- Beranda
- Stories from the Heart
Gw berteman dengan Kolong Wewe (Chapter 2)
...
TS
juraganpengki
Gw berteman dengan Kolong Wewe (Chapter 2)
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE(CHAPTER 2)

Covered By Agan Awayaye nyang ntop punya..
Prolog
Selepas pertempuran melawan Raja Siluman dengan di bantu banyak sahabat gaib dan berhasil melenyapkan satu Angkara Murka, Gw, Ridho, Bimo dan Suluh kembali ke dunia kami, dunia manusia.. Tanpa kekuatan, tanpa saling kenal.. Kami mulai hidup normal, meski dejavu dari kisah lampau kerap berbayang.. Hingga ‘mereka ’kembali...
Mereka Bilang Gw Hilang...
Mereka Bilang Gw Hilang (2)...[/URL
[URL="https://www.kaskus.co.id/show_post/59ea15432e04c8840e8b4567/5/-"]Dejavu...
Ribut...
Ketahuan Anggie...
One of My Biggest Lost...
One of My Biggest Lost (2)...
Selepas Kepergian Ayah...
Kelakuan Teh Yuyun Bikin Pusing Kepala Atas Bawah...
Kisah Kita Berdua Usai, Gie...
Liburan...
Pak Jaka dan Adik nya, Arum Kesuma...
Gangguan dan Insiden Takkan Pernah Terlupakan...
Ngobrol Santai Bareng Kak Silvi...
Sahabat...
Munculnya Sekar dan Kembalinya Semua Ingatan...
Sweater Hitam Kumal...
Kembalinya Ingatan Ridho...
Kembalinya Ingatan Ridho (2),,,
Masa Orientasi Mahasiswa Baru...
Bizzare Love Triangle Covered By Carla...
Empat Monyet Bertopeng...
Berkumpulnya Keempat Saudara...
Pengakuan Ridho...
Carla Carmelita dan Reinata Maulida...
Carla Carmelita dan Reinata Maulida (2)...
Cemburu Buta...
Kita Bersaudara, Dho...
Pembalasan Dendam...
Pembalasan Dendam (2)...
Dendam Yang Terbalas...
Ikhlas...
Tamparan Keras Carla...
Gugup Bikin Bego...
What's Wrong With You, Yank...
Selamat Datang Kembali, Anggie Ku..
Restu Ibu dan Bingkisan Aneh Viny...
Gw Kenapa ???...
Lu Bukan Imam Yang Gw Kenal...
Mata Hati Yang Tertutup...
Perkelahian Empat Saudara dan Munculnya Raja Tungga...
Perkelahian Empat Saudara dan Munculnya Raja Tungga (2)...
Pemulihan Dari Ajian Raja Pengasih...
Permohonan Maaf Dari Hati Terdalam...
Permohonan Maaf Dari Hati Terdalam (2)...
Maafin Gw Yaa, Guys...
Motor Gw...
Stay Away From My Daughter (Jauhi Putriku)...
Membayar Hutang Janji ke Tyo dan Tanggapan Ibu...
Perubahan Sikap Anggie...
Sebuah Tantangan...
Pengakuan Arya Yang Mengejutkan...
Taubatnya Dukun Sesat...
Taubatnya Dukun Sesat (2)...
Hancur nya Hati Seorang Papah dan Anak Perempuannya...
Liburan Lagi Bareng Anggie...
Sebuah Dosa Besar...
Sebuah Peringatan...
Sebuah Peringatan (2)...
Hadiah Raden Dwipa...
Restu Seorang Ayah...
Terganjal nya Hati...
Terluka nya Ridho...
Tantangan Baru...
Salon, Salah Satu Tempat Terhorror Buat Gw...
Ungkapan Hati...
Hari Pertunangan...
Kitab Langit dan Sebuah Wejangan..
My WonderWoman and The Second Lost of Love...
Reunian Bareng Empat Sahabat Baik...
Permintaan Maaf dan Sebuah Kabar yang Mengejutkan...
Giok Mustika Laut Utara...
Kekuatan Giok Mustika Laut Utara...
Sang Penolong Yang Tak Terduga...
Hukum Kerajaan Laut Utara...
Cinta Yang Aneh...
Reinata...
Susahnya Kuasain Emosi...
Pembunuh...
Ilmu Terlarang Yang Terakhir...
Tuh Kan Reinata Baper...
Alas Roban Bikin Kapok...
Jebakan...
I Love You So Much, Anggie...
Penjelasan Ke Reinata dan Sebuah Ancaman...
Serangan Jin Penjaga nya Reinata...
Dendam Kesumat...
Bayu Ambar dan Sebuah Pengorbanan Cinta...
Ungkapan Hati seorang Ayahanda..
Permintaan Yang Cukup Sulit...
Ayu Hilang...
Gw / Bayu Ambar Versus Nyi Kembang Wengi...
Permintaan Maaf Ayahanda...
Bertemunya Kedua Saudara Kembar...
Kilasan Masa Depan Mengejutkan Raden Dwipa...
Permintaan Maaf Terakhir Ke Ibu dan Ayu...
The Last Day With My Anggie..
Carla, Rei, Semuanya, Maafin Gw Yak...
Be Ready, Guys...
Empat Bagian Kitab Langit...
Kuasai Ragaku, Bayu Ambar...
Tipu Muslihat...
Tipu Muslihat (2)...
Datangnya Bantuan Tak Terduga...
Ajian Ambar Getih ( Ajian LAngit Darah)...
Mati kah, Aku???
