Kilasan Masa Depan Mengejutkan Raden Dwipa.....

Dengan bantuan Ki Suta, gw kembali ke rumah sesudah terlebih dahulu beliau meminta Sekar yang berada di dalam kamar, untuk merubah wujud nya yg masih menjelma menjadi sosok gw.. Semua Ki Suta lakukan agar Ibu tidak curiga akan kedatangan versi asli gw ke rumah..

“Bagaimana keadaan adikku, Sekar?” Tanya gw setelah Ki Suta kembali ke asalnya..

Sekar untuk sesaat mengulum senyuman manis dan melayang menghampiri, lalu duduk di tepi ranjang, disebelah gw yang masih merasakan lelah..

“Ayu sehat, Kang Mas.. Tapi maaf, aku sedikit menggunakan Ajian Puter Angen ke adik dan Ibu mu, karena adik mu sempat meracau akibat pengaruh ilmu gendam milik Nyi Kembang Wengi” Jawab Sekar dengan wajah sedikit khawatir akan reaksi balasan dari gw..

Gw mengangguk sekali sambil menggemeratakkan geraham karena merasa terjebak oleh Ilmu Malih Sukma Raga milik Jin jahat tersebut.. Perlahan, gw sibak baju yang gw kenakan dan melihat jejak luka tusuk didada kanan yang sudah dipulihkan Ki Suta, hingga tersisa sedikit titik hitam saja disana..

“Aku bersumpah akan melenyapkan Nyi Kembang Wengi dengan tangan ku sendiri” Ucap gw sambil menatap tajam ke arah Sekar..

“Sudahlah, Kang Mas.. Aku yakin Jin pramuria itu saat ini sedang terluka parah, karena serangan Bayu Ambar melalui raga mu” Ucap Sekar seraya mengusap bahu gw..

Gw melempar pandangan ke arah pintu kamar sesaat, lalu mulai berdiri, tapi tiba-tiba kedua lutut gw terasa sangat lemah.. Hampir saja gw terjatuh berlutut di atas lantai kamar depan pintu, jika tidak segera ditangkap oleh Sekar..

“Ada apa dengan mu, Kang Mas?” Tanya Sekar dengan wajah cemas..

“Entahlah, Sekar.. Sejak aku membiarkan Bayu Ambar menguasai raga tanpa berusaha menahannya, sejak itu pula tenaga ku terasa sangat terkuras” Jawab gw saat sudah kembali duduk diatas tepian ranjang..

Sekar sendiri nampak terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu dengan menatap kosong ke arah poster AXL Rose di dinding kamar gw..

“Setahu ku, raga seorang manusia memang tidak boleh dikuasai mahluk gaib dalam waktu lama, Kang Mas.. Tapi, sebagai seorang yang mempunyai kesaktian seperti mu, seharusnya tenaga mu tidak sampai terkuras oleh kemunculan Bayu Ambar” Jawab Sekar sambil sesekali melirik ke arah gw..

Ucapan Sekar barusan memang patut dibenarkan.. Seharusnya tenaga gw tidak habis karena pengaruh Bayu Ambar, pasti ada sebab lain yang membuat tubuh gw merasa sangat lemas..

“Sebaiknya kau bersemedi sejenak untuk menyelaraskan sukma dan raga mu, Kang Mas” Saran Sekar yang gw sambut langsung dengan anggukan kepala..

Sambil duduk bersila diatas ranjang, gw mulai menumpu kedua telapak tangan diatas lutut dan memejamkan kedua mata.. Nafas yang terasa sedikit berat, perlahan mulai teratur selaras dengan denyut jantung dan aliran darah disekujur tubuh..

Tiba-tiba, sebuah cahaya terang muncul dalam pandangan mata gw yang gelap karena terpejam dalam semedi.. Cahaya terang tersebut perlahan-lahan berganti menjadi sebuah tampilan yang terasa sangat nyata.. Dimana gw sedang berdiri di tengah-tengah suatu tempat yang dipenuhi oleh ratusan sosok Jin yang terluka, dengan kondisi yang memprihatinkan.. Suatu tempat dimana sebuah pertempuran gaib nan dahsyat sepertinya baru saja usai..

Pandangan mata gw mengelilingi tiap penjuru tempat yang dipenuhi ceceran darah hitam dan ratusan anggota tubuh seperti telinga, tangan, kaki serta kepala yang berserakan diatas tanah padas karena terpisah dari raganya.. Sesaat, gw merasakan sensasi rasa mual akibat mencium aroma busuk yang mengelilingi tempat ini..

Puluhan suara mengerang kesakitan dan meminta tolong, memenuhi gendang telinga gw saat mulai berjalan melewati tiap sosok yang menatap dengan tatapan memelas meminta pertolongan..

“Selamat datang, anak muda” Ucap seseorang yang terdengar jelas ditelinga dan membuat gw seketika menoleh ke belakang..

“Raden Dwipa..” Ucap gw begitu menyadari siapa gerangan sosok yang barusan berucap..

