapati Jeffrey, Gimbal, Eko, dan teman-temannya. Mereka pun berjalan mengarah ke depan. Tatapan mereka kosong."Jeff" kata Adi menyapa "aku". Si "aku" hanya diam saja. Ia pun mengikuti. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri. Ia pun curiga. Ia pun melihat teman-temannya, semuanya berubah. Mata teman-temannya hitam, mereka serentak mengucapkan bahasa jawa kuno kepada Adi, yang kira-kira artinya begini: "Kamu telah memasuki wilayah kami tanpa ijin, dan kamu sudah mengganggu kami. Penghinaan terhadap kaum kami kalau kamu membuat hajat di tempat kami!" Adi pun sontak berlari. Kerumunan kelompok hitam itu mengejar Adi juga berlari. Adi pun tanpa sadar makin salah jalur, namun mendekati tempat kami tadi berhenti. "Toolongg!" katanya keras. Seperti dibungkam ia, tak ada yang mendengarnya. Ia pun berlari menerobos pohon-pohon tinggi, dan sampai akhirnya terpeleset. Makhluk lain itu pun mengerumuni ia, mengelilingi ia. Mata-mata hitam berkata kepadanya, marah. Adi pun terpojok di pohon besar. Suara-suara makhluk itu pun menjadi berat. "Kalian seenaknya memasuki wilayah kami, terutama kau, harus membayarnya!" kata-katanya kompak. "Pergi kalian" kata Adi sambil memukuli ranting. Ia pun menghadap ke pohon, ketakutan setengah mati saat itu. Ia pun mengintip kembali, melihat semua berubah menjadi makhluk astral ke bentuk wujudnya. Genderuwo, matanya merah menyala. Kuntilanak pun terkekeh kekeh. Mereka serentak berkumpul, menebarkan ketakutan yang mendalam. Adi trauma sekali menghadapi kejadian tersebut. Ia pun hanya membaca doa-doa sebisanya dia. Beberapa makhluk tersebut ada yang mengikuti perkataannya. "Kumohon, pergilah" "Ya Tuhan, tolonglah" "PERGILAH, KUMOHON!" Air mata sudah mulai membasahinya. Dan tiba-tiba gerimis turun. Semuanya kembali sunyi senyap. Adi yang masih memegang tongkat rantingnya memandang sekelilingnya hanya ada kensunyian. Makhluk-makhluk tersebut hilang. Ia pun lari ketakutan.
Aku pun berjalan menyusuri hutan. Melihat Adi berlari ketakutan, aku pun langsung mengejarnya. Ia pun tiba-tiba menyerangku dengan rantingnya. "PERGILAH, JANGAN GANGGU AKU!" Kata Adi teriak kepadaku. Ia pun terpeleset dan jatuh. Lengan kiriku, terbaret oleh serangan ranting Adi. "DI, Sadar! Ini aku, Jeffrey!" katanya. "JEFF?!" katanya. Matanya merah berkaca-kaca. Aku tahu saat itu dia dipenuhi ketakutan. "Ayoh, aku gendong kau." Aku pun membopongnya. Ia pun hanya bisa terdiam, ketakutan, trauma, mengeluarkan air mata saja. "Di, udah tenang" kataku membopongnya. Saat itu terasa lama sekali. Aku sudah menduga pasti ia melihat yang tidak bisa dinalar, sehingga ketakutannya begitu hebat. "Tolong, ini Adi!" teriakku saat aku kembali ke tempat Parto berdiri. Aku membopong Adi sudah layaknya seperti paramedis perang yang membawa korban perang yang terluka. Anggota kelompok satu per satu berdatangan. Gimbal pun juga sudah kembali dengan khawatir. "Adi!" katanya
.
"Ayoh, bantu dia!" kataku. Adi sudah tak sanggup berjalan. Tatapannya sekarang kosong setelah kami membopongnya. Kakinya lecet, darah keluar banyak. Kepalanya juga memar. Kami harus membopongnya ke pos 2. Perjalanan yang tadinya dipenuhi dengan hiruk pikuk kini hanya ada kesunyian dan gerimis hujan. Aku kuatir sekali pada Adi.
Medan yang berat kami lalui di perjalanan itu. Lama sekali rasanya baru sampai pos 2. Ada 2 guru yang mengikuti dan membantu kami, termasuk Pak Ade. Di pos 2, pinggir sungai, Adi yang sudah "hampa" segera direbahkan di tandu. Peralatan P3K sudah disiapkan. Adi pun akan diobati dahulu. Tujuan kami untuk merakit dan menyebrangi Kali O harus tertunda sementara. Temanku, Adi, terluka berat.
*Untuk update agak terlambat mohon maaf karena kesibukan TS di RL. Keep subscribe gan
![Ultah emoticon-Ultah](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ly1i58kbq.gif)
![axxis2sixx](https://s.kaskus.id/user/avatar/2010/09/21/avatar2091568_1.gif)
axxis2sixx memberi reputasi
1
Kutip
Balas