Mati Suri...
I'm Back!!!
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3/FINAL CHAPTER)

Covered By Agan Awayaye nyang ntop punya..
Prolog
Selepas pertempuran melawan Raja Siluman dengan di bantu banyak sahabat gaib dan berhasil melenyapkan satu Angkara Murka, Gw, Ridho, Bimo dan Suluh kembali ke dunia kami, dunia manusia.. Tanpa kekuatan, tanpa saling kenal.. Kami mulai hidup normal, meski dejavu dari kisah lampau kerap berbayang.. Hingga ‘mereka ’kembali...
Mereka Bilang Gw Hilang...
Mereka Bilang Gw Hilang (2)...[/URL
[URL="https://www.kaskus.co.id/show_post/59ea15432e04c8840e8b4567/5/-"]Dejavu...
Ribut...
Ketahuan Anggie...
One of My Biggest Lost...
One of My Biggest Lost (2)...
Selepas Kepergian Ayah...
Kelakuan Teh Yuyun Bikin Pusing Kepala Atas Bawah...
Kisah Kita Berdua Usai, Gie...
Liburan...
Pak Jaka dan Adik nya, Arum Kesuma...
Gangguan dan Insiden Takkan Pernah Terlupakan...
Ngobrol Santai Bareng Kak Silvi...
Sahabat...
Munculnya Sekar dan Kembalinya Semua Ingatan...
Sweater Hitam Kumal...
Kembalinya Ingatan Ridho...
Kembalinya Ingatan Ridho (2),,,
Masa Orientasi Mahasiswa Baru...
Bizzare Love Triangle Covered By Carla...
Empat Monyet Bertopeng...
Berkumpulnya Keempat Saudara...
Pengakuan Ridho...
Carla Carmelita dan Reinata Maulida...
Carla Carmelita dan Reinata Maulida (2)...
Cemburu Buta...
Kita Bersaudara, Dho...
Pembalasan Dendam...
Pembalasan Dendam (2)...
Dendam Yang Terbalas...
Ikhlas...
Tamparan Keras Carla...
Gugup Bikin Bego...
What's Wrong With You, Yank...
Selamat Datang Kembali, Anggie Ku..
Restu Ibu dan Bingkisan Aneh Viny...
Gw Kenapa ???...
Lu Bukan Imam Yang Gw Kenal...
Mata Hati Yang Tertutup...
Perkelahian Empat Saudara dan Munculnya Raja Tungga...
Perkelahian Empat Saudara dan Munculnya Raja Tungga (2)...
Pemulihan Dari Ajian Raja Pengasih...
Permohonan Maaf Dari Hati Terdalam...
Permohonan Maaf Dari Hati Terdalam (2)...
Maafin Gw Yaa, Guys...
Motor Gw...
Stay Away From My Daughter (Jauhi Putriku)...
Membayar Hutang Janji ke Tyo dan Tanggapan Ibu...
Perubahan Sikap Anggie...
Sebuah Tantangan...
Pengakuan Arya Yang Mengejutkan...
Taubatnya Dukun Sesat...
Taubatnya Dukun Sesat (2)...
Hancur nya Hati Seorang Papah dan Anak Perempuannya...
Liburan Lagi Bareng Anggie...
Sebuah Dosa Besar...
Sebuah Peringatan...
Sebuah Peringatan (2)...
Hadiah Raden Dwipa...
Restu Seorang Ayah...
Terganjal nya Hati...
Terluka nya Ridho...
Tantangan Baru...
Salon, Salah Satu Tempat Terhorror Buat Gw...
Ungkapan Hati...
Hari Pertunangan...
Kitab Langit dan Sebuah Wejangan..
My WonderWoman and The Second Lost of Love...
Reunian Bareng Empat Sahabat Baik...
Permintaan Maaf dan Sebuah Kabar yang Mengejutkan...
Giok Mustika Laut Utara...
Kekuatan Giok Mustika Laut Utara...
Sang Penolong Yang Tak Terduga...
Hukum Kerajaan Laut Utara...
Cinta Yang Aneh...
Reinata...
Susahnya Kuasain Emosi...
Pembunuh...
Ilmu Terlarang Yang Terakhir...
Tuh Kan Reinata Baper...
Alas Roban Bikin Kapok...
Jebakan...
I Love You So Much, Anggie...
Penjelasan Ke Reinata dan Sebuah Ancaman...
Serangan Jin Penjaga nya Reinata...
Dendam Kesumat...
Bayu Ambar dan Sebuah Pengorbanan Cinta...
Ungkapan Hati seorang Ayahanda..
Permintaan Yang Cukup Sulit...
Ayu Hilang...
Gw / Bayu Ambar Versus Nyi Kembang Wengi...
Permintaan Maaf Ayahanda...
Bertemunya Kedua Saudara Kembar...
Kilasan Masa Depan Mengejutkan Raden Dwipa...
Permintaan Maaf Terakhir Ke Ibu dan Ayu...
The Last Day With My Anggie..
Carla, Rei, Semuanya, Maafin Gw Yak...
Be Ready, Guys...
Empat Bagian Kitab Langit...
Kuasai Ragaku, Bayu Ambar...
Tipu Muslihat...
Tipu Muslihat (2)...
Datangnya Bantuan Tak Terduga...
Ajian Ambar Getih ( Ajian LAngit Darah)...
Mati kah, Aku???
Mati Suri...
I'm Back!!!
