Dia dan masa laluku...



Hujan diluar terlihat sangat deras dengan dibarengi suara petir yang sesekali cumikan telinga, kendaraan yang melintas didepan hotel ini terlihat melambatkan kecepatan lajunya karena derasnya hujan yang mereka tembus membuat pandangan pengemudinya tidak terlalu jelas untuk melihat keadaan jalan didepannya, hampir dari 20 menit berlalu aku masih saja disini, duduk pada sebuah sofa ujung koridor lounge Hotel yang ada dikota dimana aku tinggal.

“huft...mau sampai jam berapa sih? “ kataku sambil mendengus kesal dan bergumam sendiri sambil melirik jam tangan yang melingkar di tangan kiriku karena menunggu kolega untuk membicarakan urusan kantor, padahal kami sudah janjian jam dua siang di tempat ini, tapi toh sampai jam dua lebih belum datang juga, secangkir kopi item yang sudah dingin kembali aku minum sedikit sambil menyemil singkong keju goreng dilapisi coklat yang aku pesan.

“telp ga..telp ga...???” kembali aku bergumam sendiri sambil membuka buka handphone yang aku pegang karena fellku sudah mulai tidak nyaman karena ketidak tepatan waktu kolegaku yang tidak ada khabar sama sekali dari tadi untuk sekedar memberi tahu alasan keterlambatannya padaku.

Aku segera mencari nama yang tertera diphone book untuk menyampaikan re schedule ulang waktu janjiannya karena pada jam 4 nanti dikantor juga akan ada meeting internal.

Ibu Dira, sebuah nama yang sudah muncul dari pencarian nama yang ada di phone book segera aku hubungi dan menyampaiakan untuk mengcancell pertemuan siang ini.

“tuuuuut.....tuuuuuut......tuuuuuuut” nada panggil sudah terdengar tetapi sampai batas waktu panggilan berakhir pun panggilan telpku tidak juga diangkat.

“Sudahlah aku sms aja” kataku dalam hati, karena mau bbm juga aku tidak mempunya contacknya.

Setelah sms terkirim tidak lama waktu berselang kemudian aku sudah berjalan menuju parkiran sambil berlarian karena hujan yang belum juga mereda.

Setelah mesin dan ac mobil aku hidupkan aku segara merbahkan badanku pada seat yang aku duduki dan berniat untuk mencoba memejamkan mataku barang sebentar karena rasa ngantuk dan cape yang aku rasakan sebelum kembali ke kantor, setelah waktu untuk alarm aku setting untuk berbunyi membangunkan aku supaya aku tidak ketiduran sampai berlarut larut aku langsung mencoba memejamkan mataku.

Handphone yang aku letakkan di dasboard tiba tiba berdering dan bergetar menandakan bahwa ada telp masuk dan dengan malas aku segara mengambil dan melihat sebuah nama yang tertera di layar hp, Dira....

"angkat ga ya, td ditelp ga diangkat disms juga ga dibales bikin sebal aja" gerutuku yang masih saja menatap layar hp yang masih saja berdering dan bergetar ditanganku.

"Hallo Ibu Dira...." akhirnya aku memutuskan untuk mengangkat panggilan telp darinya karena rasa gak tegaku kepadanya.
"......................"
"Ini saya masih di parkiran" jawabku singkat
"......................"
"Baik Ibu dira saya kesitu sebentar lagi"
"......................"

Setelah Panggilan telp aku tutup, kemudian aku segera turun dari mobil dan berlari menuju lobby hotel dimana Ibu Dira sudah menungguku,

Jalanan macet parah akibat dari hujan yang memang masih turun dengan derasnya ditambah ada pohon yang tumbang yang menghalangi separo bahu jalan sehingga jalan yang seharusnya digunakan untuk dua arah menjadi satu arah saja karena harus bergantian untuk melewatinya menjadi alasannya atas keterlambatannya.

Aku segera mengibas ibaskan tanganku pada baju dan celanaku yang basah akibat dari menerobos hujan dari parkiran barusan supaya tidak terlihat air hujan yang menempel.

"Pak Adit....?" sebuah suara lembut memanggilku dari arah depan terdengar saat aku masih saja mengibas ibaskan tanganku dengan sesekali menghentak hentakkan sepatuku supaya kotoran dari menempel bisa terlepas didepan lobby hotel.

"ehhhhh.." sesaat aku tertegun dan terkejut begitu melihat sesosok wanita yang tidak asing sedang berdiri didepanku, rambutnya yang lurus sedikit bergelomang sebahu dengan wajah yang cantik berkulit kuning langsat dan menggunakan blazer maroon sedang berdiri didepanku dengan senyuman yang tersungging dengan indah.

"Nairadira...?" aku menyebut namanya sekali lagi dengan masih berdiri tertegun karena sosok wanita didepanku adalah wanita yang ternyata sangat aku kenal.

"Praditya?....kamu praditya khan?" tanyanya dengan wajah keterkejutannya yang jelas terlihat dan tergambar diwajah cantiknya.

Aku hanya membalas pertanyaannya dengan anggukan dan senyuman yang sudah aku sunggingkan kepadanya.

Tiba tiba dia memelukku dengan erat sambil terisak pelan, antara canggung dan ragu ragu aku membalas pelukannya sambil sesekali mengusap usap punggungnya.

" Kamu kemana aja dit?" tanyanya dengan tatapan mata yang sayu saat kami sudah duduk berhadapan ditempat yang sama saat aku menunggunya tadi.

"Kamu yang kemana Nai? Sejak kamu lanjutin kuliah magister kamu di belanda, aku sama sekali ga bisa hubungin kamu, begitu pula saat aku kerumah kamu untuk berniat menanyakan keadaan kamu, yang ada juga hanya Pak Satpam penjaga rumah yang katanya keluargamu juga pindah ke Jakarta" jawabku dengan sedikit penekanan kepadanya.

"Maafin aku dit, sesampainya di belanda Hpku hilang entah jatuh dimana karena waktu itu hp aku selipkan dikantong belakang celana" jawabnya sambil menggenggam tanganku yang ada di atas meja dengan elusan jemari tangannya yang halus.

" Sejak saat itu aku gak bisa menghubungi siapapun, yang bisa aku hubungi hanya keluargaku aja karena memang aku hafal nomer telp rumahku".

"Dit...aku masih sama seperti yang dulu, masih Nairadira yang sangat mencintai dan menyayangi kamu" katanya kemudian dengan tatapan matanya yang nanar......

"Nai...." sesaat aku ingin bicara kepadanya tiba tiba suaraku cerkekat dikarenakan aku melihat sosok laras yang sudah berdiri tepat didepanku dengan baju panjang berendanya berkibar tertiup angin dibalik kaca lounge dengan tatapan matanya yang tajam mengarah kepadaku.....