Seorang laki-laki bermahkota biru nampak berdiri gagah dengan baju khas kerajaan, sambil tersenyum ke arah gw.. Dua ujung jubah berwarna keemasaan yang terikat di kedua bahu, terlihat bergerak-gerak tersibak oleh hembusan angin yang membawa aroma busuk menyengat..

“Cukup lama aku tidak menjumpai mu, anak muda” Kata sosok Jin Penguasa Pulau Tidung, yang bersahabat dengan Jagat Tirta..

Gw tersenyum mendengar kalimatnya barusan, terlebih saat Raden Dwipa menepuk-nepuk bahu gw beberapa kali, lalu berjalan dan berdiri di sebelah gw sambil menatap nanar ke ratusan jin yang sedang terluka..

“Maaf, Raden.. Jika aku boleh bertanya, dimana kah gerangan aku berada saat ini? Mengapa banyak sekali jin yang terluka seperti sebuah pertempuran gaib sudah terjadi disini?” Tanya gw yang memang sudah sedari tadi merasakan keanehan saat tiba-tiba berpindah ke tempat ini, berharap sosok penguasa Pulau Tidung itu bisa memberikan jawaban, atau setidaknya sebuah petunjuk..

Sesaat, Raden Dwipa menoleh ke arah gw dengan tatapan yang tidak bisa gw mengerti maksudnya, dan akhirnya hanya bisa menunduk karena segan..

“Saat ini kau berada di gunung tempat sosok Jin Penyimpan Kitab Langit berada, anak muda?” Jawab Raden Dwipa yang sudah kembali menatap ke arah depan..

“Ki Purwagalih?” Tanya gw penasaran..

“Benar.. Ilmu pemberian ku secara sengaja menunjukkan kesaktiannya pada mu yang sekarang sedang bersemedi dalam kamar” Jawab Raden Dwipa..

Gw yang sedikit tidak mengerti, menatap sosok tersebut sambil mengerutkan dahi..

“Masa yang sedang kau lihat saat ini adalah masa dua hari ke depan, anak muda.. Dimana pertempuran kita melawan Raja Tungga dan pasukannya telah berhasil kita menangkan” Ucap sosok berwajah tampan dan penuh wibawa tersebut, yang membuat gw sedikit terkejut..

“Jadi, aku sudah menggunakan Ilmu pemberian mu, Raden?” Tanya gw guna mempertegas kalimat Raden Dwipa..

Sosok penguasa pulau tidung tersebut untuk beberapa saat tertawa mendengar pertanyaan gw barusan, lalu menatap gw dengan sedikit tajam.. Gw yang tidak paham akan maksud tertawa dan tatapannya itu, hanya menggaruk-garuk kepala..

“Sableng koe Cah Bagus.. Bukan kau yang menggunakan ilmu ku, tapi kesaktian itu sendiri yang menunjukkan karomahnya.. Pasang telinga mu baik-baik saat aku bicara” Ucap Raden Dwipa setengah membentak..

Gw yang mendengar umpatan nya merasa sedikit gentar.. Baru kali ini Raden Dwipa membentak meski tidak sampai membelalakkan kedua matanya..

‘Lalu, dimana pihak kita berada saat ini, Raden?” Tanya gw yang memang tidak melihat sosok lain yang gw kenal berada di tempat ini, kecuali Penguasa Pulau Tidung tersebut..

Sesaat, Raden Dwipa terdiam dengan tatapan kosong memandang puluhan Jin yang sedang merintih kesakitan beberapa tombak di hadapan kami.. Dari gelagatnya, Raden Dwipa seperti sedang memikirkan sesuatu yang cukup berat..

“Ada apa, Raden? Sepertinya ada yang sedang kau pikirkan? Apakah ada sosok yang terluka dari pihak kita? Apa ketiga saudara ku baik-baik saja, Raden?” Ucap gw memberondong Raden Dwipa dengan banyak pertanyaan, karena penasaran ada sesuatu yang sedang disembunyikan sosok tersebut..

Raden Dwipa sendiri menoleh dan menatap gw dengan pandangan aneh.. Jelas sekali memang ada yang ditutupi beliau dari gw..

“Raden, mohon maaf.. Aku harus tahu apa yang saat ini sedang kau tutupi.. Aku mohon bawa aku ke tempat semua pasukan kita berada sekarang juga” Kata gw sedikit memaksa, karena mulai merasakan sejumput perasaan tidak enak dalam batin..

Sosok Penguasa Salah satu pulau di deretan Kepulauan Seribu itu nampak menghela nafas panjang, lalu menganggukan kepala nya dan melirik ke arah gw..

“Baiklah, tapi siapkan hati mu terlebih dahulu, sebelum mengetahui apa yang akan segera kau lihat, anak muda” Ucap Raden Dwipa dan langsung gw balas dengan anggukan kepala, sementara dalam hati perasaan tidak enak terus bergelayut..

Beberapa waktu, Raden Dwipa memejamkan kedua indera penglihatannya sambil melingkarkan kedua tangan diatas dada.. Lalu, telapak tangannya yang terbuka diulurkan kedepan dan membuat gerakan seperti sedang membuka sebuah tabir gaib..