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3/FINAL CHAPTER)
Diubah oleh juraganpengki 27-12-2017 11:17
regmekujo dan 47 lainnya memberi reputasi
48
1.1M
4K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#3118
Permintaan Maaf Terakhir Ke Ibu dan Ayu...
“Apakah Ilmu Kesaktian mu bisa jadi salah, Raden?” Tanya gw langsung ke sosok bermahkota biru tersebut, dengan hati penuh harap beliau akan menjawab dengan jawaban Iya, atau setidaknya mungkin..
“Tidak, kesaktian ku tidak mungkin salah, anak muda.. Yang aneh adalah, aku hanya bisa melihat masa depan pada saat jasad mu sudah berada di kediaman seperti tadi yang kita lihat bersama-sama.. Aku tidak bisa melihat bagaimana kita bertempur melawan Raja Tungga dan bagaimana cara kau bisa sampai terbunuh, tapi aku bisa merasakan bahwa pertempuran nanti akan kita menangkan” Sahut Raden Dwipa dengan wajah dipenuhi teka-teki..
Gw kembali menghela nafas panjang, lalu mengulurkan tangan kanan ke arah sosok Raden Dwipa.. Sejenak, sosok Jin berpakaian khas bangsawan kerajaan tersebut menatap uluran tangan gw dengan wajah bingung..
“Terima kasih karena telah menunjukkan ajal ku, Raden.. Setidaknya, aku mempunyai sedikit waktu untuk mempersiapkan diri, termasuk meminta maaf pada orang-orang yang ada di kehidupan ku” Ucap gw dengan wajah dihiasi senyuman meski sedikit dipaksakan..
“Kau tahu anak muda, jika aku mempunyai kekuatan untuk memutar balikkan ajal seseorang, niscaya tanpa kau minta akan aku gunakan kekuatan itu untuk menunda ajal mu.. Tapi semua mahluk tak ada yang bisa menentang garis alam yang sudah ditentukan Sang Khaliq, termasuk maut mu, anak muda” Jawab Raden Dwipa dengan menatap wajah penuh arti, sambil menjabat tangan dan memeluk gw sangat erat sesudah berucap..
Sejenak, gw merasa terharu mendengar ucapan Raden Dwipa barusan, apalagi sampai memberikan pelukan hangat..
“Aku sadar akan hal itu, Raden.. Tiada mahluk yang bisa memundurkan atau memajukan ajalnya tanpa seizin Allah SWT.. Namun aku termasuk yang beruntung bisa tahu kapan ajal ku akan menjemput.. Sekarang, bisa kah kau mengembalikan ku ke tempat semula.. Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang sesaat ini, sebelum waktu ku habis, Raden.. Sekali lagi aku ucapkan terima kasih” Ucap gw yang merasa sudah bisa sedikit ikhlas menerima takdir yang akan segera berlaku..
Raden Dwipa mengangguk sambil tersenyum, lalu mulai memegang dahi gw tepat di tengah.. Seketika, gw merasa terhempas ke belakang dan membuka mata melihat diri ini masih duduk bersemedi di atas tempat tidur..
Sekar yang melihat wajah gw sepucat kapas dengan kedua mata menatap kosong ke atas ranjang, segera melayang menghampiri.. Sesaat, gw menoleh ke arah Jin Penjaga gw itu dengan tatapan mata kosong..
“Apa yang terjadi, Kang Mas? Aku sempat merasakan suatu kesaktian aneh namun tidak mengandung hawa jahat sedang meliputi tubuh mu..” Tanya Sekar dengan wajah penasaran..
Gw langsung tersenyum dan mencoba bersikap seperti biasa, karena tidak ingin ada yang tahu perihal apa yang sudah gw lihat dan gw ketahui barusan, termasuk kepada sosok Sekar..
“Tidak apa-apa, Sekar.. Baru saja Raden Dwipa menggunakan kesaktiannya pada ku.. Oh iya, kita harus mempersiapkan diri untuk bertempur melawan Raja Tungga” Jawab gw yang langsung membuat kedua mata Jin wanita itu terbelalak..
“Kau yakin, Kang Mas? Jadi sebentar lagi kita akan menghadapi pertempuran hebat kembali?” Tanya Sekar mencoba meyakinkan, dan gw balas dengan anggukan kepala..
Tiba-tiba, dari balik pintu terdengar suara Ibu memanggil.. Gw pun mencoba bangkit dari tepi tempat tidur dan melangkahkan kaki berjalan ke arah pintu..
“Kang Mas, jangan heran jika Ibu dan adik mu tidak ingat akan kejadian hilangnya Ayu.. Aku terpaksa menggunakan sedikit Ajian Puter Angen ke mereka berdua tanpa seizin mu” Ucap Sekar sesaat sebelum gw membuka pintu..
Gw tersenyum dan menganggukan kepala pertanda tidak mempermasalahkan tindakan
Sekar.. Dengan berjalan pelan, gw menuju Ibu yang sedang berada di ruang tengah..
“Kamu makan dulu sana, Bang.. Dari pulang jemput Ayu, kamu langsung masuk kamar.. Memangnya ga lapar?” Tanya Ibu yang gw jawab dengan senyuman dan langsung memeluknya dari samping dengan sangat erat..
Untuk beberapa saat, Ibu yang nampak heran memutar tubuhnya dan menatap wajah gw dengan raut muka kebingungan.. Sementara, gw yang sudah berkaca-kaca dalam pelukan mencoba sangat untuk menahan airmata agar tidak mengalir keluar dari kdeua indera penglihatan gw.. Rasa nya hangat sekali memeluk Ibu, seakan tidak mau melepasnya karena tahu ini akan mejadi pelukan terakhir gw untuk beliau..
“Mmhhmm, Ibu tahu nih, pasti kamu ada mau nya kalo tiba-tiba manja-manja gini ke Ibu.. Udah ngomong aja, bang.. Kamu mau minta apa?” Kata Ibu sambil tersenyum dan mengangkat wajah gw, lalu menatapnya..
“Ehh, koq mata kamu berkaca-kaca gitu, Bang.. Kamu kenapa, sayang? Sini-sini, duduk disamping Ibu terus ceritain ada masalah apa?” Tanya Ibu seraya memegang kedua pipi gw, lalu menuntun gw untuk duduk di atas sofa di sebelahnya..
“Ga ada apa-apa koq, Bu.. Entah kenapa tiba-tiba Abang lagi kangen banget sama Ayah” Jawab gw berbohong, seraya menatap photo keluarga kami yang menampilkan sosok Almarhum Ayah sedang menggendong Ayu di punggungnya..
Ibu pun terdiam sambil ikut melemparkan pandangannya ke arah yang sama, lalu gw menggeser duduk ke belakang dan merebahkan kepala di paha beliau.. Ibu nampak tersenyum lalu memandang wajah gw lekat-lekat dan mulai membelai lembut kepala gw..
“Bu, Abang minta maaf yah.. Sebagai seorang anak, abang pasti punya banyak salah dan dosa sama Ibu” Kata gw dengan tatapan kembali tertuju ke arah photo Ayah..
“Kamu keluar kamar langsung aneh begini, bang.. Jangan-jangan kamu udah bikin ulah yah di kampus atau di tempat kerja?” Tanya Ibu dengan tatapan menyelidik yang langsung gw sambut dengan sedikit tawa..
“Ga lah, Bu.. Abang udah insyaf.. Ga bandel lagi.. Abang cuma lagi kepikiran dosa abang yang banyak banget ke Ibu.. Tapi abang yakin, Ibu pasti maafin abang kan?” Jawab gw yang diakhiri dengan tatapan sendu ke wajah Ibu..
Sejenak Ibu tersenyum dan mengecup kening gw yang masih menyandarkan kepala dipangkuannya, lalu kembali membelai lembut kepala ini..
“Sayang, Ibu tidak pernah tidak memaafkan kamu, meski pun seandainya kamu menyakiti hati Ibu.. Tidak ada dosa kamu yang tidak mampu Ibu ampuni, Bang.. Karena apa, karena kamu dan Ayu adalah kunci Ibu dan Almarhum Ayah untuk menuju Surga, sayang” Jawab Ibu seraya membelai kepala dan mengecup kening gw kembali dengan sangat lembut..
Tanpa sadar, dua tetes airmata kembali keluar dan turun ke arah bawah telinga.. Gw segera menyeka nya sebelum Ibu menyadari jatuhnya Air mata gw tersebut..
“Oh iya, Bang.. Ibu dan Ayu mau diajak nginep di pantai sama Tante kamu dan Om Hendra.. Mereka mau merayakan ulang tahun pernikahan” Ucap Ibu yang membuat gw bangkit dari pangkuan beliau..
“Berapa hari, Bu?” Tanya gw cukup singkat..
“Tiga hari dua malam.. Boleh yah Ibu berangkat sama Ayu, Bang? Kalo boleh nanti sore kamu antar Ibu sama Ayu ke rumah tante Septi” Jawab Ibu dengan wajah memelas..
Gw terdiam sejenak dan kembali teringat akan apa yang akan terjadi dimasa dua hari ke depan.. Sebenarnya gw keberatan dengan permintaan Ibu, karena berniat menghabiskan waktu bersama kedua orang yang amat gw cintai itu dimasa akhir hidup gw.. Tapi, melihat wajah Ibu yang nampak lucu saat meminta izin, membuat hati gw tidak enak untuk melarang nya..
FYI, selepas kepergian Ayah, Ibu memang selalu meminta izin ke gw atau setidaknya menanyakan pendapat gw terkait tiap hal yang perlu dibicarakan antara dua orang dewasa..
“Ya udah, Ibu pergi aja ajak Ayu senang-senang di pantai.. Biar abang jaga rumah.. Nanti Abang ambil uang di ATM buat pegangan Ibu yah.. Oh iya, Ayu dimana bu? Abang mau ngobrol sebentar sama Ayu” Kata gw yang membuat Ibu langsung tersenyum sumringah, lalu memberitahukan bahwa Ayu saat ini sedang ada di dalam kamarnya..
Tanpa pikir panjang gw segera berjalan menuju kamar Ayu.. Disana, gw sempat tertegun berdiri di depan pintu, saat melihat Ayu sedang membaca buku Iqra nya.. Baru setelah adik gw satu-satunya itu menyadari, gw mendekat dan duduk di sebelahnya..
“Kamu mau nginep sama Ibu di pantai yah, De?” Tanya gw sambil membelai kepala Ayu..
Adik gw satu-satunya itu untuk beberapa saat melirik aneh ke arah gw yang sedang memasang senyum manis..
“Abang tumben panggil Ayu pake Ade?” Tanya Ayu dengan polosnya..
Gw sempat tertawa mendengar pertanyaan Ayu, lalu berjongkok di depannya yang sedang duduk di tepian tempat tidur berwarna pink.. Kemudian, memegang kedua telapak tangan Ayu dan menatap wajah mungil gadis kecil itu penuh arti..