Seiring, telapak tangan sosok tersebut bergerak ke kanan, di depan gw mulai terpampang sebuah pemandangan sekerumunan orang berwajah penuh duka, yang sedang duduk mengelilingi sesosok tubuh berbalut kain batik panjang dengan wajah ditutupi selendang berwarna putih, yang terbujur kaku di dalam ruang tamu rumah gw..

Ibu yang nampak sedang memangku Ayu dan ditenangkan oleh Tante Septi, masih terus mengucurkan airmata.. Ada juga Rio dan ketiga sahabat baik gw yang sedang mengaji, meski terlihat sesekali menyeka airmata mereka.. Sementara, Binar yang kedua mata nya nampak sembab, sedang menyandarkan kepalanya di bahu Bimo..

Beberapa saat, gw melirik ke arah Raden Dwipa yang gw sangka sedang menggunakan kesaktiannya dengan berbeda.. Dimana, beliau malah menunjukkan kilasan masa lalu saat Ayah gw berpulang..

Tapi tunggu, sepertinya kilasan peristiwa ini bukan masa lalu.. Saat Ayah meninggal tidak ada Binar, karena gadis itu mungkin masih koma.. Tapi gw ingat betul akan sosok nya yang memang tidak ada di sana saat itu.. Lagi pula, gw tidak melihat sosok gw ada diantara mereka semua.. Seharusnya gw berada disana dan menangis bersama Ibu juga Ayu..

Gw sejenak mengerutkan dahi, karena bingung saat menyadari bahwa suasana yang sedang gw saksikan tersebut, ternyata jauh berbeda dengan suasana dimana Ayah meninggal.. Hingga akhirnya sosok Anggie muncul dari dalam kamar gw, sambil dipapah oleh Suluh dan Ridho lalu duduk didekat wajah yang terbujur kaku dan ditutupi selendang putih..

DEG..

Jantung gw terasa berhenti berdetak, saat Anggie menyibak selendang putih yang menutupi wajah seseorang yang ada dibawahnya, sambil terus menitikkan airmata.. Seketika lutut gw terasa seperti kehilangan tenaga untuk menyanggah tubuh, hingga membuat gw langsung jatuh berlutut, begitu melihat wajah dibalik selendang putih tersebut adalah wajah gw sendiri..

“I..tu aa..ku, Raden?” Tanya gw dengan suara bergetar..

Kedua mata menatap nanar ke arah sosok gw yang saat ini sedang terbujur kaku dibalut kain bayik panjang.. Beberapa kali gw menoleh ke arah Raden Dwipa, meminta penjelasan dari beliau, akan maksudnya menunjukkan kilasan masa depan seperti ini.. Tapi sosok Jin tersebut malah menundukkan wajahnya..

Bibir gw mulai bergetar disusul semakin perihnya kedua indera penglihatan.. Tanpa sadar, dua tetes airmata mengalir dari kedua pelupuk mata dan jatuh tepat diatas kedua punggung tangan, seiring hancurnya hati melihat Anggie dan Ibu sama-sama sedang menciumi pipi gw dari kiri dan kanan..

Tiba-tiba, pemandangan masa depan yang ditampilkan Raden Dwipa di hadapan kami, berubah gelap seketika.. Wajah gw langsung tertunduk dengan kedua mata yang masih basah terpejam.. Entah apa yang saat ini gw rasakan selain rasa hancur dan remuk redamnya hati, setelah melihat sebuah kilasan peristiwa masa depan yang akan segera berlaku atas diri gw..

Perlahan, bahu gw terasa dipegang oleh seseorang yang gw yakini adalah Raden Dwipa.. Gw segera membuka mata dan menyeka jejak basah airmata pada kedua indera penglihatan gw tersebut, lalu mencoba memaksakan dua lutut untuk menyanggah kembali tubuh yang mulai berdiri..

Satu tarikan nafas dalam-dalam gw ambil untuk menenangkan hati, meski gw yakin tidak akan berhasil.. Pandangan gw menatap kosong ke arah puluhan Jin yang saat ini sedang terluka parah beberapa tombak di depan kami berdiri..

“Maafkan aku telah menunjukkan semua kepada mu, anak muda” Ucap Raden Dwipa yang berada disebelah gw..

Kepala gw mengangguk perlahan, lalu menoleh ke arah Jin penguasa Pulau itu untuk beberapa saat, kemudian menundukkan wajah dengan perasaan hancur yang masih menyelimuti batin.. Beberapa kali, kepala gw menggeleng seakan menolak untuk percaya pada apa yang gw lihat barusan..

“Jadi, aku akan mati di pertempuran nanti, Raden?” Tanya gw dengan kedua mata masih memandang ke bawah..

Sosok yang gw tanya barusan, terdengar menarik nafas panjang lalu mengeluarkan nya perlahan.. Sebuah tepukan hangat terasa di berikan Raden Dwipa..

“Jika melihat kilasan masa depan tadi, maka kau tidak perlu lagi menanyakan hal tersebut, anak muda.. Tapi ada sesuatu yang aneh dengan kesaktian ku saat melihat mesa depan mu” Jawab Raden Dwipa yang membuat rasa penasaran gw muncul seketika..