“Maafin abang yah, De.. Selama ini abang suka jahil, suka iseng sama suka marahin kamu.. Tapi abang sayaaaaang banget ke kamu, De..” Ucap gw dengan kedua mata mulai berkaca-kaca dan gagal untuk mencoba menahan agar tidak ada airmata yang tertumpah dihadapan Ayu..
“Abang jangan nangis, donk.. Nanti Ade ikutan nangis juga.. Ade ga pernah marah sama abang.. Ade juga sayaaaang banget ke abang” Jawab Ayu yang langsung memeluk gw dengan sangat erat..
Untuk beberapa saat, dada gw terasa sesak karena menahan tangisan agar tidak kembali keluar, karena tidak mau Ayu ikut menangis.. Yaa Allah Yaa Rabb, beri hamba kekuatan untuk melalui semuanya..
“De, Abang nanti mau pergi jauh dan ga akan pulang cepet.. Abang mau kamu janji buat jagain Ibu yah.. Kamu nya juga jangan nakal dan bikin Ibu susah dan sedih kalo abang ga ada..” Ucap gw sambil kembali menatap wajah Ayu lekat-lekat..
“Abang mau kemana? Koq ga ajak Ade?” Tanya Ayu yang membuat mata gw terasa perih kembali..
“Abang ga bisa bilang.. Terus nanti disana juga kamu ga boleh masuk, De.. Yang penting, abang mau kamu sekarang janji buat jaga Ibu kalo abang ga ada yahh” Pinta gw dengan air mata yang mulai menetes di pipi..
Cepat-cepat gw peluk tubuh mungil Ayu, agar adik kesayangan gw itu tidak sampai melihat kedua mata gw sedang dibanjiri airmata..
Sore hari nya, gw mengantarkan Ibu menggunakan mobil peninggalan Ayah menuju rumah Tante Septi.. Disana, gw segera menyalami Om dan Tante gw itu dan meminta maaf.. Awalnya mereka sempat merasa curiga begitu mendengar permintaan maaf yang meluncur dari lisan gw..
Tapi dengan berbagai alasan gw akhirnya bisa membuat mereka percaya dan menganggap permintaan maaf gw hanya sebuah ulah iseng seorang anak muda yang sedang labil.. Sayangnya, Kak Silvi tidak ada dirumah.. Terpaksa gw hanya meminta maaf lewat Wa kepada sepupu yang centil itu..
Sebelum pulang, gw menyempatkan diri memeluk Ibu dan Ayu untuk yang terakhir kali sambil memberikan kartu ATM ke Ibu.. Dengan tatapan aneh, Ibu melepas kepulangan gw sambil berdiri di depan teras rumah Om Hendra..
Dari awal mengantarkan Ibu dan Ayu, gw memang sudah merencanakan untuk ke apartemen Anggie, sepulangnya dari rumah Om Hendra.. Gw ingin menghabiskan sisa waktu gw yang tersisa kurang dari 48 jam lagi bersama gadis yang sangat gw cintai itu..
Disebuah toko bunga, gw menyempatkan diri untuk membelikan sepaket karangan bunga, berisi sepuluh tangkai bunga mawar merah segar, yang berbau sangat harum.. Dengan hati bertekad tidak akan mengeluarkan air mata di hadapan Anggie nanti, gw mulai menjalankan mobil peninggalan Ayah menuju apartemen gadis itu..
Tiba-tiba, ada ide lain yang muncul dalam benak gw.. Dengan cepat gw googling mencari tempat dinner yang romantis, dan menghentikan pencarian saat melihat iklan sebuah restoran mewah.. Tapi gw terpaksa mengurungkan niat begitu ingat akan kartu ATM yang sudah gw berikan ke Ibu..
“Mungkin Sekar bisa bantu?” Tanya gw dalam hati..
Tanpa pikir panjang, gw memanggil Sekar dan tak butuh waktu lama, Jin Penjaga gw tersebut langsung muncul di bangku sebelah kiri mobil peninggalan Ayah..
“Ada apa, Kang Mas?” Tanya Sekar dengan wajah dihiasi senyuman..
Perlahan, gw mulai menceritakan keinginan gw kepada Sekar disertai alasan mengapa gw sampai membutuhkan bantuannya, sambil menunjukkan gambar di layar HP yang menampilkan suasana makan malam yang romantis lengkap dengan jenis makanan yang sesuai..
“Jadi kau ingin aku menyiapkan semua di rumah mu, Kang Mas?” Tanya Sekar dengan tatapan meminta kepastian..
“Jika kau tidak keberatan dan mampu, aku akan senang sekali, Sekar.. Tapi jika kau tidak berkenan, aku pun tidak akan marah, Sekar.. Semua terserah kepada mu” Jawab gw dengan wajah penuh harap agar Sekar mau meluluskan permintaan gw yang sedikit diluar kewajaran..
“Mohon maaf, Kang Mas.. Bukan kah lebih baik kita mempersiapkan diri untuk pertempuran menghadapi Raja Tungga, yang kau katakan akan terjadi dalam kurun waktu dua hari ke depan?” Tanya Sekar yang membuat gw tertegun, karena membenarkan ucapannya barusan..
Sejenak, Jin cantik tersebut juga terdiam seperti sedang menimbang-nimbang.. Lalu menoleh kembali ke arah gw sambil menganggukan kepala dan disertai senyuman manisnya..
“Baiklah, aku akan berusaha mewujudkan keinginan mu, Kang Mas.. Aku sangat menghargai cinta mu pada kekasih hati..” Kata Sekar yang langsung membuat gw refleks memeluk tubuhnya..
“Apakah Ilmu Kesaktian mu bisa jadi salah, Raden?” Tanya gw langsung ke sosok bermahkota biru tersebut, dengan hati penuh harap beliau akan menjawab dengan jawaban Iya, atau setidaknya mungkin..
“Tidak, kesaktian ku tidak mungkin salah, anak muda.. Yang aneh adalah, aku hanya bisa melihat masa depan pada saat jasad mu sudah berada di kediaman seperti tadi yang kita lihat bersama-sama.. Aku tidak bisa melihat bagaimana kita bertempur melawan Raja Tungga dan bagaimana cara kau bisa sampai terbunuh, tapi aku bisa merasakan bahwa pertempuran nanti akan kita menangkan” Sahut Raden Dwipa dengan wajah dipenuhi teka-teki..
Gw kembali menghela nafas panjang, lalu mengulurkan tangan kanan ke arah sosok Raden Dwipa.. Sejenak, sosok Jin berpakaian khas bangsawan kerajaan tersebut menatap uluran tangan gw dengan wajah bingung..
“Terima kasih karena telah menunjukkan ajal ku, Raden.. Setidaknya, aku mempunyai sedikit waktu untuk mempersiapkan diri, termasuk meminta maaf pada orang-orang yang ada di kehidupan ku” Ucap gw dengan wajah dihiasi senyuman meski sedikit dipaksakan..
“Kau tahu anak muda, jika aku mempunyai kekuatan untuk memutar balikkan ajal seseorang, niscaya tanpa kau minta akan aku gunakan kekuatan itu untuk menunda ajal mu.. Tapi semua mahluk tak ada yang bisa menentang garis alam yang sudah ditentukan Sang Khaliq, termasuk maut mu, anak muda” Jawab Raden Dwipa dengan menatap wajah penuh arti, sambil menjabat tangan dan memeluk gw sangat erat sesudah berucap..
Sejenak, gw merasa terharu mendengar ucapan Raden Dwipa barusan, apalagi sampai memberikan pelukan hangat..
“Aku sadar akan hal itu, Raden.. Tiada mahluk yang bisa memundurkan atau memajukan ajalnya tanpa seizin Allah SWT.. Namun aku termasuk yang beruntung bisa tahu kapan ajal ku akan menjemput.. Sekarang, bisa kah kau mengembalikan ku ke tempat semula.. Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang sesaat ini, sebelum waktu ku habis, Raden.. Sekali lagi aku ucapkan terima kasih” Ucap gw yang merasa sudah bisa sedikit ikhlas menerima takdir yang akan segera berlaku..
Raden Dwipa mengangguk sambil tersenyum, lalu mulai memegang dahi gw tepat di tengah.. Seketika, gw merasa terhempas ke belakang dan membuka mata melihat diri ini masih duduk bersemedi di atas tempat tidur..
Sekar yang melihat wajah gw sepucat kapas dengan kedua mata menatap kosong ke atas ranjang, segera melayang menghampiri.. Sesaat, gw menoleh ke arah Jin Penjaga gw itu dengan tatapan mata kosong..
“Apa yang terjadi, Kang Mas? Aku sempat merasakan suatu kesaktian aneh namun tidak mengandung hawa jahat sedang meliputi tubuh mu..” Tanya Sekar dengan wajah penasaran..
Gw langsung tersenyum dan mencoba bersikap seperti biasa, karena tidak ingin ada yang tahu perihal apa yang sudah gw lihat dan gw ketahui barusan, termasuk kepada sosok Sekar..
“Tidak apa-apa, Sekar.. Baru saja Raden Dwipa menggunakan kesaktiannya pada ku.. Oh iya, kita harus mempersiapkan diri untuk bertempur melawan Raja Tungga” Jawab gw yang langsung membuat kedua mata Jin wanita itu terbelalak..
“Kau yakin, Kang Mas? Jadi sebentar lagi kita akan menghadapi pertempuran hebat kembali?” Tanya Sekar mencoba meyakinkan, dan gw balas dengan anggukan kepala..
Tiba-tiba, dari balik pintu terdengar suara Ibu memanggil.. Gw pun mencoba bangkit dari tepi tempat tidur dan melangkahkan kaki berjalan ke arah pintu..
“Kang Mas, jangan heran jika Ibu dan adik mu tidak ingat akan kejadian hilangnya Ayu.. Aku terpaksa menggunakan sedikit Ajian Puter Angen ke mereka berdua tanpa seizin mu” Ucap Sekar sesaat sebelum gw membuka pintu..
Gw tersenyum dan menganggukan kepala pertanda tidak mempermasalahkan tindakan
Sekar.. Dengan berjalan pelan, gw menuju Ibu yang sedang berada di ruang tengah..
“Kamu makan dulu sana, Bang.. Dari pulang jemput Ayu, kamu langsung masuk kamar.. Memangnya ga lapar?” Tanya Ibu yang gw jawab dengan senyuman dan langsung memeluknya dari samping dengan sangat erat..
Untuk beberapa saat, Ibu yang nampak heran memutar tubuhnya dan menatap wajah gw dengan raut muka kebingungan.. Sementara, gw yang sudah berkaca-kaca dalam pelukan mencoba sangat untuk menahan airmata agar tidak mengalir keluar dari kdeua indera penglihatan gw.. Rasa nya hangat sekali memeluk Ibu, seakan tidak mau melepasnya karena tahu ini akan mejadi pelukan terakhir gw untuk beliau..
“Mmhhmm, Ibu tahu nih, pasti kamu ada mau nya kalo tiba-tiba manja-manja gini ke Ibu.. Udah ngomong aja, bang.. Kamu mau minta apa?” Kata Ibu sambil tersenyum dan mengangkat wajah gw, lalu menatapnya..
“Ehh, koq mata kamu berkaca-kaca gitu, Bang.. Kamu kenapa, sayang? Sini-sini, duduk disamping Ibu terus ceritain ada masalah apa?” Tanya Ibu seraya memegang kedua pipi gw, lalu menuntun gw untuk duduk di atas sofa di sebelahnya..
“Ga ada apa-apa koq, Bu.. Entah kenapa tiba-tiba Abang lagi kangen banget sama Ayah” Jawab gw berbohong, seraya menatap photo keluarga kami yang menampilkan sosok Almarhum Ayah sedang menggendong Ayu di punggungnya..
Ibu pun terdiam sambil ikut melemparkan pandangannya ke arah yang sama, lalu gw menggeser duduk ke belakang dan merebahkan kepala di paha beliau.. Ibu nampak tersenyum lalu memandang wajah gw lekat-lekat dan mulai membelai lembut kepala gw..
“Bu, Abang minta maaf yah.. Sebagai seorang anak, abang pasti punya banyak salah dan dosa sama Ibu” Kata gw dengan tatapan kembali tertuju ke arah photo Ayah..
“Kamu keluar kamar langsung aneh begini, bang.. Jangan-jangan kamu udah bikin ulah yah di kampus atau di tempat kerja?” Tanya Ibu dengan tatapan menyelidik yang langsung gw sambut dengan sedikit tawa..
“Ga lah, Bu.. Abang udah insyaf.. Ga bandel lagi.. Abang cuma lagi kepikiran dosa abang yang banyak banget ke Ibu.. Tapi abang yakin, Ibu pasti maafin abang kan?” Jawab gw yang diakhiri dengan tatapan sendu ke wajah Ibu..
Sejenak Ibu tersenyum dan mengecup kening gw yang masih menyandarkan kepala dipangkuannya, lalu kembali membelai lembut kepala ini..
“Sayang, Ibu tidak pernah tidak memaafkan kamu, meski pun seandainya kamu menyakiti hati Ibu.. Tidak ada dosa kamu yang tidak mampu Ibu ampuni, Bang.. Karena apa, karena kamu dan Ayu adalah kunci Ibu dan Almarhum Ayah untuk menuju Surga, sayang” Jawab Ibu seraya membelai kepala dan mengecup kening gw kembali dengan sangat lembut..
Tanpa sadar, dua tetes airmata kembali keluar dan turun ke arah bawah telinga.. Gw segera menyeka nya sebelum Ibu menyadari jatuhnya Air mata gw tersebut..
“Oh iya, Bang.. Ibu dan Ayu mau diajak nginep di pantai sama Tante kamu dan Om Hendra.. Mereka mau merayakan ulang tahun pernikahan” Ucap Ibu yang membuat gw bangkit dari pangkuan beliau..
“Berapa hari, Bu?” Tanya gw cukup singkat..
“Tiga hari dua malam.. Boleh yah Ibu berangkat sama Ayu, Bang? Kalo boleh nanti sore kamu antar Ibu sama Ayu ke rumah tante Septi” Jawab Ibu dengan wajah memelas..
Gw terdiam sejenak dan kembali teringat akan apa yang akan terjadi dimasa dua hari ke depan.. Sebenarnya gw keberatan dengan permintaan Ibu, karena berniat menghabiskan waktu bersama kedua orang yang amat gw cintai itu dimasa akhir hidup gw.. Tapi, melihat wajah Ibu yang nampak lucu saat meminta izin, membuat hati gw tidak enak untuk melarang nya..
FYI, selepas kepergian Ayah, Ibu memang selalu meminta izin ke gw atau setidaknya menanyakan pendapat gw terkait tiap hal yang perlu dibicarakan antara dua orang dewasa..
“Ya udah, Ibu pergi aja ajak Ayu senang-senang di pantai.. Biar abang jaga rumah.. Nanti Abang ambil uang di ATM buat pegangan Ibu yah.. Oh iya, Ayu dimana bu? Abang mau ngobrol sebentar sama Ayu” Kata gw yang membuat Ibu langsung tersenyum sumringah, lalu memberitahukan bahwa Ayu saat ini sedang ada di dalam kamarnya..
Tanpa pikir panjang gw segera berjalan menuju kamar Ayu.. Disana, gw sempat tertegun berdiri di depan pintu, saat melihat Ayu sedang membaca buku Iqra nya.. Baru setelah adik gw satu-satunya itu menyadari, gw mendekat dan duduk di sebelahnya..
“Kamu mau nginep sama Ibu di pantai yah, De?” Tanya gw sambil membelai kepala Ayu..
Adik gw satu-satunya itu untuk beberapa saat melirik aneh ke arah gw yang sedang memasang senyum manis..
“Abang tumben panggil Ayu pake Ade?” Tanya Ayu dengan polosnya..
Gw sempat tertawa mendengar pertanyaan Ayu, lalu berjongkok di depannya yang sedang duduk di tepian tempat tidur berwarna pink.. Kemudian, memegang kedua telapak tangan Ayu dan menatap wajah mungil gadis kecil itu penuh arti..
“Maafin abang yah, De.. Selama ini abang suka jahil, suka iseng sama suka marahin kamu.. Tapi abang sayaaaaang banget ke kamu, De..” Ucap gw dengan kedua mata mulai berkaca-kaca dan gagal untuk mencoba menahan agar tidak ada airmata yang tertumpah dihadapan Ayu..
“Abang jangan nangis, donk.. Nanti Ade ikutan nangis juga.. Ade ga pernah marah sama abang.. Ade juga sayaaaang banget ke abang” Jawab Ayu yang langsung memeluk gw dengan sangat erat..
Untuk beberapa saat, dada gw terasa sesak karena menahan tangisan agar tidak kembali keluar, karena tidak mau Ayu ikut menangis.. Yaa Allah Yaa Rabb, beri hamba kekuatan untuk melalui semuanya..
“De, Abang nanti mau pergi jauh dan ga akan pulang cepet.. Abang mau kamu janji buat jagain Ibu yah.. Kamu nya juga jangan nakal dan bikin Ibu susah dan sedih kalo abang ga ada..” Ucap gw sambil kembali menatap wajah Ayu lekat-lekat..
“Abang mau kemana? Koq ga ajak Ade?” Tanya Ayu yang membuat mata gw terasa perih kembali..
“Abang ga bisa bilang.. Terus nanti disana juga kamu ga boleh masuk, De.. Yang penting, abang mau kamu sekarang janji buat jaga Ibu kalo abang ga ada yahh” Pinta gw dengan air mata yang mulai menetes di pipi..
Cepat-cepat gw peluk tubuh mungil Ayu, agar adik kesayangan gw itu tidak sampai melihat kedua mata gw sedang dibanjiri airmata..
Sore hari nya, gw mengantarkan Ibu menggunakan mobil peninggalan Ayah menuju rumah Tante Septi.. Disana, gw segera menyalami Om dan Tante gw itu dan meminta maaf.. Awalnya mereka sempat merasa curiga begitu mendengar permintaan maaf yang meluncur dari lisan gw..
Tapi dengan berbagai alasan gw akhirnya bisa membuat mereka percaya dan menganggap permintaan maaf gw hanya sebuah ulah iseng seorang anak muda yang sedang labil.. Sayangnya, Kak Silvi tidak ada dirumah.. Terpaksa gw hanya meminta maaf lewat Wa kepada sepupu yang centil itu..
Sebelum pulang, gw menyempatkan diri memeluk Ibu dan Ayu untuk yang terakhir kali sambil memberikan kartu ATM ke Ibu.. Dengan tatapan aneh, Ibu melepas kepulangan gw sambil berdiri di depan teras rumah Om Hendra..
Dari awal mengantarkan Ibu dan Ayu, gw memang sudah merencanakan untuk ke apartemen Anggie, sepulangnya dari rumah Om Hendra.. Gw ingin menghabiskan sisa waktu gw yang tersisa kurang dari 48 jam lagi bersama gadis yang sangat gw cintai itu..
Disebuah toko bunga, gw menyempatkan diri untuk membelikan sepaket karangan bunga, berisi sepuluh tangkai bunga mawar merah segar, yang berbau sangat harum.. Dengan hati bertekad tidak akan mengeluarkan air mata di hadapan Anggie nanti, gw mulai menjalankan mobil peninggalan Ayah menuju apartemen gadis itu..
Tiba-tiba, ada ide lain yang muncul dalam benak gw.. Dengan cepat gw googling mencari tempat dinner yang romantis, dan menghentikan pencarian saat melihat iklan sebuah restoran mewah.. Tapi gw terpaksa mengurungkan niat begitu ingat akan kartu ATM yang sudah gw berikan ke Ibu..
“Mungkin Sekar bisa bantu?” Tanya gw dalam hati..
Tanpa pikir panjang, gw memanggil Sekar dan tak butuh waktu lama, Jin Penjaga gw tersebut langsung muncul di bangku sebelah kiri mobil peninggalan Ayah..
“Ada apa, Kang Mas?” Tanya Sekar dengan wajah dihiasi senyuman..
Perlahan, gw mulai menceritakan keinginan gw kepada Sekar disertai alasan mengapa gw sampai membutuhkan bantuannya, sambil menunjukkan gambar di layar HP yang menampilkan suasana makan malam yang romantis lengkap dengan jenis makanan yang sesuai..
“Jadi kau ingin aku menyiapkan semua di rumah mu, Kang Mas?” Tanya Sekar dengan tatapan meminta kepastian..
“Jika kau tidak keberatan dan mampu, aku akan senang sekali, Sekar.. Tapi jika kau tidak berkenan, aku pun tidak akan marah, Sekar.. Semua terserah kepada mu” Jawab gw dengan wajah penuh harap agar Sekar mau meluluskan permintaan gw yang sedikit diluar kewajaran..
“Mohon maaf, Kang Mas.. Bukan kah lebih baik kita mempersiapkan diri untuk pertempuran menghadapi Raja Tungga, yang kau katakan akan terjadi dalam kurun waktu dua hari ke depan?” Tanya Sekar yang membuat gw tertegun, karena membenarkan ucapannya barusan..
Sejenak, Jin cantik tersebut juga terdiam seperti sedang menimbang-nimbang.. Lalu menoleh kembali ke arah gw sambil menganggukan kepala dan disertai senyuman manisnya..
“Baiklah, aku akan berusaha mewujudkan keinginan mu, Kang Mas.. Aku sangat menghargai cinta mu pada kekasih hati..” Kata Sekar yang langsung membuat gw refleks memeluk tubuhnya..
sampeuk dan 11 lainnya memberi reputasi
12